Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan peradaban kota, kebutuhan akan sarana dan
prasarana semakin meningkat, seperti perkembangan pusat-pusat industri dan
meningkatnya volume kendaraan bermotor. Disisi lain, pembangunan pusat-pusat
industri juga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti penurunan
kualitas lingkungan berupa polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan polusi suara.
Dalam aktivitas produksinya, industri tersebut menyebabkan timbulnya polutan-
polutan yang dibebaskan dalam udara yang dapat menyebabkan pencemaran udara
(Pratiwi, 2006).
Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat
pencemar ke udara oleh aktivitas atau alam yang menyebabkan berubahnya
tatanan udara sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu dan tidak
dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Kep.02/Men-KLH/1988). Keberadaan
zat pencemar dalam udara dapat membahayakan makhluk hidup termasuk
manusia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan lima kota besar di Indonesia
terkait pemantauan pencemaran udara pada 1.082 kota di 91 negara. Hasilnya,
polusi udara di Kota Medan tercaeat yang paling tinggi melampaui Surabaya,
Bandung, Jakarta, dan Pekanbaru. Menurut WHO, penyebab tingginya tingkat
polusi udara bervariasi. Salah satunya yaitu penggunaan bahan bakar
transportasi/kendaraan bermotor (Anonim, 2011).
Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk kategori besar (Anonim,
2011), sehingga kebutuhan akan sarana transportasi/kendaraan bermotor yang
tinggi tak dapat dielakkan. Namun, hal itu berdampak pada kualitas hidup
masyarakat yang mengalami penurunan, disebabkan buangan bahan bakar
transportasi tersebut menambah tingkat pencemaran udara.
Pengetahuan tentang tingkat pencemaran udara apakah masih dalam
ambang batas toleransi sangat penting sebagai kontrol dalam pembatasan jumlah
kendaraan bermotor yang beroperasi.
Pemantauan kualitas udara dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pemantau kualitas udara atau dengan melakukan biomonitoring terhadap
keberadaan suatu bioindikator yang ada di lingkungan. Bioindikator adalah
organisme yang keberadaannya dapat digunakan untuk mendeteksi,
mengidentifikasi dan mengkualifikasikan pencemaran lingkungan (Conti dan
Cecchetti, 2000). Bioindikator sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Respon bioindikator terhadap keberadaan polutan seringkali lebih
mencerminkan dampak kumulatifnya terhadap fungsi dan keanekaragaman dari
lingkungan sekitar dibandingkan alat monitor (Jovan, 2008).
Lumut kerak atau lichenes adalah salah satu organisme yang digunakan
sebagai bioindikator pencemaran udara. Hal ini disebabkan lichen sangat sensitif
terhadap pencemaran udara, memiliki sebaran geografis yang luas (kecuali di
daerah perairan), keberadaannya melimpah, sesil, perennial, memiliki bentuk
morfologi yang relatif tetap dalam jangka waktu yang lama dan tidak memiliki
lapisan kutikula sehingga lichenes dapat menyerap gas dan partikel polutan secara
langsung melalui permukaan talusnya. Penggunaan lichenes sebagai bioindikator
dinilai lebih efisien dibandingkan menggunakan alat atau mesin indikator ambien
yang dalam pengoperasiannya memerlukan biaya yang besar dan penanganan
khusus (Loopi et.al, 2002).
Struktur morfologi lichenes yang tidak memiliki lapisan kutikula, stomata
dan organ absorptif, memaksa lichenes untuk bertahan hidup di bawah cekaman
polutan yang terdapat di udara. Jenis lichenes yang toleran dapat bertahan hidup
di daerah dengan kondisi lingkungan yang udaranya tercemar. Sementara itu, jenis
lichenes yang sensitif biasanya tidak dapat ditemukan pada daerah dengan kualitas
udara yang buruk. Perbedaan sensitifitas lichenes terhadap polusi udara berkaitan
erat dengan kemampuannya mengakumulasi polutan (Conti dan Ceccheti, 2000).
Sensitifitas lichenes terhadap pencemaran udara dapat dilihat melalui
perubahan keanekaragamannya dan akumulasi polutan pada talusnya.
Pemanfaatan lichenes sebagai bioindikator telah digunakan di berbagai kota di
Indonesia seperti di Jakarta (Pratiwi, 2006), Semarang (Jamhari, 2009), Bandung
(Taufikurahman et. al, 2010) hingga di luar negeri seperti di Thailand (Saipunkew
et. al, 2005) dan Jepang (Ohmura et. al, 2009) (Panjaitan et al, 2013).
Pemanfaatan ini hendaknya digunakan juga dikota-kota lain, agar kualitas hidup
di perkotaan dapat lebih terpantau, sehingga pembangunan fisik (penyediaan
sarana) dapat dikontrol. Karena itu, penulis tergerak untuk melakukan penelitian
di kota Medan, khususnya di Medan, yaitu “Studi Keberadaan Lichenes sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara di Kota Medan.”

