Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

KLAUSA

Oleh:

Gita Anastasya Bandola

P 101 19 081

Kelas C

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta rahmat-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “KLAUSA”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar Bahasa
dan Sastra 2 di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Hartono dan Ibu Rukayah, selaku dosen pembimbing mata kuliah Konsep Dasar
Bahasa dan Sastra 2 dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama penulisan makalah ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini dan penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya penulis. Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Klausa............................................................... 2
B. Ciri-ciri Klausa.................................................................... 2
C. Jenis-jenis Klausa................................................................ 3
1. Klausa lengkap dan klausa tak lengkap........................ 3
2. Klausa negatif dan klausa positif.................................. 4
3. Klausa verbal dan klausa nonverbal.............................. 4
4. Klausa mandiri dan klausa tergabung........................... 5
5. Klausa lainnya............................................................... 6
BAB III PENUTUP................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri
dari subjek dan predikat walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis
klausa, subjek dari klausan mungkin tidak tampak secara eksplisit dan hal ini
khususnya umum dalam Bahasa bersubyek nol. Sebuah kalimat paling
sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat yang lebih rumit dapat
terdiri dari beberapa klausa dan satu klausa dapat juga terdiri dari beberapa
klausa.

Klausa sering kali di kontraskan dengan frasa. Sebuah kumpulan kata


dikatakan sebagai klausa apabila ia mempunyai Kata kerja finit dan
subyeknya sementara sebuah frasa berisi kata kerja finit namun tanpa
subyeknya Frasa kata kerja, atau tidak berisi kata kerja. Sebagai contoh
kalimat "Aku tidak tahu kalau kau membuat lukisan itu", "kau membuat
lukisan itu" adalah klausa dan sebuah kalimat benuh sedangkan "lukisan itu"
dan "membuat lukisan itu" adalah sebuah frasa. Ahli Bahasa masa kini tidak
membuat perbedaan seperti itu, mereka menerima ide akan klausa non-finit,
klausa yang di atur disekitar kata kerja non-finit.

Klausa umumnya di bagi menjadi klausa dependen dan klausa


independen. Sebuah klausa independen dapat berdiri sendiri sebagai
sebuah kalimat sedangkan klausa dependen harus terhubung dengan klausa
lainnya. Klausa independen dapat berupa anak kalimat atau kalimat yang
setara dengan klausa yang lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian klausa?
2. Bagaimana ciri-ciri klausa?
3. Bagaimana jenis-jenis klausa?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian klausa.
2. Memahami ciri-ciri klausa.
3. Mengidentifikasi jenis-jenis klausa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa
dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat
(Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak
berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau
tanda baca yang menjadi ciri kalimat.
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai
dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa
adalah S dan P. tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan.
Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan
dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89). Misalnya :

(1) Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh.

Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama dengan
istrinya, klausa (b)Bapak Soleh datang, dan klausa (c) membawa oleh-
oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas S dan
P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat penggabungan ketiga klausa
tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan.
B. Ciri-ciri Klausa

Adapun ciri-ciri klausa  adalah sebagai berikut: (1) dalam klausa


terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang; (2) klausa dapat
menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final; (3) dalam kalimat
plural, klausa merupakan bagian dari kalimat; (4) klausa dapat diperluas
dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat dalam
klausa tersebut; selain dengan penambahan konstituen atribut pada salah
satu atau setiap fungsi sintaktis yang ada.

2
C. Jenis-jenis Klausa

Klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal,


yaitu (1) kelengkapan unsur internalnya: klausa lengkap dan
klausa tak lengkap, (2) ada–tidaknya kata yang
menegatifkan P: klausa negative dan klausa positif, (3)
kategori primer predikatnya: klausa verbal dan klausa
nonverbal, (4) dan kemungkinan kemandiriannya untuk
menjadi sebuah kalimat: klausa mandiri, klausa tergabung.

