Dasar pijakan dari teori ini adalah pembalasan. Inilah dasar pembenar dari
penjatuhan penderitaan berupa pidana itu pada penjahat. Negara berhak menjatuhkan
pidana karena penjahat tersebut telah melakukan penyerangan dan perkosaan pada hak
dan kepentingan hukum (pribadi, masyarakat atau negara) yang telah dilindungi. Oleh
karena itu harus diberikan pidana yang setimpal dengan perbuatan (kejahatan) yang
dilakukannya. Penjatuhan pidana yang pada dasarnya penderitaan pada penjahat
dibenarkan karena penjahat telah membuat penderitaan bagi orang lain. Tindakan
pembalasan di dalam penjatuhan pidana mempunyai dua arah:
Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan, dengan tujuan
agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara. Ditinjau dari sudut pertahanan
masyarakat itu, pidana merupakan suatu yang terpaksa perlu diadakan.
Untuk mencapai tujuan ketertiban masyarakat tadi, maka pidana itu
mempunyai tiga macam sifat, yaitu:
Jadi, menurut teori pencegahan ini, untuk mencapai dan mempertahankan tata tertib
masyarakat melalui pemidanaan, pelaksanaan pidana harus dilakukan secara kejam
dan di muka umum.
Teori Gabungan
Teori ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas pertahanan tata tertib
masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana.
Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai
berikut :
Ruyati, TKW asal Indonesia, adalah orang ke-28 yang dihukum pancung di
Arab Saudi. Hukuman pancung tersebut mendapat protes. (afp)
JAKARTA (LampostOnline): Pemancungan pada TKW Ruyati binti Sapubi, versi
lain menyebut Ruyati binti Saboti Saruna, melahirkan duka mendalam di Tanah
Air. Ruyati adalah orang ke-28 yang dihukum pancung di Arab Saudi.
Kelompok HAM yang memantau hukuman pancung di Arab SAudi itu adalah
Amnesty International. Lembaga pemantau yang berpusat di London ini menyebut,
tahun lalu Saudi memancung 27 orang. Tahun ini, belum termasuk Ruyati, 27
orang juga telah dipancung. Sebanyak 15 orang dipancung pada bulan Mei sendiri.
Kemendagri tidak merinci motif peristiwa itu dan tidak menyebutkan kaitan kedua
perempuan itu. Namun berita yang berkembang, wanita yang dibunuh itu adalah
majikan Ruyati. Sebanyak 1,2 juta WNI bekerja sebagai TKI di luar negeri. Dari
jumlah itu, 70 persen berada di Arab Saudi.
Suami Istri Akan Dihukum Potong Tangan di Arab Saudi
Pamekasan, CyberNews. Sepasang suami istri Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal
Pamekasan, Madura dimasukan dalam penjara gelap dan terancam hukuman
potong tangan, di Arab Saudi.
Ancaman hukuman potong tangan itu lantaran pasangan suami istri bernama Hasin
Taufik bin Tasid (40) dan Sab'atun binti Jaulah (30) ini dituduh mencuri perhiasan
emas milik Said Bamusak, majikannya.
Kejadian ini terjadi 4 tahun lalu. Hingga kini pasangan tersebut diwajibkan untuk
membayar ganti rugi senilai Rp 250 juta.
Selama belum melunasi ganti rugi Rp 250 juta, pasutri itu wajib menjalani
hukuman penjara sejak peristiwa tuduhan perampokan itu terjadi pada September
2006 lalu. (dtc / CN32)
Uang tersebut kata Hakim merupakan fee 5 persen yang telah disepakati Anggie
begitu Angelina Sondakh disapa dengan Mindo Rosalina Manulang, manajer di
perusahaan milik Nazaruddin itu. Uang tersebut diserahkan secara bertahap
sebanyak 4 kali.
Vonis yang dijatuhkan oleh majelis hakim terhadap Angelina Sondakh ini jauh
lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang menginginkan dia dijatuhi
hukuman selama 12 tahun penjara. Selain itu, ia juga dituntut mengembalikan uang
hasil korupsi sebesar Rp32 miliar kepada negara.
Dalam keterangan persnya usai persidangan Angelina Sondakh merasa lega dengan
putusan hakim itu tetapi dia mengaku belum bisa memutuskan apakah akan
melakukan banding atau tidak.
Angie juga mengaku dalam waktu dekat akan menginformasikan kepada aparat
penegak hukum beberapa titik lemah dari sistem yang ada yang memungkinkan
orang melakukan korupsi.
"Tetapi kalau sistem penganggaran maupun sistem politik yah harus dikoreksi
supaya tidak banyak membuat atau menciptakan peluang-peluang bagi orang untuk
terjebak dan dia tanpa sadar terseret dalam suatu permainan yang ternyata akhirnya
dia tahu koruptif," papar Angelina Sondakh.
Delapan terpidana mati kasus narkoba akhirnya diekseksi serentak oleh regu
tembak di penjara Nusakambangan, Cilacap Rabu dinihari. Mereka didor regu
tembak setelah kontroversi panjang, upaya banding, grasi hingga tekanan
internasional terhadap presiden Joko Widodo.
Mereka yang ditembak mati adalah Andrew Chan dan Myuran Sukumaran warga
Australia anggota Bali Nine,tiga warga Nigeria, masing-masing Raheem Agbaje
Salami, Sylvester Obiekwe Nwolise dan Okwudili Oyatanze, seorang warga
Ghana, Martin Anderson seorang warga Brazil Rodrigo Galarte dan seorang warga
Indonesia, Zainal Abidin.
Sementara seorang perempuan warga Filipina, Mary Jane Veloso, dilaporkan batal
dieksekusi. Seorang terpidana mati warga Perancis, Serge Atlaoui untuk sementara
juga lolos dari regu tembak, karena mesih mengajukan peninjauan kembali.
Eksekusi oleh regu tembak Brimob Polri itu dilakukan pada pukul 00:18 WIB,
segera setelah batas waktu 72 jam berakhir, terhitung sejak surat pemberitahuan
resmi eksekusi disampaikan kepada terpidana mati.
Sesuai permintaan keluarga lima jenazah yang dieksekusi akan dikirim dan
disemayamkan di Jakarta. Yakni jasad Chan dan Sukumaran dua gembong Bali
Nine, kemudian jasad Nwolise warga Nigeria, jasadAnderson asal Ghana dan jasad
Gularte asal Brasil.
Mary Jane batal dieksekusi
Terpidana perempuan asal Filipina, Mary Jane Veloso batal dieksekusi terkait
adanya bukti hukum baru yang diajukan tim pengacara. Disebutkan, Mary Jane
bukan pelaku utama, melainkan hanya korban bandit perdagangan manusia.
Sebelumnya, sampai saat-saat terakhir, Presiden Filipina Benigno Aquino
memohon kepada pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi agar tidak
melaksanakan eksekusi terhadap warganya, Mary Jane Veloso, satu-satunya
perempuan dari sembilan orang yang akan dieksekusi. Inilah untuk ketiga kalinya,
Benigno Aquino meminta Jokowi membatalkan eksekusi mati Mary Jane.
Salah satu alasan yang dikemukakan Presiden Filipina adalah, Mary Jane justru
bisa menjadi saksi kunci dalam penyelidikan sindikat narkoba di Filipina. Seorang
perempuan yang disebut-sebut sebagai perekrut Mary Jane untuk membawa koper
berisi heroin ke Indonesia, diberitakan telah menyerahkan diri kepada aparat
keamanan Filipina.