Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS UDARA AMBIENT DI PINTU MASUK DAN KELUAR

KAMPUS 1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Tasya Azkiya1), Cut Aurelia1), Hanifah Adila Rahmah1), Liyani Permata Sari1), Alfianur
Azmi Muhammad1), Yayan Mardiansyah2), Arina Muniroh1,3), Syafia Fadila1,3)
1
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Dosen Mata Kuliah Praktikum Kimia Lingkungan
3
Asisten Laboratorium Mata Kuliah Praktikum Kimia Lingkungan
*Corresponding author : tasyaazkiyaa@gmail.com

Abstrak
Perbedaan konsentrasi NO2, SO2, dan NH3 pada dua tempat yang sering dilalui oleh aktivitas
transportas menyebabkan polutan yang diukur lebih banyak berasal dari sumber yang tidak
tetap, misalnya kendaraan bermotor maupun aktivitas manusia yang bergerak lainnya. Tekanan
udara memiliki rata-rata pada pintu masuk dan pintu keluar sebesar 754,18 mmHg. Kebisingan
pada udara ambien di pintu masuk dan pintu keluar memiliki rata-rata maksimum 86,75 dB,
sedangkan untuk nilai minimum pintu masuk dan pintu keluar memiliki rata-rata minimum
67,65 dB. Kecepatan angin pada udara ambien untuk pintu masuk dan pintu keluar memiliki
rata-rata 0,31 m/s. Terdapatnya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas udara,
diantaranya yaitu suhu yang berbanding terbalik dengan konsentrasi pencemar, apabila suhu
tinggi maka konsentrasi pencemar rendah dan begitu pula sebaliknya. Tekanan udara dapat
mempercepat atau menghambat terjadinya reaksi kimia antar pencemar dengan udara, sehingga
kadar pencemar bisa bertambah maupun berkurang.
Kata kunci: Konsentrasi, tekanan udara, kebisingan, ambien, reaksi kimia.

