Anda di halaman 1dari 8

KEADILAN DALAM BERPOLITIK

YULLIA MINTAN 162869

MAHASISWA STKIP WIDYA YUWANA

I. PENDAHULUAN
Para filosof klasik memandang bahwa dalam kodratnya manusia hanya akan
menemukan kesempurnaannya apabila menjalin hubungan yang sedemikian rupa
dengan sesamanya. Konsep manusia sebagai mahluk sosial atau politis menemukan
artinya disini, yaitu dalam usahanya yang secara kodrati menuju pada
kesempurnaannya dalam kehidupan bersama. Kesendirian manusia tidak saja
melukiskan kesepian, ketidaklengkapan, kengenasan, melainkan juga terutama
ketidak sempurnaan. Konsekuensi selanjutnya dari konsep ini bahwa setiap tindakan
yang menghancurkan, membakar, menteror sesamanya (siapa pun mereka) bukan
sajan merupakan tindakan keji, tetapi juga melawan kodratnya. Karena kodrat
manusia berasal dari Allah, maka para pencetus kerusuhan secara frontal melawan
Sang pencipta sendiri. Konsep bahwa kesempurnaan manusia terletak pada hubungan
damai dengan sesamenya tidak melawan ajaran agama manapun, karena konsep ini
didasarkan pada kodrat manusiawi.
Kekuatan politis suatu pemerintahan, sementara, pemerintah, sementara itu,
bertugas mengatur dan menjaga dinamisme hubungan antar manusia. Bukan saja agar
jangan terjadi pembakaran atau penteroran pihak-pihak tertentu, melainkan terutama
untuk menata jalinan hubungan sedemikian rupa sehingga dimungkinkan kesempatan
dan jaminan bagi setiap orang untuk meraih dan merealisasi kesempurnaanya. Dari
sendirinya legitimasi setiap kekuasaan pemerintahan lantas tidak dilepaskan dari
prinsip-prinsip moral. Hubungan antara warganegara dan pemerintah, atau lebih tepat
lagi antara mereka yang memiliki kedaulatan dan yang mengemban mandat
kadaulatan harus mengedepankan penghargaan terhadap elemen-elemen moral.
Norma-norma konstitusional harus dekat dan terikat erat dengan aturan-aturan
kedailan yang menjadi ciri khas kesempurnaan jalinan hubungan antar manusia.
Maka, hubungan antar politik dan moral itu Lansung dan konkrit. Lansung artinya
segala tindakan politik pasti segera berhubungan dengan pertimbangan moral.
Konkrit artinya hubungan itu tidak dalam lapangan teoritis, melainkan dalam
lapangan kenyataan. Disangkalnya hubungan lansung dan kongkret antar politik dan
moral akan terjadi kekacauan. Raja Henry VIII, pernah berkata kepada rakyat Irlandia
“Mengenai kekuasaan kami yang mutlak, kami berdiri diatas segela hukum dan
norma-norma”
II. Apa itu Politik ?
Politik adalah suatu proses pemebntukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat dimana wujudnya adalah proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
negara. Definisi politik juga dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk meraih
kekuasaan, bak secara konstitusional maupun non-konstisitusional. Politik secara
etimologis dari bahasa Yunani, yaitu “polis” yang artinya adalah Negara Kota. Pada
penggunaanya kata tersebut kemudian berkembang diantaranya :
 Polities “warga Negara”
 Politikos “Kewarganegaraan”
 Politike Episteme “ Ilmu politik”
 Politicia “Pemerintahan negera”
Ditinjau dari katanya maka definisi politik adalah kegiatan dalam suatu sistem
politik atau Negara yang menyangkut penentuan tujuan dari sistem tersebut dan
bagaimana cara mencapai tujuan. Beberapa pengertian politik menurut para ahli
Andrew Heywood mengatakan bahwa politik adalah kegiatan suatu Negara yang
bertujuan untuk membuat, mempertahakan, serta mengamandemen semua peraturan
umum yang mengatur lehidupanya, yang artinya tidak dapat terlepas dari gejala
konflik dan kerjasama.
III. Jenis-jenis Politik
Menurut Almond Powel ada bebarapa jenis politik diantaranya :
 Sistem primitif yang intermittent, sistem ini menggambarkan adanya sebuah
kultur yang samar-samar serta bersifat agama.
 Sistem politik tradisional, dengan bentuk-bentuk yang bersifat pemerintahan
politik yang amanah antara satu dengan yang lain berbeda serta sebuah kultur
subjek.
 Sistem politik modern, didalam sistem ini terdapat bentuk-bentuk politik
bermacam-macam yang tumbuh dan menggambarkan kegiatan kultur politik
partisipan.
Menurut Samuel Huntington ada beberapa jenis politik diantaranya :
 Sistem Politik Demokrasi. Golongan yang berkuasa terdiri atas banyak orang dan
jabatan negara tersebut terbatas dalam aspek-aspek tertentu serta beberapa
masyarakat mempunyai kebebasan dalam merencanakan kehidupan sendiri.
 Sistem Politik Non Demekrasi. Golongan yang memiliki kekuasaan terdiri atas
beberapa individu atas sekelompok orang serta jabatan negara yang melingkupi
semua dimensi kehidupan negara serta masyarakat. Struktur politik ini melingkupi
monarki, absoult, rezim militer, serta rezimm komunis.
Jenis-jenis Sistem Politik menurut Frend W. Riggs diantaranya :
 Sistem Politik Asepali

