Mola hidatidosa adalah kelahiran abnormal dengan ciri-ciri stoma vilus kapilaris
langka vaskularisasi dan edematous. Janin biasanya meninggal tapi vilus-vilusnya
membesar dan mengalami udematus, tetap hidup dan tumbuh terus. Vilus-vilus ini
digambarkan dalam bentuk gugusan anggur, jaringan trofoblas vilus kadang-kadang
berploriferasi ringan, kadang-kadang keras dan mengeluarkan hormone HCG dalam
jumlah yang sangat besar dari kehamilan biasa.
Etiologi
Penyebab terjadinya mola hidatidosa adalah pembengkakan pada vili degenerasi pada
hidrofik) dan proliferasi trofoblas. Factor yang dapat menyebabkan mola antara lain:
Ovum yang telah dibuahi mengalami proses segmentasi sehingga terjadi blastomer
kemudian terjadi pembelahan dan sel telur membuah menjadi 2 buah sel. Masing
masing sel membelah lagi menjadi 4, 8,16, 32, dan seterusnya sehingga membentuk
kelompok sel yang disebut morula. Morula bergerak ke cavum uteri kurang lebih 3
hari dan didalam morula terdapat exozeolum. Sel-sel morula terbagi menjadi 2 jenis
yaitu trofoblas (sel-sel yang berada disebelah luar yang merupakan dinding sel telur)
sel kedua yaitu bintik benih atau nodus embrionale (sel yang terdapat disebelah dalam
yang akan membentuk bayi). Pada fase ini sel seharusnya mengalami nidiasi tetapi
karna adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasi
hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak
terjadi. Trofoblas kadang berproliferasi ringan kadang keras sehingga saat proliferasi
keras uterus menjadi semakin besar. Selain itu trofoblas juga mengeluarkan hormone
HCG yang akan mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada mola hidatidosa tidak
jarang terjadi pendarahan pervaginam, ini juga dikarnakan proliferasi trofoblas yang
berlebihan. Pengeluaran darah ini kadang disertai gelembung vilus yang dapat
memastikan diagnose mola hidatidosa.
Pemeriksaan penunjang
Test oksitosin dosis tinggi (synrocinon sampai 50 unit per 500 ml larutan)
Penatalaksanaan
1.
2. Bersihkan uterus dengan hati hati
3. Histrektomi
4. Kuretase
5. Transfuse darah
6. Antibiotic
7. Pengobatan lanjut : pada kasus yang tidak enjadi ganas, kadar HCG menjadi
turun dan menjadi negative. Pada awal pasca mola dapat dilakukan test hamil,
akan tetapi setelah test hamil biasanya menjadi negative, per;u dilakukan
pemeriksaan radioimmunoassay HCG dalam serum. Pemeriksaan inid apat
membantu menemukan hormone dalam kualitas rendah. Selain kadar HCG
pasien dapat dianjurkan untuk tidak hamil dan bisa menggunakan kondom,
diafragma pil kontrasepsi dan dilakukan kemotrapi. Tujuan dari terapi lanjut
ini adalah menghindari timbulnya tumor ganas, menghindari metastase dari
trofoblast, pemeriksaan hormone HCG kembali.
Komplikasi
1. Syok hipovolemia
2. Anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi
5. Moladesruen / karoikarsioma
1. Pengkajian
Identitas, tanda gejala tekanan darah rndah, nadi meningkat,nyeri/atau keram
perut, pendarahan tidak teratur, keluar secret pervagina,muntah-muntah,
perbesaran uterus dan uterus lembek, balotemen tidak teraba,fundus uteri
lebih tinggi dari kehamilan normal, gerakan jani tidak terasa, terdengar bunyi
dan bising yang khas,penurunan berat badan yang berlebihan, diagnose
keperawatan,pemeriksaan rontgen: tidak ditemukan kerangka bayi, HCG:
meningkat dari biasa, USG : tidak ada gambaran janin dan denyut jantung
bayi
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi.
5. Evaluasi