PENDAHULUAN Undang - undang Republik


Udara di alam bebas tidak Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
pernah sepenuhnya bersih tanpa adanya mendefinisikan pencemaran udara
polutan, diantaranya seperti sulfur adalah masuk atau dimasukkannya
oksida (SOx), Nitrogen oksida (NOx), makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
karbon monoksida (CO) maupun komponen lain ke dalam lingkungan
Particulate matter (Simanjuntak, 2013). hidup oleh kegiatan manusia sehingga
Menurut WHO (2019), polusi udara melampaui baku mutu lingkungan
adalah pencemaran udara dalam atau hidup yang telah ditetapkan. Menurut
luar ruangan oleh sejumlah gas dan data WHO tahun 2016 korban tewas
padatan yang mengubah karakteristik karena polusi udara mencapai 61 ribu
alaminya. Polutan berbahaya kesehatan orang atau rata-rata-rata 25 orang
yang utama termasuk partikel (PM2.5 meninggal per 100 ribu kapita terjadi di
dan PM10) 1, karbon monoksida (CO), Indonesia (WHO,2017). Berdasarkan
ozon (O3), karbon hitam (BC), sulfur laporan Kementerian Lingkungan
dioksida dan nitrogen oksida (NOx). Hidup dan Kehutanan tahun 2017
beberapa kota besar di Indonesia seperti Jumlah NO hasil bentukan
Manado termasuk dalam kategori bakteri tersebar merata sehingga kadar
sedang untuk indeks pencemaran udara. di udara menjadi kecil. yang menjadi
Penyebab utamanya karena emisi masalah adalah polusi NO dari kegiatan
transportasi, industri dan kebakaran manusia yang jumlahnya semakin
hutan. meningkat. NO2 bersifat racun terutama
Pencemaran udara oleh sulfur terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih
oksida (SOx) disebabkan oleh dua tinggi dari 100 ppm dapat mematikan
komponen gas oksida sulfur yang tidak sebagian besar binatang percobaan dan
berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) 90% dari kematian tersebut disebabkan
dan sulfur trioksida (SO3). SO2 oleh gejala edema pulmonari.
mempunyai karakteristik bau yang Pemaparan NO2 dengan kadar 5 ppm
tajam dan tidak mudah terbakar di selama 10 menit terhadap manusia akan
udara, sedangkan SO3 adalah gas yang mengakibatkan kesulitan bernapas
tidak reaktif (Bates, 1995). SO2 didapat (Wulansari, 2016 ; Ponga 2018). Tujuan
dari sumber alamiah dan sumber dari percobaan ini adalah untuk
buatan. Sumber alamiah adalah gunung mengetahui kualitas udara ambient di
api, pembusukan bahan organik oleh pintu masuk dan pintu keluar UIN
mikroba dan reduksi sulfat secara Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
biologis. Sumber-sumber buatan adalah parameter yang diamati berupa
pembakaran bahan bakar minyak, gas, partikulat, kadar SO2, NO2, dan NH3.
dan batu bara yang mengandung sulfur
tinggi. Sumber buatan ini diperkirakan MATERIAL DAN METODE
memberi kontribusi sepertiga dari 3.1 Waktu dan Tempat
seluruh SO2 atmosfir per tahun Pengambilan sampel dilakukan
(Fardiaz, 1998). pada tanggal 30 september 2019 dan
Pengaruh utama polutan ini tanggal 7 oktober 2019. Lokasi
terhadap manusia adalah iritasi sistem pengambilan sampel yaitu di pintu
pernapasan yang menyebabkan masuk dan pintu keluar Kampus 1 UIN
timbulnya kesulitan bernafas, terutama Syarif Hidayatullah Jakarta dan untuk
