Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anas Mafrudi

Npm : 1210301003

“PERUSAHAAN”

Di Desa Sido Mulyo ada sebuah Perusahaan yang sudah lama berdiri mungkin sudah tiga
puluh tahun lebih, Perusahaan itu juga sudah menyumbang banyak dana untuk pembangunan
Desa, orang di Desa itu juga sangat senang dengan keberadaan Perusahaan itu, bahkan hampir
semua penduduk dipekerjan di Perusahaan itu, padahal dulu kebanyakan para warga adalah
petani.

Tapi ada yang aneh dari Perusahaan itu. Perusahaan itu merupakan Perusahaan minuman
tapi hasi produksi Perusahaan itu tidak pernah dijual ke Desa tapi di ekspor ke Kota dan keluar
Negeri tapi keanehan itu tidak pernah dicurigai, karena warga sangat percaya dengan Perusahaan
itu, Perusahaan itu mendatangkan rezeki dan memberikan kesejahteraan bagi warga.

Pak Diman adalah orang yang sangat taat beragama dan tidak pernah meninggalkan
shalat, ia berencana setelah pulang dari dari naik haji ingin membut Pondok Pesantren dan juga
Masjid karena di Desa itu belum ada sebuah masjid jika ingin shalat di Masjid warga di desa itu
harus pergi ke Desa tetangga. Karena keinginannya yang sangat kuat itu akhirnya Pak Diman
dapat menunaikan ibadah haji dan tak butuh waktu lama Pak Diman berhasil membuat Pondok
Pesantren dan Masjid. Tapi apa boleh dikata setelah semua impiannya dapat terwujud Pak Diman
pun meninggal, Masjid itu pun sudah di serahkan kepada warga di Desa dan Pondok Pesantren
yang ada disebelah Masjid desarahkan pada anaknya yaitu Dirga yang usianya yang masih agak
muda, sebagai ketua sekaligus pemilik pondok pesantren sebelum meninggal Pak Diman
memberi amanah pada Kyai Sholeh, yang merupakan wakilnya untuk membantu Dirga dalam
mengurus pondok itu, Kyai Sholeh pun menyanggupinya.

Entah mengapa, tidak ada angin tidak ada hujan Dirga yang sudah menjadi ketua Pondok
Pesantren mengajak para warga agar Perusahaan minuman itu ditutup dan diberhentikan
pengoperasiannya, karena Perusahaan itu hanya memanfaat warga di Desa itu untuk
kepentingannya.
Tapi para warga sama sekali tidak terpengaruh ajakan Dirga. Menurut mereka,
"Perusahaan itu sudah menyumbangkan banyak dana di Desa ini dan memberikan lapangan
pekerjaan pada para warga, bukanya memanfaatkan warga tapi lebih tepatnya membantu".

Dirga yang merupakan anak yang keras kepala, dan selalu ingin menang sendiri tak
kehabisan akal membujuk para warga, untuk menutup Perusahaan itu. Dengan jabatan sebagai
ketua Pondok Pesantren, ia mengadakan kumpulan didalam Pondok Pesantren, mengundang
semua murid dan pengurus Pondok Pesantren, ia mengatakan, "Perusahaan itu hanya
memanfaatkan warga Desa karena Perusahaan itu sebenarnya adalah Perusahaan minuman keras,
dan minuman keras itu dilarang oleh agama dan merupakan sebuah dosa besar bagi kita yang
meminum, menjual atau pun membuatnya".

"Dari mana anda tahu kalau Perusahaan itu adalah Perusahaan minuman keras?", salah
seorang pengurus Pondok Pesantren bertanya.

"Waktu saya pulang dari Masjid habis shalat tahajud kira-kira pukul 02:00 dini hari saya
melihat sopir dan keneknya sedang mengganti ban karena bocor tak sengaja aku mendengar
percakapan mereka berdua", jawab Dirga.

"Mereka berkata apa?", tanya Kyai Sholeh.

"Kenapa Perusahaan minuman ini harus dibangun di Desa yang seperti ini yang sangat
jauh dari kota, dan yang satunya menjawab kamu kan sopir baru biar aku beritahu Perusahaan ini
adalah Perusahaan minuman keras jika dibangun di Kota pasti akan langsung ditutup Polisi",
jawab Dirga.

"Lalu saya mengintip dalam mobil itu ternyata banyak sekali minuman keras?". Lanjut
jawab Dirga.

"Mengapa tidak segera kita laporkan saja hal ini kepada Polisi", Achmad yang
merupakan seorang murid Pondok Pesantren melnjutkan pertanyaan.

"Sebenarnya Perusahaan itu sudah tiga kali didatangi Polisi, tapi Polisi tidak menemukan
tanda-tanda yang mencurigakan". Jawab Dirga.
"Kita yang tahu hal itu harus meyakinkan warga agar mau ikut menutup Perusahaan itu",
Dirga melanjutkan perkataannya.

Semua orang dalam perkumpulan itu bingung mencari cara agar para warga ikut
membantu menutup Perusahaan itu.

Setelah tiga hari berlalu ternyata ternyata mereka gagal meyakinkan semua warga agar
mau ikut bergabung, para warga menganggap itu hanya akal-akalan Dirga saja yang tidak suka
dengan Perusahaan itu, bahkan kini sebagian warga mendukung Perusahaan itu, kini Desa itu
terbelah menjadi dua kubu yang saling bermusuhan, yaitu warga yang bekerja di Perusahaan
minuman dan warga yang belajar di Pondok Pesantren.

Jika sedang berada di jalan pun mereka tidak pernah saling sapa, kalau orang dari Pondok
Pesantren melewati rumah warga yang merupakan pendukung Perusahaan, sering diolok-olok
dan dicaci maki, begitupun sebaliknya.

Sudah satu minggu pertikaian warga pun terjadi, tiba-tiba suatu kejadian pun muncul
yaitu, pada pukul 02:00 dini hari mobil minuman tidak sengaja menabrak rumah salah satu
warga, dan menimbulkan kebakaran cukup besar karena mobil itu langsung meledak, sampai ada
dua rumah warga yang terbakar, bahkan yang lebih parah lagi semua orang yang ada di rumah
itu meninggal semua, tak ada yang selamat, salah satu warga dengan cepat menelepon Pemadam
Kebakaran.

Setelah Pemadam Kebakaran menyelesaikan tugasnya, mereka menemukan botol


minuman keras yang ada di mobil itu dan tidak terbakar sebanyak satu keranjang, dan kejadian
itu di saksikan semua warga, tanpa pikir panjang Dirga langsung menelepon Polisi, Polisi yang
datang langsung mengamankan satu keranjang botol minuman tersebut, dan dengan kesaksian
Dirga satu keranjang botol minuman itu di jadikan barang bukti untuk menutup Perusahaan itu.

Akhirnya setelah kejadian itu para warga rukun kembali. Tapi walaupun para warga
sekarang tahu bahwa Perusahaan itu adalah Perusahaan minuman keras, tak lantas mereka ingin
merobohkannya, Dirga bersama para warga membuat Perusahaan itu menjadi gedung pertemuan
warga, dan mereka tetap menghormati bos Perusahaan itu yang sekarang sudah dipenjara, karena
mereka tahu bahwa pAerusahaan itu ikut membantu dalam dalam pembangunan dan
perkembangan Desa itu.

Anda mungkin juga menyukai