Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENUGASAN 3.

4
PPK
PUSKESMAS PANDAK I

Disusun Oleh:
Ghea Provita . N
Nurjihan Dwi . N
Shaffirra Maulina . S

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
PENDAHULUAN

Skabies merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan sejenis tungau,


yaitu Sarcoptes scabiei. S. scabiei berasal dari kelas arachnida, subklas acari, ordo
Astigmata, dan family Sarcoptidae. S. scabiei betina dewasa berukuran 0,4 x 0,3
mm dan yang jantan berukuran 0,2 x 0,15mm. Serangga ini banyak ditemukan di
Negara-negara berkembang dan menimbulkan manifest kulit berupa papul, pruritus
interdigital, hingga fisur (McCarthy, 2004).

Siklus kehidupan S. scabiei dimulai ketika betina dewasa membuat burrow di


epidermis dan bertelur sebanyak 2-3 buah perhari. Setelah menetas, dalam 10-14
hari larva akan matur, dan memulai kembali siklusnya. Scabies ditularkan melalui
kontak skin-to-skin, namun kontak secara tidak langsung melalui tempat tidur,
pakaian maupun handuk dapat terjadi dalam kasus yang jarang (Chandler, 2018).

Angka kejadian scabies telah dilaporkan di berbagai Negara di seluruh


dunia. Inggris melaporkan bahwa dalam periode 1997-2015 prevalensi wanita
sebanyak 2,81 dan laki-laki 2,27 per 1000. Sementara itu, Jenewa melaporkan
bahwa kejadian scabies meningkat sejak Oktober 2011. Departemen Dermatologi
Universitas di Yunani memaparkan bahwa 4,8% kasus scabies berasal dari imigran.
Kasus scabies di Palestina melaporkan bahwa rata-rata insiden pertahun sejak 2005
hingga 2010 mencapai 17/100.000. India utara melaporkan 4,4% kasus, dan Chile 1-
5% kasus. Departemen dermatologi sebuah rumah sakit universitas di Kairo
menjelaskan bahwa scabies merupakan kasus penyakit kulit terbanyak dengan
persentase sebesar 9,26%. Sebuah sekolah di Arab Saudi juga melaporkan bahwa
dari 1337 siswanya, 27% siswa menderita scabies. Survey di Malaysia menyatakan
dari 120 anak, penderita scabies sebanyak 46% dari anak berusia 10-12 tahun.
Scabies juga menempati urutan kedua terbanyak dalam fasilitas kesehatan primer di
daerah terdampak gempa Pakistan yaitu sebesar 17%.
RINGKASAN KASUS

A. Anamnesis
Nama : An. J
Usia : 12 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Banjarwaru RT 03, Gilangharjo, Bantul

Dari anamnesis didapatkan bahwa keluhan utama pasien adalah gatal-


gatal di seluruh bagian tubuh kecuali kepala, leher, dan kaki. Keluhan sudah
berlangsung 1 minggu dan hilang timbul. Sebelumnya pasien belum pernah
menderita penyakit tersebut. Pasien merupakan dua bersaudara, namun
saudara ataupun kedua orang tua tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama. Teman sekolah ada yang mengalami gatal-gatal tetapi dikatakan akibat
alergi terhadap protein. Keluhan akan memberat ketika malam hari dan akan
membaik ketika digaruk. Oleh ibunya sudah diberi salep yang dibeli di apotek
namun tidak ada perbaikan keluhan. Aktivitas terakhir pasien sebelum gatal-
gatal adalah memancing di sungai dengan teman-temannya. Pasien
menyangkal adanya alergi. Kebiasaan makan pasien seperti biasa 3 kali
sehari dan biasa mengkonsumsi sayur serta ikan hasil tangkapan dari sugai.
Untuk higienitas, ibu pasien menyampaikan bahwa kasur rajin diganti spreinya
tetapi jarang menjemur kasurnya.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran
compos mentis dengan keadaan gizi baik (berat badan: 45kg ; tinggi badan:
157cm). Vital sign dalam batas normal, tidak didapatkan adanya febris, dan
tekanan darah 110/77 mmHg. Saat inspeksi didapatkan lesi di tangan dan
badan. Lesi di tangan merupakan lesi vesikel multiple dengan ukuran ± 2 mm
tersebar di sela jari dan pergelangan tangan. Kemudian untuk lesi di badan
merupakan lesi papul eritem multiple tersebar generalisata (kecuali kepala,
leher, dan kaki).
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang berkaitan dengan tempat,
waktu, dan fasilitas yang tersedia di puskesmas.

