BAB I
STATUS PASIEN
1.2 ANAMNESIS
Tanggal Pemeriksaan : 2 Februari 2020
Keluhan Utama : Mulas dan keluar air-air dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon
pada tanggal 2 Februari 2020 pukul 01:10 WIB atas rujukan dari
Puskesmas Gebang diantar oleh bidan dengan G1P0A0 gravida preterm 34
minggu dengan KPD >24 jam dan prematur kontraksi. Saat datang ke
Rumah Sakit, pasien mengeluhkan mulas sejak jam 11:00 pagi dan keluar
2
air-air dari jalan lahir sejak jam 10.00 pagi SMRS, keluar air-air dirasakan
tiba-tiba saat pasien bangun dari tempat tidur, air yang keluar banyak dan
menyembur seperti balon air pecah berwarna jernih dan tidak berbau.
Keluhan tidak disertai dengan keluarnya lendir, tidak ada darah. Gerakan
janin dirasakan aktif. Pasien mengaku malamnya sempat bersenggama
dengan suaminya dan dalam 1 minggu terakhir melakukan senggama
sebanyak 2 kali. Tidak ada keluhan lain seperti keputihan, pusing,
perasaan berdebar, mual, muntah, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati,
BAK (+) BAB (+) seperti biasa. Karena keluhan tersebut pasien
memeriksakan diri ke PONED Gebang kemudian dirujuk ke RSUD Waled
Kabupaten Cirebon. Sebelum dirujuk, pasien sudah diberi amoxicillin
1x500tab per oral pada pukul 23:30 WIB dan Paracetamol 1x500mg oleh
bidan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Penyakit Hepar : Disangkal
- Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : Disangkal
- Riwayat Penyakit DM : Disangkal
- Riwayat Penyakit Hipertensi : Disangkal
- Riwayat Trauma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat Penyakit Hipertensi : Disangkal
- Riwayat Penyakit DM : Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Tumor atau Kanker : Disangkal
Riwayat Pribadi dan Sosial :
Riwayat merokok dan meminum alkohol disangkal
Riwayat Operasi :
Pasien menyangkal pernah melakukan operasi
3
Riwayat Menstruasi :
Pasien mengaku menstruasi pertama kali saat usia 12 tahun dengan
siklus haid yang teratur 28 hari, lama 5 hari dengan 2-3 pembalut per hari.
- HPHT : 24 Juli 2019
- HPL : 1 April 2020
Riwayat Obstetri :
Belum memiliki riwayat obstetri sebelumnya.
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 36,7° C
a. Status Generalis
Kepala – Normocephal, chloasma gravidarum (-), rambut
Leher : berwarna hitam dan tidak mudah rontok
Mata : simetris, ca -/-, si -/-
Hidung : deviasi (-) sekret (-) darah (-)
Telinga : simetris, darah (-) sekret (-)
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), karies
(-), gusi berdarah (-)
Leher : KGB membesar (-), JVP meningkat (-)
Thorax Pulmo : VBS +/+, Rh -/-, Wh -/-
: Cor : BJ I = BJ II regular, M(-) G(-)
Abdomen Cembung gravida, BU (+), nyeri tekan (-), striae
: (-), jejas (-)
Ekstremitas Akral hangat (+), edema (-), CRT < 2detik
:
b. Status Obstetrikus
Pemeriksaan fisik luar
- TFU : 29 cm
- DJJ : 139x/menit, reguler
- His : 1x10’x10”
Palpasi
- Leopold I : TFU 29 cm, presentasi bokong
- Leopold II : Bagian punggung janin teraba di kanan (puka), dan
bagian kecil janin teraba di kiri ibu, DJJ :
139x/menit
- Leopold III : teraba bulat keras, Presentasi kepala
5
1.4 RESUME
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon
pada tanggal 2 Februari 2020 pukul 01:10 WIB atas rujukan dari Puskesmas
Gebang diantar oleh bidan dengan G1P0A0 gravida preterm 34 minggu
dengan KPD >24 jam dan prematur kontraksi. Saat datang ke Rumah Sakit,
pasien mengeluhkan mulas sejak jam 11:00 pagi dan keluar air-air dari jalan
lahir sejak jam 10.00 pagi SMRS, keluar air-air dirasakan tiba-tiba saat
pasien bangun dari tempat tidur, air yang keluar banyak dan menyembur
seperti balon air pecah berwarna jernih dan tidak berbau. Keluhan tidak
6
disertai dengan keluarnya lendir, tidak ada darah. Gerakan janin dirasakan
aktif. Pasien mengaku malamnya sempat bersenggama dengan suaminya dan
dalam 1 minggu terakhir melakukan senggama sebanyak 2 kali. Tidak ada
keluhan lain seperti keputihan, pusing, perasaan berdebar, mual, muntah,
pandangan kabur, dan nyeri ulu hati, BAK (+) BAB (+) seperti biasa. Karena
keluhan tersebut pasien memeriksakan diri ke PONED Gebang kemudian
dirujuk ke RSUD Waled Kabupaten Cirebon. Sebelum dirujuk, pasien sudah
diberi amoxicillin 1x500tab per oral pada pukul 23:30 WIB dan Paracetamol
1x500mg oleh bidan.
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit sebelumnya, riwayat
penyakit pada keluarga, dan riwayat operasi. Pasien juga menyangkal pada
riwayat mengkonsumsi alkohol maupun merokok. Pasien mengaku bahwa
pertama kali menstruasi saat usia usia 12 tahun dengan siklus yg teratur
selama 28 hari, lama 5 hari dengan 2-3 pembalut per hari. Pada riwayat
ginekologi pun disangkal oleh pasien, karena pasien tidak memiliki riwayat
kanker, kista, mioma, maupun perdarahan diluar siklus menstruasi. ANC
sudah dilakukan di Puskesmas Gebang, imunisasi TT belum dilakukan dan
melakukan USG saat usia kehamilan 6 bulan didapatkan hasil presentasi
kepala, ketuban cukup, taksiran berat janin 761 gram. Pasien belum pernah
menggunakan KB. Pasien mengaku sudah menikah selama 2 bulan, saat
menikah pasien berusia 20 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 20
x/menit, suhu 36,7 °C. Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan obstetrik di pemeriksaan luar didapatkan TFU 29 cm, DJJ
139x/menit reguler, his 1x10’10”. Pada pemeriksaan leopold I ditemukan
presentasi bokong, leopold II bagian punggung janin teraba di kanan, dan
bagian kecil janin teraba di kiri ibu, leopold III presentasi kepala, leopold IV
divergen. Pada pemeriksaan dalam ditemukan V/V tidak ada kelainan,
Pemeriksaan inspekulo tampak cairan berwarna jernih keluar dari ostium uteri
eksternum. VT didapatkan dinding vagina licin, portio tebal lunak,
pembukaan 1 cm, ketuban (-), sisa sedikit keruh, letak serviks di tengah,
7
kepala H-1, didapatkan bishop score dengan nilai 6. Tes lakmus didapatkan
hasil positif, kertas lakmus merah berubah menjadi biru dan dengan pH 8.
1.6 DIAGNOSIS
G3P2A0 gravida preterm 34 minggu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah
dini >24 jam dan prematur kontraksi
1.7 PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
- Observasi KU, TTV, DJJ, dan kemajuan persalinan
- Usulan pemeriksaan Cardiotocography (CTG)
- Usulan pemeriksaan USG
- Konsul dokter Sp.OG
8
Medikamentosa
- IVFD D5% 500cc/8 jam
- Ceftriaxone 1gr iv
- Dexamethasone 1 amp
- Nifedipine 10mg
1.8 PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
B. Etiologi
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya
elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan
perubahan yang besar. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada
amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah
lapisan retikuler atau trofoblas, dimana sebagaian bear jaringan kolagen
terdapat pada lapisan penunjang (dari epitel amnion sampai dengan epitel
basal korion). Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem aktifitas dan inhibisi intrleukin-1 dan prostaglandin. Adanya infeksi
dan inflamasi menyebabkan bakteri penyebab infeksi mengeluarkan enzim
protease dan mediator inflamasi interleukin-1 dan prostaglandin. Mediator
ini menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi
kolagen pada selaput korion/amnion menyebabkan selaput ketuban tipis,
10
lemah dan mudah pecah spontan. Selain itu mediator terebut membuat
uterus berkontraksi sehingga membran mudah ruptur akibat tarikan saat
uterus berkontraksi.4
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tetapi
ditemukan beberapa faktor predisposisi yang berperan pada terjadinya
ketuban pecah dini, antara lain:
1) Infeksi
Adanya infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal) sudah
cukup untuk melemahkan selaput ketuban di tempat tersebut. Bila
terdapat bakteri patogen di dalam vagina maka frekuensi amnionitis,
endometritis, infeksi neonatal akan meningkat 10 kali. Ketuban pecah
dini sebelum kehamilan preterm sering diakibatkan oleh adanya infeksi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang terikat pada
membran melepaskan substrat seperti protease yang menyebabkan
melemahnya membran. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa matriks
metalloproteinase merupakan enzim spesifik yang terlibat dalam
pecahnya ketuban oleh karena infeksi.2
2) Defisiensi vitamin C dan Fe
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan
jaringan kolagen. Selaput ketuban (yang dibentuk oleh jaringan
kolagen) akan mempunyai elastisitas yang berbeda tergantung kadar
vitamin C dalam darah ibu.
Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan
mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan
anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume
30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu.2
3) Faktor selaput ketuban
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang
berlebihan atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak di dalam
kavum amnion, di samping juga ada kelainan selaput ketuban itu
11
C. Epidemiologi
Prevalensi KPD berkisar antara 3-18% dari seluruh kehamilan. Saat
aterm, 8-10 % wanita hamil datang dengan KPD dan 30-40% dari kasus
KPD merupakan kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh
kehamilan. KPD diduga dapat berulang pada kehamilan berikutnya,
menurut Naeye pada tahun 1982 diperkirakan 21% rasio berulang,
sedangkan penelitian lain yang lebih baru menduga rasio berulangnya
sampai 32%. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko morbiditas
pada ibu atau pun janin. Komplikasi seperti : korioamnionitis dapat terjadi
sampai 30% dari kasus KPD, sedangkan solusio plasenta berkisar antara 4-
7%. Komplikasi pada janin berhubungan dengan kejadian prematuritas
dimana 80% kasus KPD preterm akan bersalin dalam waktu kurang dari 7
hari. Risiko infeksi meningkat baik pada ibu maupun bayi. Insiden
korioamnionitis 0,5-1,5% dari seluruh kehamilan, 3-15% pada KPD
prolonged, 15-25% pada KPD preterm dan mencapai 40% pada ketuban
pecah dini dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu. Sedangkan
insiden sepsis neonatus 1 dari 500 bayi dan 2-4% pada KPD lebih daripada
24 jam.2
14
D. Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban saat persalinan disebabkan oleh
melemahnya selaput ketuban karena kontraksi uterus dan peregangan yang
berulang. Daya regang ini dipengaruhi oleh keseimbangan antara sintesis
dan degradasi komponen matriks ekstraseluler pada selaput ketuban.6
E. Diagnosis
Menegakkan diagnosis KPD secara tepat sangat penting, karena
diagnosis yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan
bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada
indikasinya. Sebaliknya diagnosis yang negatif palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam
kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu, diperlukan diagnosis
yang cepat dan tepat. Diagnosis KPD ditegakkan dengan cara :4
1) Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesa pasien dengan KPD merasa basah pada vagina atau
mengeluarkan cairan yang banyak berwarna putih jernih, keruh, hijau,
atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak, secara tiba-tiba
dari jalan lahir. Keluhan tersebut dapat disertai dengan demam jika sudah
ada infeksi. Pasien tidak sedang dalam masa persalinan, tidak ada nyeri
maupun kontraksi uterus. Riwayat umur kehamilan pasien lebih dari 20
minggu.4
Pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan uterus lunak dan
tidak adanya nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan dibandingkan
19
4) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada KPD, antara
lain :
a. Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas lakmus
merah menjadi biru.
b. Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000 /mm3
kemungkinan ada infeksi.
c. USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan, letak
janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
d. Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin
secara dini atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada infeksi
intrauterin atau peningkatan suhu, denyut jantung janin akan
meningkat.
e. Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin -
sfingomielin dan fosfatidilsterol yang berguna untuk mengevaluasi
kematangan paru janin.4
F. Penatalaksanaan
Terdapa 2 prinsip penatalaksanaan pada KPD :10
a) Konservatif
Dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada bayi maupun janin), pada
umur kehamilan 28-34 minggu, dirawat selama 2 hari.10
Rawat di rumah sakit, selama perawatan dilakukan :10
a. Observasi kemungkinan adanya amnionitis/tanda-tanda infeksi
Ibu : Suhu >38o takikardi ibu, leukositosis, tanda-tanda
infeksi intra uterin, rasa nyeri pada Rahim, sekret
vagina purulen
Janin : Takikardi janin
b. Pengawasan timbulnya tanda persalinan
c. Pemberian antibiotika p.o (Cefadroksil 2x500 mg. Eritromisin
4x500 mg) selama 3-5 hari atau antibiotika spectrum luas lain yang
sensitif
21
b) Aktif
Indikasi dilakukan penatalaksanaan aktif :10
22
Umur Kehamilan
G. Komplikasi
1) Persalinan Prematur
24
Premature Kontraksi
A. Definisi
25
persalinan. Oleh karena itu makin tua frekuensi kontraksi makin sering.
Oksitosin diduga bekerja bersama atau melalui prostaglandin yang makin
meningkat mulai dari umur kehamilan minggu ke-15. Di samping itu
faktor gizi ibu hamil dan ketegangan otot rahim dapat memberikan
pengaruh penting untuk dimulainya kontraksi rahim.17
Kontraksi palsu atau kontraksi Braxton Hicks terjadi dengan
kondisi otot-otot rahim mengalami penegangan yang membuat otot perut
ikut mengencang, apabila dilakukan sentuhan pada bagian tersebut akan
terasa keras. Perasaan nyeri pada perut juga kemudian akan terasa dan
menjalar ke tubuh bagian bawah. Pada umumnya kondisi ini hanya
berlangsung 2-3 menit.17
Penyebab kontraksi prematur, yaitu overdistensi berlebihan otot
rahim dan selaput ketuban, perdarahan di bawah selaput ketuban, dan
akibat adanya infeksi dan peradangan di dalam rahim ibu hamil. Proses
infeksi ini biasanya telah terjadi dalam beberapa minggu bahkan
berbulan-bulan sebelum terjadinya tanda-tanda kelahiran prematur. Infeksi
air seni tanpa keluhan sering dihubungkan dengan pecahnya ketuban
prematur (asimptomatik bakteriuria).17
B. Etiologi
Kontraksi memiliki tujuan utama untuk mempersiapkan otot-
otot uterus untuk kontraksi sejati menjelang persalinan. Kontraksi sejati
akan memengaruhi uterus dan servix sehingga servix menjadi memendek
dan meregang menjelang persalinan. Hal tersebut tidak terjadi pada
kontraksi Braxton Hicks. Pemicu timbulnya kontraksi Braxton Hicks, yaitu
:16
Dehidrasi
Hal ini dapat membuat spasme pada otot sehingga kontraksi akan
timbul. Kontraksi Braxton Hicks akan dapat diredakan dengan
penanganan dehidrasi yang adekuat.
Aktivitas, hal ini seperti olahraga (berjalan atau berlari)
Mengangkat beban yang berat
27
C. Epidemiologi
Prematur kontraksi menginisiasi sebuah persalinan prematur yang
pada akhirnya berujung pada kelahiran prematur. Kejadian persalinan
prematur secara global meliputi 5-7% dari semua kelahiran, dengan negara
berkembang yang memiliki proporsi paling besar. Persalinan prematur di
Indonesia menyebabkan neonates pada 16-18% dari total kelahiran hidup.
D. Faktor Risiko
1. Karakteristik Pasien:
Status sosio-ekonomi rendah
Usia ibu
Riwayat persalinan prematur- 4 x lebih besar berisiko prematur
Pekerjaan dan aktivitas tinggi
Merokok – lebih dari 10 batang sehari
28
E. Penegakan Diagnosis
Anamnesis: ditemukan tanda adanya His
Pemeriksaan fisik (pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam):
pembukaan serviks, monitor kontraksi
Pemeriksaan penunjang: transvaginal USG (melihat panjang
serviks), fetal fibronectin
F. Diagnosis
Braxton Hicks: his palsu, tidak regular, tidak nyeri, tidak
menimbulkan perubahan pada serviks, kontraksi hilang dengan reposisi
pasien.
G. Patofisiologi
Kontraksi Braxton Hicks dianggap memainkan peran dalam
mengencangkan otot rahim dalam persiapan untuk proses kelahiran.
Terkadang kontraksi Braxton Hicks disebut sebagai "latihan untuk
persalinan." Kontraksi Braxton Hicks tidak menyebabkan dilatasi pada
serviks tetapi mungkin berperan dalam pelunakan serviks.
29
H. Penatalaksanaan
1. Rawat Konservatif
2. Tokolitik : Disarankan sebelum 34 minggu kehamilan. Tujuan utama
terapi tokolitik adalah untuk menunda persalinan selama 48 jam untuk
memungkinkan glukokortikoid bekerja maksimal dalam mengurangi
RDS atau sindrom gangguan pernapasan dan untuk transfer dalam
rahim ke pusat tersier.
Salbutamol, isoksuprine, nifedipine, terbutalin
Nifedipine 3x20mg
3. Antibiotik profilaksis: Diberikan jika membran ketuban pecah
4. Steroid : Terindikasi pada wanita dengan resiko persalinan prematur
sebelum 36 minggu termasuk PPROM (Preterm Premature Rupture Of
Membrane) untuk mempercepat kematangan paru- paru janin :
Dexamethasone 2x4mg, 2 hari
DAFTAR PUSTAKA
1. Gde Manuaba, I.B. Ketuban Pecah Dini (KPD). Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana. Jakarta: EGC; 2013. Hal: 229-232
30