Disusun oleh :
A. Latar Belakang
Sejak revolusi industri abad ke-18 telah terjadi perubahan tatanan ekonomi
masyarakat dunia, dari sistem agraris menjadi sistem industrialisasi yang berbasis pada
teknologi yang membutuhkan bahan bakar minyak bumi, gas dan batubara. Proses
industry semacam ini menghasilkan produk samping serta limbah yang dibuang ke
Salah satu industri yang menghasilkan limbah adalah pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) (Kristanto, 2013). PLTU merupakan pembangkit listrik yang mengandalkan
energi dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik ini menggunakan
bahan bakar batubara, minyak atau gas sebagai sumber energy primer ( Marsudi, 2010).
Selain menghasilkan listrik yang bermanfaat bagi manusia, PLTU berbahan bakar
batubara juga menghasilkan aneka limbah yang dapat mencemari lingkungan proses
pembakaran batubara pada unit pembangkit uap(boiler) menghasilkan dua jenis abu yaitu
abu terbang (fly ash) danabu dasar (bottom ash). Komposisi abu batubara yang dihasilkan
terdiri dari 10 - 20 % abu dasar, sedang sisanya lagi sekitar 80 - 90 % berupa abu terbang
beberapa logam berat juga terkandung dalam abu batubara seperti Cu, Pb, Zn, Cd, dan Cr
(Munir, 2012).
Hasil analisis pada PLTU 50 MWatt dengan bahan bakar batubara sebanyak 210,1
ton/hari dihasilkan limbah padat berupa abu layang sebanyak 1.7284,65. Limbah abu ini
berbahaya dan beracun (B3) berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya
Kegiatan operasi PLTU batubara juga menghasilkan limbah cair yang secara
umum tergolong zat pencemar dengan kriteria yang bersifat fisika dan kimia termasuk
kandungan unsur logam dan minyak (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2010).
Menurut laporan Sprint Consultant (2014), hasil pemantauan pH air PLTU Paiton pada
inletwaste water treatment plant (WWTP) periode Mei 2014 adalah 10,43.
PLTU batubara juga menghasilkan limbah gas yang dapat menimbulkan emisi
pencemaran udara. Emisi yang dihasilkan terdiri dari SOx, NOx, COx, dan partikel debu
yang mengandung unsur radioaktif (Iswan, 2010). Gas SO2 di udara bereaksi dengan uap
air atau larut pada tetesan air membentuk H2SO4 yang merupakan komponen utama dari
hujan asam. Dengan cara yang sama, NOx diudara bereaksi dengan uap air atau larut
pada tetesan air membentuk HNO3 yang juga merupakan komponen utama dari hujan
asam. Radiasi yang ditimbulkan oleh SUUT ( Saluran listrik Tegangan Tinggi) sangat
perubahan iklim adalah aktivitas produksi listrik yang didominasi oleh pembangkit listrik
terutama batu bara yang mencakup sekitar 30% dari total emisi gas yang menyebabkan
pemanasan global. Namun, pada kenyataanya energi juga memiliki dampak buruk bagi
lingkungan, baik berupa emisi yang dihasilkan ke dara, penggunaan lahan, penggunaan
dan mengurangi pencemaran air, tanah dan udara) sehingga menjadi sebuah pembangkit
beracun. Lingkungan memerlukan pengolahan limbah yang tepat sehingga limbah yang
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara terhadap kesehatan dan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap ?
2. Apa saja limbah dari pembangkit tenaga listrik tenaga Uap ( Batu Bara) ?
3. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi Dampak Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (Batu Bara) ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari pembangkit tenaga listrik Tenaga Uap
2. Mengetahui limbah dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( Batu Bara)
3. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi Dampak Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (Batu Bara).
BAB II
PEMBAHASAN
energi dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik ini
menggunakan bahan bakar batubara, minyak atau gas sebagai sumber energi primer
(Marsudi, 2010).
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), merupakan salah satu andalan pembangkit
tenaga listrik yang merupakan jantung untuk kegiatan industri. Salah satu bahan bakar
yang digunakan adalah batubara. Konsep dasar dari PLTU batubara ini adalah
batubara sebagai bahan bakar utama harus disediakan dengan kualifikasi tertentu
untuk jangka waktu lama (Sukandarrumidi, 2010). Prinsip kerja PLTU batubara
Keterangan gambar :
Prinsip kerja :
tepung batubara.
b. Kemudian batubara halus tersebut dicampur dengan udara panas (24) oleh forced
draught fan(20) sehingga menjadi campuran udara panas dan bahan bakar (batu
bara).
c. Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batu bara disemprotkan
kedalam boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti semburan api.
d. Kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada dinding boiler, air tersebut
akan dimasak dan menjadi uap, dan uap tersebut dialirkan ke tabung boiler(17)
tekanan uap hingga mencapai suhu 570°C dan tekanan sekitar 200 bar yang
f. Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi ini, menjadi sumber tenaga turbin
g. Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, kita dapat menyeting steam
h. Suhu dan tekanan uap yang keluar dari turbin tekanan tinggi (11) akan sangat
berkurang drastis, untuk itu uap ini dialirkan kembali ke boiler reheater (21) untuk
kembali tersebut digunakan sebagai penggerak turbin tingkat kedua atau disebut
i. Uap keluaran dari turbin tingkat 3 mempunyai suhu sedikit diatas titik didih,
sehingga perlu dialirkan ke condenser (8) agar menjadi air untuk dimasak ulang.
j. Air tersebut kemudian dialirkan melalui deaerator (12) oleh feed pump (7) untuk
dimasak ulang. Awalnya dipanaskan di feed heater (13) yang panasnya bersumber
k. Air pendingin dari condensor akan disemprotkan kedalam cooling tower (1) , dan
inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada cooling tower. kemudian air
yang sudah agak dingin dipompa balik ke condensor sebagai air pendingin ulang.
l. Ketiga turbin di gabung dengan shaft yang sama dengan generator 3 phase(5).
3 phase.
n. Sedangkan gas buang dari boiler diisap oleh kipas pengisap(26) agar melewati
Batubara dan minyak merupakan bahan bakar utama untuk menghasilkan tenaga
listrik. Banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan bahan bakar tersebut,
yaitu biayanya relatif murah dan mudah didapatkan karena produknya berlimpah. Di
lain pihak, batubara ini dapat menimbulkan masalah serius dalam lingkungan
(Darmono, 2012).
batubara,
dalam bentuk abu. Abu batubara yang merupakan limbah dari proses pembangkit
tenaga listrik tersebut dapat berupa abu terbang, abu dasar dan lumpur flue gas
antara lain : fly ash, bottom ash, sludge cake (lumpur dari IPAL), oli bekas ,
kemasan bahan kimia dan bahan kimia kadaluwarsa (Sprint Consultan, 2014).
Jumlah abu batubara yang dihasilkan per hari dapat mencapai 500 - 1000
ton (Samijo, 2010). Partikulat debu melayang (fly ash) merupakan campuran yang
sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar di udara
dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan
maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu
yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam
1) Pemisahan
Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai ukuran dan
terhadap bahan yang terapung dan bahan yang tenggelam dalam air yang
c) Sistem Magnetis : bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada magnet
yang terdapat pada peralatan sedangkan yang tidak mempunyai akan langsung
terpisah.
2) Penyusutan Ukuran
biokoimia.
lokasi yang ditetapkan adalah lokasi yang benar-benar tidak ekonomis (non
ekonomis) untuk kepentingan apapun (Kristanto, 2013).
sebagai sumber beberapa hara mikro pada tanah ampas (Lestiani, 2010). Abu dari
PLTU yang tertampung dapat dijual untuk kebutuhan di pabrik semen atau pada
1) Terhadap lingkungan
Abu dasar dan abu terbang PTLU mengandung unsur toksik seperti arsen
(As) dan kromium (Cr) pada dan berpotensi besar menjadi masalah
protoplasma sel secara umum. Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi di dalam
tubuh tersimpan dalam hati, ginjal, dinding saluran pencernaan, limfa, dan
(Darmono, 2015).
2. Limbah Cair PLTU
air dalam proses produksinya. Di samping itu ada, pula bahan baku yang
mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya, air tersebut harus dibuang
2009, air limbah dari usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal
bersumber dari: proses utama, kegiatan pendukung dan kegiatan lain yang
menghasilkan oily water. Proses utama adalah proses yang menghasilkan air
limbah yang bersurnber dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia)
fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari fasilitas flue gas
Air buangan dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel, baik yang
larut maupun mengendap. Kerap kali air buangan pabrik berwarna keruh dan
bersuhu tinggi. Air limbah yang tercemar mempunyai ciri yang dapat
diidentifikasi secara visual lewat kekeruhan, warna, rasa, bau, yang ditimbulkan
peruabahan sifat kimia air, dimana air telah mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) dalam konsentrasi yang telah melampauhi batas Kristanto (2013).
Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara menurut
domestik, air larian permukaan, limbah cair proses operasi, sisa atau bekas
minyak (oli bekas, ceceran minyak). Limbah cair tersebut secara umum
tergolongzat pencemar dengan kriteria yang bersifat fisika dan kimia (termasuk
proses pengolahan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu proses fisika,
1) Proses fisika
a) Penyaringan, agar padatan yang larut dan bahan kasar lainnya terpisah.
b) Penghancuran, agar padatan yang larut menjadi butir yang lebih kecil dan
seragam.
c) Perataan air, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perataan aliran dengan
lanjut.
d) Penggumpalan
Partikel yang tak larut di dalam air akan terapung di atas permukaan air
dimensi partikel menjadi lebih besar dan karena pengaruh gravitasi maka
f) Pengapungan
minhyak dengan cepat naik ke permukaan air. Pemasukan udara ke dalam air
terlarut dapat direduksi jika konsentrasinya kurang dari 1 mg/l dengan bahan
dilengkapi dengan peralatan aerasi baik secara alamiah, atau memberikan udara
d) Netralisasi
Air limbah yang terdapat dalam kondisi asam atau basa membutuhkan
e) Sedimentasi
tersuspensi.
g) Klorinasi
Pengolahan cara anaerob, melalui reactor aerobik yang berfungsi untuk mengubah
bahan organik menjadi air dan karbon dioksida dalam keadaan tersedia oksigen.
Pengolahan cara anaerob, mengubah bahan organik dalam limbah cair tanpa ada
oksigen.
basa atau asam. Karena itu gabungan proses kimia-fisika- biologi amat dibutuhkan
netralisasi, oksidasi, dan reduksi, pengendapan dengan bahan kimia tambahan untuk
pada unsur fisik bahan pencemar, misalnya ukuran bahan yang terlalu kasar dan
5) Pengolahan lanjut
memberikan hasil yang memuaskan. Proses lanjutan ini terdiri dari beberapa pilihan
proses, yaitu : stripping udara, karbon aktif, absorbsi, dan regenerasi. Upaya
pengolahan limbah cair PLTU yaitu dengan waste water treatment plant (WWTP).
limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik pembangkit saat beroperasi, termasuk
luapan air limpasan dari areal penyimpanan batubara. Proses pengolahan diantaranya
1) Terhadap lingkungan
Pengoperasian PLTU juga akan menghasilkan bahan buangan (limbah) cair yang
jika tidak sempurna proses pengolahannya akan dapat mencemari badan air penerima.
Jika limbah cair yang dibuang ke lingkungan sekitar tersebut tanpa proses pengolahan
terlebih dahulu diperkirakan akan dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang
2) Terhadap manusia
terhadap: boiler dan bag house (akan menghasilkan logam teroksidasi), peralatan
balance of plant (akan menghasilkan logam dan ceceran oli), kolam penampung lindi,
batubara dan oil water separator (akan menghasilkan padatan tersuspensi, logam dan
ceceran oli). Hasil pemeliharaan peralatan ini apabila tidak terkelola dengan baik
potensial untuk masuk ke dalam aliran air ke sungai sehingga meningkatkan kadar
COD, padatan tersuspensi dan logam berat di perairan umum (Pusat Penelitian
Menurut Kristanto (2013), pada dasarnya limbah gas industri bersumber dari
penggunaan bahan baku, proses dan sisa-sisa pembakaran. Limbah yang terjadi
disebabkan karena reaksi kimia, kebocoran gas, penghancuran bahan-bahan, dan lain-
emisi yang dikeluarkan dari cerobong (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2015)
Pembakaran batubara akan menghasilkan sejumlah polutan berupa gas dan abu.
prediksi jumlah abu yang dihasilkan sebanyak 358.298,61 mg/detik. 10% akan
mengendap di tungku pembakaran berupa abu dasar (bottom ash) dan sisanya berupa
abu terbang (fly ash) yang diemisikan melalui cerobong ke udara bebas (udara
ambien). Pembakaran batubara juga menghasilkan CO2 yang berperan dalam proses
1) SOx
emisi SO2 yang dapat mencemari air hujan menjadi hujan asam. Ada dua tipe
FGD yaitu FGD basah (Wet Limestone Scrubbing) dan FGD kering (Dry
Limestone Scrubbing). Pada FGD basah, campuran air dan gamping (batu kapur)
disemprotkan dalam gas buang. Cara ini dapat mengurangi emisi SO2 sampai 70.
menjadi kalsium sulfit (CaSO3). SO2 yang diserap kemudian direaksikan dengan
CaSO3 membentuk senyawa baru yaitu kalsium sulfat (CaSO4) atau gypsum.