pada kelompok sensitif, seperti orang uji serta analisis sampel dilakukan di
berpenyakit asma, anak-anak dan lansia. Pusat Laboratorium (PLT) UIN Jakarta
SO2 juga mampu bereaksi dengan pada tanggal 9, 16, 19 Desember 2019
senyawa kimia lain membentuk partikel pada setiap uji masing-masing.
sulfat yang jika terhirup dapat 3.2 Alat dan Bahan
terakumulasi di paru-paru dan Alat yang digunakan berupa
menyebabkan kesulitan bernapas, timbangan analitik, pinset, desikator,
penyakit pernapasan, dan bahkan botol sampel, spektrofotometer UV-Vis,
kematian (Bates, 1995) Nitrogen kuvet silica, pipet tetes, pipet mikro
Oksida yang terdapat di atmosfer adalah 1000 µL, labu ukur 50 dan 100 mL,
NO, dan NO2. Dari seluruh jumlah NOx labu erlenmeyar 100 dan 250 mL.
di atmosfer, jumlah terbanyak dalam Bahan yang digunakan dalam
bentuk NO yang diproduksi oleh praktikum ini diantaranya absorber SO2,
aktivitas bakteri (Fardiaz, 1998).
absorber NO2, absorber NH3, dan aquadest masing-masing tabung midget
akuades. impinger.
3.3 Cara Kerja Dipindahkan filter sampel yang
3.3.1 Pengambilan Sampel ada di LVAS ke plastik PE (Plastik
Dibawa seluruh peralatan dan polietilen). Diberi label pada wadah
bahan ke lokasi sampling yang sudah tersebut. Dibersihkan bagian luar holder
ditentukan. Dihubungkan midget untuk menghindari kontaminsasi. Di
impinger dan LVAS ke pompa kemasi peralatan, sampel gas dan debu
penghisap udara dengan menggunakan dibawa ke laboratorium dan filter
selang silicon. Dipasang flowmeter dimasukkan ke dalam desikator selama
pada selang. LVAS diletakkan pada 24 jam.
titik pengukuran dengan menggunakan 3.3.2 Penentuan Partikulat
tripod kira-kira setinggi zona pernafasan Alat yang digunakan untuk
manusia. mengukur partikulat debu yaitu
Dibilas tabung midget impinger timbangan analitik, dan bahan yang
dengan aquadest lalu masukkan larutan digunakan yaitu filter sampel dan filter
absorber (SO2, N02, NH3) masing- blanko. Cara kerja pada penentuan
masing 10 ml ke tabung midget partikulat debu yaitu dengan
impinger. Filter sampel dimasukkan ke menimbang filter blanko dan filter
dalam LVAS holder dengan sampel pada saat sebelum dan sesudah
menggunakan pinset dan tutup bagian dilakukan pengambilan sampel.
atas holder. Pompa penghisap udara Kemudian dihitung.
dihidupkan dan lakukan pengambilan 3.3.3 Uji NO2 Udara Ambient dengan
sampel dengan kecepatan laju aliran Metode Griess Saltzman
udara. Di atur timer selama 1 jam. Alat yang digunakan pada uji
Dilakukan pembacaan awal pada NO2 yaitu timbangan analitik, pinset,
temperatur awal dan tekanan udara desikator, spektrofotometer uv-vis,
awal. Dicatat kondisi sekitar lokasi kuvet, labu ukur 100ml. Bahan yang
sampling (cuaca, sumber-sumber emisi, digunakan yaitu larutan induk nitrit
dll). Dihitung jumlah kendaraan yang terbuat dari 2.460 gr NaNO2 dan
bermotor yang lewat menggunakan akuades, dan larutan standar nitrit.
hand tally counter. Dilakukan Pembuatan kurva kalibrasi :
pengukuran kebisingan dan kecepatan Dimasukkan larutan standar
angin pada lokasi sampling selama 10 nitrit ke dalam labu ukur 25 mL,
menit sebagai data pendukung. diencerkan dengan larutan penyerap
Setelah 1 jam, pindahkan sampai batas tera. Dihomogekan dan
masing-masing absorber pada midget didiamkan selama 15 menit sampai
impinger ke botol sampel sesuai dengan proses pembentukan warna sempurna.
kode gas yang diuji. Ditutup rapat botol Sampel diukur dengan spektrofotometer
sampel dan masing-masing di beri label dengan panjang gelombang 550 nm.
(kondisi sampel, titik sampling, lokasi Pengukuran sampel :
sampling, hari, tanggal, dan tenaga Dimasukkan larutan sampel ke
sampler). Dibilas kembali dengan dalam kuvet tertutup. Di ukur serapan
dengan panjang gelombang 550 nm.
Setiap pengukuran harus dikoreksi dengan spektrofotometer dengan
terhadap blanko. Jika pembacaan panjang gelombang 550 nm.
kuantitatif untuk warna terlalu pekat, 3.3.5 Uji NH3 Udara Ambient dengan
maka dapat dilakukan pengenceran. Metode Indofenol
Serapan yang diukur dikalikan dengan Alat yang digunakan pada uji
faktor pengenceran. NH3 yaitu pipet, labu ukur 50 ml,
3.3.4 Uji SO2 Udara Ambient dengan erlenmeyer 250 ml, dan
Metode Pararosanilin spektrofotometer uv-vis. Bahan yang
Alat yang digunakan pada uji digunakan yaitu larutan stok amoniak,
SO2 yaitu pipet, labu ukur 25 ml, pereaksi A (fenol), dan pereaksi B
erlenmeyer 250 ml, dan (Natrium hipoklorit).
spektrofotometer uv-vis. Bahan yang
digunakan yaitu larutan baku SO2, 3.4 ANALISIS DATA
larutan asam sulfanilic, larutan 3.4.1 Volume Udara yang Diambil
formaldehid, larutan pararosanilin dan
V= F1 + F2 x t x Pa x 298
aquadest.
2 Ta 760
Pembuatan kurva kalibrasi :
Dimasukkan larutan standar Keterangan
Na2S2O5 sampel ke labu ukur 25 mL. V = Volume udara yang dihisap
Ditambahkan 1 ml sulfanilik 0,6 %, 2 (L)
ml formaldehid 0,2 %, dan 2 mL F1 = Laju alir awal (L/menit)
pararosanilin. Ditambahkan akuades F2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pegambilan sample
hingga batas tera 25 mL. Ditunggu
Pa = Tekanan rata rata barometer
selama 30 menit. Sampel diukur dengan selama pengambilan sample
spektrofotometer dengan panjang (mmhg)
gelombang 550 nm. Ta = Temperatur rata rata selama
Pembuatan blanko : pengambilan sample (K)
Dimasukkan 20 mL TCM 298 = Temperatur normal 25oC (K)
(Tetrakloromerkurat). Kemudian 760 = Tekanan normal 1 atm
(mmhg)
ditambahkan 1 ml sulfanilik 0,6 %
ditunggu selama 10 menit, 2 ml 3.4.2 Kadar Debu Total
formaldehid 0,2 %, dan 2 mL
pararosanilin. Sampel diukur dengan C (mg/L) = (W2 – W1) – (B2 – B1)
spektrofotometer dengan panjang V
gelombang 550 nm. Atau
Pembuatan sampel : C (mg/m3) = (W2 – W1) - (B2 – B1)
Ditambahkan larutan sampel ke x103
dalam labu ukur 25 mL. Kemudian V
ditambahkan 1 ml sulfanilik 0,6 % Keterangan
ditunggu selama 10 menit, 2 ml C = Kadar debu total
formaldehid 0,2 %, dan 2 mL B1 = Berat filter blanko sebelum
pengambilan sample
pararosanilin. Ditera hingga batas tera
B2 = Berat filter blanko setelah
dengan larutan TCM. Sampel diukur pengambilan sample
W1 = Berat filter sample uji sebelum
pengambilan sample C = x 1000
W2 = Berat filter sample uji sesudah
pengambilan sample C = Konsentrasi NO2 di udara
V = Volume udara pada (μg/Nm3)
pengambilan sample (L) a = Jumlah NO2 dari sample uji
dengan melihat kurva
3.4.3 Perhitungan konsentrasi SO2 di kalibrasi (μg)
udara ambient V = Volume udara pada kondisi
normal (L)
C= x x 1000 1000 = Konversi L ke m3

Keterangan: 3.4.6 Perhitungan konsentrasi NH3 di


C = Konsentrasi NO2 di udara udara ambient
(μg/Nm3)
a = Jumlah NO2 dari sample uji C = x 1000
dengan melihat kurva
kalibrasi C = Konsentrasi NO2 di udara
(μg) (μg/Nm3)
V = Volume udara pada kondisi a = Jumlah NO2 dari sample uji
normal (L) dengan melihat kurva
10 = factor pengenceran kalibrasi (μg)
25 V = Volume udara pada kondisi
1000 = Konversi L ke m3 normal (L)
1000 = Konversi L ke m3
3.4.5 Perhitungan konsentrasi NO2 di
udara ambient

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil pengukuran kualitas udara ambient

Konsentrasi (μg/Nm3)
Lokasi Sampling
NO2 SO2 NH3
Pintu Masuk Kampus 1 UIN
0,0496 - 0,0725
Syarif Hidayatullah

Pintu Keluar Kampus 1 UIN


0,0780 -0,0497 -0,036
Syarif Hidayatullah

Pengukuran sampel dilakukan di dan NH3 pada pintu masuk dan pintu
pintu masuk dan di pintu keluar keluar kampus 1 UIN Syarif
Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Hidayatullah Jakarta, kadar NO2 di
Jakarta yang dilakukan sebanyak 1 kali pintu keluar memiliki nilai yang lebih
tanpa pengulangan. Pada tabel 1 dapat besar yaitu 0,0780 μg/Nm3
dilihat bahwa kualitas udara ambien dibandingkan dengan kadar NO2 di
untuk parameter polutan gas NO2, SO2, pintu masuk kampus 1 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yaitu 0,0496 sulfanilat dan N-(1-naftil)-etilendiamin
μg/Nm3. dihidroklorida membentuk senyawa
Kadar NH3 pada pintu masuk berwarna merah muda. Intensitas warna
UIN sebesar 0,0725 μg/Nm3, sedangkan yang terjadi diukur dengan alar
kadar NH3 pada pintu keluar UIN spektrofotometer pada panjang
sebesar – 0,036 μg/Nm3. Hal ini dapat gelombang 550 nm.
disebabkan karena pada daerah pintu Penentuan kadar polutan gas
keluar UIN lebih banyak aktivitas dan SO2 menggunakan metode
kegiatan transportasi, sehingga pararosanilin, yang prinsip analisisnya
mempengaruhi tinggi rendahnya kadar yaitu gas SO2 di udara diserap oleh
polutan gas. kalium tetra kloro merkurat (TCM)
Perbedaan konsentrasi NO2, akan membentuk senyawa kompleks
SO2, dan NH3 pada dua tempat yang dikloro sulfit merkurat. Senyawa
sering dilalui oleh aktivitas transportas kompleks yang terbentuk ini tahan
menyebabkan polutan yang diukur lebih terhadap oksidasi oleh oksigen.
banyak berasal dari sumber yang tidak Selanjutnya senyawa ini direaksikan
tetap, misalnya kendaraan bermotor dengan pararosalinin metal sulfonate
maupun aktivitas manusia yang yang berwarna merah ungu. Intensitas
bergerak lainnya. Faktor meteorology warna yang terjadi diukur dengan
pun memberi andil yang tidak sedikit spektrofotometer pada panjang
seperti kelembaban udara, arah, dan gelombang 548 nm.
kecepatan angina, curah hujan, dan suhu Penentuan kadar polutan NH3 di
udara khususnya dalam membantu udara menggunakan metode indophenol
penyebaran dan pengenceran polutan di blue. Prinsip analisisnya yaitu gas NH3
udara. di udara ambien diserap dalam larutan
Penentuan kadar jenis polutan penyerap yang mengandung asam sulfat
ini menggunakan metode yang berbeda yang membentuk senyawa kompleks
beda. Penentuan kadar NO2 berwarna kuning sampai kuning coklat.
menggunakan metode Griess Saltzman, Intensitas warna yang terjadi diukur
yang prinsip analisisnya yaitu gas NO2 dengan alat spektrofotometer pada
di udara ambien diserap dalam larutan panjang gelombang 630 nm.
penyerap yang mengandung asam

Tabel 2. Faktor pendukung sampling udara


Hasil Pengukuran
Parameter
Pintu Masuk Pintu Keluar Rata-rata
Suhu 35,5 °C 35,4 °C 35,45 °C
1006 hPa 1005 hPa
754,18
Tekanan Udara atau 754,56 atau 753,81
mmHg
mmHg mmHg
11:30 (1
Waktu Sampling 11:00 (1jam) 1 Jam
Jam)
Maksimum 83,9 dB 89,6 dB 86,75 dB
Kebisingan Minimum 66,1 dB 69,2 dB 67,65 dB
Rata-rata 75,4 dB 79,4 dB 77,4 dB
Kecepatan Angin 0,37 m/s 0,25 m/s 0,31 m/s
Jumlah Kendaraan Mobil 224 unit 174 unit 199 unit
(10 Menit) Motor 852 unit 552 unit 702 unit

