Anda di halaman 1dari 59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Konsep Dasar Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam
prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul –
betul penuh perjuangan. Dari sekitar 20 – 40 juta sperma yang di
keluarkan, hanya sedikit yang survive dan berhasil mencapai tempat sel
telur. Dari jumlah yang sudah seditik itu, Cuma 1 sperma saja yang bisa
membuahi sel telur (Walyani,2015).
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang
sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam
rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan,
dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan
(Walyani, 2015).
Penulis menyimpulkan berdasarkan pengertian dari berbagai sumber
bahwa kehamilan adalah bertemunya sperma dan sel telur (fertilisasi),
dilanjut dengan nidasi atau implantasi yang umumnya di dalam rahim
dan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan dihitung dari awal
periode menstruasi terakhir sampai melahirkan.
b. Fisiologi Kehamilan
Menurut Saifuddin (2016), untuk terjadi kehamilan harus ada
spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi
(implantasi) hasil konsepsi :
1) Ovulasi (pengeluaran sel telur)
Ovulasi biasanya terjadi kira-kira 14 hari sebelum menstruasi yang
akan datang, diantara dua haid yang berurutan, indung telur akan
mengeluarkan ovum, setiap kali satu dari ovarium kanan dan lain kali
dari ovarium kiri (Walyani, 2015).

1
2

Setelah ovulasi sel-sel granulosa dari dinding folikel mengalami


perubahan dan mengandung zat warna yang kuning disebut luteum,
sehingga folikel yang berubah menjadi butir telur yang kuning disebut
korpus luteum yang mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.
Bila terjadi konsepsi, korpus luteum menjadi korpus luteum
graviditatum dan bila tidak ada konsepsi menjadi korpus luteum
menstruationum (Walyani, 2015).
Bila terjadi konsepsi korpus luteum tidak mati maka progesteron
dan estrogen terus terbentuk, dengan demikian endometrium tidak
nekrosis tetapi malah tumbuh menjadi tebal dan berubah menjadi
decidua. Hal inilah yang menyebabkan seorang wanita tidak haid
selama kehamilan berlangsung (Walyani, 2015).
2) Spermatozoa
Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel
primitif tubulus testis yang relatif berjumlah tetap sampai pubertas.
Pada masa pubertas sel-sel spermatogonium tersebut dalam pengaruh
sel-sel interstisial Leydig mulai aktif mengadakan mitosis dan
terjadilah proses spermatogenesis yang sangat kompleks (Saifuddin,
2016).
Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) menurut Rustam
Mochtar (1998) dalam Walyani (2015) adalah :
a) Spermatogonium (membelah dua)
b) Spermatosit pertama (membelah dua)
c) Spermatosit kedua (membelah dua)
d) Spermatid, kemudian tumbuh menjadi
e) Spermatozoa (sperma)
Spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau kepala yang
berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor,
dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala dengan ekor.
Dengan getaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat
(Saifuddin, 2016).
3

Bagian leher banyak mengandung mitokondria merupakan


penghasil energi dalam bentuk gradien ion adenosin trifosfat (ATP)
yang digunakan untuk gerakan spermatozoa melalui ekornya
menembus lendir serviks, uterus dan tuba (Walyani, 2015).
3) Pembuahan (Konsepsi = Fertilisasi)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani
dengan sel telur di tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula tuba pada
hari ke sebelas sampai empat belas dalam siklus menstruasi. Wanita
mengalami ovulasi (peristiwa matangnya sel telur) sehingga siap
untuk dibuahi, bila saat ini dilakukan coitus, sperma yang
mengandung kurang lebih seratus sampai seratus dua puluh juta sel
sperma dipancarkan ke bagian atas dinding vagina terus naik ke
serviks dan melintas uterus menuju tuba fallopi disinilah ovum dibuahi
(Walyani, 2015).
Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi mampu
melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk mencapai ovum,
spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel di luar ovum),
melintasi zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular),
yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami
fertilisasi lebih dari satu spermatozoa dan masuk ke vitelus ovum
(Walyani, 2015).
Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak
dapat dilalui oleh sperma lain. Proses ini diikuti oleh penyatuan ke dua
pronukleus yang disebut zigot, yang terdiri atas acuan genetic dari
wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan xx zigot
menurunkan bayi perempuan dan xy zigot menurunkan bayi laki-laki
(Walyani, 2015).
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan
zigot selama tiga hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi ini tetap
digerakkan kearah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar
4

(silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri
pada tingkat blastula (Walyani, 2015).

Gambar 2.1 Pembuahan Ovum


Sumber : Saifuddin, A.B (ed). 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,
Bagian Proses Pembuahan, Jakarta, halaman 142.

4) Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu sampai disebut
trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan.
Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada
dalam masa sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung
sel-sel desidua yaitu sel-sel besar yang mengandung banyak glikogen
serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian yang
berisi massa sel dalam (inner cell mass) akan mudah masuk ke dalam
desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan
menutup lagi (Walyani, 2015).
Itulah sebabnya kadang-kadang pada saat nidasi terjadi sedikit
perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Umumnya nidasi
terjadi pada depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.
Bila nidasi telah terjadi, dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel
lebih kecil yang terletak dekat ruang excoeloma membentuk
entoderm dan yolk sac sedangkan sel-sel yang tumbuh besar menjadi
entoderm dan membentuk ruang amnion. Maka terbentuklah suatu
5

lempeng embrional (embrional plate) diantara amnion dan yolk sac


(Walyani, 2015).
Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh disekitar mudigah
(embrio) akan melapisi bagian dalam trofoblas. Maka terbentuklah
sekat korionik (chorionik membrane) yang kelak menjadi korion. Sel-
sel trofoblas tumbuh menjadi dua lapisan yaitu sitotrofoblas (sebelah
dalam) dan sinsitio trofoblas (sebelah luar) (Walyani, 2015).
Villi korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh
bercabang-cabang dan disebut korion krondosum sedangkan yang
berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan
sehingga akhirnya menghilang disebut chorion leave (Walyani, 2015).
Dalam peringkat nidasi trofoblas dihasilkan hormon-hormon
chorionic gonadotropin (HCG) (Walyani, 2015).

Gambar 2.2 Pembelahan sel


(Mulai dari hasil konsepsi sampai stadium morula)
Sumber : Saifuddin, A.B (ed). 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,
Bagian Proses Nidasi, Jakarta, halaman 143.

5) Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai.
Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah
fertilisasi (Saifuddin, 2016).
Menurut Rustam Mochtar (1998) dalam Walyani (2015)
pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi konsepsi karena
pengaruh hormon terus tumbuh sehingga makin lama menjadi tebal.
Desidua adalah mukosa rahim pada kehamilan yang terbagi atas :
6

a) Desidua basalis
Terletak di antara hasil konsepsi dan dinding rahim, disini plasenta
terbentuk.
b) Desidua kapsularis
Meliputi hasil konsepsi ke arah rongga rahim yang lama kelamaan
bersatu dengan desidua vera karena obliterasi.
c) Desidua vera (parietalis)
Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.
Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas
invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium.
Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang
berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang
dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan
interviler dimana vili korialis seolah-olah terapung-apung di antara
ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta. Vili korialis
ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta
(Saifuddin, 2016).

Gambar 2.3 Plasentasi


Sumber : Saifuddin, A.B (ed). 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo,
Bagian Proses Plasentasi, Jakarta, halaman 146.
7

6) Perkembangan Fungsi Organ Janin


Tabel 2.1 Perkembangan Fungsi Organ Janin

Usia
Gestasi Organ
(minggu)
6 Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah
terbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh.
7 Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia eksterna.
Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.
9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka janin, kelopak
mata terbentuk namun tak akan membuka sampai 28 minggu.
13-16 Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal dari trimester ke 2. Kulit
janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut janin).
Janin bergerak aktif yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah
terbentuk mekonium (faeces) dalam usus. Jantung berdenyut 120-
150/menit.
17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai refleks.
25-28 Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan
dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada
periode ini sangat sulit bila lahir.
29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidung (50-70%).
Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah reguler, suhu
relatif stabil.
33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan hidup
tanpa kesulitan.
38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, di mana bayi akan
meliputi seluruh uterus. Air ketuban berkurang, tetapi masih dalam
batas normal.
Sumber : Saifuddin, 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Bagian
Fisiologi Janin, Jakarta, halaman 158.

