PENDAHULUAN
Trikotilomania telah dikenal sejak hampir dua abad yang lalu dan istilahnya
trikotilomania itu pertama kali oleh ahli kulit asal Prancis Fran bis Henri Hallopeau. 3,4
penyakit ini dapat dikategorikan berdasarkan onset menjadi : pra-sekolah, pra-remaja,
dewasa muda, dan dewasa.5
Dari klasifikasi tersebut didapatkan perbedaan gejala dan respon terapi dimana
pada pasien pra-sekolah dan dewasa muda memiliki kebiasaan menarik rambut otomatis
dan tanpa disadari serta memiliki respon yang baik terhadap pengobatan konservatif.
Pada pasien dewasa biasanya memiliki kecenderungan menarik rambut sebagai bentuk
dari focus penderita terhadap kebiasaan tersebut, sebagai bagian rutinitas yang disadari
termasuk dalam memilah jenis rambut tertentu untuk dicabuti, misalnya yang memiliki
ujung bulat dan pipih, yang kasar atau karena letaknya yang salah.4,5
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata, ketiak, pubis)
yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puasa atau lega
setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang mencolok dan
tidak disebabkan oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotipi yang
lain.1,2
2.2. Etiologi
situasi yang penuh stress. Gangguan hubungan ibu dan anak, rasa takut ditinggal
sendirian dan kehilangan objek yang belum lama seringkali dinyatakan sebagai factor
penting yang berperan dalam gangguan ini. Penyalahgunaan zat mungkin mendorong
perkembangan gangguan.4
Dinamik depresif sering dinyatakan sebagai factor predisposisi tetapi tidak ada ciri
atau gangguan kepribadian tertentu atau yang khas pada pasien trikotillomania. Beberapa
ahli melihat stimulasi terhadap diri sendiri merupakan tujuan utama perilaku mencabut
rambut.
secara biologis yang dapat mencerminkan aktivitas motorik yang dikeluarkan dengan
tidak tepat. Teori biologi juga mengacu pada perbedaan metabolic dalam sistem serotonin
dan opioid. Anggota keluarga pasien dengan trikotilomania sering memiliki riwayat “tic,
2
gangguan pengendalian impuls, dan gangguan obsesif kompulsif, yang lebih menyokong
2.3. Epidemiologi
berkisar antara usia 12-13 tahun.7 Pada anak-anak tidak ada perbandingan yang berarti
antara populasi laki-laki atau pun perempuan yang terkena trikotilomania. Pada orang
banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki. Namun data ini masih dikacaukan
laki-laki.6
sedikit yang diketahui. Secara klinis, mencabut-cabut rambut yang cocok dengan kriteria
pasien psikiatri yang rawat inap dan 4.6% pada pasien gangguan obsesif-kompulsif.3
10 sampai 13 tahun. Penyakit ini tujuh kali lebih sering terjadi pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering daripada anak laki-
laki.4
Tidak ada informasi mengenai familial, tetapi satu studi melaporkan bahwa 5 dari
19 orang anak memiliki riwayat keluarga yang mengalami beberapa bentuk alopesia.
gangguan depresif.
3
2.4. Patofisiologi
Hingga saat ini penyebab trikotilomania itu sendiri masih belum jelas. Menurut
teori neuro-kognitif gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan pada basal ganglia
pasien sebagaimana diketahui bahwa basal ganglia memiliki peran dalam membentuk
menyatakan bahwa substansi grasia (gray matter) pasien dengan trikotilomania lebih
meningkat kapasitasnya dibandingkan yang tidak memiliki penyakit ini. Peranan genetik
Pada suatu penelitian ditemukan adanya mutasi pada gen SLITRK1 sedangkan
pada penelitian lainnya mendapatkan adanya perbedaan pada receptor gen serotonin 2A.
Mutasi gen HOXB8 juga menunjukkan perubahan kebiasaan pada tikus dalam menarik-
narik rambut. Pendekatan ilmiah terhadap gen ini merupakan fenomena baru namun
masih belum dapat ditentukan apakah memang ada hubungan genetic dalam
Gambar 4.1 Geometric patch pada incomplete alopecia pada remaja laki-laki.
4
Gambar 4.2 Wanita dengan lesi kebotakan pada trikotilomania kronis
Gambar 4.3 Bizarre-patterned lesion yang tertutupi dengan rambut pendek pada anak
5
Gambar 4.4 Typical geometric shape trichotillomania pada anak laki-laki berusia
Gambar 4.5 Pada gangguan trikotilomania yang terkena dibagian alis mata.
6
2.5.Manifestasi Klinis
kategori gangguan obsesif kompulsif dan gangguan terkait. Gangguan ini ditandai dengan
suatu tindakan khusus berupa kebiasaan menarik rambut. Kebiasaan ini terjadi baik dalam
Gangguan tidur tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain dan
2.6. Diagnosis
transien menarik rambut pada anak usia dini dapat dianggap suatu "kebiasaan" ringan
melaporkan onset masa remaja awal. Beberapa individu memiliki gejala terus menerus
selama beberapa dekade. Bagi yang lain, gangguan tersebut dapat datang dan pergi untuk
minggu, bulan, tahunan. Tempat-tempat menarik rambut dapat bervariasi dari waktu ke
waktu.2
7
Banyak individu dengan trikotilomania mencabut rambut dari kepala mereka, bulu
mata, alis, kaki, lengan, wajah, dan region kemaluan. Mereka menarik helai rambut
dengan jumlah yang yang cukup banyak, menjadikan kerontokan rambut menjadi terlihat.
Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan banyak, terutama dalam situasi sosial, di mana
mereka akan dapat diamati. Akibatnya, individu dengan masalah ini berusaha keras untuk
menyembunyikan kehilangan rambut ini dengan memakai topi, wig, kemeja lengan
rambut mereka dan kebanyakannya mengatakan bahwa mereka merasa bosan atau gugup
sebelum mencabut rambut mereka, tapi setelah menariknya keluar, mereka merasa
bersalah, sedih, atau marah. Ada juga melaporkan bahwa mereka mencabut rambut
mereka ketika sedang menonton televisi, membaca, berbicara di telepon, atau memandu
kendaraan.7
Gambar 5.1 biasanya pada trichotilomania menunjukan kombinasi rambut yang baru tumbuh,
rambut yang rusak, black dots, area yang kosong, dan panjang rambut yang tidak sama.
8
. Gambar 5.2 Menggunakan Contrast card examination yang membantu menunjukkan
kebotakan natural
1. Obsesif kompulsif
2. Gangguan buatan
3. Streotipik11
2.8. Penatalaksanaan
besar berfokus pada penggunaan terapi perilaku kognitif dan obat-obatan. Terapi perilaku
kognitif (CBT) menggabungkan unsur-unsur dari kedua terapi kognitif dan terapi
perilaku. Terapi kognitif meneliti cara pikiran orang tentang diri mereka sendiri, orang
lain, dan dunia mempengaruhi kesehatan mental mereka. Terapi perilaku menyelidiki cara
dengan orang lain. Dengan menggabungkan kedua, CBT meneliti cara orang dapat
mengubah pikiran mereka dan perilaku dalam rangka meningkatkan kehidupan mereka.
9
Terapi perilaku kognitif dapat membantu seseorang belajar untuk rileks, mengatasi stres,
memerangi pikiran negatif, dan mencegah perilaku merusak. Dalam penelitian kecil, jenis
pengobatan ini telah terbukti efektif untuk kleptomania, judi patologis, trikotilomania,
desensitisasi sendiri, dan pembalikan kebiasaan telah dilaporkan; tetapi sebagian besar
laporan adalah kasus individual atau sejumlah kecil penelitian dengan periode follow up
berorientasi pada tilikan. Hipnoterapi dan terapi perilaku telah dinyatakan berpotensi
efektif dalam terapi gangguan dermatologis dengan keterlibatan factor psikologis karena
dengan SSRI merupakan terapi yang paling sering digunakan bahkan lebih dianjurkan
dengan SSRI dapat membaik dengan tambahan pimozide (Orap), suatu antagonis reseptor
dopamine.
Selain itu psikofarmakologi yang telah digunakan adalah steroid topical dan
kleptomania, dan judi patologis. Obat antipsikotik olanzapine, (Zyprexa) juga telah
10
2.9. Komplikasi
1. Obstruksi usus jika mulut digunakan untuk menarik rambut dan tertelan.
2. Kebotakan permanen karena kerusakan folikel rambut.
3. Carpal tunnel syndrome dapat terjadi karena gerakan berulang menarik rambut.
4. Gangguan emosi dan kecemasan sosial.11
2.10. Prognosis
pendekatan psikoterapi sampai saat ini belum menunjukkan bukti yang nyata, meskipun
Onset rata-rata munculnya trikotillomania adalah pada masa remaja awal, dan
sering ditemukan pada usia sebelum 17 tahun namun onset terjadi pada usia lebih lanjut
pun ada terjadi. Perjalanan gangguan tidak diketahui dengan baik; bentuk kronis maupun
Pada onset dini ( kurang dari usia 6 tahun) cenderung lebih mudah sembuh, dan
lebih berespons pada saran, dukungan, dan strategi perilaku. Onset lanjut ( setelah usia 13
11
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
2. Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta : PT. Nuh Jaya
4. Sadock, James Benjamin, Sadock, Alcott Virgina. Kaplan & Sadock’s Synopsis Of
5. First, Michael B. . Tasman, Allan. Clinical Guide To The Diagnosis And Treatment of
6. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders, Text Revision (DSM V-TR)
Fifth Edition.
8. Flessner CA, Penzel F, Keuthen NJ. Current Treatment Practice for Children and
9. Chamberlain SR, Menzies LA, Fineberg NA, del Campo N, Suckling John, Craig K,
Resonance Imaging Study. The British Journal of Psychiatry. 2008; 193: 216-221.
12
10. Bloch MH, Lenderos-Weisenberger L, Dombrowski, Kemeldi B, Wegner R, Nudel J,
11. Davies, T. and TKJ Craig. 2004. ABC Kesehatan Mental. EGC. Jakarta.
13