Anda di halaman 1dari 4

Ika Windi Ristiani (20180420367) F

A. Pengertian Musyarakah
Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Menurut bahasa arab, syirkah
berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yasyruku (fi’il mudhari’), syarikan/syirkatan/syarikatan
(masdar/kata dasar); yang artinya menjadi sekutu atau syarikat (kamus al munawar) menurut arti
asli bahasa arab, syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh
dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya. Sedangkan pengertian secara terminologi
menurut beberapa tokoh adalah:
Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi diantara para pemilik modal (mitra
musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu
kemitraan, dengan nisbah pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.[1]
B. Rukun dan syarat syirkah
Dari segi hukumnya melakukan kerjasama dengan menggunakan sistem musyarakah
adalah suatu hal yang dibenarkan dalam Islam. Keabsahannya juga bergantung pada syarat-
syarat dan rukun yang telah ditetapkan. Adapun rukun musyarakah yang disepakati oleh jumhur
ulama adalah:
a. Shigat (lafal) ijab dan qabul
b. Pelaku akad, yaitu para mitra usaha
c. Obyek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh).
Sighah al-aqad merupakan rukun akad yang terpenting, karena melalui akad inilah
diketahui maksud setiap pihak yang melakukan akad (transaksi). Sighah al-aqad dinyatakan
melalui ijab dan kabul, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Tujuan akad itu harus jelas dan dapat dipahami
b. Antara ijab dan kabul harus dapat kesesuaian
c. Pernyataan ijab kabul itu harus sesuai dengan kehendak masing-masing, dan tidak boleh
ada yang meragukan.
Dalam akad kerja sama musyarakah, pernyataan ijab qabul harus menunjukkan kehendak
mereka dalam mengadakan kontrak. Pihak-pihak yang melakukan akad juga harus cakap hukum
seperti berkompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. Selain itu juga
setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan. Selain itu juga setiap mitra kerja boleh
mewakilkan kerjanya kepada mitra yang lain dengan perjanjian yang disepakati bersama.
 Sedangkan syarat syirkah secara umum adalah:
a. Harus mengenai tasharuf yang dapat diwakilkan
b. Pembagian keuntungan yang jelas
c. Pembagian keuntungan tergantung kepada kesepakatan, bukan kepada besar kecilnya
modal atau kewajiban.[2]
C. Macam-Macam Syirkah
Menurut Muhamad (2003), syirkah terdiri dari : syirkah amlak dan syirkah aqud.
Sedangkan syirkah uqud penulis mengutip dari pendapat An-Nabhani (1990) terdiri
dari:1.syirkah inan 2.syirkah abdan 3.syirkah mudharabah 4.syirkah wujuh dan 5.syirkah
mufawadhah (An-Nbhani, 1990: 148). An-Nabhani berpendapat oleh memenuhi syarat-
syaratnya. Pandangan ini sejalan dengan pandangan ulama Hanafiyah dan Zaidiyah.
Pada point ini akan dijelaskan tentang pembagian jenis dan macam syirkah yang terdapat
dalam kitab fiqh dan pendapat para fuqaha. Pada garis besarnya syirkah dibedakan menjadi dua
jenis sebagai berikut :
1. Syirkah al-amlak Yaitu persekutuan dua orang atau lebih dalam pemilikan suatu barang.
Syirkah al-amlak ini terbagi dalam dua jenis.
 Ijbariyah yaitu syirkah yang terjadi tanpa adanya kehendak masing-masing pihak,
seperti persekutuan antara ahli waristerhadap harta warisan tertentu sebelum
dilakukan pembagian.
 Ikhtiariyah yaitu syirkah yang terjadi atas perbuatan dan kehendak pihak-pihak yang
berserikat seperti dua orang yang bersepakat untuk berserikat membeli sebuah rumah
secara patungan.
2. Syirkah al-uqud ,Yaitu sebuah perserikatan antara dua pihak atau lebih dalam hal usaha,
modal dan keuntungan. Mengenai syirkah al-uqud ini para ulama membagi menjadi
bermacam-macam jenis, Fuqaha Hanafiyah membedakan jenis syirkah menjadi tiga
macam yaitu, syirkah al-amwal, syirkah al-a’mal, syirkah alwujuh, masing-masing
bersifat syirkah al-mufawadhah dan ‘Inan. Dan fuqaha Hanabilah membedakan menjadi
lima macam syirkah yaitu Syirkah al-’inan, syirkah al-mufawadhah, syirkah al-abdan dan
syirkah al-wujuh serta syirkah al-mudharabah dan yang terakhir menurur fuqaha
Malikiyah dan Syafiiyah membedakanya menjadi empat jenis syirkah yaitu syirkah
al-’inan, syirkah al-mufawadhah, abdan dan wujuh.
Dari paparan para fuqaha di atas, pembagian dari jenis syirkah tersebut dapat dihimpun
menjadi dua kategori, kategori pertama merupakan kategori dari pembagian segi materi syirkah
yaitu syirkah alamwal, a’mal, abdan dan wujuh, sedangkan kategori kedua adalah kategori dari
segi pembagian posisi dan komposisi saham. Yaitu syirkah al-’inan, syirkah al-mufawadhah dan
syirkah al-Mudharabah.
Dari berbagai jenis syirkah di atas maka akan lebih jelas bila kita menjelaskan dari
masing-masing jenis syirkah tersebut :
a. Syirkah al-amwal adalah persekutuan antara dua pihak pemodal atau lebih dalam usaha
tertentu dengan mengumpulkan modal bersama dan membagi keuntungan dan resiko
kerugian berdasarkan kesepakatan.
b. Syirkah al-a’mal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu misalnya kerjama
dua orang arsitek untuk mengerjakan satu proyek Syirkah ini disebut juga Syirkah abdan
atau Syirkah sana’i.
Menurut ulama Hanabilah, yang sah hanya empat macam, yaitu: syirkah inan, abdan,
mudharabah, dan wujuh. Menurut ulama malikiyah, yang sah hanya syirkah inan dan
mudharabah (Wahbah Az Zuhaili, Al-fiqh al-islami wa Adillatuhu, 4/795). Sumber: Muhamad
(2003)
a. Syirkah Inan
Syirkah inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing
memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal) (An-Nabhani, 1990: 148).
b. Syirkah Abdan
Syirkah abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya
memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal(mal).
c. Syirkah Mudharabah
Syirkah mudharabah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih dengan ketentuan,
satu pihak memberikan kpntribusi kerja (amal), sedangkan pihak lain memberikan kontribusi
modal (mal).
d. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh disebut juga syirkah ala adz-dzimam (Al-Khayyath, Asy-syarikat fi
asy-syari’ah al-Islamiyyah, 2/49). Disebut syirkah wujuh karena didasarkan pada kedudukan,
ketokohan, atau keahlian (wujuh) seseorang di tangan masyarakat.
Syirkah wujuh adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang bersyirkah dalam
barang yang mereka beli secara kredit, atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya,
tanpa kontribusi modal dari masing-masing pihak.
e. Syirkah Mufawadhah
Syirkah mufawadhah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah diatas (syirkah inan, abdan ,mudharabah dan wujuh) (An-Nabhani, 1990:
156; Al-Khayyath, 1982: 25).

Anda mungkin juga menyukai