Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ayesha Cliopari Najid

Kelas : XI MIPA 3
No. Absen : 09

Novel Di Kaki Bukit Cibalak

 Identitas Novel

Judul Buku : Di Kaki Bukit Cibalak


Penulis : Ahmad Tohari
Alih Bahasa : -
Tebal Buku : 170
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit : Gedung Kompas Gramedia Blok I Lt 5
Tahun Terbit : 2019
Cetakan ke : 6
Kulit Buku : Terlihat sederhana tetapi menarik , didominasi dengan warna hijau terang dan gelap.
Menggambarkan pemandangan bukit yang terdapat hutan dan pedesaan di pojok kanan atas. Di
samping kiri terdapat judul buku yang bertuliskan “Di Kaki Bukit Cibalak” berwarna hitam , serta di
bawah judul terdapat nama penulis yang bertuliskan “Ahmad Tohari” berwarna kuning.

 Sinopsis

Perubahan yang mendasar mulai merambah Desa Tanggir pada tahun 1970-an. Bunyi orang
menubuk padi hilang, digantikan mesin kilang padi. Kerbau dan sapi pun dijual karena tenaganya
sudah digantikan oleh traktor. Sementara di desa yang sedang berubah itu muncul kemelut akibat
pemilihan kepala desa yang tidak jujur. Pambudi, pemuda Tanggir yang bermaksud menyelamatkan
desanya dari kecurangan kepala desa yang baru malah tersingkir ke Yogya. Di kota pelajar itu
Pambudi bertemu teman lama yang memintanya meneruskan belajar sambil bekerja di sebuah toko.

Melalui persuratkabaran, Pambudi melanjutkan perlawanannya terhadap Kepala Desa Tanggir yang
curang, dan berhasil. Tetapi pemuda Tanggir itu kehilangan gadis sedesa yang dicintainya. Dan
Pambudi mendapat ganti, anak pemilik toko tempatnya bekerja, meski harus mengalami pergulatan
batin yang meletihkan.

 Ringkasan Cerita

Novel ini menceritakan tentang keadaan Desa Tanggir Di Kaki Bukit Cibalak pada tahun 1970-an. Pada
awalnya daerah tersebut merupakan pemukiman desa yang sangat asri berlatar belakang hutan,
terdapat jalan setapak dan sawah yang dibajak oleh kerbau. Tetapi, hal tersebut berubah seiring
berkembangnya jaman, para penduduknya beralih ke teknologi baru seperti kerbau digantikan oleh
traktor, bahkan mereka rela menjual aset mereka hanya untuk teknologi yang tidak berguna. Suatu
hari terdapat pemilihan kepala desa baru yang dimenangkan oleh Pak Dirga, Pak Dirga merupakan
kepala desa yang tidak jujur, ia suka melakukan korupsi terutama korupsi terhadap koperasi desa
tetapi di desa tersebut terdapat pemuda yang jujur bernama Pambudi, ia berusia 24 tahun.
Pambudi bekerja mengurus lumbung koperasi desa. Suatu hari, terdapat seorang janda bernama
Mbok Ralem yang memiliki dua anak hendak mengajukan pinjaman terhadap koperasi untuk
melakukan pengobatan di Yogya , tetapi pengajuan tersebut ditolak mentah mentah oleh Pak Dirga
karena Mbok Ralem pernah meminjam padi desa dan belum mengembalikannya. Pada saat itu
Pambudi merasa kasihan terhadap Mbok Ralem, Pambudi menolong Mbok Ralem dengan segala
tabungan yang ia punya. Pada hari berikutnya Pambudi mengundurkan diri dari pekerjaannya
tersebut dan mulai fokus menolong Mbok Ralem.

Pambudi membawa Mbok Ralem ke Yogya untuk pengobatan dengan tabungan seadanya,
sebelumnya ia berpamitan terhadap kedua anak Mbok Ralem. Sesampainya di rumah sakit, Mbok
Ralem diperiksa dan ternyata dia mengidap sakit kanker tumor. Pambudi pun mulai memutar otak
untuk mencari solusi bagaimana ia dapat mengumpulkan banyak uang agar dapat melakukan operasi
terhadap Mbom Ralem. Pada akhirnya, Pambudi mengunjungi kantor koran Kalawarta, di sana ia
bertemu dengan pimpinan Kalawarta yaitu Pak Barkah. Pambudi menjelaskan maksud ia
mengunjungi kantor tersebut, ia menceritakan apa yang terjadi dan hendak untuk memasang iklan
sumbangan terhadap Mbok Ralem. Pemimpin Kalawarta menerima tawaran Pambudi untuk
memasang iklan Mbok Ralem.

Keesokan harinya Pak Barkah menerima banyak telepon yang menanyakan keeadan Mbok Ralem,
hari demi hari dari iklan tersebut, Pak Barkah menerima sumbangan sebanyak Rp2.162.375,00 dan
segera mengirimnya ke Pambudi untuk biaya operasi Mbok Ralem. Pambudi senang sekali, ia kembali
mengunjungi rumahnya di Desa Tanggir dan menyapa masyarakat di sana terutama Sanis gadis kecil
cantik primadona Desa Tanggir yang dicintai Pambudi. Penduduk Tanggir sangat kagum apa yang
dilakukan oleh Pambudi karena wajah Mbok Ralem yang terpampang di koran. Pambudi pun kembali
ke Yogya untuk menemani Mbok Ralem operasi, setelah operasi selesai Mbok Ralem diperbolehkan
pulang, Mbok Ralem bersama Pambudi mengunjungi kantor Kalawarta untuk mengucapkan
terimakasih.

Pambudi dan Mbok Ralem telah sampai di Desa Tanggir, kabar bahwa Pambudi telah menolong
Mbok Ralem sampai di telinga Bupati melalui kabar koran Kalawarta, hal tersebut membuat Pak
Dirga membenci Pambudi karena dapat menghalangi jabatannya, ia berencana menyantet Pambudi
tetapi hal tersebut gagal, selain itu Pak Dirga juga melakukan rencana lain yaitu memfitnah Pambudi
melakukan korupsi di Koperasi. Hal tersebut, membuat Pambudi meninggalkan Desa Tanggir dan
pindah ke Yogya sebab orang tua Pambudi juga terkena dampak dari fitnah tersebut, orang tua
Pambudi berpesan bahwa Wani ngalah, luhur wekasane.

Sanis dipilih oleh Bu Runtah yaitu istri Pak Dirga sebagai model untuk ujian merias di rumah Bu
Camat. Sanis didandani dengan sangat cantik di rumah Bu Camat, para istri lurah pun terpukau
dengan penampilan Sanis dan Bu Runtah berhasil lolos ujian merias. Bu Camat memanggil Bambang
untuk mengambil gambar Sanis yang kabarnya Bambang tesebut juga menyukai Sanis. Bu Runtah
segera menjadi comblang agar Sanis dan Bambang semakin dekat tetapi mereka hanya diam saja
karena Sanis yang malu-malu, walaupun begitu Sanis langsung jatuh cinta terhadap Bambang. Ketika
Bambang melihat Sanis ia merasa kagum akan kecantikannya dan menganggap bahwa Sanis
merupakan kesayangan Pambudi. Bambang menaruh hormat terhadap Pambudi karena kejadian
Mbok Ralem tersebut.

Ketika Pambudi sampai di Yogya, ia langsung mengunjugi sahabat SMA nya yang kos di Yogya yaitu
Topo, Pambudi tinggal bersama Topo, Topo menerima Pambudi dengan senang. Pambudi
menceritakan semua yang terjadi terhadapnya, dan Topo memberi semangat terhadap Pambudi
serta memberi kata-kata dari seorang admiral yaitu ‘I have not begun to fight yet’ terhadap Pambudi
untuk menyemangatinya. Topo memberi saran untuk Pambudi agar menjadi mahasiswa.

Pambudi menyetujui saran dari Topo dan menabung untuk biaya kuliah dari ternak ayamnya di desa
dan bekerja. Pambudi awalnya bekerja menjadi pegawai toko Arloji yang dulu menjadi tempat kerja
Topo, ia bekerja sembari belajar untuk memasuki universitas . Di sana, Pambudi bukan hanya bekerja
sebagai pegawai saja, melainkan ia juga menjadi kacung. Pambudi sering kali membantu Mulyani
yaitu anak pemilik toko arloji tersebut yang duduk di kelas 2 SMA. Mulyani menyimpan perasaan
terhadap Pambudi.

Kantor Kalawarta kehilangan seorang pelaksana proyek yaitu Pendi Toba karena ia angkat ke Jakarta.
Pak Barkah memikirkan siapa yang cocok menggantikan posisi tersebut dan pada akhirnya ia memilih
Pambudi untuk menggantikan posisi pelaksana tersebut. Pada awalnya Pambudi ragu terhadap
kemampuannya, tetapi Pak Barkah tetap meyakinkan Pambudi, Pak Barkah juga memberitahu bahwa
ia merupakan dosen di universitas yang Pambudi tuju. Pambudi menganggap ini merupakan
kesempatan bagus agar Pambudi dapat memasuki universitas yang diinginkan dan mendapatkan
pemasukan. Dan ia keluar dari pekerjaan sebagai pegawai di toko Arloji.

Di Desa Tanggir, desas-desus untuk Pambudi sangat memburuk. Bambang Sumbodo, meskipun ia
kuliah di APDN, Semarang, Bambang Sumbodo sering pulang ke rumah orangtuanya. Bambang sering
mendengar desas-desus tersebut, ia berencana untuk membela Pambudi karena Bambang sangat
menghargai Pambudi atas apa yang telah dilakukannya. Bambang mengunjungi ke rumah Sanis untuk
menanyakan keberadaan Pambudi, vespa Bambang terdengar dari kejauhan ketika akan sampai di
rumah Sanis. Sanis bersiap siap bertemu Bambang, tetapi ekspetasi Sanis terlalu tinggi, ternyata
Bambang hanya menanyakan keberadaan Pambudi dan menyuruh Sanis untuk memberi semangat
terhadap Pambudi. Setelah Bampang pulang berpamitan, Sanis berlari ke kamarnya dan menangis.

Dalam sejarahnya, seorang lurah dapat seenaknya berganti istri yang diinginkannya. Pak Dirga
berencana untuk melamar Sanis, orang tua Sanis awalnya berpikir untuk menolaknya tetapi mereka
juga menerima tawaran lamaran tersebut. Setelah itu Sanis menjadi istri muda Pak Dirga, tetapi pada
akhirnya mereka bercerai dan Sanis menjadi janda muda, mereka bercerai dikarenakan Bu Runtah
yang pergi ke dukun dan menjadikan mereka berpisah

Pambudi menjadi tangan kanan Pak Barkah, Meskipun begitu Pak Barkah memberikan kesempatan
yang longgar kepada Pambudi untuk menjadi mahasiswa yang cakap. Pambudi telah menempuh
ujian untuk memperoleh gelar sarjana muda. Tulisan-tulisan Pambudi dalam Kalawarta sudah
dikenal orang secara luas, ia mempuanya mengetengahkan masalah-masalah kemasyarakatan
dengan caranya sendiri. Tetapi tidak semua orang menyukai cara Pambudi, seperti Camat Kalijambe.
Sebab wilayah Kalijambe dijadikan Objek Penelitian dan dikritik oleh Pambudi seperti para lurah
banyak menerima korupsi. Bambang menerima kritik tersebut, tetapi Bupati memarahi Camat
Kalijambe dan menyuruh untuk membereskan masalah tersebut. Camat Kalijambe memilih cara
untuk menjebak Pak Dirga untuk melakukan perjudian dan ia diturunkan dari jabatannya, rencana
tersebut berhasil.

Tiga tahun kemudian, Pambudi mendengar bahwa Ayahnya meninggal dunia. Pambudi segera
mengunjungi Desa Tanggir dan bertemu dengan Bambang serta kepala lurah baru, ia masih muda
dan terlihat jujur. Mulyani juga mengunjungi Desa Tanggir untuk menghadiri pemakaman ayah
Pambudi, Mulyani menyatakan perasaannya dan Pambudi juga mengakui perasaannya bahwa
Pambudi juga merasan yang sama seperti Mulyani rasakan.

 Kelebihan
Menurut saya, ketika membaca novel ini rasanya seperti tenang dan merasakan suasana di desa
tersebut serta bahasa yang cukup mudah dipahami. Novel ini juga membahas tentang masalah yang
sering terjadi di kehidupan masyarakat seperti pemimpin yang tidak jujur. Begitu sederhanana dan
memberikan pelajaran hidup

Penulis menuliskan sangat bagus untuk membangun perkembangan karakter tokoh utama. Serta,
karakter lain juga ditulis cukup detail.

 Kekurangan
Menurut saya, cerita dari novel ini cukup flat. Penulis cerita terkesan terburu buru mengakhiri cerita,
sehingga ending mudah ditebak, dan pembaca merasa masih digantung dengan ending novel ini.

 Penutup
Novel ini memberikan pelajaran kepada pembaca bahwa kejujuran dan kebenaran dapat
mengalahkan ketidakadilan. Pambudi sebagai tokoh utama patut dijadikan tauladan untuk para kaum
muda yang mengutamakan kebenaran dan hati nurani , serta bisa menjadikan diri sendiri untuk
memberikan kemyamanan terhadap orang lain.

Anda mungkin juga menyukai