DISPEPSIA
Disusun Oleh:
Yusuf Wahyu Dwi Utomo
2015730135
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya pada penulis sehingga dapat menyelesaikan refreshing dengan judul
“Dispepsia” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas untuk penilaian kegiatan
kepaniteraan klinik stase Penyakit dalam tahun 2020. Dan juga untuk
memperdalam pemahaman tinjauan pustaka yang telah dipelajari sebelumnya.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan kasus ini. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan laporan selanjutnya.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
instansi kepaniteraan klinik FKK UMJ dan RSIJ Cempaka Putih pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
STATUS PASIEN......................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................33
ii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.Pendekatandiagnostikdispepsia……………………………………18
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. PenyebabDispepsia…………………………………………………….15
iv
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kata dispepsia berasal dari Bahasa Yunani dys (bad = buruk) dan peptein
(digestion= pencernaan). Maka bila digabungkan dispepsia memiliki arti
indigestion yang berarti sulit atau ketidaksanggupan dalam mencerna. Jadi
dispepsia didefinisikan sebagai kesulitan dalam mencerna yang ditandai oleh
rasa nyeri atau terbakar di epigastrium yang persisten atau berulang atau rasa
tidak nyaman dari gejala yang berhubungan dengan makan (rasa penuh setelah
makan atau cepat kenyang – tidak mampu menghabiskan makanan dalam
porsi normal). Pada dispepsia organik ditemukan adanya suatu kelainan
struktural setelah dilakukan pemeriksaan endoskopi, Sedangkan definisi
dispepsia fungsional berdasarkan konsensus kriteria Roma III, harus
memenuhi satu atau lebih gejala tersebut, serta tidak ada bukti kelainan
struktural melalui pemeriksaan endoskopi, yang berlangsung sedikitnya dalam
3 bulan terakhir, dengan awal gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum
diagnosis. Definisi lain dari dispepsia fungsional adalah penyakit yang bersifat
kronik, gejala yang berubah-ubah, mempunyai riwayat gangguan psikiatrik,
nyeri yang tidak responsif dengan obat-obatan, dapat ditunjukkan letaknya
oleh pasien, serta secara klinis pasien tampak sehat, berbeda dengan dispepsia
organik yang gejala cenderung menetap, jarang mempunyai riwayat gangguan
psikiatri, serta secara klinis pasien tampak kesakitan.1
1
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organic terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas
jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.2
2. Dyspepsia fungsional atau dispesia non ulkus, yaitu suatu keadaan
dimana dyspepsia terjadi karena tidak jelas penyebabnya tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, dan endoskopisetelah 3 bulan dengan gejala
dispepsia.2
B. ETIOLOGI
Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna; tukak gaster atau
duodenum, gastritis, tumor, infeksi Helicobacter pylori.2
Obat – obatan seperti anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin,
beberapa antibiotic, digitalis, teofilin dan sebagainya. 2
Penyakit pada hati, pankreas, systembilier, hepatitis, pancreatitis,
kolesistetis kronik. Penyakit sistemik: diabetes mellitus, penyakit tiroid,
penyakit jantung koroner. 2
Dipepsia fungsional yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang
tidak terbukti adanya kelainan atau gangguan organic atau structural
biokimia, yaitu dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus. Klasifikasi
dispepsia berdasarkan etiologi:
a. Organik
1 Obat-obatan
Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides,
metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol),
Kortikosteroid, Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine,
Theophiline.
2. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan)
a. Alergi susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis
produk kedelai dan beberapa jenis buah-buahan
b. Non-alergi
produk alam : laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein.
2
bahan kimia : monosodiumglutamate (vetsin), asam benzoat,
nitrit, nitrat.
