Anda di halaman 1dari 4

Azizah Dewi Suryaningsih

21040117140050 / A

Aspek Pelestarian Lingkungan Hidup pada Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan (LP2B) Kabupaten Bantul
Bagian I : Mengenal Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul merupakan satu dari lima kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Adapun lokasinya yang berada di kawasan pantai selatan Jawa, menjadikan Kabupaten
Bantul memiliki banyak potensi dari sektor kemaritiman dan pariwisata. Menurut data BPS (2019),
wilayah yang memiliki luas sebesar 506,85 km 2 ini terbagi ke dalam tujuh belas kecamatan,
diantaranya Kecamatan Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Bantul, Jetis, Imogiri,
Dlingo, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon, Kasian, Pajangan, dan Kecamatan Sedayu. Pada
tahun 2018, jumlah penduduk Kabupaten Bantul mencapai 1.006.692 jiwa yang tersebar ke 75 desa
dimana kepadatannya mencapai 1.986 jiwa/ km2. Adapun kabupaten ini dilewati oleh enam sungai
dimana terdapat dua sungai pada orde I, yaitu Sungai Opak dan Sungai Progo, serta Sungai Winongo
dan Sungai Oya pada orde II, dan Sungai Code serta Sungai Bedog pada orde III (1).

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Bantul, 2019


Sumber : kabbantul.go.id
Sebanyak 43% dari total luas lahan merupakan lahan bukan pertanian dan 57% lainnya
merupakan lahan pertanian (BPS, 2017). Dimana tanah latosol dan alluvial yang mendominasi
daratan di Kabupaten Bantul menjadi penyebab kesuburan tanah yang baik, sehingga cocok
digunakan sebagai pengembangan sektor pertanian. Adapun luas lahan sawah mencapai 15.162 ha
yang terutama terletak pada Kecamatan Piyungan, Sewon, dan Bambanglipuro (2). Melihat kondisi
alam yang didominasi oleh lahan non terbangun dan lahan pertanian, dilalui oleh sungai-sungai
besar, serta berada di pesisir Pantai Selatan Jawa, maka perlu diperhatikan aspek Perencanaan Tata

1
BPS. 2019. Kabupaten Bantul Dalam Angka 2019.
2
BPS. 2017. Luas Penggunaan :ahan dan Alat-Alat Mesin Pertanian Kabupaten Bantul.
Azizah Dewi Suryaningsih
21040117140050 / A

Ruang terutama pada Kegiatan Pelestarian Lingkungan Hidup, Oleh karenanya, pada ulasan berikut
akan berfokus pada peraturan yang mengatur penataan ruang khususnya pola ruang yang terkait
dengan peruntukkan lahan budidaya, yaitu Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten
Bantul dan keterkaitannya dengan instrumen hukum di tingkat pusat.

Bagian II : Ulasan Singkat Rencana Pola Ruang - Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) menurut UU No. 41 Tahun 2009 Pasal 1
ayat (3) adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara
konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan
nasional. Karena termasuk ke dalam kawasan budidaya yang dilindungi, maka perlu adanya
tindakan preventif untuk mencegah pengurangan luasan area lahan tersebut. Soemarwoto (1994)
menyatakan bahwa tekanan penduduk menjadi masalah utama dalam daya dukung lahan di sektor
pertanian (3). Adapun kondisi pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan tidak
diimbangi dengan bertambahnya luasan lahan non terbangun, sehingga mendesak penduduk untuk
melakukan konversi lahan petanian menjadi terbangun.
Adapun pada lahan pertanian Kabupaten Bantul didominasi oleh wilayah bagian selatan
dan pada dataran rendah, yaitu Kecamatan Piyungan, Sewon, dan Bambanglipuro. Menurut data
BPS (2017), sebanyak 85,19% atau setara 12.917 hektar lahan sawah telah mendapat irigasi yang
cukup(4). Meskipun begitu, pada tahun 2018, data dari Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan
Perikanan Kabupaten Bantul, menyatakan bahwa lahan pertanian di kabupaten tersebut menyusut
atau berkurang seluas 10 hektare setiap tahun yang dimana sebagian besar dibangun menjadi
permukiman. Sedangkan BPS (2016) mencatat bahwa penyusutan lahan sawah di Kabupaten
Bantul pada rentang tahun 2013-2015 sebesar 289 hektar (5).

