Anda di halaman 1dari 15

Makalah

MENTAL MODEL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPEMIMPINAN DAN
BERFIKIR SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT yang di ampuh oleh ibu
Dr. Sylva Ninta Tarigan, SH, M.Kes

DISUSUN OLEH
Kelas D
Kelompok II
Siti Rahmatia ali 811418035
Inka Fransiska R. Moko 811418041
Jihani Saputri Poloalo 811418138
Miirnawati Ishak 811418129
Lutfiah Nurul Afifah 811418121

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah


melimpahkan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah yang berjudul “Mental Model” ini tepat pada
waktunya.Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa
mengenai “Mental Model”, sehingga mahasiswa memiliki bekal teori yang
nantinya akan sangat bermanfaat dalam melaksanakan praktik di lapangan.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, Amin.

Penyusun

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………….…………………………..……………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………..…………………………….………… 1
B. Rumusan Masalah……………………..……………………….………… 1
C. Tujuan ………………………………………………………….……….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Mental Model ………………………………………………….. 2
B. Pembentukan Mental Model ……………………………………………. 3
C. Mental Model dan Pemimpin …………………………………………… 4
D. Mental Model dan Organisasi …………………………………………… 4
E. Prinsip-prinsip Mental Model …………………………………………… 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 11
B. Saran……………………………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini, ilmu kepemimpinan berkembang pesat
seiring dengan tuntutan adanya manajemen pengelolaan organisasi ataupun
perusahaan yang baik. Pada era globalisasi dan era masyarakat informasi yang
berdampak pada persaingan yang ketat terhadap berbagai bidang organisasi.
Suatu organisasi dituntut untuk terus mampu bersaing dan mencapai suatu
tujuan dari organisasi tersebut. Dalam menuju suatu tujuan tersebut suatu
organisasi harus terus-menerus belajar dan meningkatkan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu produk unggul. Mendasarkan pada berbagai kondisi
perubahan yang cepat dan faktor persaingan yang tinggi inilah yang kemudian
menghasilkan kosa kata baru dalam ilmu Knowledge Manajemen yang biasa
disebut dengan “Learning Organization”.
Learning Organization adalah  usaha yang dilakukan oleh sebuah organisasi
yang melakukan proses pembelajaran. Hal ini ditujukan agar dalam sebuah
organisasi tersebut dapat tetap stabil meskipun banyaknya perubahan yang terjadi.
Dalam mewujudkan Learning Organisation dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti training, kursus, outbond, dan lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi mental model ?
2. Bagaimana pembentukan mental model ?
3. Apa yang di maksud dengan mental model dan pemimpin ?
4. Apa yang di maksud dengan mental model dan organisasi ?
5. kasus dan pembahasan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui devinisi mental model
2. Untuk mengetahui pembentukan mental model
3. Untuk mengetahui mental model dan pemimpin
4. Untuk mengetahui mental model dan organisasi
5. Untuk mengetahui kasus dan pembahasan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Mental Model
Mental model adalah asumsi-asumsi atau generalisasi-generalisasi
(paradigma) yang terdapat dalam pikiran kita yang mempengaruhi bagaimana kita
memahami, bersikap dan bertindak terhadap dunia sekitar.
Mental model adalah asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar
yang mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita
mengambil tindakan. Hal tersebut tergambar pada perilaku kita dan cerminkan
dari tindakan kita. Didalam mempelajari mental model dimulai dengan melihat
cerminan diri sendiri, mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kemampuan
untuk learning full, mengungkapkan pemikiran secara efektif dan menjadikan
pemikiran yang terbuka untuk mempengaruhi orang lain.
Mental model merupakan satu dari lima disiplin yang dikemukakan Peter
Senge (1990). Mental model merupakan refleksi diri, menelusuri dan mendukung,
dimana orang-orang mengekspos pemikiran sendiri secara efektif dan menjadikan
pemikiran yang terbuka terhadap pengaruh orang lain.
Mental model menggambarkan kemampuan para anggota organisasi untuk
melakukan perenungan, mengklarifikasi dan memperbaiki gambaran-gambaran
internal (pemahaman) tentang dunia, yaang dilandasi oleh prinsip-prinsip serta
nilai-nilai yang sarat dengan moral etrika. (Rahardijianto, T.H, 2006:189)
Senge (1996:8) menyatakan “These are deeply ingrained assumptions,
generalizations, or even pictures and images that influence how we understand the
world and how we take action” bahwa mental model adalah asumsi yg sangat
melekat pada kalangan umum, atau bahkan suatu gambaraan dari bayangan/citra
yang berpengaruh bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita
mengambil tindakan. Sehingga mental model dapat dikatakan sebagai konsep diri,
yang dengan konsep tersebut akan menghasilkan pengambilan keputusan yang
baik.

2
B. Terbentuknya Mental Model
Konsep mental model (model mental) diciptakan oleh seorang psikolog
Skotlandia Kenneth Craik pada tahun 1940-an. Selanjutnya digunakan oleh para
psikolog, ilmuwan koginitif dan manajer.  Menurut beberapa ahli teori kognitif,
perubahan-perubahan dalam model-model mental setiap hari jangka pendek yang
terakumulasi dari waktu ke waktu, secara bertahap akan dicerminkan dalam
perubahan-perubahan keyakinan jangka panjang yang mendalam.
Terdapat empat prinsip dalam terbentuknya Mental Model. Empat Prinsip
tersebut adalah :
1. Penghapusan (Deletion)
Terbentuknya mental model tipe penghapusan adalah dengan cara memilih
dan menyaring data, menutupi beberapa bagian atau bahkan menghapus
sebagian data.
2. Pembentukan (Construction)
Pembentukan adalah proses mental model dengan mencari pola dan makna
dari hal yang semu/ tidak ada atau dengan kata lain berusaha untuk
menambah atau merekayasa fakta.
3. Distorsi (Distortion)
Distorsi adalah pembentukan mental model dengan cara memutar balikkan
fakta, atau dengan memberikan arti yang berbeda dengan kenyataan.
4. Generalisasi (Generalization)
Generalisasi adalah pembentukan mental model dengan cara menciptakan
sesuatu dari pengalaman dan mengeneralisasikan untuk semua atau dengan
kata lain menyamaratakan.
Kepustakaan lain menyebutkan Model mental (Mental Model) adalah suatu
prinsip yang mendasar dari organisasi pembelajar. Model mental adalah suatu
aktivitas perenungan yang dilakukan dengan terus menerus mengklarifikasikan
dan memperbaiki gambaran-gambaran internal kita tentang dunia, dan melihat
bagaimana hal itu membentuk tindakan dan keputusan kita. Model mental terkait
dengan bagaimana seseorang berpikir dengan mendalam tentang mengapa dan
bagaimana dia melakukan tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi. Model