3 Kelainan struktural
a. Penyakit oesophagus
Refluksgastroesofageal dengan atau tanpa hernia
Akhalasia
Obstruksi esophagus
b. Penyakit gaster dan duodenum
Gastritis erosif dan hemorhagik; sering disebabkan oleh
OAINS dan sakit keras (stres fisik) seperti luka bakar, sepsis,
pembedahan, trauma, shock
Ulkus gaster dan duodenum
Karsinoma gaster
c. Penyakit saluran empedu
Kholelitiasis dan Kholedokolitiasis
Kholesistitis
d. Penyakit pankreas
Pankreatitis
Karsinoma pankreas
e. Penyakit usus
Malabsorbsi
Obstruksi intestinalintermiten
Sindrom kolon iritatif
Angina abdominal
Karsinoma kolon
4. Penyakit metabolik / sistemik
a. Tuberculosis
b. Gagal ginjal
c. Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar
d. Diabetes melitius
e. Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid
f. Ketidakseimbangan elektrolit
3
g. Penyakit jantung kongestif
b. Idiopatik atau Dispepsia Non Ulkus
1. Dispepsia fungsional
Keluhan terjadi kronis tanpa ditemukan adanya gangguan
struktural atau organik atau metabolik tetapi merupakan kelainan
fungsi dari saluran makanan.Termasuk ini adalah dispepsia
dismotilitas, yaitu adanya gangguan motilitasdiantaranya; waktu
pengosongan lambung yang lambat, abnormalitas kontraktil,
abnormalitas mioelektrik lambung, refluksgastroduodenal. Penderita
dengan dispepsia fungsional biasanya sensitif terhadap produksi
asam lambung yaitu kenaikan asam lambung.6
Kelainan psikis, stress dan faktor lingkungan juga dapat
menimbulkan dispepsia fungsional.
Kelainan non organik saluran cerna:
a. Gastralgia
b. Dispepsia karena asam lambung
c. Dispepsia flatulen
d. Dispepsia alergik
e. Dispepsia essensial
f. Pseudoobstruksiintestinal kronik
g. Kelainan susunan saraf pusat (CVD, epilepsi).
4
Tabel 1. Penyebabdispepsia
Esofagogastroduodenal Tukak peptic, gastritis, tumor dan
lain-lain
Obat-obatan Antiinflamasi non steroid, teofilin,
digitalis, antibiotic dan sebagainya.
Hepatobilier Hepatitis, kolesistitis, tumor,
disfungsi sphincter odii dan
sebagainya.
Pancreas Pankreatitis, keganasan
Penyakitsistemik Diabetes melitus, penyakittiroid,
gagalginjal,
penyakitjantungkoroner, dll.
Gangguanfungsional Dyspepsia fungsional, irritable
bowel syndrome
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi ulkus peptikum yang disebabkan oleh Helicobacter pylori
dan obat-obatan anti-inflamasi non-steroid (OAINS) telah banyak diketahui.
Dispepsia fungsional disebabkan oleh beberapa faktor utama, antara lain
gangguan motilitasgastroduodenal, infeksi Helicobacter pylori, asam
lambung, hipersensitivitas viseral, dan faktor psikologis. Faktor-faktor
lainnya yang dapat berperan adalah genetik, gaya hidup, lingkungan, diet dan
riwayat infeksi gastrointestinal sebelumnya.1
3.4.1 Peranan gangguan motilitasgastroduodenal
Gangguan motilitas gastroduodenal terdiri dari penurunan kapasitas
lambung dalam menerima makanan (impairedgastricaccommodation),
inkoordinasi antroduodenal, dan perlambatan pengosongan lambung.
Gangguan motilitas gastro-duodenal merupakan salah satu mekanisme
utama dalam patofisiologi dispepsia fungsional, berkaitan dengan
perasaan begah setelah makan, yang dapat berupa distensi abdomen,
kembung, dan rasa penuh.1
3.C.2 Peranan hipersensitivitas viseral
5
Hipersensitivitas viseral berperan penting dalam patofisiologi dispepsia
fungsional, terutama peningkatan sensitivitas saraf sensorik perifer dan
sentral terhadap rangsangan reseptor kimiawi dan reseptor mekanik
intraluminal lambung bagian proksimal. Hal ini dapat menimbulkan
atau memperberat gejala dispepsia.1
3.C.3 Peranan faktor psikososial
Gangguan psikososial merupakan salah satu faktor pencetus yang
berperan dalam dispepsia fungsional. Derajat beratnya gangguan
psikososial sejalan dengan tingkat keparahan dispepsia. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa depresi dan ansietas berperan pada
terjadinya dispepsia fungsional.1
3.C.4 Peranan asam lambung
Asam lambung dapat berperan dalam timbulnya keluhan dispepsia
fungsional. Hal ini didasari pada efektivitas terapi anti-sekretorik asam
dari beberapa penelitian pasien dispepsia fungsional. Data penelitian
mengenai sekresi asam lambung masih kurang, dan laporan di Asia
masih kontroversial.1
3.C.5 Peranan infeksi Helicobacter pylori
Prevalensi infeksi Helicobacter pylori pasien dispepsia fungsional
bervariasi dari 39% sampai 87%. Hubungan infeksi Helicobacter pylori
dengan ganggguanmotilitas tidak konsisten namun eradikasi Hp
memperbaiki gejala-gejala dispepsia fungsional. Penanda biologis
seperti ghrelin dan leptin , serta perubahan ekspresi muscle-
specificmicroRNAs berhubungan dengan proses patofisiologi dispepsia
fungsional, yang masih perlu diteliti lebih lanjut.1
D. MANIFESTASI KLINIS7
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,
membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
3.5.1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia):
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
6
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodik
3.5.2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like
dyspesia):
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e.Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3.5.3. Dispepsia nonspesifik (tidakadagejalasepertikeduatipe di atas).