1. Klausa lengkap dan klausa tak lengkap


Berdasarkan kelengkapan unsur internalnya, klausa
dibedakan menjadi dua yaitu, klausa lengkap dan klausa
tak lengkap. Klausa lengkap ialah klausa yang memiliki
unsur internal lengkap, yaitu S dan P. Klausa lengkap ini
berdasarkan struktur internalnya, dibedakan lagi menjadi
dua yaitu klausa susun biasa dan klausa lengkap susun
balik.
Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap
yang S-nya terletak di depan P. adapun klausa lengkap
susun balik atau klausa lengkap inversi ialah klausa
lengkap yang S-nya berada di belakang P, misalnya :

(2) Tulisan Hendi sangat berbobot.

Klausa (2) disebut klausa lengkap susun biasa


karena S-nya yaitu tulisan Hendi berada di depan
P, sangat berbobot.
Klausa tak lengkap atau dalam istilah Verhaar
(1999:279) klausa buntung merupakan klausa yang
unsure internalnya tidak lengkap karena di dalamnya
tidak terdapat unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik
disertai maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket.
Misalnya :

(3) Terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu


Klausa (3) bisa berubah menjadi klausa lengkap jika
di sebelah kirinya ditambah S, misalnya ditambah
frasa istri saya sehingga menjadi (3) Istri saya terpaksa
berhenti bekerja di perusahaan itu.
2. Klausa negatif dan klausa positif
Berdasarkan ada tidaknya kata negatif pada P,
klausa dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu klausa
negatif dan klausa positif. Klausa negatif ialah klausa yang
di dalamnya terdapat kata negative, yang menegasikan
P.menurut Ramlan (1987: 137), yang termasuk kata
negatif, yang menegasikan P ialah tidak, tak, tiada,
bukan, dan belum. Berikut ini adalah contoh klausa
negative :
(4) Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya.
Klausa (4) merupakan klausa negatif karena
terdapat kata tidak yang menegasikan mengurus.
3. Klausa verbal dan klausa nonverbal
Berdasarkan kategori primer kata atau frasa yang
menduduki fungsi P pada konstruksinya, klausa dibedakan
atas klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal
ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa
golongan V. dilihat dari golongan verbanya klausa verbal
dibagi lagi menjadi klausa verbal intransitif dan klausa
verbal transitif. Klausa verbal transitif ialah klausa yang
mengandung verba transitif, dan klausa verbal intransitif
ialah klausa yang mengandung verba intransitif.
Contoh klausa verbal intransitif ialah sebagai berikut :
(5) Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang.
(6) Pengidap AIDS bertambah.
Klausa verbal transitif, dilihat dari wujud
ketransitifan P-nya dapat dibedakan menjadi (1) klausa
aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa reflektif, dan (4) klausa
resiprokal (Ramlan, 1987: 145-149). Klausa aktif ialah
klausa yang P-nya berupa verba transitif aktif. Klausa
pasif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif pasif.
Klausa reflektif ialah klausa yang P-nya berupa verba
transitif reflektif, yaitu verba yang menyatakan
“perbuatan’ yang mengenai ‘pelaku’ perbuatan itu
sendiri.  Pada umumnya verba itu berprefiks meng- yang
diikuti kata diri.Adapun klausa resiprokal adalah klausa
yang P-nya berupa verba transitif resiprokal, yaitu verba
yang menyatakan kesalingan.
Klausa nonverbal ialah klausa yang berpredikat
selain verba. Klausa nonverbal masih bisa dibedakan lagi
menjadi (1) klausa nominal, (2) klausa adjektival, (3)
klausa preposisional, (4) klausa numeral, dan (5) klausa
adverbial. Contoh:
(7) Yang kita bela kebenaran
(8) Budi pekertinya mulia
(9) Aku bagai nelayan yang kehilangan arah
(10) Yang dikorupsi 300 juta rupiah
(11) Kedatangannya kemarin sore
4. Klausa mandiri dan klausa tergabung
Klausa mandiri merupakan klausa yang
kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri
berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya :
(12) Merokok dapat menyebabkan kanker
(13) Nirina sedang belajar
Klausa tergabung atau klausa terikat adalah klausa
yang kehadirannya untuk menjadi sebuah kalimat plural
tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat plural,
klausa tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau
klausa subordinatif. Contoh:
(14) Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan
janin.
(15) Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri
tidak dapat menghadiri rapat.
Jika dicermati, konstruksi (14) berbeda dengan
konstruksi (2). Dalam konatruksi (1) terdapat klausa-
klausa tergabung secara koordinatif, sedangkan dalam
konstruksi (2) terdapat klausa-klausa tergabung secara
subordinatif.
5. Klausa lainnya
Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat
plural atau majemuk setara. Dalam kalimat plural atau
majemuk setara, semua klausanya berupa klausa
koordinatif. Klausa tersebut dinamakan klausa koordinatif
karena secara gramatik dihubungka secara koordinatif
oleh penghubung-penghubung koordinatif dan, atau,
tetapi, lagi pula, lalu, namun, sebaliknya, malahan, dan
lain-lain.
Klausa koordinatif terdiri atas (1) koordinasi netral,
(2) koordinasi kontrastif, (3) koordinasi alternatif, (4)
koordinasi konsekutif, yang berturut-turut dapat dilihat
dalam contoh-contoh kalimat berikut.
(1) Saya menulis artikel itu,
menyunting, dan mengirimkannya ke media massa
(2) Mencari ilmu itu sulit, tetapi mengamalkannyajauh
lebih sulit
(3) Saudara mau bekerja atau melanjutkan studi ke
jenjang S-2?
(4) Harga sepeda motor itu relative mahal, jadi perlu
diangsur.
Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat
plural bertingkat. Jadi, dalam kalimat plural bertingkat selain
terdapat klausa atasan yang biasa dikenal dengan klausa
induk, klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa
bawahan atau klausa sematan atau klausa subordinatif.
Klausa bawahan dapat dibedakan lagi menjadi klausa
berbatasan dan klausa terkandung.
Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan yang
tidak wajib hadir dalam kalimat plural. Klausa berbatasan
dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu klausa-klausa
berbatasan:
(1) final, contoh
Irfan rajin mengaji agar tidak menyesal dalam kehidupan
setelah mati.
(2) kausal, contoh
Rombogan Suciwati merasa kecewa karena tidak
diperkenankan menjenguk Presiden Soeharto
(3) kondisional, contoh
Jika diundang, ia mau datang.
 (4) konsekutif, contoh
Pendapatannya kecil, sehingga sampai sekarang belum
mampu membeli mobil.
 (5) konsesif, contoh
Orang itu tetap rendah hati meskipun telah menyandang
banyak prestasi.
(6) temporal, contoh
Rui Costa, playmaker asal Portugal datang ke La
Viola setelah tiga musim memperkuat Benfica.
Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang
dimulai dengan konjungsi subordinatif sepertiagar,
karena, jika, sehingga, meskipun, dan setelah-lah yang
berturut-turut dinamakan sebagai klausa berbatasan.
Klausa terkandung, merupakan klausa bawahan
yang kehadirannya bersifat wajib. Berdasarkan fungsinya
dalam kalimat plural bertingkat, klausa terkandung
dapat dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau
klausa modifikasi dan klausa pemerlengkap.
Klausa pewatas atau klausa pewatasan ialah
klausa subordinatif yang kehadirannya berfungsi
mewatasi atau mempertegas makna kata atau frasa
yang diikutinya. Contohnya ialah beberapa klausa dari
sejumlah klausa dalam kalimat plural berikut:

(1) Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan


melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang
yang mempunyai keberuntungan yang besar.
(2) Rombongan Suciwati tidak diperkenankan menjenguk
mantan presiden Soeharto yang sedang berbaring di
Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan.