3
mental merupakan suatu pembuatan peta atau model kerangka kerja dalam setiap
individu untuk melihat bagaimana melakukan pendekatan terhadap masalah yang
dihadapinya. Dengan kata lain, model mental bisa dikatakan sebagai konsep diri
seseorang, yang dengan konsep diri tersebut dia akan mengambil keputusan
terbaiknya. Model mental ini kemudian menghasilan cara berfikir atau mindset.
C. Prinsip-prinsip Mental Model
Model mental didasarkan pada seperangkat kecil asumsi mendasar
( aksioma ), yang membedakan mereka dari representasi lain yang diusulkan
dalam psikologi penalaran. Setiap model mental mewakili suatu
kemungkinan. Model mental mewakili satu kemungkinan, menangkap apa yang
umum untuk semua cara yang berbeda di mana kemungkinan dapat terjadi. Model
mental adalah ikon, yaitu, setiap bagian dari model sesuai dengan setiap bagian
dari apa yang diwakilinya. Model mental didasarkan pada prinsip kebenaran:
mereka biasanya hanya mewakili situasi yang mungkin, dan masing-masing
model kemungkinan hanya mewakili apa yang benar dalam kemungkinan itu
sesuai dengan proposisi. Namun, model mental dapat mewakili apa yang salah,
sementara dianggap benar, misalnya, dalam kasus kondisi kontrafaktual dan pemi
kiran kontrafaktual.
D. Mental Model dan Pemimpin
Seperti dikatakan oleh Tee (2005) bahwa mental model kelihatannya lembut
tetapi sebenarnya sangat kuat dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Yang
pasti, mental model seorang pemimpin memberikan pengaruh pada bawahannya.
Dalam hal ini, pengaruh yang diharapkan dapat diberikan kepada bawahannya
tentu saja adalah pengaruh positif. Jika pengaruh positif yang diharapkan, berarti
mental model yang dimiliki oleh pemimpin juga harus mental model positif.
Menurut Webster Dictionary, definisi pemimpin adalah: ‘a person or things
who leads’ (seorang atau sesuatu yang memimpin). Untuk dapat memimpin orang
lain dengan baik, seorang pemimpin tentu saja harus dapat memimpin dirinya
sendiri terlebih dahulu. Pemimpin dapat dibedakan pada dua hal yaitu: seorang
pemimpin dalam arti memimpin diri sendiri dan kemudian pemimpin yang
memimpin orang lain. Mental Models seorang pemimpin :

4
1. Mental Model Bagi pemimpin yang Memimpin Orang lain
Pemimpin yang kurang berhasil salah satunya adalah karena tidak
menyadari akan eksistensinya sebagai orang yang harus berada di garis
depan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman bagi seorang
pemimpin dalam mengembangkan mental model sehingga ia akan lebih
berhasil dalam memimpin.
a . Put God at the top priority
Hal paling penting dan harus dimiliki seorang pemimpin adalah
meletakkan Tuhan pada prioritas pertama. Fokus pada hal ini akan
mempengaruhi pemimpin dalam mengembangkan mental model nya.
Yang dimaksud dengan meletakkan Tuhan pada prioritas pertama adalah
bukan sekedar mengutamakan dalam menjalankan ritual-ritual
keagamaan tertentu saja, tetapi apa yang dilakukan benar-benar membuat
seseorang selalu ingat bahwa yang menjadi Tuhan dalam hidupnya
adalah benar-benar Tuhan, bukan uang, bukan kekuasaan, bukan
popularitas, bukan kekayaan, atau pun bukan kepandaian. Dengan
demikian, sekali pun seseorang memiliki salah satu diantaranya atau
bahkan semuanya, hal itu tidak membuat orang tersebut merasa harus
ditinggikan, dilayani, dan dinomorsatukan,
b. Fear of God
Setelah menempatkan Tuhan pada urutan pertama dalam arti seperti yang
diharapkan, maka hal berikutnya adalah ‘ fear of God’. Mengapa hal ini
penting? Apa bedanya dengan yang pertama? Jika hanya menempatkan
Tuhan pada prioritas utama tetapi tidak ada rasa takut akan Tuhan, maka
yang muncul adalah penonjolan ritual-ritual keagamaan belaka yang
kurang memberi pengaruh positif. Tetapi, jika seorang pemimpin
menjadi orang yang fear of God, hal-hal terlarang tidak akan dilakukan
sekalipun tidak ada satu orang pun yang melihat atau memeriksa. Dia
sadar bahwa sekali pun orang tidak melihat, tetapi Tuhan melihat.
Pemimpin yang seperti ini cenderung tidak mencari pujian, tepuk tangan
yang meriah, atau wartawan untuk menonjolkan kebaikan yang

5
dilakukan. Pemimpin yang takut akan Tuhan juga memiliki kekuatan
untuk mengatakan tidak ketika atasan mengajak untuk melakukan
pekerjaan tertentu dengan cara yang kurang pas , tanpa takut kehilangan
jabatan. Andaikata sampai benar-benar tidak diberi jabatan atau
pekerjaan, pasti ada maksud lain dibalik itu semua, misalnya menjadi
memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal yang sifatnya
aktualisasi diri, dimana hal ini akan sulit dilakukan jika yang
bersangkutan masih punya banyak pekerjaan karena jabatan yang
dipikulnya. Memberikan fokus pada hal ini akan mempengaruhi
terbentuknya mental model yang melandaskan pada fear of God.
c. Be a giver, not a taker
Menjadi ‘a giver, not a taker’ seperti yang diharapkan akan sangat sulit
dilakukan jika seorang pemimpin tidak memiliki fondasi a dan b di atas.
Dapatkah dibayangkan bahwa seseorang ingin menjadi pemimpin karena
ketika posisi itu sudah di tangan, yang bersangkutan dapat memanfaatkan
berbagai hal yang diperlukan sesuai dengan keinginan pribadi? Demikian
juga ketika yang selalu dipikirkan adalah menjadi a giver , maka mental
model yang muncul juga akan mengarah kesana. Mental model terkait
dengan giving principle sangat perlu dikembangkan, karena memberi
merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar dan bahwa dengan
memberi orang akan merasa memiliki arti dalam hidup (Jamal dan
Mc.Kinnon, 2009).
d. ‘The Seed must lead’
Selama pemimpin memikirkan diri sendiri, maka yang terbaik dalam
lembaga tidak akan pernah dapat dicapai, sekali pun rencana yang dibuat
sangat bagus, bahkan cenderung sempurna. Untuk itu, terkait dengan
prinsip be a giver, not a taker, seorang pemimpin perlu melengkapi
dengan prinsip lain, yaitu: ‘The Seed must Lead’ (Joel: 2004). Dalam
bukunya Your Best Life Now, Joel mengatakan bahwa the seed always
has to lead (biji harus selalu memimpin atau mendahului). Hal ini
diibaratkan seorang petani yang ingin menuai padi, ia harus menabur

6
benih padi terlebih dahulu. Apa yang diinginkan pemimpin haruslah
ditabur terlebih dahulu sebagai benih. Jika pemimpin menginginkan kerja
sama yang baik, maka ia harus menaburkan kerjasama yang baik dengan
bawahan terlebih dahulu. Keinginan untuk memanfestasikan the seed
must lead akan mempengaruhi seorang pemimpin untuk memiliki mental
model yang menekankan pada hal tersebut.
e. Unbelief leads to disobedience.
Meyer (1995) dalam bukunya ‘Battlefield of Mind’, mengatakan bahwa
ketidakpercayaan dapat membawa seseorang pada ketidakpatuhan
(unbelief leads to disobedience). Jika seorang pemimpin tidak dipercaya,
maka hal ini akan membawa ketidakpatuhan di kalangan anak buah atau
orang lain. Interpretasi lain dari unbelief leads to disobedience adalah
jika pemimpin dapat dipercaya, maka kepatuhan menjadi tumbuh. Oleh
karena itu, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk dapat dipercaya.
Dipercaya tentu saja tidak hanya terkait dengan masalah uang saja tetapi
dengan banyak hal, misalnya dipercaya karena memiliki tujuan yang
jelas. Dengan memiliki tujuan yang jelas, seorang pemimpin tidak mudah
diombang-ambingkan oleh berbagai kebijakan atau kalangan. Jika
bawahan melihat pemimpinnya mudah diombang-ambingkan, maka akan
timbul ketidakpercayaan.
2. Mental Model yang memimpin Diri Sendiri
Kata memimpin tidak selalu dihubungkan dengan memimpin orang lain.
Memimpin merupakan suatu hal yang juga harus dilakukan setiap orang,
tanpa harus menjadi seorang pemimpin yang memiliki kedudukan tertentu
dalam suatu organisasi. Mengapa demikian? Karena seorang yang tidak
dapat memimpin diri sendiri berarti orang tersebut tidak mampu menguasai
diri sendiri. Berikut adalah beberapa hal yang dapat membantu
pembentukan mental model terkait dengan memimpin diri sendiri.
a. Discipline your mind
Jika dibiarkan tidak terkontrol, pikiran dapat mengembara kemana-mana,
memikirkan segala macam hal. Jika hal ini terjadi maka pikiran dapat

