Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KIMIA ORGANIK

“SENYAWA HALOGEN ORGANIK”

NI MADE AYU DWI DARMAYANTI W

A3A

18021032

PRODI STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI

DENPASAR

2019

SENYAWA HALOGEN ORGANIK


Senyawa halogen organik adalah tiap senyawa yang mengandung ikatan
antara Karbon dan Halogen. Atom halogen yang biasa diberi simbol X dalam
berbagai senyawa akan membentuk ikatan kovalen tunggal dengan karbon. Suatu
alkana yang tersubstitusi dengan halogen (RX) disebut suatu haloalkana atau alkil
halida.
I. Reaksi Alkil Halida
Alkil halida paling banyak ditemui sebagai zat antara dalam sintesis. Mereka
dengan mudah diubah ke dalam berbagai jenis senyawa lain, dan dapat
diperoleh melalui banyak cara. Reaksi alkil halida yang banyak itu dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu reaksi substitusi dan reaksi
eliminasi. Dalam reaksi substitusi, halogen (X) diganti dengan beberapa gugus
lain (z). Reaksi eliminasi melibatkan pelepasan HX, dan hasilnya adalah suatu
allena. Banyak sekali modifikasi terhadap reaksi ini, tergantung pada pereaksi
yang digunakan.
a. Substitusi Nukleofilik Suatu nukleofil (Z) menyerang alkil halida pada
atom karbon hibrida-sp3 yang mengikat halogen (X), menyebabkan
terusirnya halogen oleh nukleofil. Halogen yang terusir disebut gugus
pergi. Nukleofil harus mengandung pasangan elektron yang tadinya
sebagai elektron ikatan
b. Mekanisme Substitusi Nukleofilik Pada dasarnya terdapat dua
mekanisme reaksi substitusi nukleofilik. Mereka dilambangkan dengan
SN2 adanya SN1. Bagian SN menunjukkan substitusi nukleofilik,
sedangkan arti 1 dan 2 akan dijelaskan kemudian. Mekanisme SN2
Mekanisme SN2 adalah proses satu tahap yang dapat digambarkan
sebagai berikut: Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C—X.
Pada keadaan transisi, nukleofil dan gugus pergi berasosiasi dengan
karbon di mana substitusi akan terjadi. Pada saat gugus pergi terlepas
dengan membawa pasangan electron, nukleofil memberikan pasangan
elektronnya untuk dijadikan pasangan elektron dengan karbon. Notasi
2 menyatakan bahwa reaksi adalah bimolekuler, yaitu nukleofil dan
substrat terlibat dalam langkah penentu kecepatan reaksi dalam
mekanisme reaksi.
Adapun ciri reaksi SN2 adalah:
 Karena nukleofil dan substrat terlibat dalam langkah penentu
kecepatan reaksi, maka kecepatan reaki tergantung pada
konsentrasi kedua spesies tersebut.
 Reaksi terjadi dengan pembalikan (inversi) konfigurasi.
Misalnya jika kita mereaksikan ®-2-bromobutana dengan
natrium hidrosida, akan diperoleh (S)-2-butanol. Ion hidroksida
menyerang dari belakang ikatan C—Br. Pada saat substitusi
terjadi, ketiga gugus yang terikat pada karbon sp3 kiral itu
seolah-olah terdorong oleh suatu bidang datar sehingga
membalik. Karena dalam molekul ini OH mempunyai
perioritas yang sama dengan Br, tentu hasilnya adalah (S)-2-
butanol. Jadi reaksi SN2 memberikan hasil inversi.
 Jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2 reaksi
terjadi lebih cepat apabila R merupakan gugus metil atau
primer, dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R
sekunder mempunyai kecepatan pertengahan. Alasan untuk
urutan ini adalah adanya efek rintangan sterik. Rintangan sterik
gugus R meningkat dari metil < primer < sekunder < tersier.
Jadi kecendrungan reaksi SN2 terjadi pada alkil halida adalah:
metil > primer > sekunder >> tersier.

REAKSI SUBSTITUSI
Reaksi substitusi terjadi apabila sebuah atom atau gugus yang berasal dari
pereaksi menggantikan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Reaksi
substitusi dapat terjadi pada atom karbon jenuh atau tak jenuh.

a. Reaksi substitusi nukleofilik


Pada reaksi substitusi nukleofilik atom/ gugus yang diganti mempunyai
elektronegativitas lebih besar dari atom C, dan atom/gugus pengganti adalah suatu
nukleofil, baik nukleofil netral atau nukleofil yang bermuatan negatif.

        
b. Reaksi substitusi elektrofilik
Benzena memiliki rumus molekul C6H6, dari rumus molekul tersebut
benzena termasuk golongan senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Namun ternyata
benzena mempunyai sifat kimia yang berbeda dengan senyawa hidrokarbon tidak
jenuh. Beberapa perbedaan sifat benzena dengan senyawa hidrokarbon tidak jenuh
adalah diantaranya bahwa benzena tidak mengalami
reaksi adisi melainkan mengalami reaksi substitusi. Pada umumnya reaksi yang
terjadi terhadap molekul benzena adalah reaksi substitusi elektrofilik, hal ini
disebabkan karena benzena merupakan molekul yang kaya electron.
            Ada 4 macam reaksi substitusi elektrofilik terhadap senyawa aromatik,yaitu :

      
   Reaksi substitusi merupakan reaksi yang melibatkan penggantian atom/gugus atom
pada molekul dengan atom/gugus atom lainnya. Reaksi substitusi umumnya terjadi
pada senyawa jenuh (tunggal) tanpa terjadi perubahan ikatan karakteristik (tetap
jenuh). Pada reaksi halogenasi alkana, atom hidrogen yang terikat pada atom C
senyawa alkana digantikan dengan atom halogen. Ketika campuran metana dan klorin
dipanaskan hingga 100°C atau radiasi oleh sinar UV maka akan dihasilkan senyawa
klorometana, seperti reaksi berikut.
CH4(g) + Cl2(g)       →       CH3Cl(g) + HCl(g)

contoh lain reaksi substitusi:


Reaksi pembentukan haloalkana: reaksi alkana dengan halogen
R - H + X2 --> R - X + H - X
Contoh:
CH3 - H + Cl2 --> CH3 - Cl + HCl
Reaksi substitusi atom H pada alkohol dengan logam reaktif (Na, K)
atom H pada gugus - OH dapat disubstitusi oleh logam reaktif seperti Na dan K
R - OH + Na --> R - ONa + H2
Contoh:
2 C2H5 - OH + 2 Na --> 2 C2H5 - ONa + H2
Reaksi alkoksi alkana (eter) dengan PCl5 menghasilkan haloalkana
R - O - R’ + PCl5 --> R - Cl + R’ - Cl + POCl3
Contoh:
CH3 - O - CH3 + PCl5 --> CH3Cl + CH3Cl +POCl3
  reaksi pembentukan ester dari alkohol dan asam karboksilat yang disebut reaksi
esterfikasi.
R - OH + R’ - COOH --> R’ - COOR + H - OH
Contoh
CH3 - OH + CH3 - COOH --> CH3 - COOCH3 + H2O
REAKSI ELIMINASI
           Eliminasi artinya pelepasan atau penghilangan. Reaksi eliminasi dapat
dianggap kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi ini, dua atom atau gugus yang
masing-masing terikat pada dua buah atom C yang letaknya berdampingan dilepaskan
oleh suatu pereaksi sehingga menghasilkan ikatan rangkap. Reaksi ini hanya dapat
berlangsung bila ada zat yang menarik molekul yang akan dieliminasi. Reaksi
eliminasi digunakan untuk membuat senyawa-senyawa alkena dan alkuna. Sebaga
contoh adalah reaksi pembuatan etena dari etanol.
Reaksi Eliminasi adalah suatu jenis reaksi organik dimana dua substituen
dilepaskan dari sebuah molekul baik dalam  satu atau dua langkah mekanisme, atau dapat
disebut juga penyingkiran atau penghilangan beberapa atom yang terjadi pada suatu
senyawa. Pada reaksi ini senyawa yang berikatan tunggal berubah menjadi ikatan
rangkap.
Reaksi satu langkah disebut dengan reaksi E2. Sedangkan reaksi dua langkah disebut
dengan reaksi E1. Harap diingat bahwa symbol angka pada huruf E (yang berarti
elimination) tidak melambangkan jumlah langkah. E2 dan E1 menyatakan kinetika
reaksi, yaitu berturut-turut bimolekuler dan unimolekuler.
Reaksi E1
Reaksi E1 adalah reaksi eliminasi dimana suatu karbokation (suatu zat antara
yang tak stabil dan berenergi tinggi, yang dengan segera bereaksi lebih lanjut) dapat
memberikan sebuah proton kepada suatu basa dan menghasilkan sebuah alkena. Pada
reaksi SN1, salah satu cara karbokation mencapai produk yang stabil ialah dengan
bereaksi dengan sebuah nukleofil.
Karbokation adalah suatu zat antara yang tak stabil dan berenergi tinggi.
Karbokation memberikan kepada basa sebuah proton dalam reaksi eliminasi, dalam
hal ini reaksi E1 menjadi sebuah alkena.
Mekanisme E1
Tahap 1 (lambat)
Pertama dalam reaksi eliminasi adalah tahap lambat dan merupakan tahap
penentu laju dari reaksi keseluruhan. Suatu reaksi E1 yang khas menunjukkan
kinetika order-pertama, dengan laju reaksi hanya bergantung pada konsentrasi alkil
halide saja.

Tahap 2 (cepat)
Dalam tahap dua reaksi eliminasi, basa itu merebut sebuah proton dari sebuah atom
karbon yang terletak berdampingan dengan karbon positif. Elektron ikatan sigma
karbon hidrogen bergeser ke arah muatan positif, karbon itu mengalami
Rehibridisasi dari keadaan sp3 ke keadaan sp2, dan terbentuklah alkena.

Karena suatu reaksi E1 berlangsung lewat zat antara karbokation, maka tidak mengherankan
bahwa alkil halida tersier lebih cepat daripada alkil halida lain.

REAKSI E2
Reaksi E2 (eliminasi bimolekular) ialah reaksi eliminasi alkil halida yang
paling berguna. Reaksi E2 alkil halida cenderung dominan bila digunakan basa kuat,
seperti –OH dan –OR, dan temperatur tinggi. Secara khas reaksi E2 dilaksanakan
dengan memanaskan alkil halida dengan K+ -OH / Na+ -OCH2CH3 dalam etanol.
Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat-antara,
melainkan berupa reaksi serempak(concerted reaction) yakni terjadi pada satu
tahap, sama seperti reaksi SN2.
1. Basa membentuk ikatan dengan hidrogen
2. Elektron-elektron C-H membentuk ikatan pi
3. Brom bersama sepasang elektronnya meninggalkan ikatan sigma C-Br.
Perhatikan gambar :

Persamaan diatas menunjukkan mekanisme, dengan anak panah bengkok menyatakan


“pendorongan elektron” (electron-pushing).
Dalam reaksi E2, seperti dalam reaksi E1, alkil halida tersier bereaksi paling cepat dan
alkil halida primer paling lambat. (Bila diolah dengan suatu basa, alkil halide primer
biasanya begitu mudah bereaksi substitusi, sehingga sedikit alkena terbentuk).
Perbedaan antara mekanisme eliminasi E1 dan E2
E1
1.    membentuk karbokation
2.    karbokation memberi proton pada basa lalu terbentuk alkena
3.    basa merebut proton dari atom C (beta, C yang berdampingan dengan C+)
E2
1.    nukleofil langsung mengambil proton dari atom C (beta) pada atom C gugus pergi
2.    tidak terjadi pembentukan karbokation
3.    pembentukan secara serempak
Perbandingan E1 dan E2

E1 
terjadi pada:
1.    konsentrasi basa rendah
2.    dengan pelarut basa
3.    dengan substrat tersier dan beresonansi (alkil halida)
E2 
terjadi pada:
1. Pada basa kuat dengan konsentrasi tinggi
Alkil halida+basa kuat+panas menjadi E2
Alkil halida+asam kuat+panas menjadi E1
Alkohol+asam kuat+panas menjadi E1

Anda mungkin juga menyukai