Berdasarkan hasil yang dalam atmosfer standar ICAO, dimana


diperoleh faktor pendukung sampling kerapatan udaranya sesuai dengan
udara dengan parameter suhu, tekanan kerapatan udara pada suatu tempat
udara, waktu sampling, kebisingan, tertentu (Fadholi, 2013). Uumumnya
kecepatan angin dan jumlah kendaraan makin tinggi suatu ketinggian dari
motor dan mobil. Suhu yang diperoleh permukaan laut, tekanan udaranya
rata-rata pada pintu masuk dan pintu semakin berkurang, karena jumlah
keluar sebesar 35,45°C. Suhu udara molekul dan atom yang ada di atasnya
merupakan unsur iklim di atmosfer berkurang, dengan demikian dapat kita
yang sangat penting karena berubah katakana bahwa tekanan udara menurun
sesuai tempat dan waktu. Suhu udara terhadap ketinggian, begitu juga dengan
akan berfluktuasi dengan nyata setiap kerapatan udara (Fadholi, 2013).
periode 24 jam. Kebisingan pada udara ambien
Fluktuasi suhu akan terganggu di pintu masuk dan pintu keluar
apabila turbulensi udara atau memiliki rata-rata maksimum 86,75 dB,
pergerakkan massa udara menjadi sedangkan untuk nilai minimum pintu
sangat aktif, misalnya pada kondisi masuk dan pintu keluar memiliki rata-
kecepatan angin tinggi (Tjasyono, rata minimum 67,65 dB. Kebisingan
2004). Menurut Fadhli (2013) pada pintu masuk rata-rata 75,4 dB,
menjelaskan bahwa perbedaan sedangkan pintu keluar 79,4dB.
temperatur mempengaruhi konsentrasi Menurut Keputusan Menteri
polutan di udara ambien dan Negara Lingkungan Hidup No.
konsentrasi pencemar akan cenderung KEP-48/MENLH/11/1996 definisi
menurun seiring dengan meningkatnya bising adalah bunyi yang tidak
temperatur. diinginkan dari usaha atau kegiatan
Tekanan udara memiliki rata- dalam tingkat dan waktu tertentu
rata pada pintu masuk dan pintu keluar yang dapat menimbulkan gangguan
sebesar 754,18 mmHg. Tekanan udara kesehatan dan kenyamanan lingkungan.
dapat mempercepat atau menghambat Tingkat intensitas dari
terjadinya suatu reaksi kimia antara kebisingan dapat menimbulkan dampak
pencemar dengan zat pencemar diudara terhadap manusia. Bising dapat
atau zat-zat yang ada di udara, sehingga menyebabkan berbagai gangguan
pencemar udara dapat bertambah seperti gangguan fisiologis, gangguan
maupun berkurang. Tekanan psikologis, gangguan komunikasi dan
menggambarkan gaya per satuan luas ketulian. Berdasarkan peraturan
pada suatu ketinggian tertentu, dimana Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
tekanan udara merupakan salah satu No.48 Tahun 1996, tingkat kebisingan
faktor yang mempengaruhi dan tersebut melebihi di standar yang telah
menentukan kerapatan udara selain ditetapkan sebesar 70 db(A). Sedangkan
daripada suhu udara. berdasarkan Peraturan Menteri
Ketinggian kerapatan udara Kesehatan RI No.
(density height) adalah suatu ketinggian 718/Men/Kes/XI/1987, zona kawasan
ini masuk Zona D yang seharusnya juga didukung oleh Gindo dan Hari
diperuntukkan untuk kawasan dengan (2003) yaitu meningkatnya kadar debu
intensitas kebisingan yang lebih tinggi, yang ada disuatu lingkungan
seperti pabrik dan stasiun kereta. kemungkinan dipengaruhi oleh
Efek yang dihasilkan dari kecepatan angin. Berdasarkan Peraturan
tingkat kebisingan yang berada dalam Pemerintah RI Nomor 41 tahun 1999
range 70 dB (A), dapat menimbulkan nilai baku debu pada udara ambien yaitu
ganguan Psikologi berupa rasa tidak 230ug/Nm3 dengan waktu pengukuran
nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur 24 jam. Kecepatan angin kemungkinan
dan cepat marah. Bila kebisingan mempengaruhi banyaknya partikulat
diterima dalam waktu lama dapat debu yang masuk.
menyebabkan penyakit psikosomatik, Jumlah kendaraan bermotor
berupa gastristis, jantung, stress dan yang melewati area kampus 1 UIN
kelelahan. Syarif Hidayatullah rata-rata 702 unit
Kecepatan angin pada udara kendaraan bermotor, sedangkan rata-
ambien untuk pintu masuk dan pintu rata jumlah kendaraan bermobil sebesar
keluar memiliki rata-rata 0,31 m/s. 199 unit. Kendaraan yang melewati area
Menutut Tjasyono (2004) kecepatan kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah
angin berubah dengan jarak diatas banyak menghasilkan sumber emisi
permukaan tanah dan perubahannya tercemar.
cepat pada paras (elevasi) rendah. Hal tersebut sesuai dengan
Kecepatan angin adalah rata-rata laju pernyataan Nevers (2000) bahwa zat
pergerakan angin yang merupakan pencemar lebih banyak dihasilkan dari
gerakan horizontal udara terhadap kendaraan bermotor. Kemudian untuk
permukaan bumi suatu waktu yang pengaruh emisi polutan dari jenis
diperoleh dari hasil pengukuran kendaraan mobil solar lebih sedikit
harian. dibandingkan dengan mobil bensin,
Kecepatan angin dapat diukur hal tersebut sesuai dengan pernyataan
dengan suatu alat yang dinamakan Soedomo (2003) bahwa jenis
anemometer (Neiburger, 1995). kendaraan bermotor yang
Menurut Tasic dkk (2013) menggunakan bahan bakar bensin akan
menjelaskan, semakin tinggi mengeluarkan CO, NO3, NO dan NO2
kecepatan angin, maka konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan
polutan di udara akan semakin dengan jenis kendaraan berbahan bakar
kecil karena polutan tersebut solar.
terbawa angin menjauhi lokasi Semntara itu, jenis kendaraan
pengukuran. Semakin tinggi berbahan bakar solar akan
kecepatan angin, maka pencemar menghasilkan SO2 partikulat dan
akan terdilusi melalui dispersi nilai opasitas yang lebih besar
sehingga peningkatan kecepatan dibandingkan dengan yang dihasilkan
angin akan mempercepat terjadinya oleh jenis kendaraan berbahan bakar
dispersi dan dilusi pencemar udara bensin. Berdasarkan Peraturan Walikota
sehingga konsentrasi pencemar rendah. Semarang Nomor 22 Tahun 2011
Kecepatan angin kemungkinan bahwa hari bebas kendaraan bermotor
mempengaruhi banyaknya partikulat adalah upaya untuk memberikan
debu yang masuk, pada pengujian kesadaran kepada masyarakat tentang
kedua kecepatan angin lebih besar dari efisiensi penggunaan kendaraan
pada pengujian pertama sehingga hasil bermotor pribadi dan meningkatkan
kadar debu pada pengujian kedua lebih kualitas udara ambien. Sedangkan
besar dari pada yang pertama. Hal ini tujuannya adalah untuk pemulihan
kualitas udara dan penurunan beban itu tingkat konsentrasi polutan akan
pencemaran udara yang dihasilkan dari bernilai tinggi di area tersebut.
emisi gas buang kendaraan bermotor.
Terdapatnya beberapa faktor KESIMPULAN
yang dapat mempengaruhi kualitas Pencemaran udara oleh sulfur oksida
udara, diantaranya yaitu suhu yang (SOx) disebabkan oleh dua komponen
berbanding terbalik dengan konsentrasi gas oksida sulfur yang tidak berwarna,
pencemar, apabila suhu tinggi maka
yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur
konsentrasi pencemar rendah dan begitu
pula sebaliknya. Tekanan udara dapat trioksida (SO3). SO2 mempunyai
mempercepat atau menghambat karakteristik bau yang tajam dan tidak
terjadinya reaksi kimia antar pencemar mudah terbakar di udara, sedangkan
dengan udara, sehingga kadar pencemar SO3 adalah gas yang tidak reaktif. SO2
bisa bertambah maupun berkurang. didapat dari sumber alamiah dan
Arah angin diketahui juga sumber buatan. Pengaruh utama polutan
memiliki peran yang penting yaitu dapat
ini terhadap manusia adalah iritasi
mempengaruhi kadar dari debu atau
pencemar lainnya. Selain itu cuaca juga sistem pernapasan yang menyebabkan
menjadi faktor penting yaitu apabila timbulnya kesulitan bernafas, terutama
terjadinya hujan maka akan menyerap pada kelompok sensitif, seperti orang
partikel debu sehingg pencemar dalam berpenyakit asma, anak-anak dan lansia.
bentuk partikel dapat berkurang SO2 juga mampu bereaksi dengan
konentrasinya (Putra, 2012). senyawa kimia lain membentuk partikel
Menurut Nevers (2000) jika
sulfat yang jika terhirup dapat
kecepatan angin dan suhu di area
tersebut berada di nilai yang rendah terakumulasi di paru-paru dan
akan menyebabkan stabilnya atmosfer menyebabkan kesulitan bernapas,
sehingga proses dilusi atau proses penyakit pernapasan, dan bahkan
pencampuran antara suatu zat dan zat kematian.
lainnya di udara sangat kecil, maka dari

DAFTAR PUSTAKA
Bates, DV. (1995). The Effects of Air Pollution on Children. Environmental Health
Perspectives, Vol 103 : 49-53.
Fadholi, A. (2013). Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Terhadap Operasi Penerbangan
di Bandara Depati Amir Pangkalpinang. Buletin Balai Besar Meteorologi dan
Geofisika Wilayah II Ciputat. Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 3 No. 2.
Fardiaz, S. (1998). Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Gindo, A., dan Hari, B. (2003). Pengukuran Partikel Udara Ambien (TSP, PM10,
PM2,5) Disekitar Calon Lokasi PLTN, Semenanjung Lemahabang.
Lemahabang.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. (1996). Baku Tingkat Kebisingan, Surat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-
48/MENLH/1996/25 November 1996. Jakarta: Meneg LH.
Neiburger. (1995). Memahami Lingkungan Sekitar Kita. Bandung: Penerbit ITB.
Nevers, Noel de. (2000). Air Pollution Control Engineering Second Edition.
McGraw-Hill : Singapura.
Peraturan Pemerintah Nomor 1999. (1999). Baku Mutu Udara Ambient Nasional, PP RI
No.41. Jakarta.
Peraturan Walikota Semarang Nomor 22 Tahun 2011. (2011). Pelaksanaan Hari Bebas
Kendaraan Bermotor (Car Free Day) di Kota Semarang. Semarang: Dinas
Lingkungan Hidup.
Ponga, Fine Claudia., et al. (2018). Gambaran Kualitas Udara Ambien Sulfur Dioksida
di Kecamatan Tuminting Kota Manado Tahun 2018. Jurnal KESMAS, Volume 7
(4).
Putra, E. Hardika. 2012. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan
Pendekatan Kebutuhan Oksigen Menggunakan Citra Satelit EO-ALI (Earth
Observer-1 Advanced Land Imager) Di Kota Manado. Jurnal Info BPK (Balai
Penelitian Kehutanan) Manado. 2(1), 41 –54.
Simanjuntak, Agus Gindo. 2013. Pencemaran Udara. Buletin Limbah Vol 11 (1) : 34-
41
Soedomo, Moestikahadi. (2003). Kumpulan Karya Ilmiah Pencemaran Udara.
Bandung: ITB Press.
Tasic, V., Kovacevic, R. Milosevic, N. (2013). Investigating the Impacts of
Windson SO2 Concentrations in Bor. Serbia.
Tjasyono, Bayong. (2004). Klimatologi. Bandung : Penerbit ITB.
WHO. World Health Organization. (2019). Diakses melalui https://www.who.int/
Wulansari, Anjas., et al. (2016). Kualitas udara ambien dan fungsi paru siswa sekolah
dasar di Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 32 (3) : 83-88.

Anda mungkin juga menyukai