Anda di halaman 1dari 7

Teori Absolut

            Dasar pijakan dari teori ini adalah pembalasan. Inilah dasar pembenar dari
penjatuhan penderitaan berupa pidana itu pada penjahat. Negara berhak menjatuhkan
pidana karena penjahat tersebut telah melakukan penyerangan dan perkosaan pada hak
dan kepentingan hukum (pribadi, masyarakat atau negara) yang telah dilindungi. Oleh
karena itu harus diberikan pidana yang setimpal dengan perbuatan (kejahatan) yang
dilakukannya. Penjatuhan pidana yang pada dasarnya penderitaan pada penjahat
dibenarkan karena penjahat telah membuat penderitaan bagi orang lain. Tindakan
pembalasan di dalam penjatuhan pidana mempunyai dua arah:

1. Ditujukan pada penjahatnya (sudut subjektif dari pembalasan).


2. Ditujukan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan dendam dikalangan
masyarakat (sudut objektif dari pembalasan)
Teori Relatif atau Teori Tujuan
            Teori relatif atau teori tujuan berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana
adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Tujuan pidana
adalah tata tertib masyarakat, dan untuk menegakkan tata tertib itu diperlukan pidana.

            Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan, dengan tujuan
agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara. Ditinjau dari sudut pertahanan
masyarakat itu, pidana merupakan suatu yang terpaksa perlu diadakan.

            Untuk mencapai tujuan ketertiban masyarakat tadi, maka pidana itu
mempunyai tiga macam sifat, yaitu:

1. Bersifat menakut-nakuti (afschrikking)


2. Bersifat memperbaiki (verbetering/reclasering)
3. Bersifat membinasakan (onshadelijk maken)
Sementara itu, sifat pencegahan dari teori ini ada dua macam,yaitu:

Teori Pencegahan Umum


Menurut teori pencegahan umum ini pidana yang dijatuhkan kepada penjahat
ditujukan agar orang-orang umum menjadi takut untuk berbuat kejahatan. Penjahat
yang dijatuhi pidana itu dijadikan contoh oleh masyarakat agar masyarakat tidak
meniru dan melakukan perbuatan yang serupa dengan penjahat itu.

Jadi, menurut teori pencegahan ini, untuk mencapai dan mempertahankan tata tertib
masyarakat melalui pemidanaan, pelaksanaan pidana harus dilakukan secara kejam
dan di muka umum.

 Teori Pencegahan Khusus


Menurut teori ini, tujuan pidana ialah mencegah pelaku kejahatan yang telah dipidana
agar ia tidak mengulang lagi melakukan kejahatan, dan mencegah agar orang yang
telah berniat buruk untuk tidak mewujudkan niatnya itu ke dalam bentuk perbuatan
nyata. Tujuan itu dapat dicapai dengan jalan menjatuhkan pidana, yang sifatnya ada
tiga macam yaitu: a)Menakut-nakutinya; b) Memperbaikinya. c) Membuatnya
menjadi tidak berdaya.

 Teori Gabungan
Teori ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas pertahanan tata tertib
masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana.
Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai
berikut :

1. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan itu tidak


boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk dapatnya
dipertahankannya tata tertib masyarakat.
2. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat, tetapi
penderitaan atas dijatuhkannya pidana tidak boleh lebih berat daripada perbuatan
yang dilakukan terpidana.
Ruyati, Orang ke-28 yang Dipancung di Arab Saudi Tahun Ini

Ruyati, TKW asal Indonesia, adalah orang ke-28 yang dihukum pancung di
Arab Saudi. Hukuman pancung tersebut mendapat protes. (afp)
 
JAKARTA (LampostOnline): Pemancungan pada TKW Ruyati binti Sapubi, versi
lain menyebut Ruyati binti Saboti Saruna, melahirkan duka mendalam di Tanah
Air. Ruyati adalah orang ke-28 yang dihukum pancung di Arab Saudi.

"Pemancungan (Ruyati) di provinsi bagian barat Makkah membawa jumlah


eksekusi di kerajaan ultra-konservatif tersebut pada tahun ini menjadi 28, menurut
hitungan AFP berdasarkan laporan kelompok HAM," tulis AFP, Sabtu (18-6).

Kelompok HAM yang memantau hukuman pancung di Arab SAudi itu adalah
Amnesty International. Lembaga pemantau yang berpusat di London ini menyebut,
tahun lalu Saudi memancung 27 orang. Tahun ini, belum termasuk Ruyati, 27
orang juga telah dipancung. Sebanyak 15 orang dipancung pada bulan Mei sendiri.

Sedangkan pada tahun 2009, jumlah yang dieksekusi mencapai 67 orang,


sedangkan pada 2008 sebanyak 102 orang. Amnesty International mendesak
pemerintah Saudi menghentikan hukuman mati. Sementara tahun 2007, 158 orang
menghadapi tajamnya pedang.

Pemerkosaan, pembunuhan, pengingkaran pada agama/murtad, perampokan


bersenjata dan perdagangan narkoba, semua dihukum mati berdasarkan penafsiran
yang ketat pemerintah Arab Saudi yang menggunakan hukum syariah Islam.
Pernyataan dari Kemendagri Arab Saudi sebagaimana dilansir kantor berita Arab
Saudi, SPA, menyatakan, Ruyati dinyatakan bersalah membunuh Khairiya Hamid
binti Mijlid, dengan memukul berkali-kali di kepala dengan sebuah alat pemotong
daging dan menusuknya di leher.

Kemendagri tidak merinci motif peristiwa itu dan tidak menyebutkan kaitan kedua
perempuan itu. Namun berita yang berkembang, wanita yang dibunuh itu adalah
majikan Ruyati. Sebanyak 1,2 juta WNI bekerja sebagai TKI di luar negeri. Dari
jumlah itu, 70 persen berada di Arab Saudi.
Suami Istri Akan Dihukum Potong Tangan di Arab Saudi

Pamekasan, CyberNews. Sepasang suami istri Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal
Pamekasan, Madura dimasukan dalam penjara gelap dan terancam hukuman
potong tangan, di Arab Saudi.

Ancaman hukuman potong tangan itu lantaran pasangan suami istri bernama Hasin
Taufik bin Tasid (40) dan Sab'atun binti Jaulah (30) ini dituduh mencuri perhiasan
emas milik Said Bamusak, majikannya.

Kejadian ini terjadi 4 tahun lalu. Hingga kini pasangan tersebut diwajibkan untuk
membayar ganti rugi senilai Rp 250 juta.

Selama belum melunasi ganti rugi Rp 250 juta, pasutri itu wajib menjalani
hukuman penjara sejak peristiwa tuduhan perampokan itu terjadi pada September
2006 lalu. (dtc / CN32)

Angelina Sondakh Divonis 4,5 Tahun Penjara


JAKARTA—Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta hari
Kamis memvonis anggota Badan Anggaran DPR yang juga politikus Partai
Demokrat Angelina Patricia Pinkan Sondakh dengan empat tahun enam bulan
penjara dan denda Rp 250 juta.

Majelis hakim yang diketui oleh Sudjatmiko dalam pertimbangannya menyatakan


mantan puteri Indonesia itu terbukti menerima uang sebesar Rp 2,5 milliar dan 1,2
juta dolar Amerika dari PT Group Permai atas kesanggupannya menggiring proyek
di sejumlah Perguruan Tinggi.

Uang tersebut kata Hakim merupakan fee 5 persen yang telah disepakati Anggie
begitu Angelina Sondakh disapa dengan Mindo Rosalina Manulang, manajer di
perusahaan milik Nazaruddin itu. Uang tersebut diserahkan secara bertahap
sebanyak 4 kali.

Hakim juga menilai Angelina juga terbukti telah menyalahgunakan


kewenangannya sebagai anggota DPR.
Namun hakim juga menilai bahwa apa yang dilakukan Anggie dalam
kewenangannya sebagai anggota Badan Anggaran, tidak mungkin dia dapat
menyetujui penganggaran proyek seorang diri.

Vonis yang dijatuhkan oleh majelis hakim terhadap Angelina Sondakh ini jauh
lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang menginginkan dia dijatuhi
hukuman selama 12 tahun penjara. Selain itu, ia juga dituntut mengembalikan uang
hasil korupsi sebesar  Rp32 miliar kepada negara.

Hakim mengatakan salah satu pertimbangan yang meringankan vonis diantaranya


Angie memiliki jasa pernah mewakili bangsa dan negara diberbagai forum
nasional maupun internasional.

Sudjatmiko mengatakan, "Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada terdakwa


Angelina Pinkan Sondakh dengan pidana penjara selama 4 tahun dan 6 bulan dan
denda sebesar Rp250 juta. Dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar
diganti dengan pidana kurungan selama 6 bulan."