c. Tanda dan Gejala Kehamilan


Menurut Walyani (2015) ada beberapa tanda dan gejala pada
kehamilan :
1) Tanda Dugaan Hamil
a) Amenorea (berhentinya menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi.
Lamanya amenorea dapat diinformasikan dengan memastikan hari
pertama haid terakhir (HPHT) dan digunakan untuk
memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan. Tetapi,
8

amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu,


tumor pituitari, perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan
biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan.
b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang
terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness.
Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau
sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut
dengan hiperemesis gravidarum.
c) Ngidam (menginginkan makan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bula-
bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya
kehamilan.
d) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf dan menimbulkan syncope
atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada
tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.
e) Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan
kecepatan basal metabolisme, pada kehamilan yang akan
meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas
metabolisme hasil konsepsi.
f) Payudara Tegang
Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada
payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan
sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-
hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan
9

perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan,


pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.
g) Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering terjadi
pada triwulan pertama kedua umumnya keluhan ini akan berkurang
karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada
akhir triwulan, gejala ini timbul karena janin mulai masuk
kerongga panggul dan menekan kembali kandung kemih.
h) Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus
otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
i) Pigmentasi Kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.
Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi ini meliputi tempat-
tempat berikut ini :
(1) Sekitar pipi : cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah
dahi, hidung, pipi dan leher)
(2) Sekitar leher tampak lebih hitam
(3) Dinding perut : Strie lividae/gravidarum (terdapat pada
seorang primigravida, warnanya membiru), strie nigra, line
alba menjadi lebih hitam (linea nigra).
(4) Sekitar payudara : Hiperpigmentasi areola mamae sehingga
terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada
tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih,
coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit
hitam. Selain itu kelenjar montgomeri menonjol dan pembuluh
darah menifes sekitar payudara.
(5) Sekitar pantat dan paha atas : Terdapat strie akibat pembesaran
bagian tersebut.
10

j) Epulis
Epulis adalah suatu hipertrofi papilla gingivae. Sering terjadi
pada triwulan pertama.
k) Varises
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran
pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.
Varises dapat terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis
serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang
setelah persalinan.
2) Tanda Kemungkinan Hamil (Probability Sign)
a) Pembesaran Perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan
keempat kehamilan.
b) Tanda Hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus
uteri.
c) Tanda Goodel
Tanda goodel adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak
hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil
melunak seperti bibir.
d) Tanda Chadwick
Tanda chadwick adalah perubahan warna menjadi keunguan
pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga portio dan serviks.
e) Tanda Piskaseck
Tanda piskaseck adalah suatu pembesaran uterus yang tidak
simetris. Terjadi karena ovum ber-implantasi pada daerah dekat
dengan korpus sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
f) Kontaksi Braxton Hicks
Uterus pada saat hamil bila dirangsang mudah berkontraksi.
Kontraksi yang tidak teratur tanpa nyeri disebut Braxton Hicks.
Adanya kontraksi Braxton Hicks ini menunjukkan bahwa
11

kehamilan bukan kehamilan ektopik. Biasanya timbul pada


kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari
pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontaksi ini terus
meningkat frekuensinya, lamanya dan kekuatannya sampai
mendekati persalinan.
g) Teraba Ballotement
Pada kehamilan muda (kira-kira 20 minggu) air ketuban jauh
lebih banyak sehingga dengan menggoyangkan uterus atau
sekonyong-konyong uterus ditekan maka janin akan melenting
dalam uterus, keadaan inilah yang disebut Ballotement.
h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human
chorionic gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh
sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon direkresi
peredaran darah (pada plasma darah), dan dieksresi pada urine ibu.
Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan
meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada
hari 60-70 usia gestasi. Kemudian menurun pada hari ke 100-130.
3) Tanda Pasti (Positive Sign)
a) Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh
pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia
kehamilan sekitar 20 minggu.
b) Denyut Jantung Janin
Dapat didengar dengan pada usia 12 minggu dengan
menggunakan alat fetal electrocardiograf (misal dopler). Dengan
stethoscope laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan
18-20 minggu.
c) Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan
bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba
12

dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir).


Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan
USG.
d) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
d. Perubahan Fisiologi Kehamilan
1) Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan pada sistem reproduksi menurut Tyastuti &
Wahyuningsih, (2016) adalah sebagai berikut :
a) Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi
konsepsi intrauterin. Hormon estrogen menyebabkan hiperplasi
jaringan, hormon progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan
uterus.
Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi
estrogen dan perlunakan akibat progesteron (tanda Goodell).
Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan
gejala keputihan. Ismus uteri mengalami hipertropi kemudian
memanjang dan melunak yang disebut tanda Hegar.
Tabel 2.2 Taksiran Pembesaran Uterus Pada Perabaan TFU
Tidak hamil/normal Sebesar telur ayam (+ 30 g)
Kehamilan 8 minggu Telur bebek
Kehamilan 12 minggu Telur angsa
Kehamilan 16 minggu Pertengahan simfisis-pusat
Kehamilan 20 minggu Pinggir bawah pusat
Kehamilan 24 minggu Pinggir atas pusat
Kehamilan 28 minggu Sepertiga pusat-xyphoid
Kehamilan 32 minggu Pertengahan pusat-xyphoid
Kehamilan 36 minggu 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Sumber : Tyastuti & Wahyuningsih. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan
Asuhan Kebidanan Kehamilan, Bagian Perubahan Fisik I pada Ibu Hamil,
Jakarta, halaman 24-25.
13

Gambar 2.4 Pembesaran uterus menurut umur kehamilan


Sumber : Tyastuti & Wahyuningsih. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan
Asuhan Kebidanan Kehamilan, Bagian Perubahan Fisik I pada Ibu Hamil,
Jakarta, halaman 25.

b) Vagina / vulva
Vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan warna merah
ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu hamil
berubah menjadi lebih asam, keasaman (pH) berubah dari 4
menjadi 6.5 sehingga menyebabkan wanita hamil lebih rentan
terhadap infeksi vagina terutama infeksi jamur. Hypervaskularisasi
pada vagina dapat menyebabkan hypersensitivitas sehingga dapat
meningkatkan libido atau keinginan atau bangkitan seksual
terutama pada kehamilan trimester dua.
c) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama
kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi pembentukan
dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi
siklus hormonal menstruasi.
2) Perubahan Sistem Pernapasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi
pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan karena
uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan
14

mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm


sehingga kurang leluasa bergerak
Peningkatan hormon estrogen pada kehamilan dapat
mengakibatkan peningkatan vaskularisasi pada saluran pernapasan
atas. Kapiler yang membesar dapat mengakibatkan edema dan
hiperemia pada hidung, faring, laring, trakhea dan bronkus. Hal ini
dapat menimbulkan sumbatan pada hidung dan sinus, hidung berdarah
(epstaksis) dan perubahan suara pada ibu hamil. (Tyastuti &
Wahyuningsih, 2016).
3) Perubahan Payudara
Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu
perkembangan duktus (saluran) air susu pada payudara. sedangkan
hormon progesterone menambah sel-sel asinus pada payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin)
menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara,
serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum.
Pada ibu hamil payudara membesar dan tegang, terjadi
hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama
daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor, puting susu
membesar dan menonjol. Hypertropi kelenjar sabasea (lemak) muncul
pada areola mamae disebut tuberkel Montgomery yang kelihatan di
sekitar puting susu. Kelenjar sebasea ini berfungsi sebagai pelumas
puting susu, kelembutan puting susu terganggu apabila lemak
pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting susu akan mengeluarkan
kholostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu yang berwarna putih
kekuningan pada trimester ketiga (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
4) Perubahan Sistem Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otot otot saluran kemih menurun. Kencing lebih
sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %.
15

Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang


terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan
mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam urat
dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
Wanita hamil trimester I dan III sering mengalami sering kencing
(BAK/buang air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk sering
mengganti celana dalam agar tetap kering (Tyastuti & Wahyuningsih,
2016).
5) Perubahan Sistem Pencernaan
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah-muntah, Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut
Morning Sickness. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltic dengan
gejala sering kembung, dan konstipasi. Pada keadaan patologik
tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali
per hari (hiperemesis gravidarum). Aliran darah ke panggul dan
tekanan vena yang meningkat dapat mengakibatkan hemoroid pada
akhir kehamilan. Hormon estrogen juga dapat mengakibatkan gusi
hiperemia dan cenderung mudah berdarah. Ibu hamil trimester
pertama sering mengalami nafsu makan menurun, hal ini dapat
disebabkan perasaan mual dan muntah yang sering terjadi pada
kehamilan muda (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah
perubahan maternal, meliputi :
a) Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
b) Terjadi hemodilusi sehingga menyebabkan anemia relative,
hemoglobin turun sampai 10 %.
c) Akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
d) Tekanan darah sistolik maupun diastolik pada ibu hamil trimester I
turun 5 sampai 10 mm Hg, hal ini kemungkinan disebabkan karena
terjadinya vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal pada
16

kehamilan. Tekanan darah akan kembali normal pada trimester III


kehamilan.
e) Curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I,
menetap sampai akhir kehamilan
f) Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
g) Trimester kedua denyut jantung meningkat 10-15 kali permenit,
dapat juga timbul palpitasi.
h) Volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan,
kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir kehamilan
(Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
7) Perubahan Sistem Integument
Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit yaitu terjadi
hiperpigmentasi atau warna kulit kelihatan lebih gelap. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan Melanosit Stimulating
Hormon (MSH). Hiperpigmentasi dapat terjadi pada muka, leher,
payudara, perut, lipat paha dan aksila. Hiperpigmentasi pada muka
disebut Cloasma gravidarum biasanya timbul pada hidung, pipi dan
dahi. Hiperpigmentasi pada perut terjadi pada garis tengah berwarna
hitam kebiruan dari pusat kebawah sampai sympisis yang disebut
linea nigra.
Perubahan keseimbangan hormon pada ibu hamil dapat juga
menimbulkan perubahan berupa penebalan kulit, pertumbuhan rambut
maupun kuku. Peregangan kulit pada ibu hamil menyebabkan elastis
kulit mudah pecah sehingga timbul striae gravidarum yaitu garis–
garis yang timbul pada perut ibu hamil. Garis–garis pada perut ibu
berwarna kebiruan disebut striae livide. Setelah partus striae livide
akan berubah menjadi striae albikans. Pada ibu hamil multigravida
biasanya terdapat striae livide dan striae albikans (Tyastuti &
Wahyuningsih, 2016).
17

