Anda di halaman 1dari 6

METABOLISME KALSIUM DALAM TUBUH

Kurang lebih 99% kalsium terdapat pada tulang rangka dalam bentuk kristal. Dalam keadaan normal
terdapat keseimbangan antara jumlah kalsium dalam tulang dengan kalsium dalam cairan
ekstraselular. Walaupun demikian hanya sebagian kecil saja yaitu 0,5 % yang dapat
dipertukarkan. Kadar kalsium plasma total berkisar antara 8,8 – 10,4 mg/dl, yang terdiri atas
kalsium ion sebesar 40 – 50 %, kalsium yang terikat pada protein teruatama albumin sebesar
46% dan sisanya 8% kalsium dalam kompleks organic yang terikat dengan anion yaitu
bikarbonat, sitrat, fosfat, laktat dan sulfat. Kalsium ion merupakan kalsium yang secara biologis
sangat pentingoleh karena peranannya dalam beberapa fungsi selular. Oleh karena itu kadar
kalsium ion selalu harus dipertahankan dalam batas normal terutama oleh hormone paratiroid.
Sistem gastrointestinal menjaga homeostasis kalsium dengan mengatur absorpsi kalsium melalui sel-sel
gastrointestinal. Jumlah absorpsi tergantung dari asupan, umur, hormon, vitamin D, kebutuhan tubuh
akan kalsium, diet tinggi protein dan karbohidrat serta derajat keasaman yang tinggi (pHrendah).
Absorpsi kalsium bervariasi, antara 10-60%. Jumlah ini menurun seiring dengan peningkatan umur dan
meningkat ketika kebutuhan akan kalsium meningkat sementara asupan sedikit.

Absorpsi terjadi dalam usus halus melalui mekanisme yang terutama dikontrol oleh calcitropic hormon
(1.25- dihydroxycolecalciferol (metabolit aktif lain dari vitamin D)dan Parathyroid hormon (PTH). Adanya
metabolit aktif di dalam sirkulsai umum dan bukan di dalam lumen usus dapat meningkatkan sintesa
protein pengikat kalsium dalam enterosit. Untuk mempertahankan keseimbangan kalsium, ginjal harus
mengeksresikan kalsium dalam jumlah yang sama dengan kalsium yang diabsorpsi dalam usus halus.
Absorbsi kalsium dapat dikurangi dengan memberikan filtrat per oral ataupun asam lemak atau fosfat
berlebihan. (DN. Baron, 1995).

Tulang tidak hanya berfungsi sebagai penopang tubuh namun juga menyediakan sistem pertukaran
kalsium untuk menyesuaikan kadar kalsium dalam plasma dan cairan ekstraseluler. Metabolisme
kalsium dan tulang berkaitan erat satu sama lain dan terintegrasi. Defisiensi kalsium yang disebabkan
oleh defisiensi vitamin D dan peningkatan paratiroid hormon, mengakibatkan tulang akan melepaskan
kalsium (resorpsi tulang meningkat) untuk dapat mengembalikan kalsium serum kembali normal.
Kalsium masuk ke dalam plasma melalui absorpsi dai usus halus, dari tulang dan reabsorpsi daro
ginjal. Sebaliknya kalsium ke luar dari plasma melalui saluran cerna (100 – 200 mg/hari), air
seni (50 – 300 mg/hari), disimpan kembali ke dalam tulang melalui lerimgat (100 mg/hari)

Tulang adalah suatu jaringan tubuh yang dinamik dan mengalami perubahan sepanjang
kehidupan serta merupakan tempat penyimpanan kalsium terbesar dan mineral lain seperti
magnesium, fosfor , natrium dan berbagai ion untuk keperluan keseimbangan berbagai fungsi.

Bila terjadi penurunan kalsium plasma yang berlangsung lama karena berbagai maka tubuh akan
mengambil kalsium dari tulang. Hal ini menyebabkan penurunan kalsium tulang akibatnya
tulang akan mengalami demineralisasidan terjadilah osteoporosis. Dengan meningkatnya usia
seseorang akan mengalami penurunan jaringan tulang yang progresif.

Penelitian longitudinal pada wanita pasca menopause akan kehilangan kalsium dalam tubuh
sebesar 20 mg sampai 60 mg/hari, walaupun ini sedikit, akan tetapi dalam jangka 10 tahun
kehilangan kalsium akan mencapai 13% dari total kalsium tubuh, jumlah yang cukup untuk
menimbulkan osteoporosis.

METABOLISME VITAMIN E

Vitamin E terdiri atas 2 kelas substansi aktif biologis yaitu tokoferol dan tokotrienol,dimana yang
terpenting adalah α-tokoferol.57 Struktur kimia vitamin E terdiri atas rantai samping gugus merupakan
nukleusmethylated 6-chromanol (3,4-dihydro-2H-1-benzopyran6-ol), kemudian 3 unit isoprenoid, dan
ikatan ester atau hidroksil bebas pada C-6 dari nukleuschromanol.

