Dosen Pengampu:
Dr. Caswita, M.Si.
Suharsono, Ph.D.
Disusun Oleh:
Diana Ali 1923021026
Nia Kurniati 1923021013
Pixyoriza 1923021022
Resa Yulia Puspita 1923021014
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah yang berjudul “Dalil L’Hospital’s dan Teorema Taylor” ini
bisa selesai pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, terutama bapak Dr. Caswita, M.Si. dan bapak
Suharsono, Ph.D. yang telah membantu penulisan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Matematika dalam dunia pendidikan merupakan salah satu ilmu dasar yang dapat
digunakan untuk menunjang ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika, kimia, komputer,
dan lain-lain. Penguasaan terhadap konsep-konsep matematika sangat diperlukan
dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman yang semakin canggih.
Banyak sekali permasalahan-permasalahan matematika yang penyelesaiannya
memerlukan pemikiran logika yang lebih kompleks. Salah satunya adalah
permasalahan tentang limit fungsi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
II. PEMBAHASAN
A. Dalil L’Hospital’s
Pada bagian ini kita akan membahas teorema limit yang melibatkan kasus-kasus
yang tidak dapat ditentukan oleh teorema limit sebelumnya. Misalnya, jika f ( x )
f ( x)
dan g ( x ) keduanya mendekati 0 sebagai x mendekati a, maka hasil bagi
g(x)
mungkin atau mungkin tidak memiliki limit pada a dan dikatakan memiliki bentuk
tak tentu 0/0. Teorema limit untuk kasus ini adalah karena Johann Bernoulli dan
pertama kali muncul dalam buku 1696 yang diterbitkan oleh L'Hospital.
Teorema awal telah didefinisikan dan diperpanjang, dan berbagai hasil secara
kolektif disebut sebagai Aturan Rumah Sakit (atau LH). Dalam bagian ini kami
menetapkan yang paling dasar dari hasil ini dan menunjukkan bagaimana orang
lain dapat diturunkan.
Dalam bab ini, kami harus sering membahas dengan metode penilaian nilai. Ini
f (x) A
dan jika B ≠0, maka lim =
x →c g(x ) B
Namun, jika B = 0, maka tidak ada kesimpulan yang ditarik. Akan terlihat dalam
Latihan 2 bahwa jika B = 0 dan A ≠ 0, maka limitnya tidak terlimit (ketika ada).
Kasus A = 0, B = 0 belum pernah dibahas sebelumnya. Dalam hal ini, limit kuota
f = g dikatakan ‘‘ tidak ditentukan. ’’ Kita akan melihat bahwa dalam hal ini limit
mungkin tidak ada atau mungkin ada nilai nyata, tergantung pada fungsi tertentu f
4
dan g. Simbolisme 0/0 digunakan untuk merujuk pada situasi ini. Misalnya, jika a
adalah bilangan real, dan jika kita mendefinisikan f ( x ) ≔αx dan g ( x ) ≔ x, maka
f (x) ax
lim =lim =lim α=α
x →0 g(x ) x→ 0 x x→ 0
Dengan demikian bentuk tak tentu 0/0 dapat mengarah ke bilangan real α apa pun
sebagai limit.
∞
Bentuk tak tentu lainnya diwakili oleh simbol , 0 . ∞ , 00 , 1∞ , ∞ 0 dan ∞ −∞.
∞
Notasi-notasi ini sesuai dengan perilaku pemlimitan yang diindikasikan dan
penyesuaian posisi fungsi-fungsi f dan g. Perhatian kami akan difokuskan pada
∞
formulir tak tentu 0/0 dan . Kasus tak tentu lainnya biasanya direduksi menjadi
∞
bentuk 0/0 atau ∞/ ∞ dengan mengambil logaritma, eksponensial, atau manipulasi
aljabar.
Hasil Awal
6.3.1 Teorema Misalkan f dan g didefinisikan pada [a, b], biarkan f ( a )=g ( a ) =0,
dan biarkan g ( x ) ≠ 0untuk a< x <b. Jika f dan g dapat dibedakan pada a dan jika
g '( a)≠ 0, maka limit f = g pada a ada dan sama dengan f ' (a)/g ' (a). Jadi
f ( x) f ' (a)
lim =
x→ a g( x ) g ' (a)
Bukti. Karena f ( a )=g ( a ) =0, kita dapat menulis hasil bagi f (x)/ g ( x ) untuk
a< x <bsebagai berikut:
f ( x )−f (a)
f (x ) f ( x )−f ( a) x−a
= =
g ( x) g ( x )−g (a) g ( x )−g(a)
x−a
Menerapkan Teorema 4.2.4 (b), kami dapatkan
5
lim ¿
f ( x )− f (a )
lim
f (x) x →a x−a f ' (a )
x→ a+¿ = = ¿
g (x) f ( x )− f (a ) g '(a)
lim
x →a x−a
Kemudian h adalah kontinu pada [a, b], dapat dibedakan pada (a, b), dan
h ( a )=h ( b ) =0. Oleh karena itu, berikut dari Teorema Rolle 6.2.3 bahwa ada titik c
dalam (a, b) sedemikian sehingga
6
2. Aturan L’Hospital’s, I
(1) lim
x→ a
f ( x )=0=lim g ( x )
x→a
f ' ( x) f ( x)
(a) jika lim '
=L ∈ R maka lim =L
x→ a g (x) x→ a g( x )
7
f ' ( x) f ( x)
(b) jika lim '
=L ∈{−∞ , ∞ } maka lim =L
x→ a g (x) x→ a g ( x )
Bukti. Jika a< α < β <b, maka Teorema Rolle menyiratkan bahwa g( β )≠ g(α ).
Lebih lanjut, dengan Cauchy Mean Value Theorem 6.3.2, ada u ∈(α , β); seperti
itu
f ( β )−f (α ) f '(u)
(2) =
g ( β )−g (α ) g ' (u)
Kasus (a): Jika Lϵ R dan jika ε > 0diberikan, terdapat c ϵ (a,b); karena
f ' ( u)
L−ε < ' < L+ ε untuk u< ( a ,c ) ,
g (u)
dari mana mengikuti (2) itu
f ( β )−f (α )
(3) L−ε < < L+ ε untuk a< α < β ≤ c ,
g ( β )−g (α )
Jika kita mengambil limitan dalam (3) sebagai α → a+¿, kita memiliki
f ( β)
L−ε < ≤ L+ ε untuk β ϵ (a , c ),
g(β)
Karena ε > 0 adalah tidak tetap, pernyataannya mengikuti.
Kasus (b): Jika L=+ ∞ dan jika M> 0 diberikan, ada cϵ ( a , b ); karena itu
f ' (u)
> M untuk u ϵ ( a , c)
g ' (u)
dari mana mengikuti (2) itu
f ( β )−f (α )
(4) < M untuk a< α < β ≤ c ,
g ( β )−g (α )
Jika kita mengambil limit dalam (4) sebagai α → a+¿, kita memiliki
f ( β)
≥ M untuk β ϵ (a , c ),
g(β)
Karena M> 0 adalah tidak tetap, pernyataannya mengikuti.
Jika L=−∞, argumennya serupa. (Terbukti)
Teorema yang sesuai untuk limit kiri mudah dibuktikan dengan cara yang sama.
Hasil untuk limit dua sisi kemudian mengikuti segera jika ada limit satu sisi dan
sama. Dalam contoh-contoh berikut, kami akan menerapkan versi aturan
L’Hospital’s yang tepat sesuai kebutuhan.
8
6.3.4 Contoh
(a) kita mempunyai
lim ¿
sin x
x→ 0+¿ = lim ¿ ¿¿
√ x x→0+ ¿ cosx
[ =
] lim
1/(2 √ x) x →0+¿ 2 √ x cos x=0¿
¿
1−cos x sin x
(b) Kita mempunyai lim
x →0 [ x 2 ]=lim
x→ 0 2 x
Hasil bagi dalam limit kedua lagi-lagi tak tentu dalam bentuk 0/0. Namun,
hipotesis puas lagi sehingga penerapan kedua Aturan L’Hospital’s Rule
diperbolehkan. Karenanya, kita memperoleh
1−cos x sin x cos x 1
lim
x →0 [ x 2
=lim
]
x→ 0 2 x
=lim
x→ 0 2
=
2
e x −1 ex
(c) Kita mempunyai lim =lim =1
x →0 x x→0 1
Demikian pula, dua aplikasi dari Aturan L’Hoapital’s Rule memberi kita
e x −1−x ex ex 1
lim
x →0 [ x2
=lim
x →0 2 x]=lim
x→ 0 2
=
2
¿x (1/ x )
(d) Kita mempunyai lim
x →1 [ ] =lim
x−1 x→ 1 1
=1
3. L’Hospital’s Rule, II
Aturan ini sangat mirip dengan yang pertama, kecuali bahwa ia memperlakukan
kasus di mana penyebutnya menjadi tak terlimit sebagai x → a+. Sekali lagi kita
hanya akan mempertimbangkan limit tangan kanan, tetapi ada kemungkinan
bahwa a = -∞. Limit tangan kiri dan limit dua sisi ditangani dengan cara yang
sama.
9
(5) lim ¿
x→ a+¿ g (x)=±∞ ¿
lim ¿ lim ¿
(a) Jika '
f (x)
x→ a+¿ ' = L∈ R ,¿
maka x→ a+¿
f (x)
=L ¿
g (x) g (x)
lim ¿ lim ¿
(b) Jika '
f (x)
x→ a+¿ ' = L∈ ( −∞ , ∞) ,¿
maka x→ a+¿
f (x)
=L ¿
g (x) g (x)
f ( c ) −f ( α )
(6) L−ɛ < < L+ ɛ untuk α ∈( a , c)
g ( c ) −g ( α )
Karena g(c)/g (α) → 0 sebagai α → a+, kita dapat mengasumsikan bahwa 0 <
g(c)/g (α) <1 untuk semua α (a, c), dari mana itu terjadi
g ( α )−g (c) g(c)
=1− >0 untuk α ∈(a , c)
g (α ) g( α )
Jika kita mengalikan (6) dengan (g(α) – g(c))/ g(α) > 0, kita punya
g ( c ) f (α ) f (c ) g (c )
(7) ( L−ɛ ) 1−( )< −
g ( α ) g(α ) g (c)
<( L+ ɛ ) 1−
g(α ) ( )
Sekarang, karena g(c)/g(α)→ 0 dan f (c)/g (α) →0 sebagai α → a+, maka untuk
setiap δ dengan 0 <δ <1 ada d ∈ (a, c), sedemikian rupa sehingga 0 <g(c)/g(α) <
δ dan |f(c)|/g(α) < δ untuk semua α ∈(a , d ), dari (7) memberikan
f (α )
(8) ( L−ɛ ) ( 1−δ )−δ < < ( L+ ɛ ) +δ
g (α )
10
Jika kita mengambil δ :=¿ min {1, ε , ε /(|L|+1)}, ini adalah latihan untuk
menunjukkan bahwa
f (α )
L−2 ε ≤ ≤ L+ 2 ε .
g( α )
Karena ε> 0 adalah tidak tetap, ini menghasilkan pernyataan. Kasus-kasus L = 0
dan L < 0 ditangani dengan cara yang sama.
Kasus (b): Jika L = +∞, misalkan M > 1 diberikan dan c ∈ (a, b) sedemikian rupa
sehingga f‘(u)/ g’(u) > M untuk semua u ∈ (a, c). Maka itu terjadi seperti
sebelumnya
f ( β )−f ( α )
(9) > L+ ɛ untuk a< α < β <c
g ( β )−g ( α )
Sejak g(x) → ∞ sebagai x → a+, kita dapat menganggap bahwa c juga memenuhi
1 1
g(c) > 0, bahwa |f(c)|/g(α) < , dan bahwa 0 < g(c)/g(α) < untuk semua α ∈ (a,
2 2
c).. Jika kita menerima β = c di (9) dan kalikan dengan, kita dapatkan 1 - g(c) /
1
g(α) > , kita peroleh
2
f ( α )−f ( c ) g (c ) 1
g (α ) (
> M 1− )
> M,
g(α ) 2
f (α) 1 f (c ) 1
Jadi, > M+ > ( M −1 ) untuk α ∈a , c
g( α) 2 g (α) 2
lim ¿
Karena M > 1 adalah tidak tetap, maka x→ a+¿
f (α )
=∞ ¿
.
