Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR

Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi mahasiswa
karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada. Terdapat
beberapa hal penting sebelum kita mereview jurnal, seperti menemukan jurnal yang sesuai
dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi jurnal dan mencoba untuk
menuliskan kembali dengan bahasa sendiri pengertian dari jurnal tersebut. Jurnal memiliki
beberapa ciri-ciri, seperti dibatasi sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi
penerorganisasi yang memuat jurnal ilmiah; memiliki judul dan nama penulis serta alamat
email dan asal organisasi penulis; terdapat abstract yang berisi ringkasan dari isi jurnal,
introduction, metodologi yang dipakai sebelumnya dan metodologi yang diusulkan,
implementasi, kesimpulan dan daftar pustaka.
Langkah penting dalam mereview sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian
pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan. Hal-hal
yang perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu mengungkapkan beberapa
landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penelitiannya dan tujuan
apa yang ingin dicapai; mengungkapkan metode yang digunakan, subjek penelitian, teknik
pengumpulan data, alat pengumpul data, dan analisis data yang digunakan; mengambil
hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan deskripsi secara singkat,
jelas, dan padat; serta menyimpulkan isi dari jurnal.
B. Tujuan Critical Journal Review
1. Memahami dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal.
2. Mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada.
3. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu jurnal.

C. Manfaat Critical Journal Review


1. Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang terdapat
dalam suatu jurnal.
2. Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu jurnal di penerbitan berikutnya.
D. Identitas Jurnal yang di Review
1. Jurnal Utama / Jurnal 1

1
Judul : Kecenderungan Global Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan
Pacasila dan Kewarganegaraan di Sekolah

No. ISSN : 2527-7057


Jenis : jurnal pancasila dan kewarganegaraan
Nama Pengarang : Ihsan
Tahun Terbit : 2017
Penerbit : Universitas muhammadiyah ponorogo
Edisi : Volume 2 Nomor 2

2. Jurnal Pembanding 1 / Jurnal 2


Judul : pengembangan civic skills melalui seminar Socrates dalam
pendidikan kewarganegaraan
No. ISSN : 2303-1174
Jenis : jurnal pancasila dan kewarganegaraan
Nama Pengarang : sutiyono
Tahun Terbit : 2017
Penerbit : Universitas muhammadiyah ponorogo
Edisi : Volume 2 Nomor 2

2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
2.1 Jurnal Utama / Jurnal 1
2.1.1 Latar Belakang
Kecenderungan global dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan untuk
demokrasi yang secara luar biasa berpotensi mempengaruhi pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan pada negara-negara yang menganut faham demokrasi konstitusional.
kecenderungan global itu adalah komponen-komponen yang saling berinterelasi,
pengajaran konsep-konsep inti secara sistematik, analisis terhadap studi kasus,
keterampilan-keterampilan pembuatan keputusan, analisis komparatif, keterampilan
partisipatoris dan kebajikan warga negara melalui kegiatan-kegitan belajar, penggunaan
buku sumber, pengetahuan, keterampilan dan kebajikan-kebajikan warga negara, dan
menghubungkan antara isi dan proses dalam belajar mengajar pengetahuan, keterampilan
dan kebajikan-kebajikan warga negara. Berdasarkan kecenderungan global, kajian tentang
kecenderungan global dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan cukup
berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pada
tingkat persekolahan di Indonesia.

2.1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari jurnal ini adalah bagaimana perkembangan pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan pada tingkat persekolahan di Indonesia dengan andaya
pengaru global?
2.1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan jurnal ini adalah
1. Pengaruh perkembangan global terhadap perkembangan belajar siswa
2. Pengaruh perkembangan global terhadap minat belajar siswa
3. Pengaruh motivasi belajar siswa dari penerapan teknologi global
2.1.4 Kajian Teoretis
3
Zaman era reformasi telah membuka jalan ke arah terwujudnya paradigma baru
pendidikan kewarganegaraan. Paradigma baru itu berorientasi pada terbentuknya
masyarakat demokratis (Muchson AR, 2003). Hal ini sejalan dengan kecenderungan
global pendidikan pancasila dan kewarganegaraan untuk demokrasi (John J Patric, 1997).
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan paradigma baru berupaya memberdayakan
warga negara melalui proses pendidikan agar mampu berperan aktif dalam sistem
pemerintahan yang demokratis. Misi pancasila dan kewarganegaraan adalah menciptakan
kompetensi warga negara yang baik (good citizenship) supaya mampu berperan aktif dan
bertanggung jawab untuk kelangsungan pemerintahan demokratis melalui pengembangan
pengetahuan, keterampilan, dan karakter kewarganegaraan. Lahirnya paradigma baru
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan itu tentu bukanlah kebetulan. Ia lahir dari
harapan pendidikan di Indonesia untuk dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Bagian Rasional Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi).
Hal ini penting, sebab secara historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara
Kesatuan dengan bentuk Republik. Harapan dalam pelaksanaan pendidikan nasional,
tergambarkan dalam hakikat Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan. Dalam
Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dirumuskan sebagai mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
empat komponen atau kategori pokok yang dapat dikaji secara beragam dalam
pendidikan kewarganegaraan, yaitu: 1) pengetahuan kewarganegaraan dan pemerintahan
demokratis (knowledge of citizenship and government in democracy [civic knowledge]);
2) kecakapan kognitif dari kewarganegaraan demokratis (cognitive skills of democratic
citizenship [cognitive civic skills]); 3) kecakapan partisipasi dari kewarganegaraan
demokratis (participatory skills of democratic citizenship [participatory civic skills]); dan
4) keutamaan karakter kewarganegaraan yang demokratis (virtues and dispositions of
democratic citizenship [civic disposition]).
Pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang saling
berinteraksi. Dalam ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

4
Nasional, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam hal ini, pembelajaran merupakan suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut
serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subyek khusus dari pendidikan
Corey (1986)
. Mencermati beberapa konsep pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa di dalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta didik
dan pendidik, melibatkan unsur-unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
atau kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran dalam menggambarkan kegiatan guru
mengajar dan siswa sebagai pembelajar dan unsur-unsur lain yang saling mempengaruhi.
Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, karena didalamnya terdapat beberapa
komponen pembelajaran yang saling terkait antara komponen yang satu dengan komponen
yang lain dan saling A system ketergan is integrated set of element that interact wich each
other”. Komponen-kompenen pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) tujuan, (2) bahan,
(3) metoda, (4) media, (5) evaluasi.
2.1.5 Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode assosiatif yaitu untuk menganalisis
kecenderungan global dalam proses pembelajaran pendidikan pancasila kewarganegaraan
di sekolah dengan menggunakan analisis kuantitatif.
2.1.6 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. kecenderungan global dalam pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang cukup
berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan kewarganegaraan pada tingkat persekolahan
di Indonesia
2. Kecenderungan global pendidikan kewarganegaraan nampak dalam visi dan misi pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan di Indonesia yang berorientasi pada terbentuknya warga
negara yang baik, cerdas, dan demokratis. Keseluruhan kecenderungan global itu berimplikasi
pada proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada tingkat persekolahan, yaitu pada
komponen tujuan, materi, metode, media dan sumber, serta evaluasi pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan

5
2.2 Jurnal Pembanding 1 / Jurnal 2
2.2.1 Latar Belakang
Di abad 21 terjadi pergeseran paradigma pendidikan yang secara sederhana
membawa konsekuensi pada fokus pendidikan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada
fokus pendidikan yang tidak hanya pengetahuan semata, akan tetapi sikap keilmuan dan
kemampuan daya kritis, logis, inventif, dan inovatif. Pendidikan kewarganegaraan
memiliki tujuan membentuk peserta didik untuk berpikir kritis, analistis, bersikap dan
bertindak demokratis sesuai dengan Pancasila dan UUD NRI 1945. Kemampuan tersebut,
secara lazimnya dikenal dengan istilah civic skills atau keterampilan kewarganegaraan.
Salah satu metoe pembelajaran yang memiliki tujuan untuk aktif berpartisipasi dan
berpikir kritis adalah metode Seminar Socrates. Tujuan dari penulisan ini memuat dua
penjelasan penting terkait konsep Seminar Socrates dalam pendidikan kewarganeagraan
dan bagaimana pengembangan civic skills dengan menggunakan metode Seminar
Socrates.

2.2.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari jurnal ini adalah bagaimana pengaruh civic skills melalui
seminar socrates dalam pendidikan kewarganegaraan

2.2.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penulisan jurnal ini adalah
1. Pengembangan civic skills melalui metode pembelajaran Seminar Socrates pada
Pendidikan Kewaragnegaraan Untuk mengukur tingkat keterampilan peserta didik
berupa keterampilan bertanya, berdiskusi, berkomunikasi, dengan daya kritis
sistematis terhadap materi yang kontekstual.
2. mencari tahu perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan seminar
Socrates dan pembelajaran Langsung.
2.2.4 Kajian Teoretis
Sani (2014: 208-210) menjelaskan bahwa metode Seminar Socrates berawal dari kegiatan
belajar dengan mengajukan pertanyaan baik dalam mengajukan permasalahan maupun dalam
menjawab pertanyaan diperkenalkan oleh Socrates sehingga dinamakan metode dialog Socrates.
Socrates sendiri menamakan metode ini dengan sebutan “maieutic” yang berarti seni
“menyampaikan”. Metode tersebut juga dikembangkan menjadi seminar Socrates (Socratic
Seminar) yang mengutamakan aktivitas tanya-jawab di kelas.
6
Seminar Socrates merupakan dialog intelektual dengan mengajukan sebuah pertanyaan
terbuka (divergen) tentang sebuah teks. Tujuan pembelajaran menggunakan metode seminar
Socrates adalah agar peserta didik mampu mengkomunikasikan idenya secara jelas, menyelesaikan
permasalahan abstrak, membaca teks secara teliti, dan berpikir kritis. Kegiatan pembelajaran
dengan metode ini didominasi dengan percakapan antarpeserta didik, namun bukan berarti debat
atau mempertahankan pendapat. Diskusi harus dilakukan secara intelektual, yakni dilakukan secara
sopan dan bergantian, serta menyajikan data untuk mendukung sebuah pertanyaan atau jawaban.
Data dapat diperoleh berdasarkan pengalaman, pengajaran, atau referensi. Peserta didik harus
bekerja sama untuk memahami suatu materi ajar secara mendalam.
Tujuan seminar Socrates menurut Luther (2006:72) yang memberikan gambaran bahwa
seminar Socrates dapat mengembangkan kemampuan peserta didik pada kesadaran berpikir kritis,
karena peserta didik dikonfrontasikan dengan kontradiksi ekonomi, politik, dan sosial. Tucker dan
Neely (2010:15) melihat tujuan seminar Socrates dari sudut pandang yang berbeda. Tujuan
seminar Socrates dapat membantu guru dalam memotivasi peserta didik dalam berdialog yang
menantang peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran yang aktif. Peserta didik menjadi
seorang yang memiliki pemikiran kritis dan dapat menampilkan solusi atas beberapa persoalan.
Dengan demikian, metode pembelajaran seminar Socrates ini menciptakan pengalaman belajar
yang bermakna. Sejalan dengan pendapat Tucker dan Neely, Picciano (2009:12) menjelaskan
bahwa seminar Socrates merupakan metode pembelajaran yang disenangi guru-guru karena
pertanyaan yang diajukan dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir
kritis peserta didik
Civic skills atau keterampilan kewarganegaraan merupakan salah satu komponen esensial
dalam pendidikan kewarganegaraan. Civic skills mencakup dua keterampilan sekaligus yaitu
keterampilan intelektual (intelectual skills) dan keterampilan partisipasi (participation skills).
Keterampilan intelektual mengarah pada pembentukan warga negara yang berwawasan luas,
efektif, dan bertanggung jawab antara lain adalah keterampilan berpikir kritis (Cholisin, 2010).
Keterampilan berpikir kritis di dalamnya terdapat beberapa keterampilan operasional seperti
mengidentifikasikan, menggambarkan/ mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis,
mengevaluasi, menentukan, dan mempertahankan pendapat yang berkenanaan dengan masalah –
masalah kewarganegaraan
Civic Skills yang dimaksudkan dalam artikel ini yaitu kemampuan untuk berpikir kritis.
Karakteristik berpikir kritis diupayakan dalam pembelajaran PKn sebagai upaya mewujudkan
sikap aktif, partisipatif, dan bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Warga negara
diharapkan mampu memberikan kritik sosial pada suatu fenomena tertentu