Seperti vitamin larut lemak yang lain, vitamin E diabsorbsi di usus halus secara difusi,absorbsinya
tergantung adanya lemak dalam diet, fungsi kelenjar biliar dan pankreas yang baik. Vitamin E tidak
mempunyai protein pembawa yang spesifik dalam plasma, vitamin E yang terabsorbsi bergabung ke
dalam kilomikron, yang secara cepat berpindah ke lipoproteinplasma dimana dia terikat tidak spesifik.

Gambar 1.3 struktur tokoferol

Vitamin E ditangkap oleh hepar dan bergabung dengan Very-Low-Density Lipoprotein (VLDL), lebih
banyak dalam bentuk α-tokoferol dibanding bentuk yang lain, untuk kemudiandisekresikan kembali.
Sebagian besar sisa VLDL kaya trigliserida akan kembali ke hepar, sebagian lagi berubah oleh lipoprotein
lipase menjadi Low-Density Lipoprotein (LDL).Selama proses ini vitamin E juga secara spontan berpindah
ke lipoprotein densitas tinggi(High-Density Lipoprotein / HDL). Tokoferol plasma lebih banyak
didistribusikan oleh LDLdan HDL. Transpor vitamin E oleh polyunsaturated lipids menjamin perlindungan
lipidtersebut terhadap radikal bebas, kadar tokoferol yang bersirkulasi cenderung sesuai dengan kadar
total lipid dan kolesterol.
dibantu oleh lipoprotein lipase dimana vitamin E dilepaskan dari kilomikron dan VLDL.Di dalam sel,
transpor intraseluler dari tokoferol membutuhkan protein pengikat tokoferolintraseluler. Vitamin E pada
sebagian besar sel-sel non adiposa terdapat pada membran sel dimana dapat dimobilisasi

Kira-kira 40 – 60% tokoferol dari makanan yang dikonsumsi dapat diserap oleh usus. Peningkatan jumlah
yang dikonsumsi akan menurunkan persentase yang diserap. Vitamin E disimpan terutama dalam
jaringan adiposa, otot dan hati.

Metabolisme Vitamin E sebagai antioksidan

Radikal bebas adalah molekul reaktif yang dapat merusak yangmempunyai elektron tidak berpasangan.
Semua vitamin E adalahantioksidan dan terlibat dalam banyak proses tubuh dan beroperasi sebagai
antioksidan alami yang membantu melindungi struktur selyang penting terutama membran sel dari
kerusakan akibat adanya radikal bebas. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai antioksidan dalam
tubuh, vitamin E bekerja dengan cara mencari, bereaksi dan merusak rantai reaksi radikal bebas.

Dalam reaksi tersebut, vitamin E sendiri diubah menjadi radikal. Namun radikal ini akan segera
beregenerasi menjadi vitamin aktif melalui proses biokimia yang melibatkan senyawa lain. (Sunita, 2010)
Dalam kondisi tekanan oksidasi (oxidative stress) yang tinggi vitamin E pada manusia akan berkurang
dengan cepat. Sebagai contoh, seorang perokok akan memiliki kecepatan kehilangan vitamin E setelah
suplementasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak mengkonsumsi rokok. Selain itu
pemberian vitamin C mampu pemberian vitamin C mampu memperlambat kecepatan degradasi vitamin
E di dalam tubuh ini. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa proses oksidasi merupakan mekanisme
yang penting dalam percepatan penghilangan vitamin E.(Marmi, 2013)

Untuk menguji peran biomarker dalam menunjukkan efektivitas vitamin E beberapa penelitian telah
mengembangkan biomarker tersebut dalam beberapa kasus. Biomarker seperti 5- nitro- γ-tocopherol,
ascorbyl-4-hydroxy nonenal dan F2- isoprostanes merupakan biomarker yang sedang diteliti saat ini. F2-
isoprostanes merupakan penanda yang efektif untuk stress oksidatif di seluruh tubuh yang merupakan
produk dari asam arakidonat. Untuk menguji efektivitas vitamin E sebagai antioksidan, dilakukan
penelitian dengan menggunakan individu dengan latihan tertentu yang akan mengakibatkan
peningkatan stress oksidatif seperti lari. (Sunita, 2010)
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang mengkonsumsi suplemen vitamin E dan C
sebelum berolahraga mengalami peningkatan F2-isoprostanes yang lebih rendah dibandingkan kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E memiliki kemampuan untuk mencegah stress
oksidatif dan penyakit yang terkait dengan stress oksidatif tersebut. (Marmi, 2013)

Anda mungkin juga menyukai