Gambar 1. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030


Sumber : kabbantul.go.id

3
Soemarwoto. 1994. Ekologi, Lingkungan Hidup, dan Pembangunan. Bandung : Djambatan.
4
BPS. 2017. Luas Penggunaan :ahan dan Alat-Alat Mesin Pertanian Kabupaten Bantul.
5
BPS. 2016. Kabupaten Bantul Dalam Angka 2016.
Azizah Dewi Suryaningsih
21040117140050 / A

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, pemerintah DIY mengeluarkan Perda No. 10


Tahun 2011 tentang Perlindungan LP2B di wilayah Provinsi DIY. Adapun pada Perda RTRW DIY
pada tahun 2019-2039 telah menyebutkan bahwa kawasan pertanian pangan berkelanjutan
diarahkan pada lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi dimana pada Kabupaten Bantul
terdapat seluas 14.407,50 hektar. Namun demikian, pada RTRW Kabupaten Bantul tahun 2010-
2030 hanya tercantum pada Bab V Rencana Pola Ruang Kabupaten Pasal 54 tentang Kawasan
Peruntukan Pertanian dimana ayat (3) menyebutkan, "Kawasan pertanian lahan basah yang
sebagian ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan akan diatur tersendiri dengan
Peraturan Daerah". Terlebih lagi, diketahui bahwa pemerintah Kabupaten Bantul hingga akhir
tahun 2018 belum menetapkan regulasi daerah untuk menindaklanjuti peraturan tersebut. Dengan
demikian, terjadi gap antara peraturan pada tingkat provinsi dengan kabupaten terkait penentuan
LP2B ini. Selain itu, UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan
belum mampu diturunkan hingga ke rencana mikro dari Kabupaten Bantul. RTRW yang dibuat
pada Kabupaten Bantul hanya mencantumkan penjelasan terkait kawasan pertanian dan
persebarannya. Hingga saat ini belum ditetapkan pula kawasan LP2B yang harus dilindungi dengan
hukum agar tetap menjaga kelestarian lingkungan dan ketahanan pangan.
Adapun sesuai dengan Pasal 11 dari UU No. 41 Tahun 2009 tersebut menyatakan bahwa,
"Perencanaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan disusun baik di tingkat nasional, provinsi,
maupun kabupaten/kota". Perencanaan tersebut seharusnya diulas dalam perencanaan jangka
panjang, menengah, maupun tahunan dimana Perencanaan LP2B nasional menjadi acuan bagi
provinsi dan kabupaten/kota. Menimbang pada pasal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul
belum melakukan sinkronisasi terhadap Pemerintah Provinsi maupun Pusat. Selain itu, asas
Perlindungan LP2B yang terdiri atas manfaat; keberlanjutan dan konsistensi; keterpaduan;
keterbukaan; akuntabilitas; desentralisasi; serta keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
nyatanya juga belum bisa diturunkan sebaik mungkin pada tingkat daerah. Apabila sesuai dengan
Undang-Undang tersebut pada Pasal 18, upaya Perlindungan LP2B seharusnya dilakukan dengan
penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di
dalam dan di luar Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan, serta Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan di dalam dan di luar Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Poin
penjabaran tersebut kemudian dilanjutkan dengan adanya Pasal 19 ayat (1-2) dimana seharusnya
penetapan tersebut merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan di wilayah
kabupaten dalam RTRW Kab sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Tentunya hal tersebut
belum dapat tercermin pada RTRW Kabupaten Bantul dimana belum terdapat turunan dari UU No.
41 tahun 2009 maupun Perda DIY No. 10 tahun 2011 yang mana sudah memasukkan Kabupaten
Bantul sebagai salah satu wilayah dengan LP2B yang cukup luas.
Permasalahan utama dalam penyusunan atau penetapan kawasan LP2B di Kabupaten
Bantul menurut Pridasari (2017) adalah tidak adanya kebijakan yang memberikan informasi
tentang cara pengerjaan atau operasional yang menunjang penentuan dan penetapan kawasan
LP2B (6). Meskipun sudah terdapat Permen Pertanian No. 7 tahun 2012 terkait dengan Persyaratan
dan Kriteria LP2B, tetapi perlu adanya penjabaran lebih lanjut yang dapat dilakukan secara teknis
di lapangan. Apabila mempertimbangan segala aspek yang ada terutama demi kelestarian
lingkungan dan ketahanan pangan, Kabupaten Bantul sebagai salah satu penyedia produksi
pertanian unggul di Provinsi DIY perlu melakukan penetapan arahan Perlindungan LP2B guna
mencegah adanya transformasi ataupun alih fungsi lahan pertanian guna menjaga cadangan pangan
6
Pridasari, Sarash Amalia. Luthfi Muta'ali. 2017. Daya DUkung Lahan Pertanian dan Penentuan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di
Kabupaten Bantul.
Azizah Dewi Suryaningsih
21040117140050 / A

pada masa mendatang. Penetapan tersebut kemudian diturunkan pada RTRW Kabupaten Bantul
dan ditetapkan menjadi Perda Kabupaten Bantul agar masyarakat mawas serta menjadikan lahan
pertanian lebih bernilai dari saat ini, sehingga mengurangi desakan pemilik lahan untuk menjual
atau mengalih fungsikan lahan tersebut. Selain itu, perlu dilakukan pula penjabaran ketentuan
terhadap fungsi LP2B dan kebijakan lain yang memperkuat posisi fungsi lahan tersebut. Dengan
demikian, hierarki kebijakan terutama dalam penataan ruang khususnya peruntukan kawasan
masih menjadi pekerjaan bagi pemerintah setempat agar dapat berjalan selaras dengan kebijakan
induk yang dibuat oleh pemerintahan di atasnya.

Anda mungkin juga menyukai