Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN

DEMOKRASI

NAMA KELOMPOK 7 :

1. M. RIKI SAPUTRA
2. M. RIZKY JUSRA
3. NUR SABRINA APRILIYA

DOSEN PEMBIMBING :

H. M. TARMIZI, MM

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS BATANGHARI

Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Demokrasi dan
Pendidikan demokrasi “.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah kewarganegaraan. Dalam penulisan makalah
ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami sebagai penulis berharap semoga Allah memberikan
pahala yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal’Alamiin.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB l PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Negara-negara modern dewasa ini menggolongkan diri mereka ke dalam


demokrasi, yaitu negara yang pemerintahanya dijalankan “oleh rakyat dan
untuk rakyat”, sekalipun dalam mekanisme pemerintahanya baik yang
menyangkut infrastruktur politik maupun supra struktur politik, berbeda satu
dengan yang lain. Inggris misalnya, suatu kerajaan dengan system
pemerintahan parlementer dan pengorganisasian kekuatan social politiknya
yang sederhana tetapi mantap, yaitu terdiri dari dua partai besar yang
secara menentukan jalanya pemerintahan, adalah negara demokrasi.

Amerika suatu republik, dengan sistem pemerintahan presidensial,


dimana kekuasaan pemerintah dibagi menjadi tiga dan diserahkan masing-
masing kepada tiga lembaga tinggi konstitusional, legislatif kepada
Congress, eksekutif kepada presiden, judikatif kepada supreme Court, dan
pengorganisasian kekuatan sosial politik yang longgar kedalam dua partai
besar, juga merupakan negara demokrasi.

“Tidak ada demokrasi tanpa demokrat”. Pengalaman pahit Jerman


dimasa lalu telah membuktikan kebenaran itu: Demokrasi pertama jerman
pada masa republic Weimar (1919 – 1933) akhirnya runtuh dan berakhir
dengan malapetaka terror kediktatoran rezim Nazi. Friedrich Ebert, presiden
pertama Jerman yang terpilih secara demokratis berjuang dengan susah
payah untuk membawa demokrasi kesetiap kehidupan masyarakat dimana
ketika itu mayoritas penduduk tidak berpikiran demokratis.

Negara Indonesia juga merupakan Negara demokrasi, seperti nampak


pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang antara lain berbunyi
“…dalam susunan Negara indonsia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”. Bahwa Negara Indonesia
adalah Negara demokrasi juga nampak dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945
yang berbunyi “kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”…., tetapi bukan
demokrasi liberal dan juga bukan demokrasi Rakyat, melainkan demokrasi
Pancasila.

Demokrasi adalah tugas yang tiada akhir. Oleh sebab itu gagasan ini
harus ditanamkan kesetiap lapisan masyarakat dalam suatu Negara, melalui
media, disekolah-sekolah dan universitas-universitas serta pusat-pusat
kebudayaan. Demokrasi tidak hanya terjadi pada saat pemilu saja tetapi
juga harus diterapkan pada hidup sehari-hari. Demokrasi yang hidup
mengharuskan partisipasi aktif masyarakat dalam partai politik yang
demokratis, kelompok masyarakat sipil dan masyarakat pada umumnya.

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi dan pendidikan demokrasi?

2. Apa saja teori dan jenis-jenis demokrasi di Indonesia?

3. Apa saja ciri-ciri demokrasi ?

4. Bagaimana Pendidikan dan Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian mengenai demokrasi dan pendidikan


demokrasi.

2. Untuk mengenal dan memahami teori dan jenis-jenis demokrasi.

3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari demokrasi

4. Untuk mengetahui Pendidikan dan Memahami Pelaksanaan Demokrasi


di Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi

Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani


yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti
pemerintahan. Jadi secara bahasa Demokrasi adalah Pemerintahan rakyat
atau kekuasaan rakyat.

Konsep demokrasi lahir dari yunani kuno yang dipraktikan dalam hidup
bernegara antara abad ke-4 SM sampai abad ke-6 M. Demokrasi yang
dipraktikan pada waktu itu adalah demokrasi langsung (direct democracy),
artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan
secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga Negara. Hal ini dapat
dilakukan karena yunani pada waktu itu berupa Negara kota (polis) yang
penduduknya terbatas pada sebuah kota dan daerah sekitarnya, yang
berpenduduk sekitar 300.000 orang. Meskipun ada keterlibatan seluruh
warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para anak, wanita, dan
budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.

Menurut International commission for jurist, demokrasi adalah suatu


bentuk pemerintahan di mana hak-hak untuk membuat keputusan-keputusan
politik di selenggarakan oleh warga Negara melalui wakil-wakil yang di pilih
oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka melalui proses
pemilihan yang bebas.

Menurut C.F Strong, demokrasi adalah suatu system pemerintahan


dalam mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta
atas dasar system perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas.

Menurut Samuel Huntington, system politik sebagai demokratis sejauh


para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam system itu di pilih
melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala dan di dalam
system itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir
semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi
atau kedaulatan tertinggi di Negara tersebut. Pemerintahan yang
menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Pemerintahan
demokrasi dapat dinyatakan pula sebagai sistem pemerintahan kedaulatan
rakyat.

B. Teori dan Jenis Demokrasi Indonesia

a) Teori Demokrasi Indonesia

Berikut ini empat teori demokrasi yang dalam prakteknya akan membawa
makna tertentu bagi semua negara saat ini :

1. Teori demokrasi ekonomis

Teori demokrasi ini berpandangan bahwa fungsi demokrasi pada


prinsipnya sama dengan pasar dalam ekonomi. Kaum elit menawarkan
solusi alternatif untuk mengatasi masalah-masalah politik suatu Negara.
Kemudian rakyat memilih di antara elit-elit tersebut meskipun mereka tidak
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam perumusan maupun
pelaksanaan program-program yang di tawarkan. Baik elit yang bertujuan
untuk mendapatkan jabatan, kekuasaan dan penghasilan maupun para
pemilih yang bertindak untuk kepentingan pribadinya. Tetapi melalui
pemilihan umum yang demokratis kedua pihak pada akhirnya akan
memperoleh apa yang mereka harapkan. Elit-elit politik mengejar jabatan
bukan untuk mencapai kepentingan politik yang berkaitan dengan nilai-nilai
tertentu tetapi untuk mendapatkan keuntungan dari jabatannya seperti
kekuasaan, penghargaan, dan penghasilan. Tetapi untuk mendapatkan
dukungan mayoritas suara mereka harus menumbuhkan kepercayaan dari
para pemilih. Mereka hanya akan berhasil apabila para pemilih
menentukan pilihan yang sesuai dengan kepentingannya dan program
yang di tawarkan oleh elit politik tersebut cocok dengan keinginan
mayoritas pemilih. Para elit yang bersaing pada prinsipnya bersedia
menawarkan semua program kepada masyarakat pemilih melalui
kampanye terbuka. Selain itu mereka juga berusaha melaksanakan
program-program tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga bisa meraih
suara mayoritas dalam pemilihan berikutnya.

Dalam konteks teori ini hanya pasar suara yang di jamin oleh system
demokratis, yang memberikan jaminan bahwa kepentingan masing-masing
pemilih akan di perhatikan oleh pemimpin politik demi mencapai
kekuasaannya. Menurut teori ini hal-hal seperti sikap demokratis para
pemilih dan elit, luasnya partisipasi warga pada pembentukan kehendak
politik dan pengawasan terhadap pelaksanaan kekuasaan tidak diperlukan
untuk menciptakan demokrasi yang baik. Yang terpenting bagi teori ini
hanya system pemilihan umum yang mengamankan pasar politik dan
masyarakat bebas yang menjamin arus informasi.

2. Teori demokrasi langsung

Demokrasi langsung muncul dari pengalaman bahwa wakil-walkil


politik maupun lembaga-lembaga politik seperti partai, pemerintah dan
parlemen pada umumnya berusaha untuk memisahkan diri dari
kepentingan rakyat. Mereka hanya memperjuangkan kepentingannya
sendiri dan kemudian secara perlahan mengabaikan kepentingan rakyat
yang di wakilinya. Demokrasi langsung berkeyakinan bahwa pada akhirnya
tidak perlu ada pemisahan antara pemerintahan dan rakyat demi mencapai
tujuan demokrasi.

Masyarakat yang dapat mengatur kehidupannya sendiri secara


demokratis dapat mempraktekan demokrasi langsung dan tidak
memerlukan lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi sebagai
perantara. Dalam demokrasi langsung warga masyarakat dapat
merumuskan kepentingan bersama dan menemukan alternative pemecahan
masalah serta melaksanakanya dalam semangat kebersamaan. Menurut
pandangan ini “masyarakat sipil” merupakan satu-satunya wadah pembuat
keputusan politik yang memadai untuk semua masalah politik. Dengan
demikian kehendak rakyat dapat diwujudkan dalam praktek keputusan
politik tanpa perantara dan tanpa manipulasi.

3. Demokrasi media yang populistik

Demokrasi media Populistik lebih merupakan bentuk kegiatan tertentu


dari demokrasi ketimbang sebuah model normative dari demokrasi modern.
Dalam masyarakat modern politik sepenuhnya ditentukan oleh media
khususnya televisi. Demokrasi media merupakan suatu fenomena dimana
media masa khususnya televisi tidak hanya mempengaruhi masyarakat
yang kesadaran politik dan opini masyarakat, tapi juga perilaku para
politisi dan lembaga politik. Dalam demokrasi media massa masih
terdapat partai-partai, asosiasi-asosiasi dan masyarakat bebas, tetapi
fungsi dan peran mereka mengalami perubahan yang besar. Dalam
demokrasi media pembentukan kehendak rakyat secara demokrasi dan
pelaksanaanya dalam system politik tidak lagi memainkan peran sentral.

4. Demokrasi partai yang partisipatif

Sesuai dengan namanya model ini berupaya untuk mengatasi


kelemahan-kelemahan ketiga teori yang telah disebutkan diatas.
Demokrasi partai pluralistic dapat menggabungkan efisiensi politik dan
partisipasi. Dalam demokrasi multipartai terjadi persaingan sejumlah partai
untuk meraih pengaruh dan kekuasaan, maupun untuk merencanakan
kondisi kehidupan masyarakat. Disatu pihak, partai-partai merupakan
organisasi besar dengan tingkat sentralisasi tertentu dan hadir diseluruh
wilayah Negara. Jika mereka terorganisir dengan baik maka mereka akan
mampu melakukan pembentukan aspirasi politik pada tingkat akar rumput,
seperti di kabupaten, kecamatan dan desa. Mereka juga akan mampu
menggabungkan langkah-langkah pengambilan keputusan pada semua
tingkatan organisasi diseluruh wilayah Negara sampai ketingkat nasional.
Demokrasi partai yang berfungsi dengan baik berakar dalam masyarakat
sipil yang aktif dan efektif.

b) Jenis-jenis Demokrasi Indonesia


Filsafat politik yang mendasari demokrasi pada prinsipnya bersifat
Universal dan dapat diterapkan pada semua masyarakat dewasa ini.
Sebaliknya jenis-jenis yang berkembang diberbagai masyarakat dalam
berbagai era sangat bervariasi. Jenis-jenis tersebut dapat dibagi menurut
dua perspektif yang berbeda.

1. Demokrasi Presidensial atau Parlementer.

Dalam demokrasi presidensial presiden memiliki kedudukan kuat dalam


pembuatan keputusan dan kekuasaan politik yang kuat pula. Kekuasaan
politik presiden sering kali disejajarkan dengan parlemen atau bahkan
lebih kuat dari parlemen. Sebaliknya dalam demokrasi Parlementer,
parlemenlah satu-satunya lembaga perwakilan tertinggi untuk pengambilan
keputusan. Peranan presiden pada kasus ini terbatas pada tugas-tugas
mewakili Negara dan penengah dalam situasi konflik. Dalam demokrasi
parlementer kekuasaan pengambilan keputusan politik dijalankan oleh
wakil-wakil rakyat sesuai dengan hasil pemilihan umum. Sebaliknya dalam
demokrasi presidensial kepala Negara yang dipilih secara langsung oleh
rakyat merupakan pusat kekuasaan mandiri, yang juga berpengaruh baik
dalam pembentukan pemerintahan maupun penyusunan undang-undang.

Sesuai dengan budaya politik dalam pengalaman sebuah masyarakat,


maka demokrasi presidensial secara lebih kuat dapat menciptakan unsur
kesinambungan dan stabilitas dalam proses politik. Demokrasi presidensial
memerlukan pembatasan kekuasaan yang jelas, untuk menghindari
terjadinya konsentrasi kekuasaannya hampir menyerupai diktator. Jika
lembaga-lembaga pengimbang seperti parlemen dan pemerintah, partai
dan masyarakat sipil lemah maka mutu demokrasi presidensial dapat
merosot secara tak terkendali dan bahkan pada akhirnya menjadi sebuah
kediktatoran.

2. Demokrasi perwakilan atau demokrasi langsung

Demokrasi perwakilan mempercayakan sepenuhnya pengambilan


keputusan ditingkat parlemen oleh wakil-wakil yang dipilih. Demokrasi
langsung akan mengalihkan sebanyak mungkin keputusan kepada rakyat
yang berdaulat: misalnya melalui plebisit, referendum, jajak pendapat
rakyat, dan keputusan rakyat atau mengembalikan sebanyak mungkin
keputusan ketingkat komunitas lokal. Norma-norma dan aturan dasar
demokrasi bersifat universal tetapi cara pelaksanaanya harus diputuskan
secara pragmatis sesuai dengan preferensi masyarakat tertentu.

C. Ciri-ciri Demokrasi

Ciri-ciri sistem demokrasi dimaksudkan untuk membedakan


penyelenggaraan pemerintahan Negara yang demokratis, yaitu:

1. Memungkinkan adanya pergantian pemerintahan secara berkala.


2. Anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama menempati
kedudukan dalam pemerintahan untuk masa jabatan tertentu, seperti;
presiden, menteri, gubernur dsb.
3. Adanya pengakuan dan anggota masyarakat terhadap kehadiran tokoh-
tokoh yang sah yang berjuang mendapatkan kedudukan dalam
pemerintahan; sekaligus sebagai tandingan bagi pemerintah yang sedang
berkuasa.
4. Dilakukan pemilihan lain untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah
tertentu yang diharapkan dapat mewakili kepentingan rakyat tertentu.
5. Agar kehendak masing-masing golongan dapat diketahui oleh pemerintah
atau anggota masyarakat lain, maka harus diakui adanya hak
menyatakan pendapat (lisan, tertulis, pertemuan, media elektronik dan
media cetak, dsb).
6. Pengakuan terhadap anggota masyarakat yang tidak ikut serta dalam
pemilihan umum.

Ciri-ciri kepribadian yang demokratis:

1. Menerima orang lain.


2. Terbuka terhadap pengalaman dan ide-ide baru.
3. Bertanggungjawab.
4. Waspada terhadap kekuasaan.
5. Toleransi terhadap perbedaan-perbedaan.
6. Emosi-emosinya terkendali.
7. Menaruh kepercayaan terhadap lingkungan.

D. Pendidikan dan Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


1. Pendidikan Demokrasi di Indonesia
Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik
agar semakin dewasa dalam berdemokrasi dengan cara
mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi, agar perilakunya mencerminkan
kehidupan yang demokratis. Dalam pendidikan demokrasi ada dua hal
yang harus ditekankan, demokrasi sebagai konsep dan demokrasi
sebagai praksis. Sebagai konsep berbicara mengenai arti, makna dan
sikap perilaku yang tergolong demokratis, sedang sebagai praksis
sesungguhnya demokrasi sudah menjadi sistem. Sebagai suatu sistem
kinerja demokrasi terikat suatu peraturan main tertentu, apabila dalam
sistem itu ada orang yang tidak mentaati aturan main yang telah
disepakati bersama, maka aktiviatas itu akan merusak demokrasi dan
menjadi anti demokrasi.

Menuju demokrasi melalui pendidikan kewarganegaraan hanya akan


terwujud jika pendidikan kewarganegaraan memiliki peran yang strategis
dan berdaya guna. Sehingga pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
yang selama ini dilakukan dengan indoktrinasi harus segera diubah
menjadi pembelajaran yang dialogis kritis dan disampaikan dengan
pendekatan pembelajaran yang aktif, inovatif,  kreatif,  efektif dan
menyenangkan. Sehingga akan menghasilkan lulusan yang memiliki
kompetensi yang diharapkan dalam pendidikan kewarganegaraan yakni
mampu memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah Negara Pancasila.

2. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


a. Demokrasi Liberal (17- 8 - 1950 s.d. 5 - 7 - 1959 )
Langkah awal demokratisasi di Indonesia, dilakukan melalui
penerbitan Maklumat Wakil Presiden No. X, tgl, 3 November 1945 tentang
anjuran untuk membentuk partai politik KNIP (Sebagai salah satu alat
kelengkapan negara), semula berfungsi sebagai pembantu presiden,
selanjutnya beralih menjadi DPR/MPR. Pada November 1945, kabinet
presidensial diganti menjadi kabinet parlementer dengan perdana menteri
Sultan Syahrir. Pasca agresi militer Belanda II (19 Desember 1945),
negara Indonesia terpecah dan terbentuk Negara Republik Indonesia
Serikat (RIS) yang menerapkan sistem demokrasi liberal.
Tentang peristiwa jatuh bangunnya kabinet, adalah berikut ini :
1) Kabinet Natsir (6 September 1950 – 27 April 1951), merupakan kabinet
pertama yang memerintah pada masa demokrasi liberal.
2) Kabinet Soekiman-Soewiryo (27 April 1951 – 3 April 1952), dipimpin
3) oleh Soekiman-Soewiryo (koalisi Masyumi – PNI).
4) Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953), kabinet ini merintis
5) sistem zaken kabinet (terdiri dari para ahli dibidangnya).
6) Kabinet Ali Sastrowijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955),
7) Merupakan kabinet terakhir sebelum pemilihan umum yang didukung
oleh PNI – NU (Masyumi menjadi oposisi).
8) Kabinet Bahanudin Harahap dari Masyumi (12 Agustus 1955 – 3 Maret
1959).
9) Kabinet Ali II (20 Maret 19955 – 14 Maret 1957), kabinet koalisi PNI,  
Masyumi, dan NU. 7. Kabinet Juanda (9 April 1957) merupakan zaken
kabinet.
Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo, telah dipersiapkan pelaksanaan
pemilu II pada 29 September 1955. Namun, justru kabinet tersebut
menyerahkan mandatnya kepada presiden, kemudian dilanjuntukan oleh
kabinet Bahanuddin Harahap. Pada masa inilah kemudian terlaksananya
pemilu 1955, yang dinilai banyak kalangan sebagai satu pelaksanaan
Pemilu Indonesia yang bersih. Jatuh bangunnya kabinet diera ini terus
berlanjut hingga pada 1959. Pada masa inilah terjadi kekacauan
dikalangan konstituante yang tiada berakhir, maka kemudian Presiden
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 juli 1959.
b.     Demokrasi Terpimpin (5 - 7 – 1959 s.d. 1965 )
Dengan adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka UUD 1945
berlaku kembali dan berakhirlah UUDS 1950. Dekrit presiden diterima
oleh rakyat dan didukung oleh TNI AD, serta dibenarkan oleh
Mahkamah Agung. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR,
kedudukan DPR dan presiden berada di bawah MPR. Dekrit presiden
memuat ketentuan pokok yang meliputi : 1) Menetapkan pembubaran
konstituante. 2) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali bagi segenap
bangsa Indonesia. 3) Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu
singkat.
Sila keempat Pancasila telah ditafsirkan sebagai sistem demokrasi
terpimpin. Kata ‘terpimpin’ artinya dipimpin oleh seorang pemimpin atau
panglima besar revolusi. Praktik sistem politik demokrasi terpimpin,
diwujudkan dalam implementasi kedudukan lembaga-lembaga negara
yang justru bertentangan dengan UUD 1945. Presiden banyak
menentukan yang bukan kewenangannya. Sidang Umum MPRS 1963,
Soekarno diangkat menjadi presiden seumur hidup. Untuk kepentingan
melanggengkan kedudukannya, presiden mengusulkan prinsip Nasakom
(Nasionalis, Agama, dan Komunis). Kondisi tersebut pada akhirnya
membawa pada situasi tahun 1965 yang merupakan anti klimaks
kekuasaan demokrasi terpimpin.
c.     Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966 s.d. 1998)
Awal kebangkitan orde baru, bercita-cita untuk menjalankan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Atas dukungan
mahasiswa, TNI, dan rakyat ketika itu, orba baru menampilkan sistem
politik baru dengan nama ”demokrasi konstitusional” atau demokrasi
Pancasila. Sampai dengan tahun 1970-an, masih dalam koridor – koridor.
Perjalanan kurun waktu orde baru Era 1980 dan 1990-an proses
pembangunan ekonomi menjadi panglima, sehingga timbul kesenjangan dan
banyak praktik KKN. Akhir 1997, muncul perlawanan rakyat melalui gerakan
reformasi. Tanggal 21 Mei 1998 berhasil menurunkan Presiden Soeharto.
d.    Demokrasi Era Reformasi (1998 s.d. Sekarang)
Reformasi lahir setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri sejak 21
Mei 1998 dan digantikan oleh wakil presiden Dr. Ir. Bj. Habibie. Berhentinya
Soeharto sebagai presiden, karena tidak adanya lagi kepercayaan dari
masyarakat serta menghadapi krisis moneter dan ekonomi yang
berkepanjangan. Pelaksanaan pemilu 7 Juni 1999, dianggap paling jujur dan
adil dibandingkan pemilu sebelumnya. Pemilu 1999 telah melahirkan banyak
partai politik, antara lain : PDIP, Golkar, PPP, PKB, PAN, PBB dan lain-lain
(sebanyak 48 Parpol).
Dalam perkembangan demokrasi di era reformasi, peran mahasiswa,
kelompok kepentingan dan komponen rakyat Indonesia ingin agar
dilaksanakan ”reformasi total” disegala bidang. Agenda utama Reformasi :
1. Pemberantasan terhadap Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
2. Kebebesan dalam menyampaikan pendapat (unjuk rasa).
3. Penegakkan hukum.
4. Jaminan terhadap pelaksanaan hak-hak asasi manusia.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasaan diatas dapat disimpulkan bahwa Kata demokrasi merujuk


kepada konsep kehidupan negara atau masyarakat, dimana warga negara
dewasa turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang diplih
melalui pemilu. Pemerintahan di Negara demokrasi juga mendorong dan
menjamin kemerdekaan berbicara, beragarna, berpendapat, berserikat setiap
warga Negara, menegakan rule of law, adanya pemerintahan menghormati hak-
hak kelompok minoritas; dan masyarakat warga Negara memberi peluang yang
sama untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Pengertian demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang berasal dari rakyat,
dilakukan oleh rakyat, dan dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Demokrasi
dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu
Kesetaraan sebagai warga Negara, memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum,
pluralisme dan kompromi, menjamin hak-hak dasar, dan pembaruan kehidupan
social. Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya system demokrasi, maka
harus ada pola perilaku yang menjadi tuntunan atau norma nilai-nilai demokrasi
yang diyakini masyarakat. Nilai-nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal
diantaranya kesadaran akan puralisme, sikap yang jujur dan pikiran yang sehat.
demokrasi membutuhkan kerjasama antarwarga masyarakat dan sikap serta
itikad baik, demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan. demokrasi
membutuhkan pertimbangan moral.

Dalam perjalanan sejarah bangsa, ada empat macam demokrasi di bidang


politik yang pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia,
yaitu, Demokrasi Parlementer (liberal), Demokrasi Terpimpin, Demokrasi
Pancasila Pada Era Orde Baru, Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Reformasi.

B. SARAN

Di Indonesia demokrasi bukan hanya sebagai sistem pemerintahan namun


kini telah menjadi salah satu sistem politik. Salah satu pemilu yang krusial atau
penting dalam katatanegaraan Indonesia adalah pemilu untuk memilih wakil
rakyat yang akan duduk dalam parlemen, yang biasa kita kenal dengan sebutan
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Setelah terpilih menjadi
anggota parlemen, para konstituen tersebut pada hakikatnya adalah bekerja
untuk rakyat secara menyeluruh. Itulah yang dinamakan dengan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Akan tetapi, dewasa ini tidak sedikit para anggota parlemen yang
“melupakan” rakyatnya ketika mereka telah duduk enak di kursi “empuk”.
Mereka sibuk dengan urusan pribadi mereka masing-masing, mengutamakan
kepentingan golongan, dan berpikir bagaimana caranya mengembalikan modal
mereka ketika kampanye. Fenomena ini sudah tidak aneh lagi bagi bangsa
Indonesia. Para elite politik saat ini, sudah tidak lagi pada bingkai kesatuan,
akan tetapi berada pada bingkai kekuasaan yang melingkarinya. Seperti
misalnya, adanya sengketa hasil pemilu, black campaign ketika kampanye dan
sebagainya, yang penting bisa mendapatkan kekuasaan. Semboyan Bhinneka
Tunggal Ika pun telah luntur dalam dirinya. Untuk itu, diharapkan agar
masyarakat ikut mengontrol jalannya pemerintahan agar menuju Indonesia yang
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pamudji,S. 1982. Demokrasi Pancasila Dan Ketahanan Nasional. Jakarta: PT


BINA AKSARA.
2. Damandiana. 2012. Menuju Demokrasi Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan.http://damandiana.wordpress.com/.Diakses tanggal 17
September 2014.
3. Mardiah Ahmad. 2013. Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi.
http://www.slideshare.net/mardiahahmad10/. Diakses tanggal 17 September
2014.
4. PiaaPiul. 2013. Demokrasi Dan Pendidikan Demokrasi Di Indonesia, Amerika
Dan China. http://www.slideshare.net/. Diakses tanggal 17 September 2014.

Anda mungkin juga menyukai