g (α )
6.3.6 Contoh
Inx
(a) Kita pertimbangkan lim
x→ ∞ x
Di sini f (x):= ln x dan g (x):= x pada interval (0, ∞). Jika kami menerapkan
Inx 1/ x
versi kiri dari 6.3.5, kita memperoleh lim =lim =0
x→ ∞ x x →∞ 1
11
I n sin x
(c) Kita mempertimbangkan lim
x→ ∞ ¿x
Disini kita ambil f (x) := In sin x dan g (x) := In x pada (0, π). Jika kita
aplikasikan 6.3.5, kita peroleh
lim ¿
¿sin x
x→ 0+¿ = lim ¿¿ ¿
¿x x→ 0+¿
cos x/sin x
= lim ¿¿
1/ x
x → 0+¿ [sinx x ]. [cos x]
Karena x→lim
0+¿ ¿
¿ [x/sin x] = 1 dan lim cos x = 1, kami menyimpulkan bahwa
lim x−sin x
(d) pertimbangkan x →∞
. Ini memiliki bentuk tak tentu ∞/∞.
x +sin x
Aplikasi dari L’Hospital’s Rule memberi kita
lim 1−cos x
x →∞
1+cos x
yang tidak berguna karena limit ini tidak ada. (Kenapa tidak?) Namun, jika kita
menulis ulang limit aslinya, kita langsung mendapatkannya
sin x
lim 1−
x →∞ x 1−0
= =1
sin x 1+ 0
1+
x
6.3.7 Contoh
(a) Misalkan I := (0, π/2) dan pertimbangkan
lim ¿
1 1
x→ 0+¿ ( −
x sin x
¿)
yang memiliki bentuk tak tentu ∞−∞. Kita mempunyai
lim ¿
1 1
x→ 0+¿ ( − = ) lim
x sin x x →0+ ¿ sin x−x =
x sinx
lim
cos x −1
¿¿
¿¿
x → 0+ ¿ ¿
sinx + x cos x
¿ lim ¿
−sin x 0
x → 0+¿ = =0 ¿
2 cos x−x sin x 2
(b) Misalkan I := (0, ∞) dan pertimbangkan lim ¿ yang memiliki bentuk tak
x→ 0+¿ x∈ x ,¿
(c) Misalkan I := (0, ∞) dan pertimbangkan lim ¿ , yang memiliki bentuk tak
x
x→ 0+¿ x ¿
0
tentu 0 .
Kita ingat dari kalkulus (lihat juga Bagian 8.3) bahwa x x =e x∈ x. Ini mengikuti
(d) Biarkan I := (1, ∞) dan pertimbangkan lim (1+ 1/x )x , yang memiliki bentuk
x→ ∞
tak tentu 1∞. Kita perhatikan itu
(10) ¿
Bahkan, kita mempunyai
1 x →∞
lim ¿ 1+ ( 1x ) =lim 1+ 1 −1
(−x¿ ¿−2)
lim x ∈ 1+
x→ ∞
( ) x
=
1 ( x) x→∞ −x−2
¿
x
lim 1
x→ ∞
¿ =1.
1+1 /x
Sejak y → e y kontinu pada y = 1, kami menyimpulkan bahwa
lim (1+ 1/x )x =e.
x→ ∞
13
lim
(e) Misalkan I := (0, ∞) dan pertimbangkan x→ 0+¿(1+1 ¿ , yang memiliki bentuk
x
/ x) ¿
B. Teorema Taylor
Teknik yang sangat berguna dalam analisis fungsi nyata adalah perkiraan fungsi
oleh polinomial. Pada bagian ini kita akan membuktikan teorema mendasar di
bidang ini yang kembali ke Brook Taylor (1685-1731), meskipun istilah sisanya
tidak diberikan sampai kemudian oleh Joseph-Louis Lagrange (1736-1813).
Teorema Taylor adalah hasil yang kuat yang memiliki banyak aplikasi. Kami akan
mengilustrasikan fleksibilitas Teorema Taylor dengan membahas secara singkat
beberapa aplikasinya untuk estimasi numerik, ketidaksetaraan, nilai ekstrim dari
suatu fungsi, dan fungsi cembung.
Teorema Taylor dapat dianggap sebagai perpanjangan dari Teorema Nilai Rata-
Rata untuk turunan "orde yang lebih tinggi". Sedangkan Teorema Nilai Rata-rata
mengaitkan nilai-nilai fungsi dan turunan pertamanya, Teorema Taylor
memberikan hubungan antara nilai-nilai fungsi dan turunan orde tinggi.
Derivatif pesanan lebih besar dari satu diperoleh dengan perpanjangan alami dari
proses diferensiasi. Jika turunan f ' (x ) dari fungsi f ada pada setiap titik x dalam
interval I yang mengandung titik c, maka kita dapat mempertimbangkan
keberadaan turunan dari fungsi f 0 pada titik c. Dalam kasus f 'memiliki turunan
pada titik c, kami merujuk ke nomor yang dihasilkan sebagai turunan kedua dari f
pada c, dan kami menyatakan angka ini dengan f ' ' (c ) atau dengan f ' ' . Dengan cara
yang sama kita mendefinisikan turunan ketiga f ' ' ' ( c ) =f 3 ( c) dan untuk turunan ke-
n f n (c) ,setiap kali derivatif ini ada. Tercatat bahwa keberadaan turunan ke-n pada
turunan c mengasumsikan keberadaan(n - l) dalam suatu interval yang
14
f ' ' ( x0 ) f n ( x0 )
Pn(x) = f(x0) + f '(x0) (x-x0)+ ¿ +....+ ¿
2! n!
memiliki properti yang ia dan turunannya sesuai pesanan n setuju dengan fungsi f
dan turunannya sesuai pesanan n, pada titik yang ditentukan x0. Inijumlahnya
banyak Pn disebut Taylor polinomial ke-n untuk f di x 0.Adalah wajar untuk
mengharapkan polinomial ini untuk memberikan perkiraan yang masuk akal
untuk f untuk titik dekat x 0, tetapi untuk mengukur
kualitas perkiraan, perlu untuk memiliki informasi mengenai sisanya Rn : f – Pn.
Hasil mendasar berikut menyediakan informasi tersebut.
1 −2 1 −2 −5
√x 1+ x , x>-1. Kita ambil fungsi f(x) = 3 (1+ x) 3 dan f ' ' (x)= 3 3 (1+ x) 3 ,
1 −2
kita memiliki f '(0)= dan f ' ' (0)= sehingga diperoleh f(x)= P2(x)+R2(x)=
3 9
1 1 1 '' ' 5 −8 3
5 1
<1 dan masalahnya pada R2(0,3)≤ ¿ = < 0,17x10-2. Kita memiliki l
81 600
x 2 ...... x n
1 +x+ + +
2! n!
Ingat untuk x = 1 diberikan oleh Rn(1) =e c/(n+1)! Untuk beberapa c dimana 0
< c < 1 dan e c<3. Kita cari nilai 3/(n+1) < 10-5. Perhitungan menemukan 9! =
362,880 > 3 x 105 sehingga nilai n=8. Dimana 8!= 40,320. Tidak lebih kecil
1 ...... 1
dari nilai n. Sehingga e mendekati ps(1)=1+1+ + + = 2.718 28 dengan
2! 8!
error kurang dari 10-5
6.4.3 Contoh
1 2
(a) 1− x ≤ cos x untuk semua x ∈ R
2
Gunakan f ( x ) ≔ cos x dan x 0=0 pada teorema Taylor diperoleh
1
cos x=1− x2 + R2 ( x ), di mana untuk beberapa c antara 0 dan x yang kita miliki
2
f ' '' ( c ) 3 c
R2 (x )= x =sin x 3
3! 6
Jika 0 ≤ x ≤ π , lalu 0 ≤ c< π ketika c dan x 3 keduanya positif, kami memiliki
R2 (x )≥ 0. Juga, jika −π ≤ x ≤0, maka −π ≤c ≤ 0; karena sin c dan x 3 keduanya
negatif, kita kembali memiliki R2 (x )≥ 0. Karena itu, kita melihat bahwa
16
1 1
1− x 2 ≤ cos x untuk |x|≤ π . Jika |x|≥ π, maka kita miliki 1− x 2 ←3≤ cos x dan
2 2
ketidaksetaraan itu valid. Oleh karena itu, ketidaksamaan berlaku untuk semua x
∈ R.
(c) e π > π e
Teorema Taylor memberi kita ketidaksetaraan e x > 1 + x untuk x > 0, yang
pembaca harus memverifikasi. Kemudian, karena π > e, kita memiliki x =
π
π
−1> 0, jadi e e >1+ π −1 =π /e
−1
e e ( )
π
π
Ini menyiratkan e >( ) e=π,
e
dan dengan demikian kita memperoleh
e
ketidaksamaan e π > π e.
a. Teorema Relatif
Dijelaskan dalam Teorema 6.2.1 bahwa jika suatu fungsi f: I → R dapat
dibedakan pada suatu titik c interior ke interval I, maka kondisi yang diperlukan
untuk f untuk memiliki ekstrem relatif pada c adalah f ' ( c )=0. Salah satu cara
untuk menentukan apakah f memiliki maksimum relatif atau relatif minimum
[atau tidak] pada c adalah menggunakan Tes Derivatif Pertama 6.2.8. Derivatif
17
pesanan lebih tinggi, jika ada, dapat juga digunakan dalam penentuan ini, seperti
yang kita tunjukkan sekarang.
6.4.4 Teorema Misalkan I suatu interval, misalkan x0 menjadi titik interior I, dan
misalkan n ≥ 2. Misalkan turunannya f ' , f ' ' , … , f (n ) ada dan berkelanjutan di
' ( n−1 )
lingkungan dari x0 dan bahwa f ( x 0 )=…=f ( x 0 )=0, tetapi f (n) ( x 0 ) ≠0.
(i) Jika n adalah genap dan f ( x 0 ) >0, maka f memiliki minimum relatif pada x 0.
(n)
(n)
(ii) Jika n adalah genap dan f ( x 0 ) <0, maka f memiliki maksimum relatif pada
x 0.
(iii) Jika n ganjil, maka f tidak memiliki minimum relatif maupun maksimum
relatif pada x 0.
b. Fungsi Cembung
Catat bahwa: jika x 1< x2, kemudian ketika t berkisar dari 0 hingga 1, titik
( 1−t ) ( x1 ) + t x2 melintasi interval dari x 1 ke x 2. Jadi jika f adalah cembung pada I
dan jika x 1, x 2 ∈ I , lalu gabungan dua poin ( x 1 , f ( x 1) ¿ dan ( x 2 , f ( x 2)¿ pada grafik
f terletak di atas grafik f. (Lihat Gambar 6.4.1.)
Fungsi cembung tidak perlu dibedakan pada setiap titik, seperti contohnya
f ( x )=| x|, x ϵ R , mengungkapkan. Namun, dapat ditunjukkan bahwa jika I adalah
interval terbuka dan jika f : I R adalah cembung pada I, maka turunan kiri dan
kanan f ada di setiap titik I. Sebagai suatu akibat, maka fungsi cembung pada
interval terbuka harus kontinu. Kami tidak akan memverifikasi pernyataan
sebelumnya, kami juga tidak akan mengembangkan banyak hal menarik lainnya
terkait sifat fungsi cembung. Sebaliknya, kami akan memlimiti diri untuk
menetapkan hubungan antara fungsi cembung f dan turunan keduanya f ' ', dengan
asumsi bahwa f ' 'ada.
19
1
pada I. Kemudian a = ( ( a+h ) + ( a−h ) ), dan karena f adalah cembung pada I, kita
2
memiliki
f ( a )=f ¿
Oleh karena itu, kita memiliki f ( a+h )−2 f ( a ) +f (a−h)≥ 0. Karena h2 > 0 untuk
semua h ≠ 0, kita melihat bahwa limit di atas harus tidak negatif. Oleh karena itu,
kami memperoleh f ' ' ( a ) ≥ 0 untuk setiap a ϵ I .
(⇐) Kita akan gunakan teorema taylor. Andaikan x1 dan x2 menjadi dua titik pada
I, Andaikan 0 < t < 1, dan Andaikan x 0=( 1−t ) x1 +t x 2. Menerapkan teorema
taylor untuk f pada x 0. Kita memperoleh sebuah titik c1 antara x 0 dan x 1 seperti
1
f ( x 1 ) =f ( x 0 ) + f ' ( x )( x −x )+ f ' ' (c1 )( x 1−x 0)2
0 1 0
2
Dan titik c 2 diantara x 0 dan x 2 seperti
1
f ( x 2 ) =f ( x 0 ) + f ' ( x 0 ) ( x 2−x 0 ) + f ' ' (c 2)(x 2−x 0 )2
2
Jika f ' ' tidak negatif pada I, kemudian istilah
1 1
R= ( 1−t ) f ' ' ( c 1 )( x 1−x 0 )2 + t f ' ' ( c2 )( x 2−x 0)2
2 2
Juga tidak negatif. Demikian kita dapatkan
( 1−t ) f ( x 1 ) +tf ( x 2 )=f ( x 0 )+ f ' ( x 0 ) ( ( 1−t ) x 1+ t x 2−x 0 )
+1 1
( 1−t ) f ' ' ( c 1 ) ( x 1−x 0 )2+ t f ' ' (c 2)( x 2−x 0 )2
2 2
¿ f ( x0 )+ R
≥ f ( x 0 )=f ( ( 1−t ) x 1+t x2 )
20
c. Metode Newton
Misalkan f adalah fungsi terdiferensiasi yang memiliki nol pada r dan misalkan x1
menjadi estimasi awal r. Garis bersinggungan dengan grafik di (x1, f (x1)) memiliki
'
persamaan y = f ( x 1 ) + f ( x 1 ) (x−x 1 ), dan memotong sumbu x pada titik
(x ¿¿ 1)
x 2=x 1−f ¿
f ' (x¿¿ 1) ¿
(Lihat Gambar 6.4.2.) Jika kita mengganti x1 dengan estimasi kedua x2, maka kita
memperoleh titik x3, dan seterusnya. Pada iterasi ke-n kita mendapatkan titik xn+1
dari titik xn dengan rumus:
f (x n)
x n+1=x n −
f ' (x n)
Di bawah hipotesis yang sesuai, urutan ( x n) akan konvergen dengan cepat ke akar
persamaan f (x)=0, seperti yang sekarang kita perlihatkan. Kunci utama dalam
menetapkan laju konvergensi yang cepat adalah Teorema Taylor.
6.4.7 Metode Newton Misalkan I := [a, b] dan misalkan f: I R menjadi dua kali
terdifferensiasi pada I. Haruslah bahwa f(a) f(b) < 0 dan ada konstanta m, M
sedemikian sehingga |f ' ( x)|≥ m>0 dan |f ' '( x)|≤ M untuk x ∈ I dan misalkan K:=
M/2m. Lalu ada I subinterval mengandung nol r di f sehingga untuk setiap x1 ∈ I *
urutan (xn) ditentukan oleh
f (x n)
x n+1=x n − untuk setiap n ∈ N,
f ' (x n)
Milik I dan (xn) konvergen ke r. Bahkan
2
|x n+1 −r|≤ K |x n−r| untuk setiap n ∈ N.
Bukti: Ketika f(a) f(b) < 0, angka f (a) dan f (b) memiliki tanda yang berlawanan,
oleh karenanya Teorema sebelumnya ada r ∈ I sedemikian rupa sehingga f(r) = 0.
Sejak f ' tidak pernah nol pada I, berikut dari Rolle's Theorem bahwa f tidak
hilang pada titik I.
