Kelas : C
Rokok memang menjadi masalah yang kini banyak dihadapi oleh banyak negara
sehingga beberapa kebijakan mengenai rokok pun bermunculan, mulai dari denda rokok
sebanyak 2000 Baht di Thailand, larangan merokok ditempat umum di Singapura juga
menyamakan cover rokok dengan putih, hingga di Indonesia, iklan rokok dilarang
diperlihatkan bentuk rokoknya. Hal ini bukan tanpa alasan. Rokok merupakan salah satu
penyebab kanker paru-paru yang merenggut banyak nyawa. Maka tak heran jika dibalik
bungkus rokok di Indonesia kita akan melihat peringatan seperti : “Merokok
menyebabkan kanker, serangan, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin” yang kini
diganti dengan kata-kata ‘merokok membunuhmu’.
Desa yang memiliki penduduk 800 jiwa lebih, desa ini telah menetapkan larangan
merokok semenjak tahun 2000. Larangan ini beralasan bahwa rokok merupakan
penyebab kemiskinan di desa. Semenjak penetapan larangan merokok ini, tantangan
paling sering ditemui adalah mempertahankannya, belum lagi jika dari dalam desa sudah
berhasil mematuhi peraturan tersebut, namun para perantau yang masih belum terbiasa
tetap menyalakan rokok d dalam desa. Beberapa sanksi sudah dipersiapkan untuk
mengantisipasi hal itu. Sanksi awal adalah teguran, hal ini hanya berlaku untuk perantau
yang datang kembali ke desa, namun setelahnya adalah sanksi sosial seperti
membersihkan masjid, memperbaiki jalanan yang rusak untuk kepentingan umum dan
lain sebagainya. Cara ini terbukti ampuh untuk membuat perantau yang kembali tidak
lagi merokok karena mereka tidak mau mengambil resiko melakukan sanksi sosial hanya
karena merokok. Kebijakan desa tersebut sudah sangat baik dengan melakukan
pencegahan terhadap berbagai penyakit yang diakibatkan karena rokok. Kebijakan
tersebut sangat sesuai dengan promosi kesehatan dalam hal pencegahan dalam hal
pemberdayaan masyarakat sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya. Promosi
kesehatan adalah kombinasi dari pendidikan kesehatan dan faktor-faktor organisasi,
ekonomi, dan lingkungan yang seluruhnya mendukung terciptanya perilaku yang
kondusif terhadap kesehatan.