Anda di halaman 1dari 21

PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

(Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Inovasi Pendidikan)

Oleh

PROGRAM PASCA SARJANA


FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat- Nyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
dengan judul: “Perkembangan Kurikulum di Indonesia”.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulisan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan pengetahuan dan sumber-sumber


yang ada sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari semua pihak. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................


A. Latar Belakang ......................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................


A. Sejarah Perkembangan Kurikulum .........................................................
B. Dinamika Pengembangan Kurikulum Indonesia ...................................
C. Perubahan Kurikulum .............................................................................
1. Kurikulum 1947................................................................................
2. Kurikulum 1952................................................................................
3. Kurikulum 1964................................................................................
4. Kurikulum 1968................................................................................
5. Kurikulum 1975................................................................................
6. Kurikulum 1984................................................................................
7. Kurikulum 1994................................................................................
8. Kurikulum 2004................................................................................
9. Kurikulum 2006................................................................................
10. Kurikulum 2013................................................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................


A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa


perubahan hampir di semua aspek kehidupan. Oleh karena itu dunia pendidikan
perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah berkaitan dengan tuntutan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sebab melalui proses
pendidikan akan terlahir generasi muda yang berkualitas yang diharapkan mampu
mengikuti perubahan dan perkembangan kemajuan zaman di segala aspek
kehidupan. Pembelajaran juga harus sesuai dengan standar proses pendidikan.
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan (Sanjaya, 2006: 4). Dan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan tersebut, pada hakekatnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor yang paling menentukan adalah kurikulum
pendidikan yang berkualitas.

Dalam 5 dasawarsa terakhir, atau sejak berakhirnya era Presiden Soeharto


yang disebut masa Orde Baru, bangsa Indonesia telah melakukan 6 kali
penggantian kurikulum. Bahkan dalam 19 tahun terakhir, sudah 4 kali terjadi
penggantian kurikulum tersebut. Pada dasarnya, kurikulum-kurikulum tersebut
memiliki tujuan yang sama, namun dalam pelaksanaannya ada sedikit perbedaan.

Kurikulum sendiri didefinisikan bermacam-macam oleh para ahli. Namun


pada intinya semua mengarah kepada pengertian yang sama. Menurut Saylor J.
Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum Planning”
menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi
belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”. Menurut B.
Ragan mengemukakan kurikulum adalah “Semua pengalaman anak
dibawahtanggung jawab sekolah” Menurut Soedijarto, sebuah pengalaman
Pemikiran Bagi Prosedur Perencanaan dan Pengembangan; kurikulum Perguruan
Tinggi, BP3K Departeman Pendidikan dan Kebudayaan tahu 1975 ”Segala
pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi
oleh siswa/mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
bagi suatu lembaga pendidikan”. Jadi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu usaha terencana dan
terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.

Seperti yang telah disebutkan di atas, beberapa kurikulum pernah


diterapkan pada sistem pendidikan di Indonesia. Diantaranya, kurikulum 1947,
kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975,
kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 (KBK), kurikulum 2006
(KTSP), dan kurikulum 2013. Dalam makalah ini akan disampaikan penjelasan
tentang perjalanan kurikulum-kurikulum tersebut dalam pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia?
2. Bagaimana dinamika perkembangan kurikulum di Indonesia?
3. Macam-macam perubahan kurikulum yang berkembang di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana sejarah,
dinamika dan perubahan perkembangan kurikulum-kurikulum di Indonesia
sampai sekarang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Kurikulum

Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering


dijadikan alat politik oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih di bawah
penjajahan Belanda dan Jepang, kurikulum harus disesuaikan dengan kepentingan
politik kedua negara tersebut. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945,
kurikulum sekolah diubah dan disesuaikan dengan kepentingan politik bangsa
Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa sebagai cerminan
masyarakat Indonesia
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.

B. Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia telah menetapkan tujuan yang


jelas kemana NKRI akan dibawa. Dasar negara telah ditetapkan sejak
prakemerdekaan, yakni Pancasila, lengkap dengan lambang negara, motto, lagu
kebangsaan, dan bahkan konstitusi yang di dalamnya telah memuat empat tujuan
negara yang akan dicapai. Salah satu tujuan itu dirumuskan dengan sangat tepat,
yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”, dan ternyata konsep “mencerdaskan”
itu telah dijelaskan oleh Horard Gardner setelah dua puluh delapan tahun
kemudian, dalam bukunya berjudul Frames od Mind: the Tehory of Multiple
Intelligences yaitu tentang tujuh tipe kecerdasan manusia. Singkatnya, bukan
hanya kecerdasan intelektual (otak kiri) tetapi juga kecerdasan spiritual,
emosional, bahkan juga kinestetiknya.

Salah satu faktor yang mendorong untuk mengembangkan kurikulum adalah


amanat Undang-Undang tentang Sitem Pendidikan Nasional. Kurikulum pertama
di Indonesia telah lahir sebagai penjabaran amanat dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran, Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1954, UU Nomor 22 Tahun 1961, UU Nomor 2 Tahun
1989, dan akhirnya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Di samping itu, tuntutan globalisasi, dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknolgi juga ikut mendorong terjadinya perbaikan dan
pengembangan kurikulum.

C. Perubahan Kurikulum

Perubahan kurikulum tentu saja disertai dengan tujuan pendidikan yang


berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu
yang ingin dicapai untuk memajukan pendidikan nasional kita. Perubahan
kurikulum di dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat
diuraikan sebagai berikut:

1. Kurikulum 1947

Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama


“Rentjana Pelajaran 1947”. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan
kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih
dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama
kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Kurikulum
pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.
Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih populer ketimbang
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi- kisi pendidikan lebih
bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional.

Rentjana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan di sekolah-sekolah pada


1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum
diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: (1)
daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya; (2) garis-garis besar
pengajaran. Rentjana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran
dalam arti kognitif. Yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan
kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pelajaran
1947 adalah:

a. Kelebihannya yaitu:
1) Mencerminkan kesadaran sebagai bangsa yang berdaulat,
dan mendudukkan pendidikan sebagai faktor penting dalam
memperkokoh berdirinya negara Indonesia melalui persatuan dan
kesatuan untuk mengusir penjajah.
2) Memiliki fungsi strategis dalam mempersatukan bangsa
Indonesia melalui pendidikan
3) Kurikulum 1947 mengadopsi dari pengalaman pendidikan
Indonesia yang telah lalu di masa penjajahan, sehingga
memudahkan dalam penyusunannya.

b. Kekuranganya yaitu:
1) Dibayang-bayangi pendidikan zaman penjajahan, sehingga
mengarah pada pola pengajaran penjajah.
2) Belum memiliki orientasi ranah kognitif dan psikomotor namun
lebih dominan ranah afektif.
3) Belum diterapkan di sekolah-sekolah sehingga belum
memberikan dampak pada terlaksananya pendidikan dan
terbentuknya bangsa Indonesia hingga secara resmi dilaksanakan
pada tahun 1950

2. Kurikulum 1952

Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di


Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap
mata pelajaran yang kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai
1952”. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini
bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. “Silabus mata pelajarannya
menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata
pelajaran. (Djauzak Ahmad, Dirpendas periode 1991-1995)”. Adapun
kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pelajaran Terurai
1952 adalah :

a. Kelebihannya yaitu:
1) Kurikulum 1952 telah mengarah pada sistem pendidikan
nasional, walaupun belum merata pada seluruh wilayah di
Indonesia, namun dapat mencerminkan suatu pemahaman dan
cita-cita para praktisi pendidikan akan pentingnya pemerataan
pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia.
2) Pada Kurikulum 1952, materi pelajaran sudah berorientasi
pada kebutuhan hidup para siswa, sehingga hasil pembelajaran
dapat berguna ketika ditengah masyarakat.
3) Karena setiap guru mengajar satu mata pelajaran, maka
memiliki keuntungan untuk lebih menguasai bidang
pengajarannya dengan lebih baik, dari pada mengajar berbagai
mata pelajaran
b. Kekurangannya yaitu:
1) Karena kurikulum 1952 baru mengarah pada sistem pendidikan
nasional, maka belum mampu menjangkau seluruh wilayah
Indonesia.
2) Materi pelajaran belum orientasi masa depan, karena yang
diajarkan berorientasi kebutuhan untuk hidup di masyarakat
saat itu, dengan demikian belum memiliki visi kebutuhan di
masa mendatang.
3) Kurang membangkitkan kreatifitas dan inovasi guru, karena
setiap mata pelajaran sudah terinci dalam rencana pelajaran
terurai, hal ini mempersempit kreatifitas dan inovasi guru baik
dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun menentukan sumber
materi pelajaran.

3. Kurikulum 1964

Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali


menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
“Rentjana Pendidikan 1964”. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, Oemar. (2004)), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Ada yang menyebut Pancawardhana berfokus pada pengembangan daya
cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Adapun kelebihan dan
kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pendidikan 1964 adalah:
a. Kelebihannya yaitu:
1) Sudah mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Ranah kognitif merupakan kemampuan pada segi keilmuan,
ranah afektif merupakan kemampuan pada segi sikap, dan
psikomotorik merupakan kemampuan pada segi keterampilan,
dimana ketiganya merupakan faktor penting dalam pembentukan
kepribadian manusia telah menjadi prioritas dalam kurikulum ini.
3) Mengupayakan pengembangan potensi peserta didik sebagai
pangkal dari kemampuan seseorang untuk melakukan tindak
lanjut dengan segala kreatifitas dan inovasi, maka dengan
kurikulum ini telah menganggap setiap manusia memiliki potensi
yang berbeda-beda.
4) Pendidikan bersifat praktis, sehingga pembelajaran di sekolah
akan memilki kegunaan dalam kehidupan peserta didik.

b. Kekurangannya yaitu:
1) Kurikulum ini dipergunakan hanya pada tingkat sekolah dasar
dan belum mencakup sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.
2) Terkesan masih diwarnai oleh kepentingan-kepentingan tertentu
yang cenderung mengakomodir sistem-sistem yang belum sejalan
dengan jiwa UUD 45.
3) Karena pendidikan diwarnai oleh kepentingan-kepentingan
kelompok menjadikan kurikulum ini dimaknai sebagai alat untuk
membantu kepentingan-kepentingan tertentu.
4) Kurikulum ini berjalan ketika Indonesia masih dalam keadaan
labil.

4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi
tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat,
dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,
moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini
tampak dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak
menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya memuat mata
pelajaran pokok saja,". Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada
materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan
kuat.
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya
materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan
kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikulum ini
dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih
efektif dan efisien. latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh
konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective)
yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal
dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional
umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai
dari setiap kegiatan pembelajaran. Adapun kelebihan dan kelemahan
yang terdapat pada Kutikulum 1975 adalah:

a. Kelebihanya yaitu:
1) Berorientasi pada tujuan
2) Mengarah pembentukan tingkah laku siswa
3) Relevan dengan kebutuhan masyarakat
4) Menekankan efektivitas dan efisiensi
5) Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor-
faktor ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang
menunjang terlaksananya program.
6) Melatih guru untuk dapat menggunakan teknik penyusunan
program pengajaran yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
7) Prinsip berkesinambungan

b. Kekurangannya yaitu:

1) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai


bidang studi dengan kemampuan anak didik
2) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya di sekolah
3) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di
setiap jenjang.
4) Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari
setiap kegiatan pembelajaran.
5) Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan
pendidikan secara sentralistik, sehingga kurang memberi peluang
untuk berkembangnya potensi daerah.
6. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski


mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang
disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis
dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami
banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada
tempelan gambar, dan yang mencolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan. Kurikulum 1984 ini
berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang
sangat terbatas di sekolah harus benar- benar fungsional dan efektif. Oleh
karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama
harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa. Kurikulum
1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan


bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu
belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional
dan efektif.
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara
belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara
fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
c. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral.
Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan
ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan
untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan
siswa.
f. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental
siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui
pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan
menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
g. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan
proses adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan
kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan
dan mengkomu- nikasikan perolehannya.

7. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan


kurikulum- kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984.
Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga
banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai
terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya
bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-
isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada
1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya
lebih pada menambal sejumlah materi pelajaran saja.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994,
di antaranya sebagai berikut: Pembagian tahapan pelajaran di sekolah
dengan sistem caturwulan, Pembelajaran di sekolah lebih menekankan
materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi
pelajaran/isi). Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang
memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.

8. Kurikulum 2004

Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang


disebut dengan “Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)”. KBK
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara


individual maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi

Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam


suatu mata pelajaran memuat rincian kompetensi (kemampuan) dasar mata
pelajaran itu dan sikap yang diharapkan dimiliki siswa. Mari kita lihat
contohnya dalam mata pelajaran matematika, Kompetensi dasar
matematika merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek
atau subaspek mata pelajaran matematika. Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Matematika merupakan gambaran kompe- tensi yang seharusnya
dipahami, diketahui, dan dilakukan siswa sebagai hasil pembelajaran mata
pelajaran matematika. Kompetensi dasar tersebut dirumus- kan untuk
mencapai keterampilan (kecakapan) matematika yang mencakup
kemampuan penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika. Struktur kompetensi dasar
Kurikulum Berbasis Kompetensi ini dirinci dalam komponen aspek, kelas
dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran,
disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.

Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun


pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk
menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan
sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar mencerminkan
keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata
kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.

Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan


indikator adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita
mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”.
Guru akan menggunakan indikator sebagai dasar untuk menilai apakah
siswa telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Indikator
bukan berarti dirumuskan dengan rentang yang sempit, yaitu tidak
dimaksudkan untuk membatasi berbagai aktivitas pembelajaran siswa,
juga tidak dimaksudkan untuk menentukan bagaimana guru melakukan
penilaian. Misalkan, jika indikator menyatakan bahwa siswa mampu
menjelaskan konsep atau gagasan tertentu, maka ini dapat ditunjukkan
dengan kegiatan menulis, presentasi, atau melalui kinerja atau melakukan
tugas lainnya.
Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi adalah:

9. Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan “Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP)”. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling
menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi
sekolah berada.

Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar


kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru
dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan
penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil
pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah
perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah dibawah
binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.

10. Kurikulum 2013

Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi


yang pernah diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based
competency). Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan
pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan;
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada


pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh
karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat
tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan
peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran
perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-
kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas
dan pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan
untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar
masing-masing. Kurikulum 2013 terutama berorientasi pada perubahan
proses pembelajaran (yang semula dari siswa diberitahu menjadi siswa
mencari tahu) dan proses penilaian (dari berfokus pada pengetahuan
melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian
proses dan output). Penambahan jam pelajaran sebagaimana halnya
kecenderngan negara-negara luar belakangan ini, seperti Knowledge is
Power Program (KIPP) dan Massachusettes Extended Learning Times
(MELT).

Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia


yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal
tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut secara
profesional merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna,
mengorganisir pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang
tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi
secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun


1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Dalam
perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) isi/materi; (3)
metode atau strategi pencapain tujuan pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan
(5) evaluasi.

B. Saran

Harapan kita semua bahwa kurikulum yang baru tidak akan mengalami nasib
yang sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Akan tetapi mampu
memberikan pencerahan terhadap perubahan paradigma berpikir para pelaksana
di lapangana, serta mampu memfasilitasi dan membantu meningkatkan
kompetensi peserta didik sehingga mampu bersaing baik di kancah nasional
maupun internasional dengan bangsa-bangsa yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. (2004). Model-Model Pengembangan Kurikulum.


Bandung. PPs Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Indarto. (1999). Menyimak Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Makassar:


Diposting dari Web Master Gamaliel School.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Desan Induk Kurikulum


2013. Jakarta. Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Draft Kurikulum 2013.


Jakarta. Kemendikbud.

Sanjaya W. (2006) , Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai