12 Tahun 1997
Menjadi UU No.19 Tahun 2002)
1
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual edisi revisi cetakan.4, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, hlm. 195
Tahun 1997, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 menunjukan
perbedaan antara lain:2
2
Ibid, hlm. 196
7. Penambahan ketentuan pidana minimal dan maksimal dalam undang-
undang ini dimaksudkan untuk menagkal terhadap pelanggaran hak
cipta sehingga diharapkan efektivitas penindakannya akan terwujud.
8. Pembatasan waktu proses perkara dibidang hak cipta yang ditangani
oleh Pengadilan Niaga maupun Mahkamah Agung hal ini untuk
memberikan kepastian hukum dan mencegah berlarut-larutnya
penanganan suatu perkara dibidang hak cipta yang mempunyai akibat
sangat luas dibidang ekonomi dan perdagangan.
9. Penambahan ketentuan mengenai informasi manajemen elektronik
dan sarana kontrol teknologi dimaksudkan untuk menyesuaikan
dengan ketentuan dalam WIPO Copy rights Treaty (WCT).
4
Saidin, Op. Cit, hlm. 329
5
Ibid, hlm. 330
6
Ibid, hlm. 331
Tahun 1961 tentang merek perusahaan dan merek perniagaan yang
diundangkan pada tanggal 11 Oktober 1961 dan dimuat dalam
lembaran Negara RI No. 290 dan penjelasannya dimuat dalam
tambahan lembaran Negara RI No. 2341 yang dimulai berlaku
pada bulan November 1961.7
Kedua undang-undang RIE 1912 dan UU Merek 1961
mempunyai banyak sesamaan. Perbedaannya hanya terletak pada
masa berlakunya merek, yaitu sepuluh tahun menurut UU Merek
1961 dan jauh lebih pendek dari RIE 1912 yaitu 20 tahun.
Perbedaan lain, yaitu UU Merek Tahun 1961 mengenal
penggolongan barang-barang dalam 35 kelas, penggolongan yang
semacam itu sejalan dengan klasifikasi internasional berdasarkan
persetujuan internasional tentang klasifikasi barang-barang untuk
keperluan pendaftaran Merek di Nice (Perancis) pada tahun 1957
yang diubah di Stockholm pada tahun 1967 dengan penambahan
satu kelas untuk penyesuaian dengan keadaan di Indonesia,
pengklasifikasian yang demikian ini tidak dikenal dalam RIE
1912.8
Undang-undang Merek tahun 1961 ini ternyata mampu
bertahan selama kurang lebih 31 tahun, untuk kemudian undang-
undang ini dengan berbagai pertimbangan harus dicabut dan
digantikan oleh Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 tentang
“Merek” yang diundangkan dalam Lembaran Negara RI Tahun
1992 No. 81 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan
Lembaran Negara No. 3490, pada tanggal 28 Agustus 1992. UU
yang disebut terakhir ini berlaku sejak 1 April 1993.9
Adapun alasan dicabutnya UU Merek Tahun 1961 itu
karena UU Merek No. 21 Tahun 1961 dinilai tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan masyarakat dewasa
ini. Memang jika dilihat UU Merek Tahun 1992 ini ternyata
7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid, hlm. 332
memang banyak mengalami perubahan-perubahan yang sangat
berarti jika dibandingkan dengan UU Merek No. 21 Tahun 1961.
Antara lain adalah mengenai sistem pendaftaran, lisensi, merek
kolektif dan sebagainya.10
Dalam konsiderans UUM 1992 itu dapat dilihat lagi
berbagai alasan tentang pencabutan UU Merek Tahun 1961,
yaitu:11
1. Merek sebagai salah satu wujud karya intelektual memiliki
peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan
barang atau jasa.
2. UU Merek no. 21 Tahun 1961 dinilai sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan.
10
Ibid
11
Ibid
12
Ibid
Secara lebih rinci hal-hal yang baru dalam UUM 1992
dapat dilihat sebagai berikut:13
13
Abdul Muis, RUU Merek: Sistem Deklaratif Kepada Sistem Konstitutif, Mimbar Umum, Medan,
13 Maret 1992. Semula dalam tulisan tersebut, digunakan istilah RUU Merek 1992.
14, UUM 1992). Penegasan hak-hak perdata pemilik yang terdaftar
dan ketentuan bahwa tidak ada hak atas merek selain daripada yang
terdaftar (Pasal 3 UUM). Adanya sanksi pidana yang berat di
samping kemungkinan-kemungkinan menuntut ganti kerugian
secara perdata (Pasal 81 UUM 1992 dan seterusnya). Juga soal
sistem lisensi yang diakui secara tegas dan diatur pula
pendaftarannya oleh kantor merek (Pasal 44 UUM 1992) dan
seterusnya. Kemudian juga permintaan pendaftaran merek dengan
hak prioritas berdasarkan konvensi internasional (Pasal 12 UUM
1992).14
14
Sudargo Gautama, Komentar Atas Undang-Undang Merek Baru 1992 dan Peraturan-Peraturan
Pelaksanaannya, Alumni, Bandung, 1994, hlm.2.
15
Saidin, Op. Cit, hlm. 335
16
Ibid, hlm. 336