Sistem politik Asepali merupakan sebuah sistem yang tidakn mempunyai


eksekutif, legaslatif, birokratif, serta sistem kepartaian.
 Sistem Politik Prosepali
Sistem Politik Prosepali merupakan sistem yang tidak mempunyai legaslatif,
birokrasi, serta sistem kepartaian, namun masih mempunyai eksekutif.
 Sistem Politik Ortosepali

Sistem Politik ortosepali merupakan sistem politik yang tidak mempunyai


legeslatif serta sistem kepartaian, namun mempunyai eksekutif dan birokrasi.

 Sistem Politik Heterosepali

Sistem politik Heterosepali merupakan sistem politik yang tidak mempunyai


sistem kepartaian, namun mempunyai eksekutif, legeslatif, serta birokrasi.

 Sistem Politik Metasepali

Sistem Politik Metasepali merupakan sistem politik yang dipunyai oleh eksekutif,
legeslatif, birikrasi, serta sistem kepartaian.

IV. Apa itu Keadilan ?


Keadilan berasal dari kata “adil” yang berarti tidak berat sebelah, tidak memihak,
berpihak kedapa yang benar, sepatutnya tidak sewenang-wenang. Dari beberapa
definisi dapat disimpulkan bahwa keadilan adalah semua hal yang berkenan dengan
sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan
agar orang memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibanya, perlakuan
tersebut tidak pandang bulu atau pilih kasih. Melainkan, semua orang diperlakukan
sama sesuai dengan hak dan kewajiban. Ada beberapa jenis keadilan :
 Keadilan Komutatif (Lustitia Commutativa) : Keadilan Komutatif adalah keadilan
yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi bagianya,
dimana yang diutamakan adalah objek tertentu yang merupakan hak dari
seseorang. Keadilan komutatif berkenan dengan hubungan antar orang/antar
individu. Disini ditekankan agar prestasi sama nilainya dengan kontra prestasi
 Keadilan Distrubutif (Lustitia Distributavia). Keadilan distrubutif adalah keadilan
yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi haknya,
dimana yang menjadi subjek hak adalah individu, sedangkan subjek kewajiban
adalah masyarakat. Keadilan distrubutif berkenaan dengan hubungan antar
individu dan masyarakat/Negara. Disini yang ditekankan bukan asa
kesamaan/kesetaraan (prestasi sama dan kontra prestasi). Melainkan, yang
ditekankan adalah asas proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan
kecakapan, jasa, atau kebutuhan. Keadilan jenis ini berkenaan dengan benda
kemasyarakatan seperti jabatan, barang, kehormatan, kebebasan, dan hak-hak.
V. Jenis-jenis Keadilan
 Menurut Aristoteles
Keadilan menurut Aristotels adalah tindakan yang teletak diantara memberikan
terlalu banyak dan sedikit yang dapat diartikan memberikan sesuatu kepada setiap
orang sesuai dengan apa yang menjadi haknya. Pengertian keadilan menurut
Frans Magnis Suseno adalah keadaan antar manusia yang diperlukan dengan sama
sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Pengertian keadilan
menurut Notonegoro adalah suatu keadaan dikatakan adil jika sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku. Pengertian keadilan menurut Thomas Hubbes
adalah sesuatu perbuatan dikatakan adil apabila telah didasarkan pada perjanjian
yang telah disepakati. Pengertian keadilan menurut Plato adalah diluar
kemampuan manusia biasa dimana keadilan menurut Plato adalah diluar
kemampuan manusia biasa dimana keadilan hanya dapat ada di dalam hukum ada
perundang-undangan yang dibuat oleh para ahli yang khusunya memikirkan hal
itu. Pengertia keadilan menurut W.J.S Poerwadarminto adalah tidak berat sebelah,
sepatutnya tidak sewenang-wenang.
Menurut Teori Aristoteles ada beberapa jenis keadilan yakni :
 Keadilan Komunikatif : Pengertian keadilan komunikatif adalah perlakuan kepada
seseorang tanpa dengan melihat jasa-jasanya. Contohnya keadilan komunikatif
adalah seseorang yang diberikan sanksi akibat pelanggaran yang dibuatnya tanpa
melihat jasa dan kedudukannya.
 Keadilan Distributif : Pengertian keadilan distributive adalah perlakuan kepada
seseorang sesuai dengan melihat atau mempertimbangkan jasa-jasa yang telah
dilakukan. Contoh keadilan distrubutif adalah seorang pekerja bangunan yang
diberi gaji sesuai atas hasil yang telah dikerjakan
 Keadilan Kodrat Alam : Pengertian keadilan kodrat alam adalah perlakuan
kepada seseorang yang sesuai dengan hukum alam. Contoh keadilan kodrat alam
adalah seseorang akan membalas dengan baik apabila seseorang tersebut
melakukan hal yang baik pula kepadanya.
 Keadilan Konvensional : Pengertian keadilan konvensional adalah keadilan yang
terjadi dimana seseorang telah mematuhi peraturan perundang-undangan. Contoh
keadilan konvensional adalah seluruh warga negara wajib mematuhi segala
peraturan yang berlaku di negara tersebut.
 Keadilan Perbaikan : Pengertian keadilan perbaikan adalah keadilan yang terjadi
dengan adanya pemulihan nama baik atas seseorang telah mencemarkan nama
baik orang lain. Contohnya keadilan perbaikan adalah seseorang meminta maaf
kepada media karena telah mencemarkan nama baik orang lain.
Sedangkan Plato jenis-jenis keadilan terdiri dari :