8) Perubahan Darah dan Pembekuan Darah


Volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 1500 ml terdiri
dari 1000 ml plasma dan sekitar 450 ml Sel Darah Merah (SDM).
Peningkatan volume terjadi sekitar minggu ke 10 sampai ke 12.
Peningkatan volume darah ini sangat penting bagi pertahanan tubuh
untuk : hipertrofi sistem vaskuler akibat pembesaran uterus, hidrasi
jaringan pada janin dan ibu saat ibu hamil berdiri atau terlentang dan
cadangan cairan untuk mengganti darah yang hilang pada saat
persalinan dan masa nifas.
Vasodilatasi perifer terjadi pada ibu hamil berguna untuk
mempertahankan tekanan darah supaya tetap normal meskipun
volume darah pada ibu hamil meningkat. Produksi SDM meningkat
selama hamil, peningkatan SDM tergantung pada jumlah zat besi yang
tersedia. Meskipun produksi SDM meningkat tetapi haemoglobin dan
haematokrit menurun, hal ini disebut anemia fisiologis. Ibu hamil
trimester II mengalami penurunan haemoglobin dan haematokrit yang
cepat karena pada saat ini terjadi ekspansi volume darah yang cepat.
Penurunan Hb paling rendah pada kehamilan 20 minggu kemudian
meningkat sedikit sampai hamil cukup bulan. Ibu hamil dikatakan
anemi apabila Hb < 11 gram % pada trimester I dan III, Hb < 10,5
gram % pada trimeter II (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
9) Perubahan Hormon
Menurut Saryono (2010) dalam Walyani (2015) hormon adalah zat
kimia yang secara langsung dikeluarkan ke dalam aliran darah oleh
kelenjar-kelenjar dan pada kehamilan hormon membawa berbagai
perubahan, terpusat pada berbagai bagian tubuh wanita. Berikut
adalah perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan :
a) Estrogen
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada
akhir kehamilan kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
18

b) Progesteron
Produksi hormon progesteron bahkan lebih banyak
dibandingkan estrogen, pada akhir kehamilan produksinya kira-kira
250 mg/hari.
c) Human Chorionic gonadotropin (HCG)
Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi,
fungsinya adalah untuk mempertahankan korpus luteum.
d) Human Placenta Lactogen (HPL)
Hormon ini diproduksi terus naik dan pada saat aterm mencapai
2 gram/hari. Ia bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin
wanita hamil naik.
e) Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama
kehamilan karena ditekan oleh estrogen dan progesteron plasenta.
f) Prolaktin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi
estrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh estrogen di tingkat
target organ.
g) Growth Hormone (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan oleh HPL.
h) TSH, ACHT, dan MSH
Hormon-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
i) Titoksin
Kelenjar tyroid mengalami hipertropi dan produksi T4
meningkat.
j) Aldosteron, renin dan angiotensin
Hormon ini naik, yang menyebabkan naiknya volume
intravaskuler.
k) Insulin
Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen,
progesteron dan HPL.
19

l) Parathormon
Hormon ini relative tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
e. Perubahan Psikologi Kehamilan
1) Trimester I
Trimester I disebut sebagai masa penentuan artinya penentuan
untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Seorang ibu
setelah mengetahui dirinya hamil maka responnya berbeda – beda.
a) Sikap ambivalent sering dialami pada ibu hamil, artinya kadang -
kadang ibu merasa senang karena segera akan menjadi ibu dan
orangtua, tetapi tidak sedikit juga ibu hamil merasa sedih dan
bahkan kecewa setelah mengetahui dirinya hamil. Perasaan sedih
dan kecewa ini dapat disebabkan oleh karena segera setelah
konsepsi kadar hormon progesterone dan estrogen dalam
kehamilan meningkat.
b) Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-
tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil.
Setiap perubahan pada tubuhnya selalu diperhatikan dengan
seksama.
c) Sikap ibu terhadap suami atau terhadap orang lain juga berbeda–
beda, kadang ingin merahasiakannya, tapi ada juga ibu yang ingin
segera memberitahukan kehamilannya kepada suami atau orang
lain.
d) Hasrat untuk melakukan hubungan sex, pada wanita trimester
pertama ini juga berbeda. Kebanyakan mereka mengalami
penurunan libido selama periode ini disebabkan ibu hamil trimester
I masih sering mengalami mual muntah sehingga merasa tidak
sehat. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual,
pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran.
Perasaan ibu hamil akan stabil setelah ibu sudah bisa menerima
kehamilannya sehingga setiap ibu akan berbeda–beda (Tyastuti &
Wahyuningsih, 2016).
20

2) Trimester II
Trimester II ini sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan
karena pada saat ini ibu merasa lebih sehat.
Pada trimester ini ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan
banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak
nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan
merasakan meningkatnya libido . Ibu merasa lebih stabil, kesanggupan
mengatur diri lebih baik, kondisi ibu lebih menyenangkan, ibu mulai
terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi serta perubahan fisik
tubuhnya, janin belum terlalu besar sehingga belum menimbulkan
ketidaknyamanan. Ibu sudah mulai menerima dan mengerti tentang
kehamilannya (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
3) Trimester III
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya.
Kadang - kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir
sewaktu – waktu atau takut kalau–kalau bayi yang akan dilahirkannya
tidak normal dan kebanyakan ibu akan bersikap melindungi dan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya
membahayakan bayinya. Seorang ibu mulai merasa takut akan rasa
sakit yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman
akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu
yang merasa dirinya aneh dan jelek.
Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.
Pada trimester inilah ibu sangat memerlukan keterangan dan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Tyastuti & Wahyuningsih,
2016).
21

f. Gangguan Ketidaknyamanan Kehamilan


Berikut ini adalah gangguan ketidaknyamanan kehamilan menurut
Tyastuti & Wahyuningsih (2016) yaitu :
1) Mual Muntah Pada Pagi Hari
Mual muntah terjadi pada 50% wanita hamil, biasanya terjadi pada
pagi hari (morning sickness). Mual muntah ini lebih sering terjadi
pada saat lambung dalam keadaan kosong sehingga lebih sering
terjadi pada pagi hari.
Penyebab secara pasti belum dapat dijelaskan namun ada beberapa
anggapan dapat disebabkan oleh : perubahan hormonal, adaptasi
psikologis/faktor emosional, gula darah rendah mungkin tidak makan
dalam beberapa jam, kelebihan asam lambung, peristaltik lambat.
Upaya yang dilakukan untuk meringankan atau mencegah yaitu
a) Pada pagi hari sebelum bangun dari tempat tidur, makan biskuit
atau crackers dan minum segelas air,
b) Hindari makanan pedas dan berbau tajam, makan sedikit tapi
sering, cara ini dapat mempertahankan kadar gula darah.
c) Ibu hamil sangat dianjurkan makan permen atau minum manis
(minum jus buah) atau minum susu sebelum tidur atau pada saat
bangun tidur dapat mencegah hipoglikemi.
d) Saat bangun pagi atau sore hari secara perlahan bangun dari tempat
tidur, hindari gerakan mendadak.
2) Sering BAK
Ibu hamil trimester I sering mengalami keluhan sering Buang Air
Kecil (BAK). Akibatnya saat malam hari ibu hamil tidak dapat tidur
dengan nyenyak.
Faktor penyebabnya adalah uterus yang membesar sehingga
menekan kandung kemih, ekskresi sodium (Natrium) yang meningkat,
perubahan fisiologis ginjal sehingga produksi urine meningkat.
22

Upaya yang dilakukan untuk meringankan atau mencegah yaitu :


a) Kosongkan kandung kencing pada saat terasa ingin BAK.
b) Perbanyak minum pada siang hari untuk menjaga keseimbangan
hidrasi, jika BAK pada malam hari tidak mengganggu tidur maka
tidak dianjurkan mengurangi minum dimalam hari.
c) Membatasi minum yang mengandung diuretik seperti teh, kopi,
cola dengan coffeine.
d) Saat tidur posisi berbaring miring kekiri dengan kaki ditinggikan
adalah lebih baik.
e) Secara rutin bersihkan dan keringkan alat kelamin setiap selesai
BAK untuk mencegah infeksi saluran kemih.
3) Gatal Dan Kaku Pada Jari
Penyebab belum diketahui secara pasti, kemungkinan penyebabnya
adalah hypersensitive terhadap antigen plasenta, perubahan gaya berat
yang disebabkan karena pembesaran rahim membuat berubahnya
postur wanita dimana posisi bahu dan kepala lebih kebelakang. Hal ini
dapat menekan syaraf di lengan sehingga mengakibatkan rasa gatal
dan kaku pada jari.
Upaya yang dilakukan untuk meringankan atau mencegah yaitu
a) Kompres dingin atau mandi berendam atau dengan shower.
b) Posisi tubuh yang baik pada saat berdiri, duduk maupun ketika
mengambil sesuatu jangan dengan membungkuk tetapi tulang
belakang tetap diusahakan dalam posisi tegak.
c) Sering berbaring apabila merasa lelah.
4) Hidung Tersumbat Atau Berdarah
Beberapa faktor penyebab hidung tersumbat pada ibu hamil adalah,
peningkatan kadar hormon estrogen pada kehamilan yang
mengakibatkan kongesti mukosa hidung, hidung mengeluarkan cairan
berlebihan. Edema mukosa menyebabkan hidung tersumbat,
mengeluarkan cairan dan terjadi obstruksi. Hiperemia yang terjadi
23

pada kapiler hidung, ditambah seringnya membuang cairan hidung


dapat menyebabkan epistaksis/mimisan/perdarahan hidung.
Untuk meringankan atau mencegah dapat dilakukan dengan :
a) Meneteskan cairan salin pada hidung, dan tidak boleh lebih dari 3
hari.
b) Dilakukan penguapan atau pengembunan udara dingin, hal ini
dapat mengurangi sumbatan pada hidung.
5) Ngidam
Ngidam sering terjadi pada ibu hamil trimester I tetapi bisa juga
dialami oleh ibu hamil sampai akhir kehamilan.
Faktor penyebab mengidam berkaitan dengan persepsi atau
anggapan individu wanita hamil tentang sesuatu yang menurutnya bisa
mengurangi rasa mual dan muntah, pada ibu hamil indra pengecap
menjadi lebih tumpul atau kurang perasa sehingga selalu mencari –
cari makanan yang merangsang.
Cara meringankan atau mencegahnya yaitu menjelaskan tentang
bahaya makan makanan yang tidak sehat, dan mengatakan pada ibu
hamil, tidak perlu khawatir apabila makanan yang diinginkan adalah
makanan yang bergizi.
6) Kelelahan Atau Fatique
Ibu hamil seringkali merasakan cepat lelah sehingga kadang-
kadang mengganggu aktifitas sehari–hari. Kelelahan sering terjadi
pada ibu hamil trimester I.
Penyebab yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Diduga hal
ini berkaitan dengan faktor metabolisme yang rata-rata menurun pada
ibu hamil.
Sangat dianjurkan makan makanan yang seimbang, tidur dan
istirahat yang cukup, lakukan tidur siang. Ibu hamil juga dianjurkan
untuk melakukan olahraga atau senam secara teratur, hindari istirahat
yang berlebihan.
24

7) Keputihan / Leukorrea
Ibu hamil sering mengeluh mengeluarkan lendir dari vagina yang
lebih banyak sehingga membuat perasaan tidak nyaman karena celana
dalam sering menjadi basah. Kejadian keputihan ini bisa terjadi pada
ibu hamil trimester pertama, kedua maupun ketiga.
Penyebab utama adalah meningkatnya kadar hormon estrogen pada
ibu hamil trimester I yang dapat menimbulkan produksi lendir servix
meningkat. Pada ibu hamil terjadi hyperplasia pada mukosa vagina.
Cara meringankan dan mencegah yaitu
a) Menjaga kebersihan dengan mandi setiap hari.
b) Bersihkan alat kelamin dari arah depan ke belakang dan keringkan
setiap sehabis BAB atau BAK.
c) Ganti celana dalam apabila basah, pakai celana dalam yang terbuat
dari katun sehingga menyerap keringat dan membuat sirkulasi
udara yang baik, tidak dianjurkan memakai semprot atau douch.
8) Keringat Bertambah
Ibu hamil seringkali mengeluh kepanasan, mengeluarkan keringat
yang banyak. Keringat yang banyak menyebabkan rasa tidak nyaman,
kadang – kadang mengganggu tidur sehingga ibu hamil merasa lelah
karena kurang istirahat.
Faktor penyebabnya karena perubahan hormon pada kehamilan
sehingga meningkatkan aktifitas kelenjar keringat, aktifitas kelenjar
sebasea (kelenjar minyak) dan folikel rambut meningkat, penambahan
Berat Badan dan meningkatnya metabolisme pada ibu hamil.
Cara meringankan atau mencegah yaitu dengan mandi / berendam
secara teratur, memakai pakaian yang longgar dan tipis, terbuat dari
katun supaya menyerap keringat, perbanyak minum cairan untuk
menjaga hidrasi.
9) Palpitasi
Palpitasi atau rasa berdebar – debar sering dirasakan oleh ibu hamil
pada awal kehamilan. Pada ibu hamil terjadi peningkatan kerja
25

jantung karena jantung mempunyai 50 % darah tambahan yang harus


dipompakan melalui aorta setiap menit. Peningkatan curah jantung ini
mencapai puncaknya pada akhir trimester II dan menurun kembali
seperti sebelum hamil beberapa minggu sebelum melahirkan.
Faktor yang menjadi penyebab adalah terjadinya peningkatan curah
jantung pada ibu hamil, dan adanya gangguan pada sistem syaraf
simpati. Pada ibu hamil yang tidak mempunyai keluhan jantung, hal
ini tidak perlu dikawatirkan., bidan harus dapat menjelaskan bahwa
hal ini normal terjadi pada kehamilan, dan akan menghilang pada
akhir kehamilan.
10) Ptyalism ( Air Ludah / Saliva Berlebihan)
Ibu hamil sering merasakan saliva keluar lebih banyak dari biasa,
hal ini kadang–kadang dapat menimbulkan rasa mual sehingga ibu
hamil merasa tidak nyaman.
Beberapa faktor yang dapat sebagai penyebab adalah keasaman
mulut atau meningkatnya asupan pati sehingga menstimulasi
(merangsang) kelenjar saliva (kelenjar ludah) untuk meningkatkan
sekresi. Ada kalanya juga disebabkan karena ibu hamil mengurangi
makan dengan maksud untuk mengurangi mual, hal ini dapat
menyebabkan peningkatan jumlah saliva di mulut.
Cara meringankan atau mencegah :
a) Kurangi makan yang banyak mengandung karbohidrat.
b) Kunyah permen karet atau permen keras
c) Jaga kebersihan mulut.
11) Sakit Kepala
Ibu hamil sering mengeluh sakit kepala, keluhan ini bisa dirasakan
ibu hamil baik trimester I, trimester II maupun trimester III.
Faktor yang menjadi penyebab adalah kelelahan atau keletihan,
spasme/ketegangan otot, ketegangan pada otot mata, kongesti
(akumulasi abnormal/berlebihan cairan tubuh), dinamika cairan syaraf
yang berubah.
26

Cara meringankan atau mencegah :


a) Relaksasi untuk meringankan ketegangan/spasme.
b) Massase leher dan otot bahu
c) Tidur cukup pada malam hari dan istirahat cukup pada siang hari.
d) Mandi air hangat
e) Jangan pergi dalam periode lama tanpa makan.
f) Penuhi kebutuhan cairan minimal 10 gelas per hari.
g) Hindari hal dapat menyebabkan sakit kepala (mata tegang, ruangan
sumpek, asap rokok, lingkungan sibuk).
h) Lakukan jalan santai di udara segar.
i) Istirahat pada tempat yang tenang dan rileks
j) Lakukan meditasi atau yoga.
12) Spider Nevi/Spider Hemangioma
Spider nevi disebut juga spider hemangioma adalah noda
kemerahan seperti api berpusat dari pusat tubuh dan menjalar ke kaki
yang terjadi pada ibu hamil. Hal ini lebih kelihatan pada ibu hamil
yang mempunyai kulit terang, pada ibu hamil yang kulitnya gelap
kurang kelihatan.
Sebagai faktor penyebabnya adalah: sirkulasi hormon estrogen
yang meningkat, dan aliran darak ke kulit meningkat.
Cara meringankan atau mencegah :
a) Gunakan krim kosmetik untuk menutupi.
b) Jelaskan pada ibu bahwa hal ini akan segera hilang persalinan.
g. Kebutuhan Dasar Kehamilan
Menurut Tyastuti & Wahyuningsih (2016) kebutuhan dasar kehamilan
meliputi :
1) Kebutuhan Oksigen
Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2, di samping itu terjadi desakan diafragma
karena dorongan rahim yang membesar. Hal ini akan berhubungan
dengan meningkatnya aktifitas paru-paru karena selain untuk
27

mencukupi kebutuhan O2 ibu, juga harus mencukupi kebutuhan O2


janin.
Untuk menghindari kejadian tersebut hendaknya ibu hamil
menghindari tempat kerumunan banyak orang. Untuk memenuhi
kecukupan O2 yang meningkat, supaya melakukan jalan–jalan dipagi
hari, duduk-duduk di bawah pohon yang rindang, berada di ruang
yang ventilasinya cukup.
2) Kebutuhan Nutrisi
Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil,
banyak diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada
sebelum hamil.
Tabel 2.3 Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil, ibu hamil
dan ibu menyusui
Kondisi Ibu
Nutrien Tak hamil
Hamil Menyusui
Kalori 2.000 2300 3000
Protein 55 g 65 g 80 g
Kalsium (Ca) 0,5 g 1g 1g
Zat besi (Fe) 12 g 17 g 17 g
Vitamin A 5000 IU 6000 IU 7000 IU
Vitamin D 400 IU 600 IU 800 IU
Tiamin 0,8 mg 1 mg 1,2 mg
Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg 1,5 mg
Niasin 13 mg 15 mg 18 mg
Vitamin C 60 mg 90 m 90 mg
Sumber : Tyastuti & Wahyuningsih, 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan, Bagian
Kebutuhan Fisik Ibu Hamil, Jakarta, halaman 48.

Kenaikan BB yang berlebihan atau BB turun setelah kehamilan


triwulan kedua harus menjadi perhatian, besar kemungkinan ada hal
yang tidak wajar sehingga sangat penting untuk segera memeriksakan
ke dokter.
3) Personal Hygiene
Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena badan
yang kotor banyak mengandung kuman. Pada ibu hamil karena
bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh maka ibu hamil cenderung
menghasilkan keringat yang berlebih, sehingga perlu menjaga
28

kebersihan badan secara ekstra disamping itu menjaga kebersihan


badan juga dapat untuk mendapatkan rasa nyaman bagi tubuh.
a) Mandi
Pada ibu hamil sebaiknya mandi siram pakai gayung, tidak
mandi rendam karena ibu hamil dengan perut besar akan kesulitan
untuk keluar dari bak mandi rendam. Menjaga kebersihan diri
terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia)
dengan cara dibersihkan dan dikeringkan. Pada saat mandi supaya
berhati–hati jangan sampai terpeleset, kalau perlu pintu tidak usah
dikunci. Air yang digunakan mandi sebaiknya tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin.
b) Perawatan Vulva Dan Vagina
Ibu hamil sebaiknya selalu membersihkan vulva dan vagina
setiap mandi, setelah BAB / BAK, cara membersihkan dari depan
ke belakang kemudian dikeringkan dengan handuk kering. Pakaian
dalam dari katun yang menyerap keringat, hindari keadaan lembab
pada vulva dan vagina. Penyemprotan vagina (douching) harus
dihindari selama kehamilan karena akan mengganggu mekanisme
pertahanan vagina yang normal dan dapat menyebabkan emboli
udara atau emboli air. Deodorant vagina tidak dianjurkan karena
dapat menimbulkan dermatitis alergika. Apabila mengalami infeksi
pada kulit supaya diobati dengan segera periksa ke dokter.
c) Perawatan Gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan karena
konsumsi kalsium yang kurang, dapat juga karena emesis-
hiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan timbunan
kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan
untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi,
perawatan gigi juga perlu dalam kehamilan karena hanya gigi yang
baik menjamin pencernaan yang sempurna.
29