Dispepsia belum
diinvestigasi
Pemeriksaan peniunjang
(sesuai indikasi) :
o Laboraturium darah
o Endoskopi
o Urea breath test
o USG abdomen
7
Evaluasi tanda bahaya harus selalu menjadi bagian dari evaluasi pasien-
pasien yang datang dengan keluhan dispepsia. Tanda bahaya pada
dispepsia yaitu: 6
a. Penurunan berat badan (unintended)
b. Disfagia progresif
c. Muntah rekuren atau persisten
d. Perdarahan saluran cerna
e. Anemia
f. Demam
g. Massa daerah abdomen bagian atas
h. Riwayat keluarga kanker lambung
i. Dispepsia awitan baru pada pasien di atas 45 tahun
Pasien-pasien dengan keluhan seperti di atas harus dilakukan investigasi
terlebih dahulu dengan endoskopi.
DISPEPSIA
Investigasi
+ -
8
E. ALUR DIAGNOSIS
3.6.1. ANAMNESIS
Pada anamnesis jangan lupa tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan tanda alarm dispepsia, seperti usia pasien, adakah
muntah darah , apakah warna BAB menjadi hitam cair, apakah
pasien merasa lemah letih lesu, apakah ada penurunan berat badan,
muntah yang sangat sering. Jika didapatkan tanda-tanda alarm berarti
keadaan tersebut mengarah pada gangguan organik terutama keganasan
sehingga memerlukan endoskopi segera. Tidak lupa ditanyakan
pernahkah mengalami gangguan jantung atau gangguan paru.
Harus diingat gambaran khas dari beberapa penyebab dispepsia.
Pasien ulkus peptikum biasanya berumur lebih dari 45 tahun, merokok
dan nyeri berkurang dengan mencerna makanan tertentu atau
antasid.Nyeri sering membangunkan pasien pada malam hari
banyak ditemukan pada ulkus duodenum. Gejala esofagitis sering
timbul pada saat berbaring dan membungkuk setelah makan kenyang
yaitu perasan terbakar pada dada, nyeri dada yang tidak spesifik (bedakan
dengan pasien jantung koroner), regurgitasi dengan gejala perasaan asam
pada mulut. Bila gejala dispepsia timbul segera setelah makan biasanya
didapatkan pada penyakit esofagus, gastritis erosif dan karsinoma.
Sebaliknya bila muncul setelah beberapa jam setelah makan sering terjadi
pada ulkus duodenum. Pasien dispepsia non ulkus lebih sering
mengeluhkan gejala di luar GI, ada tanda kecemasan atau depresi, atau
mempunyai riwayat pemakaian psikotropik.
9
akan tenderness, nyeri, pembesaran organ dan timpani. Pemeriksaan
tanda vital bisa ditemukan takikardi atau nadi yang tidak regular.
10
oleh keadaan yang disebut alarm symptoms, yaitu adanya penurunan
berat badan, anemia, muntah hebat dengan dugaan adanya obstruksi,
muntah darah, melena, atau keluhan sudah berlangsung lama, dan
terjadi pada usia lebih dari 45 tahun.8
`. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
A. CLO (rapid urea test)
B. Patologianatomi (PA)
C. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
D. PCR (polymerase chain reaction), hanyadalamrangka penelitian.9
11
yang pertama dan banyak membantu adalah pemeriksaan endoskopi.
Oleh karena dengan pemeriksaan ini dapat terlihat kelainan di
oesophagus, lambung dan duodenum. Diikuti dengan USG
(Ultrasonography) dapat mengungkapkan kelainan pada saluran
bilier, hepar, pankreas, dan penyebab lain yang dapat memberikan
perubahan anatomis. Pemeriksaan hematologi dan kimia darah akan
dapat mengungkapkan penyebab dispepsia seperti diabetes, penyakit
tyroid dan gangguan saluran bilier. Pada karsinoma saluran
pencernaan perludiperiksapertanda tumor.8
2. Cepat kenyang
3. Nyeriepigastrik
12
5%-15%. Kanker digestif bagian atas < 2%. Disebabkan kanker
digestif bagian atas jarang pada umur <50 tahun, pemeriksaan
endoskopi direkomendasi pada pasien yang berusia > 50 tahun. Juga
direkomendasi pada pasien yang mangalami penurunan berat badan
yang signifikan, terjadipendarahn, dan muntah yang terlalu teruk.2
Gastro-oesophagealrefluxdisease.
Ulkus peptikum.
Cholelithiasisorcholedocholithiasis.
Pankreatitis Kronik.
Parasit intestinal.
3.9. TATALAKSANA
13
antasid jangan terus- menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mgtriksilat dapat dipakai dalam waktu lebih
lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik,
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk
senyawa MgCl2. Sering digunakan adalah gabungan
Aluminiumhidroksida dan magnesium hidroksida.Aluminum
hidroksida boleh menyebabkan konstipasi dan penurunan fosfat;
magnesium hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid yang
sering digunakan adalah seperti Mylanta, Maalox, merupakan
kombinasi Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.
Magnesium kontraindikasi kepada pasien gagal ginjal kronik karena
bisa menyebabkan hipermagnesemia, dan aluminium bisa
9
menyebabkan kronik neurotoksik pada pasien tersebut.
2. Antikolinergik
Perlu
diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat
yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor
muskarinik yang dapat menekan seksresi asam lambung sekitar
28-43%.Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.10
3. Antagonisreseptor H2
Golongan
obat ini banyak digunakan untuk mengobati
dyspepsia organic atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang
termasuk golongan antagonisreseptor H2 antara lain simetidin,
roksatidin, ranitidine, dan famotidin.9,10
14
antara 2 dan 5 hari supaya sekresi asid gastrik kembali kepada
ukuran normal. Supaya terjadi penghasilan maksimal, digunakan
sebelum makanya itu sebelum sarapan pagi kecuali omeprazol.1
5. Sitoprotektif
6. Golongan prokinetik
15
fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul
berhubungan dengan faktor kejiwaan seperticemas dan depresi.11
1. Farmakologis
2. Psikoterapi
• Reassurance
11
dispepsia fungsional.
16
3.9 PROGNOSIS
Dispepsia fugnsional yang ditegakkan setelah
pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat mempunyai
prognosis yang baik.
Statistik menunjukkan sebanyak 20% pasien dispepsia
mempunyai ulkus peptikum, 20% mengidap
IrritableBowelSyndrome, kurang daripada 1% pasien terkena
kanker, dan dispepsia fungsional dan dyspepsia non ulkus
adalah 5-40%.6
Terkadang dispepsia dapat menjadi tanda dari masalah
serius, contohnya penyakit ulkus lambung yang parah. Tak
jarang, dispepsia disebabkan karena kanker lambung,
sehingga harus diatasi dengan serius. Ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan bila terdapat salah satu dari
tanda ini, yaitu: Usia 50 tahun ke atas, kehilangan berat
badan tanpa disengaja, kesulitan menelan, terkadang mual-
muntah, buang air besar tidak lancar dan merasa penuh di
perut.6
17
DAFTAR PUSTAKA
th
Peptic ulcer disease in Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17 ed,
Vol.II.2008. USA: Mc Graw Hill Medical, p.287
10. Greenburger NJ. Dyspepsia. The Merck Manuals Online M from:
http://www.merck.com/mmpe/sec02/ch007/ch007c.html.
11. David JB. Test and Treat or PPI Therapy for Dyspepsia? Journal Watch
Gastroenterology. 2008 april;
18
19