Pencemaran Lingkungan (PENCEMARAN MAK MIN)
Pencemaran Lingkungan (PENCEMARAN MAK MIN)
Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencemaran Makanan Dan
Minuman“ sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang
diungkapkan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu kehormatan
besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun makalah ini
sehingga selanjutnya akan lebih baik dan sempurna.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan sebagai media pembelajaran pencemaran lingkungan khususnya dalam segi teoritis
sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan yang lebih baik di
masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan
oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ………………………………………... 1
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2
2.1 Jenis Pencemaran Makanan Dan Minuman............................ 2
2.1.1 Pencemaran Secara Biologis.......................................... 2
2.1.2 Pencemaran Secara Kimiawi......................................... 3
2.1.3 Pencemaran Melalui Tangan......................................... 3
2.2 Dampak Terhadap Kesehatan Dan Lingkungan .................... 4
2.3 Parameter Pencemaran Makanan Dan Minuman ................... 7
2.4 Mekanisme Penyebabaran...................................................... 8
2.5 Standar Kualitas Makanan Dan Minuman ............................. 8
2.6 Metode Pemeriksaan .............................................................. 9
BAB III Penutup.......................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Makanan yang disukai manusia pada umumnya disukai juga oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme itu seperti virus, bakteri dan jamur nan menyerang bahan makanan nan
mentah ataupun yang sudah matang. Jika makanan sudah dihinggapi mikroorganisme, maka
akan mengalami penguraian. Penguraian tersebut bisa mengurangi nilai gizi dan kelezatan
pada bahan makanan tersebut. Inilah yang dinamakan pencemaran makanan secara biologis.
Makanan yang mengalami penguraian akan menjadi racun bagi tubuh sehingga bisa
menyebabkan sakit bahkan kematian. Makanan yang terurai tersebut menjadi zat organik
nan memiliki energi yang lebih kecil. Berkembangnya mikroba pada berbagai jenis bahan
pangan umumnya tergantung dari jenis bahan pangan, kondisi lingkungan dan cara
penyimpanan, serta lama penyimpanan bahan makanan tersebut.
1. Faktor intrinsik merupakan sifat fisik, kimia maupun struktur nan dimiliki oleh bahan
pangan tersebut. Misalnya kandungan nutrisi, pH, atau senyawa mikroba.
2. Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan makanan tersebut disimpan. Kondisi suhu,
kelembapan, serta susunan gas yang ada di atmosfer.
3. Faktor implisit, ialah factor yang berupa ciri dari mikroba itu sendiri.
4. Faktor pengolahan, adanya perubahan mikroba awal yang merupakan dampak dari
cara pengolahan bahan pangan seperti pemansan, pendinginan, radiasi dan juga adanya
penambahan bahan pengawet.
Ketika faktor-faktor tersebut cocok dengan bakteri saproba dan bakteri patogen
eksklusif yang bisa menghasilkan racun, maka terjadilah pencemaran makanan. Pencemaran
makanan ini ditandai oleh adanya toksin sebagai hasil dari populasi bakteri yang tumbuh
pada makanan tersebut. Ada dua jenis toksin yang merupakan hasil pencemaran makanan
oleh bakteri atau secara biologis yaitu :
1. Enterotoksin, yaitu toksin yang bisa mengganggu alat-alat pencernaan kita seperti
lambung, usus, mulut, kerongkongan, dan lain sebagainya.
2. Neurotoksin, yaitu toksin yang bisa mengganggu susunan saraf kita.
Ada banyak jenis bakteri nan berpotensi mencemari makanan. Inilah beberapa jenis
bakteri nan berperan mencemari makanan :
Menurut pandangan kimia, ada dua jenis pencemaran terhadap makanan. Yang
pertama ialah pencemaran bahan-bahan kimia yang sudah jelas tidak boleh ada di makanan
sedangkan yang kedua ialah pencemaran bahan-bahan aditif yang berlebihan. Pencemaran
bahan kimia biasanya terjadi dampak kelalaian saat memasak dan menyajikan atau memang
disengaja sebab penjual ingin mendapat keuntungan tinggi. Kelalaian yang menyebabkan
makanan tercemar misalnya menyimpan makanan dekat dengan pestisida atau tidak mencuci
sayur dan buah dengan bersih. Sementara itu pencemaran yang disengaja biasanya dilakukan
penjual makanan dengan memasukkan zat pewarna tekstil, pengawet berbahaya, dan
sebagainya. Inilah beberapa contoh zat kimia yang berbahaya jika terkonsumsi oleh tubuh :
1. Zinc bisa ditemukan pada peralatan dapur. Ia akan tereduksi apabila terjadi kontak
dengan bahan makanan yang sifatnya asam.
2. Insektisida, zat ini biasanya mencemari makanan melalui semprotan pestisida saat
buah dan sayur masih ditanam, atau terpapar langsung ke makanan melalui semprotan
pengusir serangga di rumah tangga.
3. Cadmium, seperti zinc. Cadmium ada di peralatan dapur dan bereaksi apabila kontak
dengan makanan yang sifatnya asam.
4. Antimonium, zat ini juga terdapat dalam peralatan dapur.
Jenis pencemaran terhadap makanan secara kimiawi yang kedua ialah pencemaran zat
aditif. Zat aditif memang boleh digunakan agar rasa makanan lebih sedap, lebih awet dan
terlihat lebih menarik. Akan tetapi tidak sembarang jenis zat aditif dan dosisnya nan boleh
digunakan. Dalam menggunakan zat aditif, ada beberapa syarat yakni zat aditif harus
kondusif digunakan, jumlahnya harus sesedikit mungkin, dan tidak boleh digunakan untuk
menipu konsumen.
Kini, tidak sedikit penjual yang menjual makanan dengan kandungan zat aditif
melebihi normal, dan tujuannya untuk menipu pembeli. Misalnya, zat aditif digunakan buat
menghilangkan bau pada bahan makanan yang sebenarnya sudah busuk, zat pewarna
digunakan untuk membuat daging busuk terlihat segar, zat pemutih digunakan untuk
memutihkan tepung atau beras, dan sebagainya.
Jika pencemaran secara kimiawi dan biologis melibatkan zat-zat berbahaya di dalam
makanan, pencemaran melalui tangan justru konduite mencemari makanan nan sebelumnya
tidak tercemar. Artinya, tangan kitalah yang membuat makanan higienis justru menjadi
tercemar. Dalam pencemaran ini tangan berfungsi sebagai ‘pengantar’ kuman, bakteri, dan
zat-zat berbahaya pada makanan.
Pencemaran melalui tangan ialah pencemaran yang paling mudah dicegah. Pada
dasarnya pencemaran terjadi melibatkan tangan yang kotor. Oleh sebab itu sangat
disarankan untuk mencuci tangan dengan sabun sampai benar-benar higienis sebelum
menyentuh makanan. Mencuci tangan sangat disarankan dilakukan pada saat-saat seperti:
Disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh bakteri an-aerob pembentuk spora, yaitu
Clostridium botulinum yang bersumber di tanah. Pencemaran bahan makanan oleh bakteri
ini biasanya pada makanan yang dikemas dalam kaleng yang proses pengolahannya kurang
baik, makanan yang tidak mengandung asam, dan ikan asap yang proses pengolahannya
kurang baik. Sering terlihat perubahan dalam kemasan kalengan, kaleng tampak berkarat
dan menggembung. Bila hal ini terjadi, jangan mencicipi makanan tersebut sebelum
dilakukan perebusan selama kurang lebih 15 menit yang mampu menghancurkan toksinnya.
Sebaiknya makanan tersebut dibuang. Gejala yang timbul biasanya tampak 12 - 36 jam
setelah makan-makanan tercemar, antara lain mual, muntah, lemah, pandangan kabur, sulit
bernafas, diare disusul paralisis akibat pengaruh eksotoksin Cl. botulinum terhadap susunan
saraf pusat dan perifer. Korban dapat meninggal dunia akibat paralisis otot pemafasan.
Perlu diingat bahwa Clostridium perfringens terdapat luas di alam sekitar (pernah
dilaporkan terdapat dalam debu, tanah, lantai dapur) dan mungkin merupakan bakteri
patogen yang paling luas penyebarannya. Oleh sebab itu maka faktor kontrol amatlah
penting dilakukan, terutama pada tahap persiapan bahan pangan dan penyimpanannya.
Organisme ini tidak tergolong patogen, namun pada sejumlah keracunan karena bahan
pangan yang berhubungan dengan daging saus berempah dan nasi goreng, ditemukan
banyak sel-sel Bacillus cereus. Organisme ini didapatkan secara pada umumnya di tanah.
Kemampuan membentuk spora memungkinkan organisme ini tetap hidup pada operasi
pengolahan dengan pemanasan. Ada dua bentuk gejala keracunan bahan makanan yang
tercemar oleh bakteri ini yaitu : Mual dan muntah, dengan masa inkubasi 1 - 5 jam, Kejang
perut yang hebat disertai diare, dengan masa inkubasi 8-12 jam.
Organisme ini didapatkan dalam air dan bahan makanan yang berasal dari laut,
misalnya ikan dan kerang. Proses pemasakan dapat menghancurkan bakteri ini, tapi
pencemaran kembali dapat terjadi ketika ada kontak antara bahan makanan masak dan yang
mentah. Gejala klinis yang nampak adalah diare berair, sakit perut, mual, muntah, demam,
dan sakit kepala, dengan masa inkubasi 12 - 24 jam.
6. Shigelosis
Shigella dipindahkan melalui makanan, jari-jari, dan melalui lalat. Infeksi Shigella sp
terdapat dalam bahan makanan akibat pencemaran dari para pengelola yang telah terinfeksi,
atau akibat air yang tercemar kotoran. Infeksi ini mulai menunjukkan gejala setelah
melewati masa inkubasi pendek (1 - 4 hari), yaitu : sakit perut, kejang, diare, dan demam.
Kotoran berupa cairan serta mengandung lendir dan darah, dapat juga terjadi spasmus
rektum Gejala ini dapat kembali secara spontan dalam beberapa hari, pada anak-anak
kadang-kadang disertai dehidrasi dan asidosis. Di antara beberapa species Shigella, penyakit
yang disebabkan oleh Shigella dysenteriae biasanya yang terhebat. Penyakit akibat makanan
yang sering terjadi antara lain adalah demam tifoid akibat kuman Salmonella typhii, hepatitis
A akibat virus hepatitis A, disentri akibat kuman Shigella dysentriae atau amuba.
7. Demam Tifoid.
Seperti namanya, penyakit ini diawali dengan demam tinggi terutama pada sore atau
malam hari. Seringkali disertai dengan mual, muntah, nyeri perut, susah buang air besar,
namun pada beberapa kasus justru disertai diare. Setelah demam lebih dari satu minggu,
barulah antibodi timbul di dalam darah, dan saat itulah diagnosis demam tifoid dapat
ditegakkan. Pemberian antibiotik dapat mengatasi penyakit ini. Saat ini telah berkembang
vaksin untuk mencegah demam tifoid.
8. Hepatitis A.
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kuning di seluruh tubuh penderita. Kuning
biasanya pertama kali disadari penderita di bagian mata saat bercermin. Buang air kecil
menjadi coklat tua seperti teh. Tidak jarang disertai demam, mual, dan nyeri perut di bagian
kanan atas.
Virus hepatitis A ditularkan melalui kotoran penderita yang telah terinfeksi hepatitis
A. Kotoran yang mencemari makanan inilah yang dapat menjadi media penularan. Oleh
karena itu, pekerjaan pengolah makanan sebaiknya tidak ditempati oleh penderita hepatitis A
karena higiene tangan yang kurang baik dapat menjadi celah bagi penularan. Hepatitis A
dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi.
9. Diare
Diare merupakan gejala umum dari penyakit yang disebabkan oleh makanan. Yang
perlu diwaspadai pada diare adalah kekurangan cairan. Sebisa mungkin minumlah cairan
oralit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Bila jumlah cairan yang masuk tidak dapat
mengimbangi yang keluar, maka sebaiknya Anda pergi ke dokter untuk meminta
pertolongan. Disentri yang ditandai oleh buang air besar cair berdarah membutuhkan
penanganan spesifik yang berbeda dengan diare akibat kuman lain.
1) Minuman
Fisik : Air layak di konsumsi jika tidak berbau, berasa, maupun tidak berwarna.
Kimia : Air tidak boleh mengandung racun maupun zat-zat kimia berbahaya.
Biologi : Tidak mengandung bakteri, protozoa ataupun kuman-kuman penyebab
penyakit.
2) Makanan
Biologi : Tidak mengandung bakteria, fungi (kulat dan yis) dan virus.
Fisik : Tidak mengandung benda atau bahan asing seperti rambut, serpihan
kaca,paku dan lain-lain.
Kimia : Tidak mengandung racun serangga, racun rumpai, bahan pencuci kimia,
aditif makanan seperti pengawet yang berlebihan.
Contohnya air yang mengandung nitrat tinggi, misalnya, mengakibatkan gangguan zat
merah darah yang disebut methemoglobin dan membuat transportasi oksigen tubuh
terhalang. Kandungan flour yang terlalu rendah atau tinggi mengakibatkan kerusakan gigi
Minuman ringan terutama yang mengandung karbonat mempengaruhi kinerja organ dalam
terutama ginjal. Hal ini diakibatkan karena karbonat dapat mengikat kalsium dalam darah
dan membentuk CaCO3 yang akan mengendap/ berkumpul dalam ginjal.
Kontaminasi Fisik
Kontaminasi Kimia
Kontaminasi Biologi
Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah
menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga
mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung
dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan metode
yang paling sensitif untuk menentukan jumlah mikroorganisme.Dengan metode ini, kita
dapat menghitung sel yang masih hidup, menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam
media tersebut serta dapat mengisolasi dan mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut.
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai. Sebelum
mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel
menggunakan larutan fisiologis.Tujuan dari pengenceran sampel yaitu mengurangi jumlah
kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah
mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.
2. Metode MPN
Metode MPN untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum digunakan
kelompok coliform sebagai indicator. Kelompok coliform mencakup bakteri yang bersifat
aerobic dan anaerobic fakultatif, batang gram negatif dan tidak membentuk spora. Coliform
memfermentasikan laktosa dengan pembentukan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada
suhu 35ºC (Hadioetomo,1993).
Dalam metode MPN digunakan medium cair, berbeda dengan metode cawan yang
menggunakan medium padat (agar). Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang
positif, yaitu yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas
dalam tabung durham (sutedjo,1991).
Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam contoh yang bebentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk
padat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan
dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya
yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi,
selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana
makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau
konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian
makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan
merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
https://putraprabu.wordpress.com/tag/pencemaran-makanan/
http://sanitasi-makanan.blogspot.com/2008/11/peraturan-perundang-undangan-hygiene.html
http://www.indonesian-publichealth.com/penyebab-pencemaran-makanan/
https://nakita.grid.id/read/027593/10-sumber-pencemaran-makanan
Higiene dan Sanitasi Pengolahan Pangan. Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan
Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2003).
Mikrobiologi Pangan. Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan dan Bahan
Berbahaya. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2003)
Kumpulan Modul Kursus Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Ditjen PPM dan PLP
Depkes RI. (2006).