FGD kering menggunakan campuran air dan batu kapur atau gamping yang
diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Cara ini dapat mengurangi emisi SO2 sampai
2). NOx
3) Partikel Debu
untuk memastikan bahwa partikel debu fly ash yang dihasilkan dari proses
pembakaran batubara dapat ditangkap oleh alat ini. ESP tersebut dirancang untuk
Iswan (2010), menyatakan bahwa hasil samping dari teknik FGD pada
PLTU yang dipakai untuk menekan gas SO2 adalah gypsum sintetis yang
senyawa kimianya sama dengan gypsum alam. Gipsum yang dihasilkan sangat
ini dapat dibuat papan gipsum (gypsum board) yang dipakai untuk plafon
(langitlangit rumah), dinding penyekat (partition board) dan pelapis dinding (wall
board).
d. Dampak Limbah Gas
1. Terhadap lingkungan
Analisis emisi udara pada PLTU 50 MWatt, diperoleh jenis emisi udara
NOx, SOx, CO dan CO2, partikulat dan senyawa organik volatile (Megasari,
2013). Gas SO2 dan SO3, apabila kontak dengan air akan membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang bersifat korosif dan dapat merusak instalasi tungku serta
oksida apabila bereaksi dengan uap atau gas dari senyawa organik dengan
2015). Peningkatan kadar debu di udara juga mengenai populasi fauna darat
(terutama aves) yang berkurang atau menghilang dari kawasan PLTU dan
Menurut Darmono (2015), partikel ukuran < 1μm dapat bertahan lama dan
melayang di udara sehingga cukup lama dapat terbawa angin ke seluruh penjuru
dunia.
emisi berupa SO2, NO2, CO, CO2, VHC (Volatile Hydrocarbon) dan SPM
berbagai penyakit pernapasan. SO2 dapat dideteksi dari baunya pada konsentrasi
iritasi pada mata; dan pada konsentrasi 400-500 ppm berbahaya walaupun kontak
secara singkat (Kristanto, 2013).Sukandarrumidi (2015) menjelaskan bahwa CO
sempurna. Gas ini apabila terhisap oleh manusia melalui pernafasan akan bereaksi
yang pada akhirya membahayakan kehidupan manusia. Kedua bentuk NOx, yaitu
NO dan NO2 sangat berbahaya bagi manusia dan bahwa NO2 empat kali lebih
Kristanto (2013).
BAB III
A. Kesimpulan
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi dari
uap untuk menghasilkan energi listrik. Salah satu bahan bakar yang digunakan adalah
batubara. Limbah PLTU dapat berupa limbah padat, cair dan gas. batubara sebagai bahan
bakar akan menimbulkan emisi berupa SO2, NO2, CO, CO2, VHC (Volatile Hydrocarbon)
dan SPM (Suspended Particulate Matter). Dampak dari limbah tersebut dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan karena abu yang dihasilkan dari perindustrian. Manfaat
yang bisa digunakan dari limbah yang dihasilkan yaitu dengan menggunakan limbah
sebagai sumber hara mikro pada tanah ampas dan menggunakan abu untuk keperluan pabrik
B. Saran
Diharapkan dalam pengelolaan dan pembangunan di perhatikan lagi kegiatan yang efektif
dan efisien dalam menangani limbah yang dihasilkan. Tempat yang digunakan untuk
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( Batu Bara) harus di perhatikan jarak
No. 2.
Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang :Tata Cara Dan Persyaratan Teknis
Kurniawan, 2010. Penelitian Pemanfaatan Abu Batubara PLTU Untuk Penimbunan Pada
Lestiani, DD., Muhayatun, dan Natalia A., 2012. Karakteristik Unsur Pada Abu Dasar Dan
Polusi Udara Pada Cerobong Gas Buang Boiler. Tugas Akhir. Universitas
Sumatera Utara.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 21 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Emisi
Listrik Termal.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2015. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Samijo, 2010.Pembuatan Paving Block. Dengan Menggunakan Limbah Abu Boiler PKS
Sugiono, A., 2012. Proses Penggunaan Teknologi Bersih untuk Pembangkit Listrik