 Keadilan Moral : Pengertian keadilan moral adalah keadilan yang terjadi apabila
mampu memberikan perlakuan seimbang antara hak dan kewajiban.
 Keadilan Prosedural : Pengertian keadilan prosedural adalah keadilan yang terjadi
apabila seseorang melaksanakan perbuatan sesuai dengan tata cara yang
diharapkan.
Selain jenis keadilan yang dikemukan oleh Aristoteles dan Plato, pula beberapa
jenis keadilan yang lain, antara lain sebagai berikut :
 Keadilan komunikatif (Lustitia Communicativa) pengertian keadilan komunikatif
adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang terhadap apa
yang menjadi bagianya dengan berdasarkan hak seseorang pada suatu objek
tertentu.

VI. Hubungan Politik dan Keadilan


Hubungan lansung dan konkrit antar politik dan moral dicetuskan dalam
preferensi bukan kekuasaan atau pribadi para pemegang kekuasaanya, melainkan
hukum. Intisari kodrat pengertian hukum esensial ialah bahwa ia harus adil. Prinsip
keadilan melekat dalam cara ada manusiaa bertindak menurut kodrat akal budinya.
Hukum sebagai produk akal budi manusia harus adil, sebab jika tidak hukum itu
menyalahi prinsip kodrati akal budi manusia. Hukum tidak adil dari segi moral
kehilangan daya ikatnya sebagaimana dimaksudkan oleh hukum. Jika suatu hukum
tidak adil toh tetap diberlakukan, dan pelanggaran atas hukum itu dikenai sangsi,
sangsi yang bersangkutan tidak ada sangkut pautnya dengan kesalahan moral,
melainkan merupakan kesewenang-wenangan dari pihak yang memberi sanksi.
Untuk memahami secara gampang hukum adil, barangkali perlu disimak lawanya,
yakni hukum tidak adil. Contoh paling jelas hukum tidak adil adalah perintah
membunuh orang yang tidak bersalah. Delik ketentuan hukum tertulisnya barangkali
tidak eksplisit demikian, tetapi perintah Hitler untuk mengabisi semua orang Yahudi
jelas memaksudkan pula dari dirinya sendiri termasuk ketentuan membunuh mereka
(orang Yahudi) yang tidak bersalah. Perintah Hitler atau bahkan pada waktu itu
merupakan hukum tidak bisa dibenarkan secara moral, sebab menjadikan sebagai
orang yang bersalah yang pantas dibunuh. Ketentuan-ketentuan realis yang
memojookan orang-orang kulit hitam (atau kulit berwarna) sebagai bilangan orang-
orang yang dipandang rendah juga merupakan contoh hukum tidak adil. Sebab rendah
tidaknya martabat tidak ditentukan oleh warna kulit. Bisa disebut pula aneka
perundang-undangan yang menyudutkan kelompok-kelompok minoritas, mulai dari
miniritas dlam tingkat ekonomi, popularitas budaya, pertimbgan agama, maupun asal
usul suku.
Hukum yang adil dari sendirinya lantas harus dirumuskan jangan membunuh
orang yang tidak bersalah. Hukum adil yang melawan prinsip kaiphas atau prinsip
korban. Prinsip Kaiphas adalah prinsip moral yang melegalkan korban satu orang (tak
bersalah) demi kepentingan, banyak atau semua orang. Prinsip korban ini berasal dari
Kaiphas, seorang imam agung Yahudi, yang setuju Isa Al-masih dibunuh demi
ketentraman dan keselamatan, seluruh bangsajadi alasan pembunhannya bulran
karena Isa Al-masih di pandang salah, melainkan sebagai korban, mengorbankan
orang yang tak bersalah tidak bisa dibenarkan. Alasan tidak bisa dibenarkannya
pertama, karena semua orang memiliki hak hidup dan hak membela hidupnya. Kedua,