7
mempengaruhi keberhasilan seseorang, karena yang bersangkutan
menjadi tidak fokus dalam berpikir. Pikiran yang liar akan berdampak
pada pembentukan mental model yang liar juga.
b. Get rid of lustful thinking
Get rid of lustful thinking dapat digambarkan sebagai berikut. Seorang
yang membiarkan pikirannya memikirkan kegagalan, sementara pada
saat yang sama ia sedang melakukan berbagai cara agar pekerjaan yang
dikerjakan dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan, maka
sebenarnya ia sedang mempertentangkan antara keberhasilan yang
sedang diusahakan dengan kegagalan yang ada di pikirannya. Dengan
kata lain, ia membuka pintu dan membiarkan musuh (dalam hal ini
kegagalan) memasuki wilayah keberhasilan yang sedang diperjuangkan.
Get rid of lustful thinking juga dimaksudkan supaya jangan mengotori
pikiran dengan hal-hal yang kotor, negatif, tidak sopan, atau yang tidak
bermanfaat, yang akan berpengaruh pada perkataan, dan pada akhirnya
tindakan.
c. Think a correct thinking and take the trash out.
Mencegah supaya pikiran jangan dibiarkan memikirkan hal-hal yang
negatif atau mengarah pada kegagalan belum cukup. Setelah dicegah, hal
selanjutnya adalah mengisi dan mengarahkan pikiran dengan hal-hal
yang bermanfaat, sedangkan hal-hal yang kotor (trash) dibuang. Jika hal-
hal yang kotor tidak dibuang, maka pikiran akan penuh dan sulit untuk
ditambah dengan hal-hal baru yang sebenarnya bermanfaat untuk
kemajuan. Ada beberapa hal yang menyebabkan orang tidak dapat
memimpin diri sendiri atau tidak dapat mengendalikan diri sendiri atau
pikirannya.
E. Mental Model dan Learning Organisasi
Mental Model adalah bagian dari lima disiplin dari Learning Organization
oleh Peter Senge. Learning Organization adalah  usaha yang dilakukan oleh
sebuah organisasi yang melakukan proses pembelajaran. Hal ini ditujukan agar
dalam sebuah organisasi tersebut dapat tetap stabil meskipun banyaknya

8
perubahan yang terjadi. Dalam mewujudkan LearningO rganisation dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti training, kursus, outbond, dan lainnya.
Kehidupan merupakan suatu proses dari pertumbuhan, dan kekuatan dari
pertumbuhan itu sendiri adalah dengan belajar. Dengan belajar, seseorang dapat
mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik. Proses belajar itu sendiri tidak
akan berhenti karena seseorang akan terus belajar selama hidupnya. Begitu pula
dengan organisasi. Keadaan lingkungan yang terus berubah, memaksa organisasi
untuk terus membenahi diri dan menghadapi perubahan itu dengan segala
kemampuan yang telah disiapkannya. Dengan kata lain, organisasi secara tidak
langsung juga selalu mengalami proses pembelajaran.
Perusahaan yang paling sukses adalah perusahaan yang terbentuk learning
organization, yaitu organisasi yang anggotanya mampu mengembangkan
kapasitasnya secara berkelanjutan dalam mewujudkan hasil yang optimal.
Perhatian yang cukup besar diarahkan kepada lima disiplin yang diarahkan oleh
Peter Senge, yaitu  personal mastery, mental models, shared vision, team learning,
systems thinking
Dalam lima disiplin ini mental model menjadi salah satu aspek penting yang
tidak bisa terpisahkan dalam mencapai tujuan organisasi. Hal ini
menjadikan mental model berkaitan erat dengan kepemimpinan (Leadership).
Kepemimpinan (leadership) yang digunakan dalam Learning Organization itu
adalah bukanlah orang yang dominan dalam organisasi, tetapi bagaimana dia bisa
menganggap orang dalam sebuah organisasi sebagai kolega, tidak ada yang
menonjol sendiri-sendiri, tidak unik yang melebihi dari orang lain yang dapat
berpikir sistem. Dalam konteks ini, maka pemimpin menurut Senge, adalah
sebagai designer, sebagai stewardess  (pelayan), teacher, dan kepemimpinan
bersama (shareleadership) setiap orang bisa dilatih sebagai pemimpin.
Kepemimpinan dalam Learning Organization ini sangat penting diterapkan
dalam organisasi/institusi di bidang Kesehatan seperti halnya di Puskesmas.
Kepala Puskesmas yang baik tentu saja adalah kepala puskesmas yang berhasil
mempengaruhi motivasi kerja bawahannya, dengan motivasi kerja yang baik tentu
saja akan mempengaruhi performa atau kinerja dari bawahannya. Beberapa hasil