d) Perawatan kuku
Kuku supaya dijaga tetap pendek sehingga kuku perlu dipotong
secara teratur, untuk memotong kuku jari kaki mungkin perlu
bantuan orang lain. Setelah memotong kuku supaya dihaluskan
sehingga tidak melukai kulit yang mungkin dapat menyebabkan
luka dan infeksi.
e) Perawatan rambut
Wanita hamil menghasilkan banyak keringat sehingga perlu
sering mencuci rambut untuk mengurangi ketombe. Cuci rambut
hendaknya dilakukan 2– 3 kali dalam satu minggu dengan cairan
pencuci rambut yang lembut, dan menggunakan air hangat supaya
ibu hamil tidak kedinginan.
4) Pakaian
Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian yang
longgar, nyaman dipakai, tanpa sabuk atau pita yang dapat menekan
bagian perut atau pergelangan tangan karena akan mengganggu
sirkulasi darah. Stocking tungkai tidak dianjurkan karena dapat
menghambat sirkulasi darah. Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan
yang longgar, menyangga payudara, tali bahu yang lebar sehingga
tidak menimbulkan rasa sakit pada bahu, yang bahannya dari katun
karena selain mudah dicuci juga jarang menimbulkan iritasi.
Menggunakan korset khusus ibu hamil dapat membantu menahan
perut bawah yang melorot dan mengurangi nyeri punggung.
5) Eliminasi
a) Buang Air Besar (BAB)
Pada ibu hamil sering terjadi obstipasi. Dengan terjadinya
obstipasi pada ibu hamil maka panggul terisi dengan rectum yang
penuh feses selain membesarnya rahim, maka dapat menimbulkan
bendungan di dalam panggul yang memudahkan timbulnya
haemorrhoid. Hal tersebut dapat dikurangi dengan minum banyak
30

air putih, gerak badan cukup, makan-makanan yang berserat seperti


sayuran dan buah-buahan.
b) Buang Air Kecil (BAK)
Pada ibu hamil lebih sering BAK karena ada penekanan
kandung kemih oleh pembesaran uterus. Untuk melancarkan dan
mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan banyak minum
dan menjaga kebersihan sekitar kelamin.
6) Seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual. Hubungan seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah :
a) Posisi diatur untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut. Posisi
perempuan diatas dianjurkan karena perempuan dapat mengatur
kedalaman penetrasi penis dan juga dapat melindungi perut dan
payudara. Posisi miring dapat mengurangi energi dan tekanan perut
yang membesar terutama pada kehamilan trimester III.
b) Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan dengan hati -
hati karena dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga
kemungkinan dapat terjadi partus prematur, fetal bradicardia pada
janin sehingga dapat menyebabkan fetal distress tetapi tidak berarti
dilarang.
c) Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan janin
d) Hindari kunikulus (stimulasi oral genetalia wanita) karena apabila
meniupkan udara ke vagina dapat menyebabkan emboli udara yang
dapat menyebabkan kematian.
e) Pada pasangan beresiko, hubungan seksual dengan memakai
kondom supaya dilanjutkan untuk mencegah penularan penyakit
menular seksual.
Hubungan seksual disarankan tidak dilakukan pada ibu hamil bila:
a) Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa
nyeri atau panas.
31

b) Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.


c) Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
d) Terdapat perlukaan di sekitar alat kelamin bagian luar.
e) Serviks telah membuka
f) Plasenta letak rendah
g) Wanita yang sering mengalami keguguran, persalinan preterm,
mengalami kematian dalam kandungan atau sekitar 2 minggu
menjelang persalinan.
7) Exercise/Senam Hamil
Dengan berolah raga tubuh seorang wanita menjadi semakin kuat.
Selama masa kehamilan olah raga dapat membantu tubuhnya siap
untuk menghadapi kelahiran. Olahraga dapat dilakukan dengan
berjalan kaki, melakukan kegiatan kegiatan fisik atau melakukan
bentuk-bentuk olah raga lainnya.
Olah raga mutlak dikurangi bila dijumpai :
a) Sering mengalami keguguran
b) Persalinan belum cukup bulan
c) Mempunyai sejarah persalinan sulit
d) Pada kasus infertilitas
e) Umur saat hamil relatif tua
f) Hamil dengan perdarahan dan mengeluarkan cairan
8) Istirahat/Tidur
Istirahat/tidur dan bersantai sangat penting bagi wanita hamil dan
menyusui, karena istirahat dan tidur secara teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan
pertumbuhan janin, membantu wanita tetap kuat, mencegah penyakit,
dapat mencegah keguguran, tekanan darah tinggi, bayi sakit dan
masalah-masalah lain.
Istirahat yang diperlukan ialah 8 jam malam hari dan 1 jam siang
hari, walaupun tidak dapat tidur baiknya berbaring saja untuk istirahat,
32

sebaiknya dengan kaki yang terangkat, mengurangi duduk atau berdiri


terlalu lama.
9) Immunisasi
Immunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan
toksoid tetanus (TT), dianjurkan untuk dapat menurunkan angka
kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus
dilakukan dua kali selama hamil. Immunisasi TT sebaiknya diberikan
pada ibu hamil dengan umur kehamilan antara tiga bulan sampai satu
bulan sebelum melahirkan dengan jarak minimal empat minggu.
Tabel 2.4 Pemberian Vaksin TT ibu yang belum pernah atau tidak
tahu status imunisasinya
Lama
Antigen Interval (waktu % Perlindungan
perlindungan
minimal)
(tahun)
TT 1 Pada kunjungan pertama
- -
kehamilan
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 99
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 - seumur hidup 99
Sumber : Tyastuti & Wahyuningsih, 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan, Bagian
Kebutuhan Fisik Ibu Hamil, Jakarta, halaman 59.

Tabel 2.5 Pemberian Vaksin TT ibu yang sudah pernah mendapat


imunisasi
Pernah Lama Perlindungan %
Interval (minimal)
(kali) (tahun) Perlindungan
1 TT 2, 4 minggu setelah TT 1 3 80
2 TT 3, 6 bulan setelah TT 2 5 95
3 TT 4, 1 tahun setelah TT 3 10 99
4 TT 5, 1 tahun setelah TT 4 25 - seumur hidup 99
5 Tidak perlu lagi 25 - seumur hidup 99
Sumber : Tyastuti & Wahyuningsih, 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan, Bagian
Kebutuhan Fisik Ibu Hamil, Jakarta, halaman 59.

h. Gejala dan Tanda Bahaya Kehamilan


Menurut Saifuddin (2016) deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama
kehamilan merupaka upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan
yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatanibu hamil. Berikut
adalah gejala dan tanda bahaya kehamilan yang harus diwaspadai :
33

1) Perdarahan per vaginam


Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20
minggu, sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir dengan keguguran
yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom yang
ditemui pada spermatozoa ataupun ovum, ukuran pembesaran uterus
yang di atas normal pada umumnya disebabkan oleh mola hidatidosa.
Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan yang tidak
jelas, pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia
kehamilan dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh
kehamilan ektopik.
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau di atas 20 minggu pada
umumnya disebabkan oleh plasenta previa, bila mendekati saat
persalinan perdarahan dapat disebabkan oleh solusio plasenta
(Saifuddin, 2016).
2) Preeklampsia
Menurut Saifuddin (2016) pada umumnya ibu hamil dengan usia
kehamilan di atas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan
darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data
atau informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan
sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi
kronis dengan preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia
adalah sebagai berikut :
a) Hiperrefleksia (iritabilitas susunan saraf pusat)
b) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak
membaik dengan pengobatan umum.
c) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau
atau berkunang-kunang
d) Nyeri epigastrik
e) Oliguria (luaran kurang dari 500 ml/24 jam)
f) Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolik 10-20 mmHg di
atas normal
34

g) Proteinuria (di atas positif 3)


h) Edema menyeluruh
3) Bayi bergerak kurang dari seperti biasanya
Ibu hamil akan merasakan gerakan janin pada bulan ke 5 atau
sebagian ibu merasakan gerakan janin lebih awal. Jika bayi tidur
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3x
dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik
(Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
4) Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
Menurut Saifuddin (2016) bila nyeri hebat terjadi pada kehamilan
trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan riwayat dan tanda-
tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada solusio
plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan (revealed) maupun
tersembunyi (concealed) yaitu trauma abdomen, preeklampsia, tinggi
fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan,bagian-bagian janin sulit
diraba, uterus tegang dan nyeri, janin mati dalam rahim.
Nyeri abdomen yang hebat yang tidak ada hubungannya dengan
persalinan adalah tidak normal. Nyeri yang tidak normal apabila nyeri
yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, hal ini
kemungkinan karena appendisitis, kehamilan ektopik, abortus,
penyakit radang panggul, gastritis, penyakit kantung empedu, abrupsio
plasenta, infeksi saluran kemih dll (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).
5) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan
6) Disuria
7) Menggigil atau demam
8) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
9) Uterus lebih besar, atau lebih kecil dari usia kehamilan yang
sesungguhnya (Saifuddin, 2016).
35