tak seorang pun boleh mendesak atau memaksa orang lain untuk mengorbankan
hidupnya. Ketiga, karena tak seorang pun dari mereka yang meyakini sahnya prinsip
itu (prinsip kaiphas) bahkan bersedia memperaktekkannya terhadap dirinya sediri.
Prinsip korban sebagai jalan keluar atas konflik pembangunan secara moral dan
hukum tidak bisa dibenarkan karena nilai keluhuran martabat manusia. Juga, sebab
nyawa satu orang saja tidak bisa digantikan dengan sebuah proyek pembangunan
waduk yang miliyaran rupiah nilainya. Juga, hukum untuk membasmi penganut
Ahmadiyah juga tidak bisa dibenarkan secara etis.
Tetapi keadilan hukum tidak hanya harus diwujudkan pada esensi isinya,
melainkan juga harus ditampilkan dalam kepastian prakteknya. Dalam sistem hukum
Pertama, dari kehendak kebanyakan, kedua dari pertimbangan kepentingan pribadi
yang berkuasa. Jika hukum direduksi sekedar pada kehendak masyarakat kebanyakan,
praktek hukum akan sangat gampang jatuh dalam anarkhaisme. Anarkhisme adalah
paham yang memuja kehendak atau opini umum publik lansung sebagai kebenaran
hukum. Contohnya : seorang X melakukan kesalahn A menurut hukum harus dijatuhi
satu tahun penjara. Tetapi, mendadak hukum diubah sepuluh tahun karena
kebanyakan orang tidak puas. Dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
ligkungan kerja dan keluarga X dihancurleburkan untuk memenhi kehendak
kebanyakan. Tindakan ini secara esensial tidak adil dan anarkis karena kebanyakan
(mayoritas) tidak sama dengan kebenaran hukum. Kehendak kebanyakan tidak boleh
lansung dipandang sebagai kebenaran hukum karena kehendak itu dapat tampil
sekedar sebagai sentiment dan emosi.
Keadilan harus jauh dari kait mengkait dengan emosi kehendak masa. Hal lain
yang harus dicegah untuk mempraktekkan hukum yang adil adalah dikaitkan
keputusan hukum dari kepentingan penguasa. Sebab, ini merupakan manipulasi
pelaksanaan hukum yang terarah kepada tindakan diktatorial. Kepastian praktek
hukum adil secara tegas sangat menentukan bagi pendidikan moral masyarakat yang
ditandai dengan aneka kekerasan dan terror di mana-mana mengalir dari kelambaran
dan ketidakpastian praktek hukum adil, segala sesuatu yang berhubungan dengan
dinamisme ritme jalinan hubungan antarmanusianya, haruslah ditata selaras dengan
prinsip-prinsip moral keadilan.
Para pendiri dan peletak dasar negara Indonesia memiliki formulasi yang sangat
tepat berhubungan dengan identitas negara Pancasila. Yaitu bahwa negara Pancasila
adalah negara hukum. Arti terdalam negara hukum pastilah bukan sekedar sebuah
negara yang penuh dengan aneka hukum. Negara hukum berarti negara yang tidak
saja menjunjung tinggi nilai kebanarn hukum yang adil, tetapi juga
mempraktekkannya (atau berusaha mempraktekannya) karen meyakini hubungan
lansung dan konkrit antar politik dan moral.
Referensi
Diktat Kewarganegaraan
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-politik.html
https://pengertianahli.id/2014/01/pengertian-keadilan-apa-itu-keadilan.html
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
DEWANTARA, A. W. (2016). GOTONG-ROYONG MENURUT SOEKARNO DALAM
PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN SUMBANGANNYA BAGI NASIONALISME
INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Anda mungkin juga menyukai