9
penelitian menunjukan bahwa peran kepala puskesmas seperti selalu memberikan
pengarahan, motivasi dalam bekerja juga komunikasi yang harmonis dengan
bawahan dapat meningkatkan kinerja dari pegawai. Dalam hal ini tentu saja akan
berhubungan dengan gaya kepemimpinan.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mental models adalah asumsi-asumsi atau generalisasi-generalisasi
(paradigma) yang terdapat dalam pikiran kita yang mempengaruhi bagaimana kita
memahami, bersikap dan bertindak terhadap dunia sekitar.
Konsep mental model (model mental) diciptakan oleh seorang psikolog
Skotlandia Kenneth Craik pada tahun 1940-an. Selanjutnya digunakan oleh para
psikolog, ilmuwan koginitif dan manajer.  Menurut beberapa ahli teori kognitif,
perubahan-perubahan dalam model-model mental setiap hari jangka pendek yang
terakumulasi dari waktu ke waktu, secara bertahap akan dicerminkan dalam
perubahan-perubahan keyakinan jangka panjang yang mendalam.
Menurut Webster Dictionary, definisi pemimpin adalah: ‘a person or things
who leads’ (seorang atau sesuatu yang memimpin). Untuk dapat memimpin orang
lain dengan baik, seorang pemimpin tentu saja harus dapat memimpin dirinya
sendiri terlebih dahulu. Pemimpin dapat dibedakan pada dua hal yaitu: seorang
pemimpin dalam arti memimpin diri sendiri dan kemudian pemimpin yang
memimpin orang lain.
Mental Model adalah bagian dari lima disiplin dari Learning Organization
oleh Peter Senge. Learning Organization adalah  usaha yang dilakukan oleh
sebuah organisasi yang melakukan proses pembelajaran. Hal ini ditujukan agar
dalam sebuah organisasi tersebut dapat tetap stabil meskipun banyaknya
perubahan yang terjadi. Dalam mewujudkan LearningO rganisation dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti training, kursus, outbond, dan lainnya.
B. Saran
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui teori mental
Model karena berguna untuk memberikan gambaran tentang kejadian tertentu di
sekililing kita dan menjadi modal utama dalam membentuk persepsi dalam sebuah
manajemen kesehatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Peter M. Senge: Organisasi Pembelajar. “ http://perilakuorganisasi.com/peter-m-


senge-organisasi-pembelajar.html” (diunduh 26 januari 2020)
Rahardijanto, T.H. Teori Sistem. “ kk.mercubuana.ac.id/files/42004-7-
145163489210.doc” (diunduh 26 januari 2020)
Rosalina dkk. 2012. Mental Models. (online) diakses tanggal 25 januari 2015
Zulyadaini. Mental Model dan Pemimpin.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1405188199.pdf (diunduh 26
januari 2020)
Yukl Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi Edisi Kelima. Jakarta. PT
Indeks

12

Anda mungkin juga menyukai