Resume Desa Bone - Bone
Resume Desa Bone - Bone
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
DESA BONE-BONE
Awal tahun 2001, Muhammad Idris, Kepala Desa Bone Bone, merasa sangat
prihatin melihat banyak hal negatif yang dialami warganya karena kebiasaan
merokok. Banyak uang yang terbuang hanya untuk membeli rokok. Apalagi
semakin lama, semakin banyak anak yang mengikuti kebiasaan orang tua mereka
merokok saat ada acara atau pertemuan desa.
”Saat itu kami mulai mengeluarkan aturan untuk tidak merokok di kantor desa
dan sarana publik lainnya. Kami juga mengumpulkan semua tokoh dan warga yang
mendukung aturan ini untuk membicarakan bagaimana menjadikan desa ini benar-
benar bebas rokok,” ujarnya. ”Selanjutnya kami menganjurkan para pemilik
warung di desa untuk tidak menjual rokok,” jelas ayah dari delapan orang anak ini.
Tentu saja aturan itu segera ditentang. Idris mendatangi penduduk yang
ngedumel. Ia ajak mereka debat. Umumnya, penduduk beralasan tak bisa bekerja
jika tak sambil merokok. Apalagi udara Bone-Bone dingin. Idris mematahkan
alasan itu bahwa ia pun bisa bekerja tanpa merokok. Berikutnya ia mendatangi
penjual rokok yang protes karena penghasilannya berkurang.
Sejak aturan itu dibuat hanya sekali penduduk yang melanggar. Itu pun ia
merokok di rumahnya ketika ada tamu. Tetangganya melapor kepada Idris dan ia
mendapat sanksi sosial: meminta maaf lewat speaker masjid lalu membersihkan
selokan. Sejak itu penduduk ini kapok dan tak merokok lagi.
Jerih payah Idris tidak sia-sia, semakin banyak warga desa menyadari dampak
buruk merokok bagi kesehatan. Mereka yang telah berhenti merokok juga mulai
merasakan manfaatnya terhadap perekonomian keluarga. ”Uang yang tadinya kami
pakai membeli rokok, sekarang sudah bisa digunakan untuk membeli kebutuhan
sekolah anak-anak, membeli bibit, dan pupuk”, tutur seorang ibu.
Jika di Desa Bone Bone seluruh aktivitas yang berhubungan dengan rokok
dilarang, maka di dua desa yang baru mereplikasi inisiati ini baru diterapkan
pembatasan daerah merokok pada sarana publik serta gedung pemerintahan dan
disediakan daerah khusus untuk merokok.
Dari ringkasan cerita diatas ada 2 cara yang dilakukan bapak idrus dalam
merubah perilaku masyarakatnya
1. Paksaan ( Coertion )
Upaya pertama yang dilakukan oleh pak idris adalah mengeluarkan aturan untuk
melarang merokok kemudian ketika ada yang melanggar aturan tersebut maka
yang melanggar terkena sanksi social meminta maaf lewat speaker masjid lalu
membersihkan selokan. Jika ada warga desa yang kedapatan merokok di jalan,
maka warga tersebut harus membersihkan masjid dan jalan-jalan desa. Sanksi ini
terbukti efektif membantu warga desa dalam mengurangi kebiasaan merokok.
Sejak itu penduduk ini kapok dan tak merokok lagi.
2. Pendidikan (Education)