Klausa pemerlengkap atau klausa pemerlengkapan


merupakan klausa yang berfungsi melengkapi (atau
menerangkan spesifikasi hubungan yang terkandung
dalam) verba matriks. Klausa pemerlengkap dibedakan
lagi menjadi: (1) klausa pemerlengkap preposisional, (2)
klausa pemerlengkap eventif, (3) klausa pemerlengkap
perbuatan.
Klausa pemerlengkap dikatakan bersifat
preposisional karena klausa tersebut biasanya
berpenanda kata bahwa yang menyatakan suatu
proposisi. Contoh:

(1) Dokter berkata, “ASI sangat baik untuk anak.”


Dokter berkata bahwa ASI sangat baik untuk anak.

(2) Berita bahwa mahasiswa Unnes juara I dalam LKTIM


bidang sosial, tingkat wilayah B, pada tanggal 22-23
Mei 2006 menjadi sorotan media kampus.
Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan
peristiwa dan klausa yang menyatakan proses. Misalnya
ialah klausa yang dimulai dengan kata peristiwa dan
proses pada kalimat-kalimat berikut.
(1) Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa
pengunduran diri Joko) dari pekerjannya sudah
terduga sebelumnya.
(2) Proses orang menyusun sebuah artikel (Proses
penyusunan sebuah artikel) hanya diketahui oleh
para penulis.
Adapun klausa perbuatan dapat dibedakan lagi
menjadi klausa perbuatan yang dilakukan, klausa
perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa perbuatan
yang mungkin dilakukan.
Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai
oleh verba melihat, menyaksikan, mengetahui, berhasil,
berhenti, dan mulai. Misalnya:
(1) Saya melihat (perbuatan) Zahra mendorong Ela.
Zahra mendorong Ela.
(2) Prof. Dr. Fathur Rokhman mulai meneliti masalah itu
pada tahun yang lalu.
Prof. Dr. Fathur Rokhman meneliti masalah itu.
Klausa perbuatan yang tidak dilakukan dapat
ditandai oleh verba mencegah, menolak,
gagal, dan lupa. Misalnya:
(1) Ayah mencegah kami membawa uang saku ke
sekolah.
Kami tidak membawa uang saku ke sekolah.
(2) Imron gagal mengikuti lomba.
Imron tidak mengikuti lomba.
Adapun klausa perbuatan yang mungkin dilakukan
dapat ditandai oleh verbabermaksud, berniat, bertekad,
merencanakan,
menganjurkan, dan menyarankan.Misalnya:
(1) Farah bermaksud memohon izin untuk tidak datang
ke kampus.
Farah memohon izin; Farah tidak memohon izin.
(2) Samdum mengajak Dian pergi ke Mal Ciputra.
Dian pergi ke Mal Ciputra; Dian tidak pergi ke Mal
Ciputra.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran
di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata
yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat,
dan berpotensi untuk menjadi kalimat.

Ciri-ciri klausa  adalah sebagai berikut: (1) dalam klausa


terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang; (2)
klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi
final; (3) dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari
kalimat; (4) klausa dapat diperluas dengan menambahkan
atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat dalam klausa
tersebut; selain dengan penambahan konstituen atribut pada
salah satu atau setiap fungsi sintaktis yang ada.

Klausa terdiri atas beberapa macam: Klausa lengkap


dan klausa tak lengkap, klausa negatif dan klausa positif,
klausa verbal dan klausa nonverbal, klausa mandiri dan
klausa tergabung, serta beberapa klausa lainnya.

B. Saran
Dalam mempelajari klausa, alangkah baiknya kita
membuat tabel pada pembahasan jenis-jenis klausa agar
mudah dipahami.

13
DAFTAR ISI

Baehaqie, Imam. 2008. Sintaksis Teori dan Analisis. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

http://banggaberbahasa.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-
jenis-klausa.html - diakses pada tanggal 20 Oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai