Memiliki arti sebagai bentuk pengakuan adanya kuasa yang satu yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.
LAMBANG PANCASILA
(Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan
dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
NAMA TARIAN JAMBI
Tari Sekapur Sirih adalah tarian selamat datang kepada tamu-tamu besar. Tarian sekapur
sirih diciptakan oleh Firdaus Chatab di tahun 1962. Pada tahun 1967, tarian ini kemudian
ditata ulang oleh OK Hendri BBA. Tari Sekapur Sirih mendeskripsikan sebuah perasaan
lapang dan terbuka yang dimiliki masyarakat Jambi terhadap tamu yang berkunjung ke
daerah mereka.
Jumlah para penari dalam tarian ini adalah 9 orang penari perempuan dan 3 orang penari
laki-laki. Para penari tersebut diantanya adalah 1 (satu) orang sebagai pemegang payung,
2 (dua) orang sebagai pengawal, dan sisanya menari. Sayangnya, saat ini antusiasme
warga terhadap tarian sekapur sirih berkurang. Hal ini terlihat dari jumlah penari yang
menyusut, yaitu berjumlah 6 (enam) orang, 1(satu) orang penari laki-laki yang bertugas
membawa cerano dan sisanya penari perempuan.
Tarian ini dilakukan oleh 8 (delapan) orang penari (empat pasang penari) yang masing-
masing memegang satu helai selampit. Pemuda-pemudi tersebut kemudian melakukan
gerakkan menyilang serta merajut selampit yang mereka genggam. Kemudian selampit
tersebut menjadi satu tali yang tersusun menjadi berbagai warna. Koreografi inilah yang
melambangkan persatuan antara pemuda-pemudi Jambi di perlihatkan.
Dalam kesejarahannya, tarian selampit delapan ini pertama kali dikenalkan oleh seorang
pegawai Dinas Kebudayaan di Provinsi Jambi pada tahun 1970-an, yaitu bernama M.
Ceylon saat masih bertugas di dinas tersebut. Meskipun M. Ceylon bukanlah putra daerah
Jambi, tetapi kemampuan dan bakatnya di dalam bidang seni tari telah membuat tarian ini
begitu di kenal di Provinsi Jambi. Penciptaan tarian selampit delapan ini merupakan
bentuk kecintaan yang sangat besar terhadap kesenian.
3. Tari inai
Tari Inai merupakan tarian tradisional yang berasal dari Jambi, tepatnya di daerah Kuala
Jambi desa Teluk Majelis. Kesenian ini pada dasarnya merupakan seni pertunjukan yang
melibatkan antara seni tari dan seni musik. Tarian ini umumnya hanya dilakukan di
rumah mempelai wanita saja, sedangkan untuk dirumah mempelai pria tidak dilakukan
upacara malam berinai.
Fungsi dari Tari Inai yang utama yaitu sebagai eksprtesi ritual untuk menjaga calon
mepelai wanita dari segala macam gangguan supernatural yang berasal dari manusia
ataupun makhluk halus. Selain untuk menjaga mempelai wanita, fungsi lainnya yaitu
sebagai bentuk ungkapan estetik, hiburan, dan juga ekonomis.
Dalam pertunjukannya, para penari akan memakai busana adat khas Melayu, yaitu
memakai baju Gunting Cina atau baju Kecak Musang, kepala ditutup dengan
menggunakan peci, celana panjang longgar, memakai kain sarung atau songket yang
diikatkan dipinggang tepatnya dibagian atas lutut.
4. Tari tauh
Tari Tauh merupakan tarian tradisional dari Jambi, tepatnya di daerah Lekuk 50 Tumbi
Lempur, di Kecamatan Gunung Raya. Tarian ini merupakan penggambaran dari
pergaulan atau hubungan pemuda-pemudi (bujang gadis). Tarian ini telah ada sejak
zaman dahulu hingga saat ini dan diwariskan secara turun temurun, sampai akhirnya
masyarakat tidak mengetahui siapa pencipta tarian yang telah mengakar ditengah-tengah
masyarakat. Saat ini, tari tauh sangat populer di Kabupaten Bungo sebagai tarian
tradisional yang sangat digemari masyarakat.
Seperti tarian Jambi pada umumnya, tarian ini juga dibawakan oleh laki-laki dan
perempuan secara berpasang-pasangan. Posisi tubuh dari tari tauh ini adalah kombinasi
dari gerakan dalam posisi berdiri. Alat musik rebab, gong, dan nyanyian klasik yang
disebut dengan mantun mengiringi tarian ini. 4 (empat) laki-laki dan 4 (empat)
perempuan melenggok dalam alunan musik melayu bersyair pantun. Uniknya, durasi
dalam menarikan tarian ini tergantung pada panjang pendeknya pantun yang
disenandungkan dan juga kesanggupan dari para penarinya sendiri.
Tarian ini menggambarkan perpaduan antara rentak langkah dari berbagai etnis yang
menjadi suatu bentuk kesatuan utuh dalam menjalani sebuah kehidupan. Hidup
berdampingan, bekerja sama, dan juga saling tolong-menolong digambarkan didalam
gerak tari yang digarap dalam bentuk khas Melayu Jambi ini. Hal tersebut menegaskan
bahwa provinisi Jambi adalah provinsi yang aman, makmur, dan juga sejahtera.
Tarian ini diperagakan oleh 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) orang para penari. Para
penari tersebut menggunakan busana atau pakaian adat Melayu Jambi dengan hiasan
pada bagian kepala dan kain tenun melayu. Pola gerak dalam tarian ini hampir sama
dengan jenis tarian lainnya, yakni menggunakan kombinasi dari pola lantai.
Masyarakat Kerinci merupakan masyarakat yang sangat menghargai akan nilai seni dan
budaya yang ada di daerahnya, sehingga Tari Rentak Kudo ini juga mempunyai makna
yang sakral untuk masyarakat setempat. Sebab bagi masyarakat Kerinci, Tari Rentak
Kudo ini umumnya dipentaskan untuk melestarikan kebudayaan pertanian dan juga
kemakmuran masyarakat sebagai wujud tanda syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa
baik itu dalam keadaan musim subur maupun di dalam musim kemarau untuk memohon
berkah hujan.
7. Tari rangguk
KECAMATAN KOTABARU
Camat : FERIADI, S.Sos
Kantor : Jl. P. Hidayat No. 26, Kota Baru
Telepon : (0741) 40053, 42931
Kecamatan Kotabaru memiliki 5 (lima) Kelurahan :
KECAMATAN JELUTUNG
Camat : DESIYANTI. S.STP, M.Si
Kantor : Jl. Sumbiyono No. 1
Telepon : (0741) 41149, 42930
Kecamatan Jelutung memiliki 7 (tujuh) Kelurahan :
KECAMATAN PELAYANGAN
Camat : M. NOFIYANTO,SE
Kantor : Jl. KH. A. Somad No. 1, Arab Melayu
Telepon : (0741) 580259
Kecamatan Pelayangan memiliki 6 (enam) Kelurahan :
1. Thaha Syaifuddin dari Jambi, pahlawan nasional, sultan terakhir Kesultanan Jambi
2. Kolonel Abundjani, pejuang
3. Depati Parbo, pejuang dari Kerinci
4. Raden Mattaher, pejuang
5. Makallam, pejuang
6. Mayor H. Syamsuddin Uban, pejuang dari merangin
7. Mayjen H.A. Thalib, pejuang dari Kerinci
8. Kaliyem, pejuang dari
1. Injit-Injit Semut
2. Batanghari
3. Timang-Timang Anakku Sayang
4. Dodoi Si Dodoi
5. Pinang Muda
6. Selendang Mayang
5 upaya bela negara dalam film g30 s pki
Adalah Wali Kota Jambi ke-11 periode 2013-2018 dan periode 2018-2023