i. Program ANC Terpadu


1) Pengertian
Menurut Mufdillah (2009) dalam Walyani (2015) Asuhan antenatal
care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi,
dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu
proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan
memuaskan.
2) Tujuan Asuhan Antenatal Care
Tujuan asuhan antenatal care menurut Marjati (2001) dalam
Walyani (2015) yaitu:
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
b) Meningkatan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu juga bayi.
c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
3) Standar Pelayanan Antenatal
Menurut Kemenkes RI (2017) standar pelayanan antenatal adalah
pelayanan yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria
10 T yaitu :
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Pengukuran tinggi badan cukup dilakukan satu kali. Bila tinggi
badan <145 cm, maka faktor risiko panggul sempit, kemungkinan
sulit melahirkan secara normal. Penimbangan berat badan setiap
36

kali periksa sejak bulan ke-4 pertambahan BB paling sedikit 1


kg/bulan. Menurut Walyani (2015) kenaikan BB ibu hamil normal
rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg.
b) Ukur tekanan darah
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Tekanan darah
normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140 mmHg ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah
tinggi) dalam kehamilan. Menurut Walyani (2015) apabila turun di
bawah normal kita pikirkan kearah anemia.
c) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
Dilakukan cukup satu kali, pengukuran Lingkar Lengan Atas
apabila <23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi
Kronis (Ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR).
d) Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri)
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan
janin apakah sesuai dengan usia kehamilan.
e) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau
kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau
ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120x/menit
atau lebih dari 160x/menit menunjukkan ada tanda gawat janin dan
segera rujuk.
f) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
Penentuan status imunisasi TT diperlukan untuk mencegah
tetanus pada ibu dan bayi.
g) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah
setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum
pada malam hari untuk mengurangi rasa mual. Menurut Kemenkes
37

RI (2013) efek samping yang umum dari zat besi adalah gangguan
saluran cerna (mual, muntah, diare, konstipasi). Tablet zat besi
sebaiknya tidak diminum bersama dengan teh atau kopi karena
mengganggu penyerapan.
h) Tes laboratorium
Tes golongan darah apabila belum pernah dilakukan sebelumnya
(untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila diperlukan), tes
hemoglobin (untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah/
anemia), tes pemeriksaan urine (terutama protein urine pada
trimester kedua dan ketiga), tes pemeriksaan darah lainnya seperti
HIV dan sifilis, sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah
endemis.
i) Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan
Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.
j) Temu wicara (konseling)
Tenaga kesehatan memberikan penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi
menyusui dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI
eksklusif, Keluarga Berencana, dan imunisasi pada bayi.
4) Standar Kunjungan Ibu Selama Kehamilan
Menurut Kemenkes RI (2019) ibu hamil disarankan untuk
melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali selama kehamilan dengan
jadwal kunjungan :
a) Satu kali pada Trimester I (Usia Kehamilan 0-12 minggu)
b) Satu kali pada Trimester II (Usia Kehamilan 12-24 minggu)
c) Dua kali pada Trimester III (Usia Kehamilan 24-menjelang
persalinan)
Menurut Kostania (2015) jadwal pemeriksaan antenatal yang
dianjurkan adalah :
38

a) Pemeriksaan pertama kali yang ideal : sedini mungkin ketika


seorang wanita merasa terlambat haid dari jadwal biasanya sesuai
siklus haid.
b) Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 24 minggu
c) Periksa ulang 2 kali sebulan (setiap 2 minggu) sampai usia
kehamilan 32 minggu
d) Periksa ulang setiap minggu (1 minggu sekali) setelah usia
kehamilan 32 minggu sampai mendekati persalinan
e) Periksa khusus apabila ada keluhan/masalah.
j. Standar Mutu Pelayanan Antenatal
Menurut Sriyanti (2016), standar pelayanan antenatal terdiri atas 6
standar yaitu :
1) Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Tujuannya adalah mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya
Hasilnya :
a) Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan
b) Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan
kehamilan secara dini dan teratur,serta mengetahui tempat
pemeriksaan hamil.
c) Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu.
2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Tujuannya adalah memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan
deteksi dini komplikasi kehamilan
Hasilnya :
a) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4x selama
kehamilan.
b) Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi
dini dan penanganan komplikasi kehamilan.
39

c) Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda


bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.
d) Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi
kedaruratan
3) Standar 5 : Palpasi Abdomen
Tujuannya adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan
pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin.
Hasilnya :
a) Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik
b) Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan
kebutuhan
c) Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta
merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
4) Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan
Tujuannya adalah menemukan anemia pada kehamilan secara dini,
dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia
sebelum persalinan berlangsung.
Hasilnya :
a) Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk.
b) Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia.
c) Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.
5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Tujuannya adalah mengenali dan menemukan secara dini hipertensi
pada kehamilan dan melakukan tindakan yang di perlukan.
Hasilnya :
a) Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang
memadai dan tepat waktu.
b) Penurunan angka kesakitan akibat eklamsia.
40

6) Standar 8: Persiapan persalinan


Tujuannya adalah ntuk memastikan bahwa persalinan direncanakan
dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan
terampil.
Hasilnya :
a) Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan
persalinan yang bersih dan aman.
b) Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan
pertolongan bidan terampil.
c) Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin,
jika perlu.
d) Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan
k. Kartu Skor Pudji Rochjati (KSPR)
Upaya skrining antenatal/ deteksi dini terhadap kehamilan resiko
tinggi, dapat dilakukan dengan menggunakan instrument bantu Kartu
Skor Poedji Rochjati (KSPR).
1) Pengertian KSPR
Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) yaitu berupa kartu skor yang
digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga guna
menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya dilakukan
upaya terpadu untuk menghindari dan mencegah kemungkinan
terjadinya upaya komplikasi obtetrik pada saat persalinan.
Diharapkan setiap ibu hamil mempunyai buku KIA yang
dilengkapi dengan satu kartu skor yang pelaksanaannya dipantau
oleh tenaga kesehatan, kader posyandu, maupun ibu-ibu
anggota/pengurus PKK (Kostania, 2015).
2) Tujuan KSPR
a) Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST)
agar berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong
persalinan sesuai dengan kondisi dari ibu hamil.
41

b) Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan


masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan
untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk melakukan
rujukan terencana (Kostania, 2015).
3) Fungsi KSPR
a) Sebagai alat skrining antenatal/ deteksi dini faktor resiko pada
ibu hamil resiko tinggi.
b) Sebagai alat pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama
kehamilan.
c) Sebagai media pencatatan kondisi ibu selama kehamilan,
persalinan, nifas, dan kondisi bayi/ anak.
d) Sebagai pedoman untuk memberikan penyuluhan.
e) Sebagai alat untuk validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan
perencanaan KB (Kostania, 2015).
4) Klasifikasi Jumlah Skor pada KSPR
Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok:
a) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan resiko rendah adalah kehamilan tanpa masalah /
faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh
persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat. Tempat
persalinan dapat dilakukan di rumah maupun di polindes, tetapi
penolong persalinan harus bidan, dukun membantu perawatan
nifas bagi ibu dan bayinya.
b) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dengan satu atau
lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang
memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun
janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat. Ibu
PKK/ kader memberi penyuluhan agar pertolongan persalinan
oleh bidan atau dokter di Puskesmas, di Polindes atau
Puskesmas, atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit.
42

c) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥


12
Kehamilan resiko sangat tinggi adalah kehamilan dengan
faktor risiko: Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak
gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya,
membutuhkan rujukan tepat waktu dan tindakan segera untuk
penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu
dan bayinya. Ibu diberi penyuluhan untuk kemudian dirujuk
guna melahirkan di Rumah Sakit dengan alat lengkap dan
dibawah pengawasan dokter spesialis (Kostania, 2015).
5) Cara Pemberian Skor pada KSPR
a) Skor 2 : Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
Skor 2 diberikan sebagai skor awal, untuk umur dan paritas pada
semua ibu hamil.
b) Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Skor 4 diberikan untuk setiap faktor risiko pada klasifikasi KRT.
c) Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)
Skor 8 diberikan pada ibu hamil dengan bekas operasi sesar,
letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan
preeklamsia berat/ eklamsia (Kostania, 2015).
6) Batasan Faktor Risiko
Batasan faktor risiko dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
a) Ada Potensi Gawat Darurat/ APGO (kehamilan yang perlu
diwaspadai)
(1) Primi muda (Hamil pertama < 16 tahun)
(2) Primi tua (Hamil pertama setelah lama nikah > 4 tahun)
(3) Umur ibu > 35 tahun
(4) Anak terkecil < 2 tahun
(5) Primi tua sekunder (persalinan terakhir > 10 tahun)
(6) Grande multi (melahirkan > 4 kali)
(7) Tinggi Badan <145 cm
43

(8) Riwayat Obstetri Jelek (ROJ)


(9) Bekas operasi sesar
(10) Persalinan yang lalu dengan tindakan
b) Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan,
persalinan, dan nifas)
(1) Penyakit pada ibu hamil (anemia, malaria, TBC, payah
jantung, DM, HIV/AIDS, Toksoplasmosis)
(2) Pre-Eklamsia ringan
(3) Hamil kembar/Ganda
(4) Hidramnion (Polihidramnion)
(5) Janin mati dalam rahim (Intra Uterine Fetal Death / IUFD)
(6) Hamil serotinus / Hamil lebih bulan
(7) Letak sungsang dan Letak lintang
c) Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu
dan bayi)
(1) Perdarahan antepartum
(2) PreEklamsia berat / Eklamsia
44

Gambar 2.5 Kartu Skor Pudji Rochjati


Sumber : Kostania, G. 2015. Modul Asuhan Kebidanan Kehamilan Program
Studi DIII Kebidanan, Bagian P4K, Klaten.

