Anda di halaman 1dari 4

ALKALOIDA merupakan senyawa organik berbobot molekul kecil

mengandung nitrogen dan memiliki efek farmakologi pada


manusia dan hewan. Alkaloid termasuk ke dalam kelompok
senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai bahan obat
alami (Okzelia, 2017). Secara alamiah alkaloid disimpan di dalam
biji, buah, batang, akar, daun dan organ lain. Penamaan alkaloid
berasal dari kata alkalin, terminologi ini menjelaskan adanya
atom basa nitrogen. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Alkaloid mempunyai efek dalam bidang kesehatan berupa
pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa
sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan
lain-lain lain. Alkaloid ditemukan di dalam tanaman (contoh vinca
dan datura), hewan ( kerang) dan fungi. Alkaloid biasanya
diturunkan dari asam amino serta banyak alkaloid yang bersifat
racun. Namun, alkaloid juga banyak ditemukan untuk
pengobatan. Alkaloid merupakan golongan senyawa yang tidak
homogen, dipandang dari sudut kimia, biokimia, ataupun fisiologi,
tetapi mempunyai ciri dan sifat umum yang khas antara lain: 1.
Alkaloid kurang lebih merupakan senyawa yang kompleks yang
biasanya dihasilkan oleh tanaman dan jarang dihasilkan oleh
hewan. Namun, kebanyakan alkaloid sekarang merupakan hasil
dari sintesis. 2. Dalam molekulnya alkaloid mengandung atom
molekul N. Biasanya hanya satu molekul N, tetapi terdapat
beberapa alkaloid mengandung lebih dari satu molekul N, bahkan
sampai lima, misalnya alkaloid turunan imidazol (2), turunan
purin (4), ergotamin (5). N ini dapat dalam bentuk amina primer,
sekunder ataupun tersier. 3. Dalam biosintesisnya kebanyakan
alkaloid berasal dari asam amino. 4. Alkaloid bereaksi basa, hal
ini dikarenakan dalam ikatan atom nitrogen memberikan
pasangan elektron bebas. 5. Pada umumnya alkaloid basa larut
dalam pelarut organik relatif non polar dan susah larut dalam air
6. Kebanyakan alkaloid akan mengendap dengan beberapa
pereaksi, misalnya garam air raksa (Mayer), platina perak dan
lain-lain 7. Alkaloid dapat memberikan warna dengan beberapa
pereaksi tertentu. 8. Banyak alkaloid mempunyai aktivitas
biologi, misalnya kuinina (anti malaria), hiosiamin (antikolinergik)
9. Pada umumnya, alkaloid berasa pahit. Jika dilihat dari sudut
pandang farmasi, alkaloid dapat didefinisikan sebagai senyawa
bahan alam (natural product) seperti tanaman, hewan, bakteri
maupun jamur. Meskipun begitu, kandungan dan distribusi
terbesarnya terdapat didalam tanaman. Pada umumnya dalam
dosis kecil, alkaloid dapat memberikan aktivitas biologi yang
cukup kuat. Berbeda dengan protein, senyawa alkaloid adalah
senyawa metabolit sekunder, sedangkan protein adalah
metabolit primer. Senyawa alkaloid terdapat dalam 2 bentuk,
yaitu bentuk bebas/bentuk basa dan dalam bentuk garamnya.
Alkaloid dalam bentuk basa akan mudah larut dalam pelarut
organik seperti eter, kloroform, sedangkan senyawa alkaloid
dalam bentuk garam lebih mudah larut dalam air. Pada tanaman
alkaloid tersebar luas, tetapi sedikit dalam jamur-jamur (kecuali
ergot). Claviceps purpurea dalam Pteridophyta (hanya beberapa
jenis Lycopodium) dan dalam Gymnospermae (hanya jenis
Ephedra). Kegunaan alkaloid bagi tanaman adalah (1) sebagai zat
racun untuk melawan serangga maupun hewan herbivora; (2)
merupakan produk akhir reaksi detoksifikasi dalam metabolisme
tanaman; (3) regulasi faktor pertanaman; dan (4) sebagai
cadangan unsur nitrogen. Kandungan alkaloid dalam tanaman,
biasanya berbentuk cairan sel, jarang dalam bentuk bebas. Pada
umumnya, dalam bentuk garam (malat, sitrat, tartrat, dll) atau
dalam bentuk kombinasi dengan tanin. Jaringan hidup dan aktif
membentuk alkaloid, tetapi berbagai organ tertentu dari
tumbuhan dapat memebtnuk alkaloid dalam jumlah besar,
misalnya: (1) Akar: Aconitum, Belladonna, Hydrastis, Ipeca,
Rauwolfia, dll; (2) Kulit: Cinchona, Yohimbe, dll; (3) Daun:
Belladonna, Coca, Datura, Nicotiana, dll; (4) Buah : Papaver; (5)
Biji: Cacao, Kopi, Cola, dll. Alkaloid yang mengandung atom
oksigen pada umumnya berbentuk padat dan dapat dikristalkan
kecuali pilokarpin, arekolin, nikotin dan koniin cair dalam suhu
biasa. Banyak diantaranya berasa pahit, kadang-kadang
berwarna, misalnya berberin, sanguinarin, kheleritrin.
Kebanyakan alkaloid dapat memutar bidang polarisasi, tetapan
ini digunakan untuk penentuan kemurnian. Bila terdapat bentuk
dextra dan levo maka bentu levo mempunyai aktivitas biologi
lebih kuat.Untuk determinasi struktur, maka diperlukan adanya
spektrum UV, IM, RMI dan Massa. Alkaloid yang tidak
mengandung atom oksigen pada umumnya berupa cairan,
mudah menguap, dapat diuapkan dengan uap air, misalnya
koniin, nikotin, spartein. Mereka mempunyai bau yang kuat.
Umumnya, alkaloid basa kurang larut dalam pelarut air dan larut
dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkaloid dan
protoalkaloid mudah larut dalam air. Selain mengikuti tata nama
kimia, alkaloid biasanya diberi nama menurut beberapa
ketentuan berikut: (1) Nama genus dari tanaman penghasil
alkaloid, contoh hidrastina diperoleh dari tanaman Hydrastina
canadensis, atropina didapat dari Atropa belladonna.(2) Nama
spesies dari tanaman penghasil alkaloid, contoh kokaina dari
Erytroxylum coca, belladonina dari Atropa belladonna. (3) Nama
bahan atau bagian dari simplisia penghasil alkaloida seperti
ergotamin dihasilkan dari ergot. (4) Sesuai dengan aktivitas
farmakologis seperti morfina dan emetine. (5) Sesuai dengan
nama penemunya, seperti peletierina. Adapun ekstraksi dan
pemurnian alkaloid yang didasarkan atas sifat umum sebagai
berikut: a. Dalam tumbuhan alkaloid umumnya terdapat dalam
bentuk garam dengan asam hidroklorida atau asam organik,
terkadang juga terdapat dalam bentuk kombinasi terutama
dengan tanin. Bahan harus diserbuk untuk memudahkan pelarut
pengekstral menembus ke dalam sel dan untuk mengubah
alkaloid dari garamnya dengan memberikan larutan alkali. b.
Alkaloid basa pada umumnya tidak larut dalam pelarut air, tetapi
larut dalam pelarut organik kurang polar seperti kloroform, eter
dan sejenisnya. c. Garam alkaloid sebaliknya, pada umumnya
larut dalam pelarut air, alkohol-alkohol dan tidak larut dalam
pelarut yang kurang polar (Endarini, 2016).

Anda mungkin juga menyukai