Dalam keterangan persnya usai persidangan Angelina Sondakh merasa lega dengan
putusan hakim itu tetapi dia mengaku belum bisa memutuskan apakah akan
melakukan banding atau tidak.

Angie juga mengaku dalam waktu dekat akan menginformasikan kepada aparat
penegak hukum beberapa titik lemah dari sistem yang ada yang memungkinkan
orang melakukan korupsi.

"Tetapi kalau sistem penganggaran maupun sistem politik yah harus dikoreksi
supaya tidak banyak membuat atau menciptakan peluang-peluang bagi orang untuk
terjebak dan dia tanpa sadar terseret dalam suatu permainan yang ternyata akhirnya
dia tahu koruptif," papar Angelina Sondakh.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Pemberatasan Korupsi Zulkarnaen 


menyatakan Jaksa Penuntut Umum dari KPK biasanya akan melakukan banding
atas putusan hakim  jika vonis hakim di bawah dua pertiga  dari tuntutan.
"Kalau dalam kasus-kasus seperti begini artinya dari sisi putusan di bawah dua
pertiga daripada tuntutan biasanya kita melakukan upaya hukum biasanya
melakukan banding," kata Zulkarnaen.

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Tama S. Langkun menyatakan KPK


harus terus mengungkap kasus-kasus korupsi besar termasuk yang melibatkan
politisi.

8 Terpidana Mati Narkoba Dieksekusi Serentak


Delapan terpidana mati kasus narkoba akhirnya diekseksi serentak oleh regu
tembak di penjara Nusakambangan Rabu (29/4) dinihari. Gelombang eksekusi
berikutnya 50 terpidana mati ditegaskan akan dilakukan tahun ini juga.

Delapan terpidana mati kasus narkoba akhirnya diekseksi serentak oleh regu
tembak di penjara Nusakambangan, Cilacap Rabu dinihari. Mereka didor regu
tembak setelah kontroversi panjang, upaya banding, grasi hingga tekanan
internasional terhadap presiden Joko Widodo.
Mereka yang ditembak mati adalah Andrew Chan dan Myuran Sukumaran warga
Australia anggota Bali Nine,tiga warga Nigeria, masing-masing Raheem Agbaje
Salami, Sylvester Obiekwe Nwolise dan Okwudili Oyatanze, seorang warga
Ghana, Martin Anderson seorang warga Brazil Rodrigo Galarte dan seorang warga
Indonesia, Zainal Abidin.
Sementara seorang perempuan warga Filipina, Mary Jane Veloso, dilaporkan batal
dieksekusi. Seorang terpidana mati warga Perancis, Serge Atlaoui untuk sementara
juga lolos dari regu tembak, karena mesih mengajukan peninjauan kembali.
Eksekusi oleh regu tembak Brimob Polri itu dilakukan pada pukul 00:18 WIB,
segera setelah batas waktu 72 jam berakhir, terhitung sejak surat pemberitahuan
resmi eksekusi disampaikan kepada terpidana mati.
Sesuai permintaan keluarga lima jenazah yang dieksekusi akan dikirim dan
disemayamkan di Jakarta. Yakni jasad Chan dan Sukumaran dua gembong Bali
Nine, kemudian jasad Nwolise warga Nigeria, jasadAnderson asal Ghana dan jasad
Gularte asal Brasil.
Mary Jane batal dieksekusi
Terpidana perempuan asal Filipina, Mary Jane Veloso batal dieksekusi terkait
adanya bukti hukum baru yang diajukan tim pengacara. Disebutkan, Mary Jane
bukan pelaku utama, melainkan hanya korban bandit perdagangan manusia.
Sebelumnya, sampai saat-saat terakhir, Presiden Filipina Benigno Aquino
memohon kepada pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi agar tidak
melaksanakan eksekusi terhadap warganya, Mary Jane Veloso, satu-satunya
perempuan dari sembilan orang yang akan dieksekusi. Inilah untuk ketiga kalinya,
Benigno Aquino meminta Jokowi membatalkan eksekusi mati Mary Jane.
Salah satu alasan yang dikemukakan Presiden Filipina adalah, Mary Jane justru
bisa menjadi saksi kunci dalam penyelidikan sindikat narkoba di Filipina. Seorang
perempuan yang disebut-sebut sebagai perekrut Mary Jane untuk membawa koper
berisi heroin ke Indonesia, diberitakan telah menyerahkan diri kepada aparat
keamanan Filipina.

Anda mungkin juga menyukai