Anda di halaman 1dari 3

Judul buku :

Pengarang :
Penerbit
:
Tahun Terbit
Tebal Buku :

Tanah Kenangan
Iwan Yusi
CV. Riyadi Putra
: 1997
112 halaman

Tanah Kenangan
Hadran akhirnya pulang setelah dipenjara selama 4 tahun karena
membunuh seseorang yang ingin membunuh ayahnya. Warga desa sangat
senang menyambut kepulangan Hadran terutama keluarganya. Begitu
mendengar kalau Hadran telah pulang, Umanya langsung saja pulang untuk
menemui anak kesayangannya itu. Namun dalam kesenangan ini Hadran
merasa ada yang kurang karena adiknya Asmah menderita sakit ingatan
dan lebih suka menyendiri setelah kepergian Hadran. Pada waktu malam
Hadran didatangi 2 teman lamanya. Mereka asyik mengobrol tentang
keadaan desa selama ini dan pengalaman Hadran selama di perantauan. Ia
mencertakan bahwa, setelah Ia keluar dari penjara, Ia diajak oleh
seseorang dan dikursuskan, lalu dicarikan pekerjaan, Beliau
memperlakukan Hadran sperti anak kandungnya sendiri. Karena langit
yang sangat mendung dan Hadran yang telah mengantuk akhirnya kedua
sahabatnya itu pulang.
Beberapa hari ini mendung terus bergantung dilangit desa Bayur.
Sehingga sungai Amandit semakin meluap. Dan benar saja Tanggul sungai
akhirnya jebol dan membanjiri areal pesawahan. Warga desa merasa
sangat sedih atas kejadian itu. Banyak warga yang gagal panen termasuk
ibu dari Hadran. Hadran tidak putus asa dengan keajadian ini, Ia kali ini
akan menanami tanah pematang dengan berbagai palawija dan akan
memelihara kambing. Ia membuat kandang kambing bersama adiknya yang
sekarang sudah sembuh dari sakitnya. Setelah kejadian tanggul jebol
seorang juragan yang terkenal suka membantu warga desa datang. Ia
datng kesana untuk memberikan bantuan terhadap desa.
Akhinya musim kemarau pun tiba dan membuat sungai Amandit
airnya menurun. Karena aliran yang sudah tenang dibangunlah tanggul yang
baru. Saat berlangsung pembangunan tanggul, tersebar isu yang membuat
seluruh warga desa khawatir yaitu adanya ngayau yang mencari tumbal
untuk tanggul baru tersebut. Karena isu yang belum diketahui
kebenarannya itu, menjadikan desa Bayur diselimuti kekhawatiran yang
sangat besar. Karena kejadian itu Hadran menjadi memutar otak agar
Desanya menjadi tentram lagi. Ia mendiskusikan hal ini dengan Pak
Pembakal sang pemimpin desa. Dan akhirnya diadakan sebuah pertemuan
terbuka untuk member pemahaman bahwa ngayau itu hanya mengadangada. Saat hari pertemuan dijelaskanlah oleh salah satu orang dari

kabupaten mengenai ngayau dan banyak desa yang mengerti. Selain itu
juga diberitahukan satu usulan dari Hadran agar dibuat anak kali untuk
mengurangi peluang tanggul jebol lagi. Pada awalnya warga desa menolak
karena sungai itu akan memotong Desa Bayur sehingga beberapa warga
harus mengorbankan tanahnya dikeruk dibuat sungai. Tapi setelah
mendapat penjelasan lebih lanjut akhirnya warga desa setuju.
Sudah satu minggu warga desa beraktifitas seperti biasa lagi. Dan
ada keramaian baru di desa Bayur yaitu pembuatan anak sungai atau
sodetan yang membelah Desa Bayur. Namun anak buah Pak Juragan
membuat ulah dengan menghentikan pekerjaan pembuataan anak sungai
itu dengan memberitahukan bahwa ngayau itu memang ada. Dia
mengatakan bahwa Utuh Sabri telah hilang di hutan beberapa hari ini. Pak
Pambakal memutuskan untuk mencarinya, namun tidak ditemukan. Pak
Juragan juga meminta agar pembangunan sodetan ini dihentikan karena
ada tanah gadai yang dilalui sungai itu. Tanah tersebut merupakan tanah
milik Ibu dan Paman Hadran. Ditambah lagi dua kambing peliharaanya mati
mendadak, kematian ternak mendadak ini pula dialami beberapa warga
desa Bayur. Pak Pambakalan menyarankan agar segera dilaporkan ke dinas
peternakan, namun Hadran juga menambahi agar melaporkannya juga ke
polisi, karena Hadran mencurigai bahwa hewan ternak tersebut telah
diracuni, karena Hadran menemukan tutup insektisida didekat kandang
hewan ternak peliharaannya.
Akhirnya pak Juragan tiba di Desa Bayur, setibanya di Desa Bayur
Ia langsung ke rumah pak Pambakal membicarakan agar menghentikan
pembuatan sodetan. Pak Juragan juga mengungkapkan kekesalannya pula
bahwa ia telah rugi. Namun ditengah-tengah pembicaraan Pak Jugragan
menawarkan uang sebesar 5 juta agar pembuatan sodetan dihentikan. Pak
Pambakal langsung menolaknya. Pak Pambakal juaga membuat janji
bertemu selepas Isya dirumah Pak Juragan. Pada malam harinya Pak
Pambakal bersama Hadran dan Pak Amat bertamu. Meraka ingin
membicarakan nasib tanah gadai ibu dan paman Hadran. Hadran berjanji
untuk langsung membayar tanah tersebut namun tidak sekarang tapi
setelah ia mengambil uang di bank di Balikpapan. Usul tersebut disetujui
Pak Juragan. Kesokan harinya Ia pergi ke Banjarmasin untuk mengambil
uang sebelum berangkat dia di datangi dua temannya bahwa ia akan
dirampok saat pulang mengambil uang. Saat di Banjarmasin Ia langsung
mengambil uang dan tidak lupa mampir dirumah orang tua angkatnya,
selain itu ia juga membeli oleh-oleh. Saat pulang ia tanpa sengaja melihat
Utuh Sabri. Kejadian ini membuat Hadran lebih semangat, namun Ia masih
gelisah bahwa Ia akan dirampok nantinya. Saat tiba di terminal kota
Kandangan Ia diatanyai oleh seorang tukang ojek yang merupakan polisi.
Ia diantar tukang ojek itu. Benar saja saat dijalan yang sepi ada 6
perampok yang menghadang mereka. Lalu si tukang ojek yang tengah
menyamar mengeluarkan senjata api dan langsung memanggil polisi yang
lain. Tanpa diduga ternyata 2 dari perampok itu adalah anak buah pak

Juragan. Mereka akhirnya mengaku bahwa tindakan mereka atas suruhan


Pak Juragan. Sesampainya di desa Bayur polisi itu langsung menangkap Pak
Juragan dan anak buahnya. Menurut para polisi Pak Juragan merupakan
incaran polisi selama ini. Mereka ingin menjadiakn Desa Bayur sebagai
ladang Ganja. Setelah tertangkapnya Pak Juragan, Desa Bayur menjadi
tentram lagi.

Anda mungkin juga menyukai