2.2.5 Metodologi Penelitian

7
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif karena akan memberikan gambaran tentang permasalahan melalui analisis
dengan menggunakan pendekatan ilmiah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan
data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data-data yang berupa data desktriptif atau
data yang tidak berupa angka.Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk mengetahui dan
menyampaikan hasil penelitian serta pemahaman yang mendalam melalui gambaran
tentang peran guru PPKn dalam mengembangkan civic skillssiswa dengan mengolah kata-
kata yang berasal dari pengamatan tentang masalah yang diteliti, wawancara dengan
narasumber, dan mempelajari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

2.2.6 Hasil Penelitian


Metode pembelajaran seminar Socrates tepat untuk mengembangkan aspek
kewarganegaraan terutama pada kecakapan kewarganegaraan atau civic skills. Hal ini selaras
dengan tujuan metode pembelajaran seminar Socrates yang memprioritaskan berpikir tingkat
tinggi atau critical thinking skills. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini sangat relevan untuk
menjawab salah satu tantangan di abad 21
Civic skills yang dikembangkan dalam artikel ini meliputi kecakapan intelektual
(intellectual skills) dan Kecakapan partisipatoris (partisipatory skills). Kecakapan intelektual
diantaranya meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi (identifying), menggambarkan
(describing), menjelaskan (explaining), dan menganalisis (analyzing), serta menilai (evaluating).
Sedangkan, Kecakapan partisipatoris (partisipatory skills) aspek yang dikembangkan meliputi dua
kemampuan yaitu berinteraksi (interacting) dan mempengaruhi (influencing)
Pengembangan aspek kewarganegaraan yang dihasilkan dari penerapan metode
pembelajara Seminar Socrates ini juga turut membantu guru dalam mencapai tujuan yang telah
terdapat dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tujuan yang dimaksudkan untuk
menjadikan peserta didik memiliki cara pikir yang kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan. Kemudian, peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif dan bertanggung
jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta
anti korupsi, sehingga peserta didik berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.

BAB III
KRITIK DAN KOMENTAR

8
1. Dari segi ini, jurnal 2 lebih baik dibanding jurnal 1 . Pada jurnal 2 setiap materi
dibahas secara spesifik dan terperinci, ada kesimpulan setiap pendapat dari beberapa
ahli, sedangkan pada jurnal 1 pembahasan materi hanya secara umum, tidak secara
khusus, tidak terdapat pula kesimpulan yang diberikan oleh peneliti dari pendapat-
pendapat yang dikemukakan.
2. Metode penelitian pada jurnal 1 dan 2, sangat baik, metode metode dirincikan secara
signifikan, sedangkan pada jurnal 1 dan 2 tidak membuat kerangka metode penelitian,
sehingga pembaca sulit untuk memahami instrumen penelitian yang digunakan
3. Dari segi penyusunan penelitian, pada jurnal 3, penulis membuat kerangka jurnal
sangat baik, memudahkan pembaca untuk mengkaji isi dari jurnal tersebut, sedangkan
pada jurnal 1 dan jurnal 2 banyak kekurangan seperti, tidak ada sumber data penulisan
jurnal begitu juga dengan teknik pengambilan data.
4. Setiap jurnal memiliki kesimpulan dan saran dari setiap penelitian yang dilakukan,
tetapi pada jurnal 3, lebih spesifik memberikan kesimpulan dibandingkan jurnal 1 dan
jurnal 2. Dibuktikan dengan menyimpulkan dari setiap pembahasan secara rinci.
Sehingga tujuan dari penulisan jurnal telah dapat difahami.
5. Dari segi penulisan, semua jurnal diketik dengan rapi, tetapi ada kekurangan di jurnal
1, ada penomoran yang dibuat tapi tidak di isi, sehingga hanya muncul nomor saja.

Anda mungkin juga menyukai