l. Program P4K
1) Pengertian
Menurut Depkes (2010) dalam Kostania (2015) Stikerisasi
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) adalah merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan
di desa dalam rangka peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan
penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker
sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan
45

cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru
lahir.
2) Tujuan
Tujuan yang diharapkan dari stiker Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yaitu:
a) Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K.
b) Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standar
c) Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan
termasuk KB yang dibuat bersama dengan penolong persalinan
d) Bidan menolong persalinan sesuai dengan standar
e) Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai dengan standar
f) Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan, dan
kesehatan lingkungan (sosial budaya)
g) Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal dan forum peduli KIA/pokja posyandu dalam rencana
persalinan termasuk KB pasca persalinan sesuai dengannya
perannya masing – masing.
h) Ibu mendapatkan pelayanan kontrasepsi pasca persalinan
i) Adanya kerjasama yang mantap antara bidan, petugas pustu,
forum peduli KIA, dukun bayi, dan pendamping persalinan.
3) Peran Bidan
a) Masa Kehamilan
(1) Melakukan pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai standar
minimal 4 kali
(2) Melakukan penyluhan dan konseling pada ibu hamil dan
keluarga
(3) Melakukan kunjungan rumah
(4) Melakukan rujukan apabila diperlukan
(5) Melakukan pencatatan pada : Kartu ibu, Kohort Ibu, Buku
KIA
(6) Membuat laporan (PWS KIA)
46

(7) Memberdayakan unsur – unsur masyarakat termasuk


suami, keluarga, dan kader untuk terlibat aktif dalam
program P4K
(8) Mendukung partisipasi Aktif forum peduli KIA dan
Dukun untuk melaksanakan komponen – komponen P4K
dengan stiker di wilayahnya melalui peretemuan rapat
koordiansi tingkat desa.
b) Masa Persalinan
Memberikan pertolongan persalinan sesuai dengan standar
yaitu :
(1) Menyiapkan sarana dan prasarana yang aman termasuk
pencegahan infeksi
(2) Memantau kemajuna persalinan sesuai dengan partograf
(3) Melakukan asuhan persalinan normal sesuai dengan standar
(4) Melakukan manjemen aktif kala III
(5) Melaksanakan Inisasi Menyusu Dini (IMD)
(6) Melakukan perawatan bayi baru lahir, termasuk pe,berian
salep mata, vit K dan imunisasi HB 0
(7) Melakukan tindakan kegawatdaruratan apabila mengalami
komplikasi
(8) Melakukan pencatatan persalinan : Kartu ibu, Kohort ibu
dan bayi, Register persalinan, Buku KIA.
(9) Membuat Laporan
c) Masa Nifas
Memberikan pelayanan nifas sesuai dengan standar :
(1) Melakukan kunjungan nifas
(2) Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu, keluarga,
dan masyarakat
(3) Melakukan rujukan apabila diperlukan
(4) Melakukan pencatatan pada : Kohort bayi dan buku KIA
(5) Membuat laporan
47

Gambar 2.6 Stiker P4K


Sumber : Kostania, G. 2015. Modul Asuhan Kebidanan Kehamilan Program
Studi DIII Kebidanan, Bagian P4K, Klaten, halaman 37.

2. Asuhan Kehamilan
a. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi
yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif.
1) Data Subyektif
a) Identitas
(1) Nama
Untuk mengenal ibu dan suami (Handayani, 2017).
(2) Umur
Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah wanita
dengan usia 20-35 tahun. Usia di bawah 20 tahun dan diatas 35
tahun mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi.
Usia di bawah 20 tahun meningkatkan insiden preeklampsia
dan usia diatas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes melitus
tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang lama pada nulipara,
seksio sesaria, persalinan preterm, IUGR, anomali kromosom
dan kematian janin (Handayani, 2017).
48

(3) Suku/Bangsa
Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh terhadap
pola pikir mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat
istiadat yang dianut (Handayani, 2017).
(4) Agama
Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat membimbing
dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai dengan
keyakinannya (Handayani, 2017).
(5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga
kesehatan dapat melalukan komunikasi termasuk dalam hal
pemberian konseling sesuai dengan pendidikan terakhirnya
(Handayani, 2017).
(6) Pekerjaan
Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian
status gizinya. Hal ini dapat dikaitkan antara asupan nutrisi ibu
dengan tumbung kembang janin dalam kandungan, yang dalam
hal ini dipantau melalui tinggi fundus uteri ibu hamil
(Handayani, 2017).
(7) Alamat
Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam
melakukan follow up terhadap perkembangan ibu (Handayani,
2017).
b) Keluhan Utama
Keluhan yang muncul pada kehamilan trimester III meliputi sering
kencing, nyeri pinggang dan sesak napas akibat pembesaran uterus
serta merasa khawatir akan kelahiran bayinya dan keselamatannya.
Selain itu, konstipasi dan sering lelah merupakan hal yang wajar
dikeluhkan oleh ibu hamil (Handayani, 2017).
49

c) Riwayat Menstruasi
Untuk mengkaji kesuburan dan siklus haid ibu sehingga didapatkan
hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk menentukan usia
kehamilan dan memperkirakan tanggal taksiran persalinannya
(Handayani, 2017).
d) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui kondisi psikologis ibu yang akan mempengaruhi
proses adaptasi terhadap kehamilan, persalinan, dan masa nifas-nya
(Handayani, 2017).
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui kejadian masa lalu ibu mengenai masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas-nya. Komplikasi pada
kehamilan, persalinan dan nifas dikaji untuk mengidentifikasi
masalah potensial yang kemungkinan akan muncul pada
kehamilan, persalinan dan nifas kali ini. Lama persalinan
sebelumnya merupakan indikasi yang baik untuk memperkirakan
lama persalinan kali ini. Metode persalinan sebelumnya merupakan
indikasi untuk memperkirakan persalinan kali ini melalui seksio
sesaria atau melalui per vaginam. Berat badan janin sebelumnya
yang dilahirkan per vaginam dikaji untuk memastikan keadekuatan
panggul ibu untuk melahirkan bayi saat ini (Handayani, 2017).
f) Riwayat Hamil Sekarang
Untuk mengetahui beberapa kejadian maupun komplikasi yang
terjadi pada kehamilan sekarang. Hari pertama haid terakhir
digunakan untuk menentukan tafsiran tanggal persalinan dan usia
kehamilan. Gerakan janin yang dirasakan ibu bertujuan untuk
mengkaji kesejahteraan janin. Gerakan janin mulai dapat dirasakan
pada minggu ke-16 sampai minggu ke-20 kehamilan (Handayani,
2017).
50

g) Riwayat Penyakit yang Lalu/Operasi


Adanya penyakit seperti diabetes mellitus dan ginjal dapat
memperlambat proses penyembuhan luka. Gangguan sirkulasi dan
perfusi jaringan dapat terjadi pada penderita diabetes melitus.
Selain itu, hiperglikemia dapat menghambat fagositosis dan
menyebabkan terjadinya infeksi jamur dan ragi pada luka jalan
lahir (Handayani, 2017).
h) Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga (Handayani, 2017).
i) Riwayat Gynekologi
Untuk mengetahui riwayat kesehatan reproduksi ibu yang
kemungkinan memiliki pengaruh terhadap proses kehamilannya
(Handayani, 2017).
j) Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui penggunaan metode kontrasepsi ibu secara
lengkap dan untuk merencanakan penggunaan metode kontrasepsi
setelah masa nifas ini (Handayani, 2017).
k) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil antara lain daging
tidak berlemak, ikan, telur, tahu, tempe, susu, brokoli, sayuran
berdaun hijau tua, kacangan-kacangan, buah dan hasil laut
seperti udang. Sedangkan makanan yang harus dihindari oleh
ibu hamil yaitu hati dan produk olahan hati, makanan mentah
atau setengah matang, ikan yang mengandung merkuri seperti
hiu dan marlin serta kafein dalam kopi, teh, coklat maupun
kola. Selain itu, menu makanan dan pengolahannya harus
sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (Handayani,
2017).
51

(2) Pola Eliminasi


Pada kehamilan trimester III, ibu hamil menjadi sering buang
air kecil dan konstipasi. Hal ini dapat dicegah dengan
konsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih
hangat ketika lambung dalam keadaan kosong untuk
merangsang gerakan peristaltik usus (Handayani, 2017).
(3) Pola Istirahat
Pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun) kebutuhan tidur
dalam sehari adalah sekitar 8-9 jam (Handayani, 2017).
(4) Psikososial
Pada setiap trimester kehamilan ibu mengalami perubahan
kondisi psikologis. Perubahan yang terjadi pada trimester 3
yaitu periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Oleh
karena itu, pemberian arahan, saran dan dukungan pada ibu
tersebut akan memberikan kenyamanan sehingga ibu dapat
menjalani kehamilannya dengan lancar. Data sosial yang harus
digali termasuk dukungan dan peran ibu saat kehamilan ini
(Handayani, 2017).
2) Data Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan Umum
Baik (Handayani, 2017).
(2) Kesadaran
Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu. Composmentis
adalah status kesadaran dimana ibu mengalami kesadaran
penuh dengan memberikan respons yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan (Handayani, 2017).
(3) Keadaan Emosional
Stabil (Handayani, 2017).
52

(4) Tinggi Badan


Untuk mengetahui apakah ibu dapat bersalin dengan normal.
Batas tinggi badan minimal bagi ibu hamil untuk dapat
bersalin secara normal adalah 145 cm. Namun, hal ini tidak
menjadi masalah jika janin dalam kandungannya memiliki
taksiran berat janin yang kecil (Handayani, 2017).
(5) Berat Badan
Penambahan berat badan minimal selama kehamilan adalah ≥
9 kg (Handayani, 2017). Pada ibu hamil akan mengalami BB
bertambah, penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks
Masa Tubuh) / BMI (Body Mass Index) sebelum hamil.
IMT dihitung dengan cara BB sebelum hamil dalam kg
dibagi TB (dalam m2).
Tabel 2.6 Kenaikan BB berdasarkan IMT sebelum hamil
Kategori BMI Rentang Kenaikan BB yang dianjurkan
Rendah ( BMI < 19,8 ) 12,5 - 18 kg
Normal ( BMI 19,8 - 26 ) 11,5 - 16 kg
Tinggi ( BMI > 26 - 29 ) 7 - 11,5 kg
Obesitas ( BMI > 29 ) < 6 kg
Sumber : Tyastuti & Wahyuningsih, 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan,
Bagian Kebutuhan Fisik Ibu Hamil, Jakarta, halaman 47.