Sekarang kita misalkan x ' ∈ I berubah-ubah, oleh Teorema Taylor terdapat titik c '
antara x ' dan r sedemikian rupa sehingga
' ' ' ' 1 ' ' 2
0 = f ( r )=f ( x ) +f ( x )( r−x ) + f ' '(c )(r−x ) ,
2
Dari situ diperoleh
1
−f ( x ' )=f ' ( x ' ) + f ' ( x' ) ( r −x' ) + f ' ' (c ' )(r −x ' )2
2
Jika x ' ' adalah angka yang ditentukan dari x ' oleh “prosedur Newton”:
'' f ( x')
'
x ≔x −
f ' (x ' )
Kemudian perhitungan dasar menunjukkan bahwa
1 f ' ' (c' )
x '' =x ' + ( r −x' ) + (r −x ' )2
2 f ' ( x')
Sehingga diperoleh bahwa
1 f ' ' (c ' ) '
x '' −r= '
(x −r )2
2f ' (x )
22
Ketika c ' ∈ I , limit yang diasumsikan pada f ' dan f ' ' memuat, atur K := M/2m,
kita dapatkan ketidaksamaan
2
|x ' ' −r|≤ K |x ' −r|
Kita tahu memilih δ >0 lebih kecil dari δ <1/ K dan bahwa interval
I ≔[r−δ , r +δ ] adalah termuat di I. Jika xn ϵ I ¿, kemudian |x n−r|≤ δ dan dari
¿
2 2
ketidaksamaan di atas bahwa |x n+1 −r|≤ K |x n−r| ≤ K δ < δ,
maka xn ϵ I ¿ mengakibatkan bahwa xn+1 ϵ I ¿. Karena itu jika x1 ϵ I ¿, kami
menyimpulkan bahwa xn ϵ I ¿ untuk semua n ϵ N. Juga jika x1 ϵ I ¿, maka induksi
dasar argumen menggunakan pertidaksamaan di atas menunjukkan bahwa
|x n+1 −r|<( Kδ)n|x 1−r| untuk n ϵ N. Tapi karena Kδ < 1 ini membuktikan bahwa
x n2 −2 1 2
¿ x n− = (x n + )
2 xn 2 xn
Jika kita ambil x 1=1 sebagai estimasi awal kami, kami memperoleh nilai berturut-
3 17 577 665857
turut x 2= =¿ 1,5 , x 3= =1,4166..., x 4 = =1,414215..., x 5= =¿
2 12 408 470832
1,4142135623..., yang benar untuk sebelas tempat.
Keterangan
(a) Jika kita membiarkan e n ≔ x n −r menjadi kesalahan dalam aproksimasi r,
2
maka ketidaksamaan (6) dapat ditulis dalam bentuk |K e n+1|≤|K en| .
−m −2 m
Konsekuensinya, jika |K e n|<10 lalu |K e n+1|<10 sehingga jumlah digit
signifikan di K e n digandakan. Karena penggandaan ini, urutan yang dihasilkan
oleh Metode Newton dikatakan konvergen “Secara kuadrat.”
23
(b) Dalam prakteknya, ketika Metode Newton diprogram untuk komputer, sering
dibuat tebakan awal x1 dan biarkan komputer berjalan. Jika x1 dipilih dengan
buruk, atau jika akar terlalu dekat titik akhir I, prosedur mungkin tidak konvergen
ke nol pada f. Dua kemungkinan kesulitan diilustrasikan dalam Gambar 6.4.3 dan
6.4.4. Salah satu strategi yang akrab adalah menggunakan Metode Biseksi untuk
sampai pada perkiraan yang cukup dekat dari akar dan kemudian beralih ke
Metode Newton untuk kudeta.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Teorema dasar Misalkan f dan g didefinisikan pada [a, b], biarkan f ( a )=g ( a ) =0
, dan biarkan g ( x ) ≠ 0untuk a< x <b. Jika f dan g dapat dibedakan pada a dan jika
g '( a)≠ 0, maka limit f = g pada a ada dan sama dengan f ' (a)/g ' (a). Jadi
f ( x) f ' (a)
lim =
x→ a g( x ) g ' (a)
(1) lim
x→ a
f ( x )=0=lim g ( x )
x→a
f ' ( x) f ( x)
(a) jika lim '
=L ∈ R maka lim =L
x→ a g (x) x→ a g( x )
f ' ( x) f ( x)
(b) jika lim '
=L ∈{−∞ , ∞ } maka lim =L
x→ a g (x) x→ a g ( x )
(5) lim ¿
x→ a+¿ g (x)=±∞ ¿
lim ¿ lim ¿
(a) Jika '
f (x)
x→ a+¿ ' = L∈ R ,¿
maka x→ a+¿
f (x)
=L ¿
g (x) g (x)
lim ¿ lim ¿
(b) Jika '
f (x)
x→ a+¿ ' = L∈ ( −∞ , ∞) ,¿
maka x→ a+¿
f (x)
=L ¿
g (x) g (x)
25
Teorema taylor
Diberikan n € N, l:=[a,b] dan f:I→R menjadi f dan turunan f ', f ' ' ,..., f n adalah
kontinu di I dan f (n+1 ) exist pada (a,b). Jika X0 € I, kemudian untuk beberapa x di I
exist a titik c diantara x dan x 0 seperti
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bartle, Robert G., dan Sherbert, D.R. 1927. Introduction to Real Analysis.
University of Illinois: Urbana-Champaign.