D. Diagnosis dan Diagnosis Banding


Diagnosis penyakit pasien adalah scabies, untuk diagnosis banding
pasien adalah Pediculosis korporis, dermatitis kontak alergi, dermatitis atopi,
dan prurigo.

E. Terapi
Dokter meresepkan pasien dengan dua macam obat, yaitu sistemik
dan topical. Untuk obat sistemik diberi Loratadine 10 mg 1 tablet setiap hari
selama 5 hari dan topical diberi Scabimite Permethrin 5% cream dioleskan 2
kali sehari setiap habis mandi. Pasien diedukasi agar merendam pakaian dan
sprei dengan air panas terlebih dahulu baru kemudian dicuci seperti biasa,
kemudian dilarang tidur bersama, menggunakan handuk bersama,
disarankan untuk menjemur kasur dan pasien juga diedukasi untuk
menghabiskan obat yang telah diberikan dokter.
PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Penegakan Diagnosis dengan Referensi Terkini


I. Diagnosis
Skabies merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh tungau
Sarcoptes scabiei dan produknya (Panduan Praktik Klinis, 2017). Higienitas
yang buruk, lingkungan padat penduduk, serta keadaan sosio-ekonomi yang
rendah seringkali berkaitan dengan kejadian skabies. Di Indonesia,
penyebaran penyakit skabies tidak hanya pada lingkungan keluarga saja,
penyebaran akan semakin meningkat biasanya di lingkungan pondok
pesatren ataupun panti asuhan. (Tan, et al, 2017). Penularan skabies
biasanya terjadi ketika ada penggunaan alat-alat pribadi yang dipakai secara
bergantiaan atau bersamaan, seperti alas tidur, handuk, ataupun alat-alat
mandi (Mutiara&Syailindra, 2016). Manifestasi yang ditimbulkan dari skabies
akan timbul dan berat di malam hari dan ketika berkeringat. Terdapat lesi
pada stratum korneum kulit seperti sela-sela jari, pergelangan tangan dan
kaki, aksila, umbilicus, dibawah payudara sekitar inguinal dan areola mamae,
serta daerah genitalia eksternal (Panduan Praktik Klinis, 2017).
Pada anamnesis, biasanya pasien menyampaikan bahwa gatal yang
dirasakan akan parah ketika malam hari dan mengganggu tidur, apabila
timbul di siang hari maka akan menganggu konsentrasi (Fuller dan Chandler,
2018). Kemudian, pada pemeriksaan fisik akan ditemukan lesi kulit berupa
terowongan berwarna putih, abu-abu, dengan panjang ± 1 cm (Panduan
Praktik Klinis, 2017). Dapat juga ditemukan erosi kulit yang gatal berupa
papul, nodul dan vesikel. Scabies melibatkan daerah yang banyak
mengandung folikel pilosebasea (Fuller dan Chandler, 2018). Perbedaan lesi
juga Nampak antara dewasa dan anak-anak, lesi vesikel akan tampak
disertai infeksi sekunder akibat adanya garukan sehingga dapat
memunculkan lesi bernanah (PERDOSKI, 2017). Dari hasil pemeriksaan dan
berdasarkan referensi sesuai untuk menegakkan diagnosis. Penegakannya
dapat dilihat ketika ada 2 tanda dari pruritus nokturna, dapat menyerang
sekelompok manusia, terdapat lesi terowongan pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan berbentuk lurus atau
berkelok-kelok denganpanjang kira-kira 1 cm dan ditemukan tungau pada
pemeriksaan mikroskopis (PERDOSKI, 2017).
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan mikroskopis. Pada
bagian lesi dilakukan kerokan kulit, kemudian dilihat dibawah mikroskop.
Tungau akan terlihat pada hasil pemeriksaan mikroskopis. Harus diwaspadai
akan timbulnya komplikasi jika terjadi infeksi kulit sekunder akibat
Staphylococcus aureus karena dapat menurunkan kualitas hidup dan
prestasi belajar terutama pada anak-anak. (Panduan Praktik Klinis, 2017)

Anda mungkin juga menyukai