(6) LILA
Batas minimal LILA bagi ibu hamil adalah 23,5 cm
(Handayani, 2017).
(7) Tanda-tanda Vital
Rentang tekanan darah normal pada orang dewasa sehat adalah
100/60 – 140/90 mmHg, tetapi bervariasi tergantung usia dan
variable lainnya. WHO menetapkan hipertensi jika tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 95 mmHg. Pada
wanita dewasa sehat yang tidak hamil memiliki kisaran denyut
jantung 70 denyut per menit dengan rentang normal 60-100
denyut per menit. Namun selama kehamilan mengalami
peningkatan sekitar 15-20 denyut per menit. Nilai normal
untuk suhu per aksila pada orang dewasa yaitu 35,8-37,3° C.
53

Sedangkan pernapasan orang dewasa normal adalah antara 16-


20 ×/menit (Handayani, 2017).
b) Pemeriksaan Fisik
1) Muka
Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang bervariasi pada wajah
dan leher (Chloasma Gravidarum) akibat Melanocyte
Stimulating Hormone. Selain itu, penilaian pada muka juga
ditujukan untuk melihat ada tidaknya pembengkakan pada
daerah wajah serta mengkaji kesimetrisan bentuk wajah
(Handayani, 2017).
2) Mata
Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna , yang dalam
keadaan normal berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan
konjungtiva dilakukan untuk mengkaji munculnya anemia.
Konjungtiva yang normal berwarna merah muda. Selain itu,
perlu dilakukan pengkajian terhadap pandangan mata yang
kabur terhadap suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya pre-eklampsia (Handayani, 2017).
3) Mulut
Untuk mengkaji kelembaban mulut dan mengecek ada tidaknya
stomatitis (Handayani, 2017).
4) Gigi/Gusi
Gigi merupakan bagian penting yang harus diperhatikan
kebersihannya sebab berbagai kuman dapat masuk melalui
organ ini. Karena pengaruh hormon kehamilan, gusi menjadi
mudah berdarah pada awal kehamilan (Handayani, 2017).
5) Leher
Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid tidak terlihat dan hampir
tidak teraba sedangkan kelenjar getah bening bisa teraba seperti
kacang kecil (Handayani, 2017).
54

6) Payudara
Payudara menjadi lunak, membesar, vena-vena di bawah kulit
lebih terlihat, puting susu membesar, kehitaman dan tegak,
areola meluas dan kehitaman serta muncul strechmark pada
permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan
payudara, mendeteksi kemungkinan adanya benjolan dan
mengecek pengeluaran ASI (Handayani, 2017).
7) Perut:
(a) Inspeksi
Muncul Striae Gravidarum dan Linea Gravidarum pada
permukaan kulit perut akibat Melanocyte Stimulating
Hormon (Handayani, 2017).
(b) Palpasi
(1) Leopold 1
Pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil,
menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang
terdapat pada fundus. ( Tinggi fundus uteri yang normal
untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan
dengan rumus: (usia kehamilan dalam minggu + 2 cm)
(2) Leopold 2
Menentukan batas samping rahim kanan dan kiri,
menentukan letak punggung janin dan pada letak
lintang, menentukan letak kepala janin.
(3) Leopold 3
Menentukan bagian terbawah janin dan menentukan
apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk ke pintu
atas panggul atau masih dapat digerakkan.
(4) Leopold 4
Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan
menentukan konvergen (Kedua jari-jari pemeriksa
menyatu yang berarti bagian terendah janin belum
55

masuk panggul) atau divergen (Kedua jari-jari


pemeriksa tidak menyatu yang berarti bagian terendah
janin sudah masuk panggul) serta seberapa jauh bagian
terbawah janin masuk ke pintu atas panggul
(Handayani, 2017).

Gambar 2.7 Pemeriksaan Leopold


Sumber : Kemenkes RI, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan, Bagian Asuhan
Antenatal, Jakarta. halaman 27.

(c) Auskultasi
Denyut jantung janin normal adalah antara 120-160x/menit.
(Handayani, 2017). Menggunakan fetoscope atau doppler
saat usia >16 minggu.
56

Tafsiran Berat Janin dapat ditentukan dengan rumus


Lohnson, yaitu:
Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas panggul
Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram
Jika kepala janin telah masuk ke pintu atas panggul Berat
janin = (TFU – 11) × 155 gram
8) Ano-Genetalia
Pengaruh hormon estrogen dan progesteron adalah pelebaran
pembuluh darah sehingga dapat terjadi varises pada sekitar
genetalia. Namun tidak semua ibu hamil mengalami varises
pada daerah tersebut. Pada keadaan normal, tidak terdapat
hemoroid pada anus (Handayani, 2017).
9) Ektremitas
Tidak ada edema, tidak ada varises dan refleks patella
menunjukkan respons positif (Handayani, 2017).
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin
Wanita hamil dikatakan anemia jika kadar hemoglobin-nya
<10gram/dL. Jadi, wanita hamil harus memiliki hemoglobin
>10gr/dL.
2) Golongan darah
Untuk mempersiapkan calon pendonor darah jika sewaktu-
waktu diperlukan karena adanya situasi kegawatdaruratan.
3) USG
Pemeriksaan USG dapat digunakan pada kehamilan muda untuk
mendeteksi letak janin, perlekatan plasenta, lilitan tali pusat,
gerakan janin, denyut jantung janin, mendeteksi tafsiran berat
janin dan tafsiran tanggal persalinan serta mendeteksi adanya
kelainan pada kehamilan
4) Protein urine dan glukosa urine
Urine negative untuk protein dan glukosa (Handayani, 2017).
57

b. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan


Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan nomenklatur
kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22 tahun usia kehamilan 30 minggu
fisiologis dan janin tunggal hidup.
Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Keluhan yang
muncul pada kehamilan trimester III meliputi sering kencing, nyeri
pinggang dan sesak napas akibat pembesaran uterus serta rasa khawatir
akan kelahiran bayinya dan keselamatannya. Selain itu, konstipasi dan
sering lelah merupakan hal wajar dikeluhkan oleh ibu hamil
Contoh kebutuhan TM III adalah perubahan fisik dan psikologis ibu
TM III, tanda-tanda persalinan, tanda bahaya kehamilan TM III,
persiapan persalinan, pengurang rasa nyeri saat persalinan, pendamping
persalinan, ASI, cara mengasuh bayi, cara memandian bayi, imunisasi
dan KB (Handayani, 2017).
Diagnosa kebidanan
G..P..A.. Usia.. tahun, usia kehamilan …minggu fisiologi dan janin tunggal, hidup
G (Gravida) : Jumlah kelahiran yang dialami wanita.
Diikuti dengan jumlah seluruh kehamilan
termasuk kehamilan ini.
P (Para) : Jumlah kehamilan yang diakhiri dengan
kelahiran janin yang memenuhi syarat
untuk melangsungkan kehidupan (28
minggu atau 1000 gram) meliputi aterm,
premature, immature, abortus, hidup
(APIAH).
Dengan penjelasan berikut :
Aterm : Jumlah kelahiran bayi hidup cukup bulan
(lebih dari 36 minggu atau 2500 gram),
berisi jumlah seluruh persalinan aterm yang
pernah dialami.
Prematur : Jumlah kelahiran premature (28-36 minggu
atau 1000-2499 gram) berisi jumlah
58

seluruh persalinan premature yang pernah


dialami.
Immatur : Jumlah kelahiran immature (21-28 minggu
atau 500-1000 gram) berisi jumlah seluruh
persalinan imatur yang pernah dialami.
Jumlah anak hidup : Jumlah anak yang hingga kini masih hidup,
berisi jumlaha seluruh anak yang masih
hidup sampai saat dilakukan anamnesis.
Hidup : Melalui pemeriksaan auskultasi DJJ
jantung janin.
Janin tunggal, intra uteri : Melalui pemeriksaan penunjang USG
(Diana, 2017).

c. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.
Standar pelayanan antenatal merupakan rencana asuhan pada ibu hamil
yang minimal dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, antara lain
timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur LILA,
ukur TFU, tentukan status imunisasi dan berikan imunisasi TT sesuai
status imunisasi, berikan tablet tambah darah, tentukan presentasi janin
dan hitung DJJ, berikan konseling mengenai lingkungan yang bersih,
kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara,
body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil,
serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi, berikan pelayanan tes
laboratorium sederhana, dan lakukan tatalaksana (Handayani, 2017).

d. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif,
59

efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Asuhan
kebidanan pada ibu hamil itu meliputi menimbang berat badan,
mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, mengukur LILA,
mengukur TFU, menentukan status imunisasi dan memberikan imunisasi
TT sesuai status imunisasi, memberikan tablet tambah darah,
menentukan presentasi janin dan menghitung DJJ, memberikan konseling
mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat
dan rekreasi, perawatan payudara, body mekanik, kebutuhan seksual,
kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta persiapan persalinan dan
kelahiran bayi, memberikan pelayanan tes laboratorium sederhana, dan
melakukan tatalaksana (Handayani, 2017).

Anda mungkin juga menyukai