OLEH KELOMPOK 3
AISYAH MISRAN
CHINTYA RAHMI
FEBRISA
RIPA AULIA
SYLVIA ASRI
ZILLA ZAYSHINTA
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..i
Daftar Isi………………………………………………………………………………………...ii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1
Latar belakang…………………………………………………………………………….1
Rumusan masalah…………………………………………………………….................2
Tujuan …………………………………………………………………………………...2
1. Kesimpulan……………………………………………………………………………9
2. Saran…………………………………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...…............10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik adalah suatu bidang spesialisasi
praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya ( ANA ). Semuanya didasarkan
pada diagnosis dan intervensi dari adanya respons individu akan masalah kesehatan
mental yang actual maupun potensial. Ada empat karakteristik keperawatan:
1. Fenomena yaitu rentang respons-respons yang berkaitan dengan kesehatan yang
teramati pada orang sakit dan sehat yang menjadi focus diagnosa dan penanganan
keperawatan.
2. Teori yaitu konsep-konsep, prinsip-prinsip dan proses yang memandu intervensi
keperawatan dan pemahaman tentang respons yang berhubungan dengan kesehatann.
3. Tindakan-tindakan yaitu intervensi untuk mencegah kesehatan.
Pengaruh yaitu evaluasi tindakan keperawatan yang berhubungan dengan respon
kesehatan yang teridentifikasi dan hasil asuhan keperawatan yang diantisipasi. Pelayanan
yang menyeluruh difokuskan pada pencegahan penyakit mental, menjaga kesehatan,
pengelolaan atau merujuk dari masalah kesehatan phisik dan mental, diagnosis dan
intervensi dari gangguan mental dan akibatnya, dan rehabilitasi (Haber & Billing, 1993).
1
ditempatkan dalam suatu tempat khusus, yang kemudian berkembang menjadi Primary
Consistend of Custodial Care.
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa meliputi:
Keperawatan jiwa dimulai antara tahun 1770 dan 1880 seiring dengan kejadian
penanganan pada seorang penyakit mental. Sebelumnya, pada masa peradaban dimana
roh-roh dipercaya sebagai penyebab gangguan dan mengusirnya agar sembuh. Para
leluhur Yunani, Romawi dan Arab percaya bahwa gangguan emosional diakibatkan tidak
berfungsinya organ pada otak. Mereka menggunakan berbagai pendekatan tindakan
seperti : ketenangan, gizi yang baik, kebersihan badan yang baik, musik dan aktivitas
rekreasi.Selama abad 7 sebelum masehi, Hippocrates menjelaskan perubahan perilaku
atau watak dan gangguan mental disebabkan oleh perubahan 4 cairan tubuh atauhormon,
yang dapat menghasilkan panas, dingin, kering dan kelembaban. Aristotle melengkapi
dengan hati, dan Seorang Dokter Yunani, Galen :menyatakan emosi atau kerusakan
mental dihubungkan dengan otak. Orang Yunani menggunakan kuil sebagai rumah sakit
dan memberikan lingkungan udara bersih, sinar matahari dan air bersih untuk
menyembuhkan penyakit jiwa/mental. Bersepeda, Jalan-jalan, dan mendengarkan suara
air terjun ini sebagai contoh penyembuhan. Falsafah biasanya diartikan sebagai suatu
pandangan dan pengetahuan yang mendasar, yang selanjutnya digunakan untuk
mengembangkan dan membangun suatu persepsi atau asumsi tertentu tentang kehidupan.
Falsafah memberikan suatu gambaran atau pandangan terhadap suatu sistem nilai dan
keyakinan. Bagi setiap individu, falsafah berperan dalam membantu seseorang
memahami makna dari pengalaman hidup yang dijalaninya serta berfungsi sebagai
penuntun dalam bersikap dan berperilaku. Falsafah hidup seseorang berkembang melalui
dari hasil belajar, hubungan interpersonal, pendidikan formal maupun informal, agam,
dan dipengaruhi oleh latar belakang budaya serta lingkungan
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa peran perawat perawat jiwa ?
2. Bagaimana Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa
C. Tujuan
1. Mengetahui peran perawat jiwa
2. Mengetahui pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut ini:
1. Dosen
Bagi dosen, makalah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan penilaian
2. Mahasiswa
Bagi mahasiswa, makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dan literatur
2. Masyarakat
Bagi Masyarakat, makalah ini dapat digunakan sebagai bacaan yang dapat menambah
ilmu pengetahuan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
a. Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
b. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.
c. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum.
d. Menciptakan lingkungan terapeutik.
e. Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
f. Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
g. Memberi konsultasi.
h. Melaksanakan intervensi krisis.
i. Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok pada semua usia.
j. Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan teridentifikasi
masalah.
3. Peran perawat dalam prevensi tertier.
a. Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.
b. Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari rumah sakit
jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas.
c. Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien.
5
Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir
dengan nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan
pusat dari anggota tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan
tindakan-tindakan yang telah ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki
keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat dibutuhkan sebagai pusat anggota
tim. Karena perawatlah yang paling sering berkomunikasi dan kontak langsung
dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien selam 24 jam sehingga
perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan banyak kesempatan untuk
memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik.
Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting
antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.
6
c. Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil
konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
d. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi
informasi penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan issu yang relevan
untuk membuat keputusan klinis.
e. Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat memberikan
tindakan pertolongan namun tetap mengacu pada aturan-aturan yang telah
disepakati.
f. Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
g. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien
sakit jiwa, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam
menyelesaikan permasalahan.
h. Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan memiliki
tujuan untuk kesehatan pasien sakit jiwa. Kolaborasi dapat berjalan dengan baik
jika :
1) Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama
2) Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya
3) Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
4) Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung
dalam tim.
7
b. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
c. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
d. Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional
f. Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka
keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu dengan
yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang
lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga
ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya
pelayanan keperawatan jiwa yang berkualitas.
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam
keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi
ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim, struktur organisasi yg konvensional,
konflik peran dan tujuan, kompetisi interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu
sendiri
B. Saran
Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang
kami uraikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Berger, J. Karen and Williams. 1999. Fundamental Of Nursing; Collaborating for Optimal
Health, Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA
Dochterman , Joanne McCloskey PhD, RN, FAAN. 2001 Current Issue in Nursing. 6 th Editian .
Mosby Inc.USA
Sitorus, Ratna, DR, S.Kp, M.App.Sc. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit : Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat. EGC. Jakarta
Siegler, Eugenia L, MD and Whitney Fay W, PhD, RN., FAAN , alih bahasa Indraty Secillia,
2000. Kolaborasi Perawat-Dokter ; Perawatan Orang Dewasa dan Lansia, EGC. Jakarta
10