1
Restianti Anwar
2
Dr. Diyanti, ST., MT.
1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gundarma
(restianwar98@gmail.com)
2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gundarma
(diyanti@staff.gunadarma.ac.id)
ABSTRAK
Proyek Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Griya Cik’s berlokasi di Jalan Pegangsaan
Barat No. 2 Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Proyek
Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Griya Cik’s merupakan proyek yang sedang
dikerjakan oleh Perusahaan Umum Daerah Pembangunan Sarana Jaya yang bertindak
sebagai owner dan PT. Amarta Karya sebagai kontraktor utama. Bangunan hunian ini
dibangun atas lahan seluas ± 1.246 m 2 yang terdiri dari 1 basement dan 8 lantai. Jenis
kontrak yang digunakan adalah Lump Sum Fixed Price dengan nilai kontrak sebesar Rp.
36.800.000.000,00. Pembahasan masalah khusus pada laporan ini yaitu metode
pelaksanaan dan perhitungan kebutuhan volume pengecoran pekerjaan pelat lantai as E
– L/ 1 – 7 lantai dasar. Metode pelaksanaan yang digunakan pada pekerjaan pelat yaitu
metode konvensional. Metode pelaksanaan pelat lantai dasar meliputi, pekerjaan
marking, pemasangan scaffholding, pekerjaan pemasangan bekisting, pemasangan
tulangan pelat lantai, pembersihan area, pengecoran, perawatan, dan pembongkaran
bekisting. Perhitungan volume kebutuhan beton sangat diperlukan untuk menentukan
banyaknya beton yang diperlukan pada pengecoran pelat lantai nantinya. Perhitungan
yang dilakukan meliputi perhitungan volume tulangan pelat lantai dan perhitungan
volume bruto dari pelat lantai, pada perhitungan diperoleh volume beton yang
dibutuhkan untuk pengecoran pelat lantai as E – L/ 1 – 7 lantai dasar sebesar 54,171 m3.
ABSTRACT
The Griya Cik’s Building Revitalization Project is located in Jalan Pegangsaan Barat
No. 2 Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. The Griya Cik’s
Building Revitalization Project is a project that is being carried out by Perusahaan
Umum Daerah Pembangunan Sarana Jaya as a owner and PT. Amarta Karya as the
main contractor. The residential building built on an area ± 1.246 m2 and consist of 1
basement and 8th floor. The type of contract used is a Lump Sum Fixed Price with a
1
contract value of IDR 36.800.000.000,00. The discussion of specific issues in this report
concerning the method of implementation and calculation of Slab Casting Volume on
1st Floor As E – L/ 1 – 7. The method of implementing the slab uses a conventional
method. The method of 1st floor include marking, scaffolding installation, formwork
work, installation of reinforcement slab, area cleaningk, casting, maintenance, and
discharge formwork. Calculation of the volume of concrete requirements is needed to
determine the amount of concrete needed in the slab casting later. The calculation
includes the calculation of the volume of the slab reinforcement and the calculation of
the gross volume of the slab, in the calculation the volume of concrete needed for
casting E – L/ 1 – 7 1st floor is 54,171 m3.
PENDAHULUAN
Uraian Umum
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan kebutuhan
pembangunan tempat tinggal yang meningkat. Seiring dengan berkembangnya
teknologi dan kebutuhan pembangunan yang meningkat, namun terbatasnya lahan
membuat engineer harus dapat memanfaatkan lahan yang terbatas tersebut menjadi
bangunan bertingkat. Saat ini banyak tempat tinggal dari bangunan bertingkat, misalnya
apartement dan kost. Salah satu alasan orang-orang tinggal di apartement atau kost yaitu
sebagai tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja atau sekolah, sehingga biaya dan
waktu untuk pergi ke tempat tersebut tidak mengahabiskan banyak waktu dan tenaga.
Perusahaan Umum Daerah Pembangunan Sarana Jaya merupakan perusahaan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimiliki Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta
yang bergerak dibidang penyediaan tanah, pembangunan perumahan, bangunan umum,
serta sarana prasarana. Salah satu proyek yang sedang berlangsung yaitu Proyek
Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Griya Cik’s yang berlokasi di Jalan Pegangsaan
Barat, Jakarta Pusat.
Pelaksanaan tahapan pembangunan meliputi pekerjaan struktur bawah dan
struktur atas. Struktur atas terdiri dari pekerjaan kolom, balok, dan pelat lantai. Pelat
lantai adalah lantai yang didukung oleh balok yang bertumpu pada kolom bangunan.
Fungsi dari pelat lantai yaitu untuk memisahkan ruang bawah dan ruang atas,
menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal, sebagai tempat berpijak. Pelat
lantai harus direncanakan kaku, rata, lurus, dan tidak miring yang bertujuan untuk
kenyamanan pijakan kaki saat berjalan. Pelat lantai berfungsi untuk menahan beban dari
berbagai aktivitas di lantai tersebut seperti beban mati, beban hidup, dan lendutan akibat
beban tersebut yang akan diteruskan ke balok dan kolom. Tebal minimum pada pelat
lantai beton bertulang ini adalah 12 cm.
Tulangan yang digunakan pada pelat lantai dasar di Proyek Revitalisasi Bangunan
Hunian Sewa Griya Cik’s berdiameter 10 mm dan dipasang dengan jarak antar tulangan
150 mm pada lapis bawah dan 200 mm pada lapis atas. Ketebalan pelat lantai adalah 15
cm. Pada bagian bawah tulangan dipasang beton decking sebagai selimut beton.
Ketebalan beton decking yang digunakan yaitu 4 cm.
2
Tujuan Kerja Praktek
Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan kerja praktek di Proyek Revitalisasi
Bangunan Hunian Sewa Griya Cik’s adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan pengalaman visual bentuk kegiatan fisik pembangunan dan
pengelolaan di bidang teknik dan manajemen sipil sebagai bekal sebelum terjun
ke dunia kerja.
2. Mengetahui tahapan kegiatan fisik pembangunan.
3. Mengetahui manajemen pelaksanaan dan pengelolaan di lapangan.
4. Mengetahui peralatan yang digunakan di lapangan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan.
5. Mengetahui tahapan pekerjaan pelat lantai dan mendapatkan perhitungan
kebutuhan volume pengecoran pada pelat lantai dasar.
Batasan Masalah
Kerja praktek dimulai pada saat pekerjaan struktur bawah hingga tahap
pembangunan struktur atas. Batasan masalah pada jurnal ini yaitu mempelajari dan
megamati metode pelaksanaan pelat lantai dan menghitung kebutuhan volume
pengecoran pada pelat lantai dasar.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode observasi dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung selama 60 hari di lapangan. Objek yang
dibahas adalah menghitung kebutuhan volume pengecoran pelat lantai as E – L/1 – 7
lantai dasar. Metode ini digunakan untuk menjelaskan mengenai proses pelaksanaan dan
perhitungan kebutuhan volume pengecoran pelat lantai dasar. Data yang didapatkan
selama pengamatan berupa data primer dan sekunder. Metode pelaksanaan pelat lantai
dasar meliputi, pekerjaan marking, pemasangan scaffholding, pekerjaan pemasangan
bekisting, pemasangan tulangan pelat lantai, pembersihan area, pengecoran, perawatan,
dan pembongkaran bekisting.
3
Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai
Sumber: PT. Amarta Karya, 2019
4
PEMBAHASAN
Metode Pelaksanaan
Tahapan dari pelaksanaan pekerjaan pelat lantai dapat dijabarkan secara lebih rinci
sebagai berikut:
1. Marking posisi pengecoran
Marking posisi pengecoran dilakukan dengan menggunakan alat ukur theodolit.
Tujuan dari marking untuk memastikan tinggi dan kerataan dari pelat lantai.
2. Memasang perancah
Perancah yang digunakan pada Proyek Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Griya
Cik’s adalah perancah baja bersekrup (scaffholding), dimana umumnya digunakan
di bawah bekisting balok dan pelat lantai. Pemasangan scaffholding dengan
mengatur ketinggian sesuai dengan elevasi yang direncanakan.
3. Memasang bekisting
Bekisting pelat lantai yang digunakan pada Proyek Revitalisasi Bangunan Hunian
Sewa Griya Cik’s adalah plywood. Proses pemasangan bekisting terdiri dari
pemasangan bekisting balok dan pelat lantai, dan bekisting shaft.
4. Memasang tulangan
Pemasangan tulangan terdiri dari lapis bawah dan lapis atas dengan pemasangan
arah x dan y. Tulangan yang digunakan pada pelat lantai dasar berdiameter 10 mm
dan dipasang dengan jarak antar tulangan 150 mm pada lapis bawah dan 200 mm
pada lapis atas. Ketebalan pelat lantai adalah 15 cm. Pada bagian bawah tulangan
dipasang beton decking sebagai selimut beton. Ketebalan beton decking yang
digunakan yaitu 4 cm.
5. Checklist tulangan
Setelah selesai membuat bekisting dan pemasangan tulangan pada pelat lantai,
langkah selanjutnya yaitu checklist jumlah tulagan dan kesesuaian tebal pelat
lantai terhadap shop drawing. Pemeriksaan berkaitan dengan jumlah, jarak, dan
ukuran tulangan, penyambungan tulangan, ketebalan pelat lantai.
6. Pembersihan lokasi pengecoran
Proses pembersihan lokasi pengecoran dengan menggunakan air compressor
dengan tujuan agar lokasi yang akan dicor bersih dari debu, minyak, dan lainnya
yang dapat mempengaruhi kualitas dari beton.
7. Pengecoran
Pengecoran dapat dilakukan setelah kontraktor pelaksana mendapat ijin oleh
pengawas dan owner. Sebelum melakukan pengecoran dilakukan tes pada beton
yaitu slump test. Tujuan dari slump test adalah untuk mengetahui nilai slump dari
beton yang akan digunakan. Nilai slump digunakan untuk mengetahui kadar air
dari beton yang berhubungan dengan mutu beton. Mutu beton yang digunakan
untuk pelat lantai pada proyek ini adalah f’c 30 MPa dengan nilai slump ± 12 cm.
8. Melakukan Curing
Curing merupakan perawatan beton setelah beton mengering atau memasuki fase
hardening dan sebelum dilakukan pelepasan bekisting. Curing yang dilakukan
pada proyek ini yaitu dengan menyiram air pada beton dan meratakan.
9. Pelepasan bekisting
Setelah dilakukan perawatan selama 7 hari dilakukan pelepasan bekisting pada
pelat lantai jika di atasnya tidak terdapat pekerjaan yang menumpu pada struktur
balok atau pelat tersebut. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan saat ± 28 hari.
5
Perhitungan Volume Kebutuhan Beton Pelat Lantai
Perhitungan volume pengecoran pada pekerjaan pelat lantai membutuhkan denah
lokasi yang akan ditinjau. Tinjauan area pengecoran pelat lantai pada as E – L/ 1 – 7
lantai dasar Proyek Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Griya Cik’s dapat dilihat pada
denah lokasi yang ada dibawah ini.
6
Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Volume Balok
Panjang Lebar Tinggi Luas Volume
As Tipe Jumlah
(m) (m) (m) (m2) (m3)
G-L 1-1 BDB (H) 19,400 0,300 0,600 1 5,820 3,492
BDB (V) 4,450 0,300 0,600 1 1,335 0,801
BDB (V) 3,530 0,300 0,600 1 1,059 0,635
B9 (V) 3,500 0,300 0,600 2 1,050 1,260
G-L 1-3 B9 (V) 1,950 0,300 0,600 1 0,585 0,351
B9 (V) 3,120 0,300 0,600 1 0,936 0,562
B9 (V) 2,800 0,300 0,600 1 0,840 0,504
B9 (V) 3,700 0,300 0,600 1 1,110 0,666
B9 (V) 2,800 0,300 0,600 1 0,840 0,504
B9 (V) 3,250 0,300 0,600 1 0,975 0,585
BDB (V) 2,830 0,300 0,600 1 0,849 0,509
B11C (H) 19,500 0,400 0,700 1 7,800 5,460
B11C (H) 11,900 0,400 0,700 1 4,760 3,332
B10B (H) 7,200 0,350 0,650 1 2,520 1,638
E-G 2-4 T8 (V) 1,350 0,250 0,550 2 0,338 0,371
T8 (V) 1,950 0,250 0,550 1 0,488 0,268
T8 (V) 0,800 0,250 0,550 1 0,200 0,110
BDB (V) 5,300 0,300 0,600 1 1,590 0,954
T8 (H) 1,350 0,250 0,550 1 0,338 0,186
T8 (H) 1,500 0,250 0,550 1 0,375 0,206
T8 (H) 2,840 0,250 0,550 2 0,710 0,781
B10A (H) 2,200 0,350 0,650 1 0,770 0,501
BDB (H) 7,500 0,300 0,600 1 2,250 1,350
E-G 4-6 B8 (H) 3,000 0,250 0,550 1 0,750 0,413
S8 (H) 7,500 0,250 0,550 1 1,875 1,031
B9 (H) 4,500 0,300 0,600 1 1,350 0,810
B10B (V) 5,320 0,350 0,650 1 1,862 1,210
BDB (V) 6,230 0,300 0,600 1 1,869 1,121
G-L 3-6 B10B (V) 6,350 0,350 0,650 1 2,223 1,445
B10B (V) 7,500 0,350 0,650 4 2,625 6,825
B9 (V) 3,940 0,300 0,600 1 1,182 0,709
BDB (V) 12,550 0,300 0,600 1 3,765 2,259
B8 (V) 1,160 0,250 0,550 2 0,290 0,319
BDB (H) 16,560 0,300 0,600 1 4,968 2,981
B11C (H) 14,210 0,400 0,700 1 5,684 3,979
S8 (H) 14,210 0,250 0,550 1 3,553 1,954
B8 (H) 3,100 0,250 0,550 1 0,775 0,426
Total 70,307 50,508
7
Luas = panjang × lebar
= 0,400 × 1,200
= 0,480 m2
Volume = luas × tinggi × jumlah
= 0,480 × 0,500 × 6
= 1,440 m3
c. Volume Tangga 1
Luas = panjang × lebar
= 5,600 × 2,700
= 15,120 m2
Volume = luas × tinggi
= 15,120 × 0,150
= 2,268 m3
8
(m) (m) (m) (m2) (m3)
Shaft 1 0,600 0,700 0,150 0,420 0,063
Shaft 2 0,790 0,210 0,150 0,166 0,025
Shaft 3 0,160 0,210 0,150 0,034 0,005
Void Lift 1 4,550 2,200 0,150 10,010 1,502
Void Lift 2 3,150 2,700 0,150 8,505 1,276
Tangga 1 5,600 2,700 0,150 15,120 2,268
Tangga 2 5,600 1,350 0,150 7,560 1,134
Total 41,815 6,272
Contoh perhitungan volume besi pada as G – L/ 1 – 1 pada lapis bawah dan lapis
atas yaitu sebagai berikut:
Panjang = 4450 mm = 4,450 m
Lebar = 19400 mm = 19,400 m
a. Lapis bawah
Panjang pelat
Banyak besi vertikal = Spasi tulangan
4,450 m
= 0,150 m
= 29,667 ≈ 30
Lebar pelat
Banyak besi horizontal = Spasi tulangan
19,400 m
= 0,150 m
= 129,333 ≈ 129
b. Lapis atas
9
Panjang pelat
Banyak besi vertikal = Spasi tulangan
4,450 m
= 0,200 m
= 22,250 ≈ 22
Lebar pelat
Banyak besi horizontal = Spasi tulangan
19,400 m
= 0,200 m
= 97
Maka total volume besi pada as G – L/ 1 – 1 pada lapis bawah dan lapis atas yaitu
= 0,045 m3 + 0,045 m3 + 0,034 m3 + 0,034 m3
= 0,158 m3
10
Tabel 4. Rekapitulasi Perhitungan Volume Besi pada Lantai Dasar
Diameter Tulangan Panjang Lebar Spasi Banyak Besi Volume (m3) Total Vo
As
(m) (m) (m) (m) V H V H (m3
G-L/ 1-1 (B) 0,010 4,450 19,400 0,150 30 129 0,045 0,045 0,09
G-L/ 1-3 (B) 0,010 4,100 19,400 0,150 27 129 0,042 0,042 0,08
G-K/ 3-6 (B) 0,010 8,180 17,310 0,150 55 115 0,074 0,074 0,14
K-L/ 3-4 (B) 0,010 3,350 4,190 0,150 22 28 0,007 0,007 0,01
F-G/ 2-3 (B) 0,010 3,350 2,600 0,150 22 17 0,005 0,005 0,00
E-G/ 3-4 (B) 0,010 1,950 7,500 0,150 13 50 0,008 0,008 0,01
F-G/ 3-6 (B) 0,010 8,180 4,500 0,150 55 30 0,019 0,019 0,03
I-K/ 5-7 (B) 0,010 2,480 3,100 0,150 17 21 0,004 0,004 0,00
H-I/ 6-7 (B) 0,010 1,410 8,720 0,150 9 58 0,006 0,006 0,01
G-L/ 1-1 (T) 0,010 4,450 19,400 0,200 22 97 0,034 0,034 0,06
G-L/ 1-3 (T) 0,010 4,100 19,400 0,200 21 97 0,031 0,031 0,06
G-K/ 3-6 (T) 0,010 8,180 17,310 0,200 41 87 0,056 0,056 0,11
K-L/ 3-4 (T) 0,010 3,350 4,190 0,200 17 21 0,006 0,006 0,01
F-G/ 2-3 (T) 0,010 3,350 2,600 0,200 17 13 0,003 0,003 0,00
E-G/ 3-4 (T) 0,010 1,950 7,500 0,200 10 38 0,006 0,006 0,01
F-G/ 3-6 (T) 0,010 8,180 4,500 0,200 41 23 0,014 0,014 0,02
I-K/ 5-7 (T) 0,010 2,480 3,100 0,200 12 16 0,003 0,003 0,00
H-I/ 6-7 (T) 0,010 1,410 8,720 0,200 7 44 0,005 0,005 0,01
Total 0,73
11
5. Perhitungan Kebutuhan Volume Beton Pelat Lantai
Pada Proyek Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Griya Cik’s berikut spesifikasi
pelat lantai dasar:
Luas total lantai dasar = 480,128 m2
Tebal pelat lantai = 150 mm = 0,150 m
Mutu beton = f’c 30
Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan kerja praktek yang berlangsung pada Proyek
Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Griya Cik’s dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kerja praktek merupakan kegiatan yang bermanfaat untuk memahami berbagai
bentuk penerapan secara langsung di lapangan yang didasari ilmu teknik sipil
yang didapat selama perkuliahan.
2. Selama melakukan kerja praktek mendapatkan pengetahuan mengenai tahapan
kegiatan konstruksi pada proyek antara lain pekerjaan kolom, pekerjaan balok,
pekerjaan pelat lantai, pekerjaan retaining wall, pekerjaan pile cap, beserta
pekerjaan lainnya dengan pengamatan langsung di lapangan.
3. Pengelolaan di lapangan perlu adanya struktur organisasi, dimana setiap unsurnya
memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Setiap unsur tersebut
diperlukannya komunikasi dan koordninasi agar mencapai hasil yang diinginkan.
4. Selama melakukan kerja praktek dapat mengetahui peralatan yang digunakan
untuk membantu pekerjaan di lapangan antara lain waterpass, theodolite, tower
crane, bar bender, bar cutter, air compressor, mixer truck, bekisting,
scaffholding, concrete bucket, vibrator, dan alat las.
5. Tahapan yang dilalui pada pekerjaan pelat lantai meliputi pekerjaan marking,
pemasangan scaffholding, pekerjaan pemasangan bekisting, pekerjaan penulangan
pelat lantai, pekerjaan pengecoran pelat lantai, perawatan beton, dan pekerjaan
pembongkaran bekisting. Perhitungan kebutuhan volume pengecoran pada pelat
lantai didapat dari volume bruto pelat lantai dikurangi volume total tulangan yang
12
digunakan, sehingga didapatkan volume pengecoran yang dibutuhkan pada pelat
lantai As E – L/ 1 – 7 lantai dasar sebesar 54,171 m3.
Saran
Setelah melakukan kegiatan kerja praktek yang berlangsung pada Proyek
Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Griya Cik’s, maka ada beberapa saran yang dapat
disampaikan untuk meningkatkan kemajuan dari penulis maupun untuk pihak yang
terkait diantaranya sebagai berikut:
1. Mahasiswa sebaiknya dapat mengatur waktu untuk melakukan kegiatan kerja
praktek selama masa perkuliahan sehingga pengamatan pekerjaan yang dilakukan
di lapangan dapat diikuti secara bertahap.
2. Mahasiswa sebaiknya mempelajari metode pelaksanaan pekerjaan terlebih dahulu
sebelum melakukan kegiatan kerja praktek sehingga dapat memahami
pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, Ali. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang Edisi Pertama. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Badan Standardisasi Nasional, 2008, SNI-03-7394-2008 tentang Tata Cara Perhitungan
Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk Konstruksi Bangunan Gedung Dan
Perumahan, Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional, 2013, SNI-03-2847-2013 tentang Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung, Jakarta.
Perusahaan Umum Daerah Pembangunan Sarana Jaya. 2018. Data Struktur Bawah dan
Atas Proyek Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Cik’s.
Perusahaan Umum Daerah Pembangunan Sarana Jaya. 2018, Struktur Organisasi
Peoyek pada Proyek Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Cik’s.
PT. Amarta Karya. 2018. Metode Pekerjaan Pengecoran Kolom, Balok, dan Pelat Lantai
Proyek Revitalisasi Bangunan Hunian Sewa Cik’s.
Soeharto, I. 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid 2.
Erlangga, Jakarta.
Uji, Andi Tenrji. 2012. Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pelat Beton Menggunakan
Boundeck Dan Pelat Konvensional. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Makassar.
13