1.2 Batasan Masalah


Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini dibatasi hanya pada kajian
keanekaragaman, morfologi, distribusi, dan habitat lichenes serta beberapa faktor
lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, dan
kandungan udara ambien, seperti CO, CO2, NO2, SO2) di Kota Medan.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keanekaragaman lichenes sebagai bioindikator pencemaran
udara di Kota Medan?
2. Bagaimana morfologi lichenes sebagai bioindikator pencemaran udara di
Kota Medan?
3. Bagaimana pola distribusi lichenes sebagai bioindikator pencemaran udara
di Kota Medan?
4. Bagaimana pengaruh faktor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban,
intensitas cahaya, kecepatan angin, dan kandungan udara ambien, seperti
CO, CO2, NO2, SO2) terhadap pertumbuhaan lichenes?
5. Apakah kepadatan lalu lintas dapat mempengaruhi pertumbuhan lichenes?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keanekaragaman lichenes sebagai bioindikator
pencemaran udara di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui morfologi lichenes sebagai bioindikator pencemaran
udara di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui pola distribusi lichenes sebagai bioindikator
pencemaran udara di Kota Medan.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban,
intensitas cahaya, kecepatan angin, dan kandungan udara ambien, seperti
CO, CO2, NO2, SO2) terhadap pertumbuhaan lichenes.
5. Untuk mengetahui pengaruh kepadatan lalu lintas terhadap pertumbuhaan
lichenes.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi tentang lichenes sebagai bioindikator
pencemaran udara di Kota Medan.
2. Sebagai data pendukung atau referensi tambahan bagi peneliti lain sebagai
penelitian lanjutan.

1.6 Definisi Operasional


Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan dua organisme yaitu antara
fungi (jamur) dan tumbuhan yang berwarna hijau yang disebut ganggang
(alga), sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan.
Ganggang mampu menghasilkan makanan untuk jamur sebab warna hijau
yang dimilikinya membuat ganggang dapat melakukan proses
fotosintesis/memasak makanan. Sementara itu, jamur berperan memberi
perlindungan terhadap kekeringan.
Bioindikator adalah organisme yang keberadaannya dapat digunakan
untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan mengkualifikasikan pencemaran
lingkungan.
Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat
pencemar ke udara oleh aktivitas atau alam yang menyebabkan
berubahnya tatanan udara sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat
tertentu dan tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini
merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang
bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi, di daerah
dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau
Toba.

Anda mungkin juga menyukai

  • bn287 2016
    bn287 2016
    Dokumen21 halaman
    bn287 2016
    HaryaniNurRahmah
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan Ke-11&12
    Pertemuan Ke-11&12
    Dokumen32 halaman
    Pertemuan Ke-11&12
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Presentation LCA
    Presentation LCA
    Dokumen18 halaman
    Presentation LCA
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Modul 1 Kuliah Dasar-Dasar Perenc. Peng. Sampah
    Modul 1 Kuliah Dasar-Dasar Perenc. Peng. Sampah
    Dokumen34 halaman
    Modul 1 Kuliah Dasar-Dasar Perenc. Peng. Sampah
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Minggu 2.-TIPE-DAN-SUMBER-PEMBANGKIT-LIMBAH PDF
    Minggu 2.-TIPE-DAN-SUMBER-PEMBANGKIT-LIMBAH PDF
    Dokumen28 halaman
    Minggu 2.-TIPE-DAN-SUMBER-PEMBANGKIT-LIMBAH PDF
    ruth
    Belum ada peringkat
  • RENDI
    RENDI
    Dokumen16 halaman
    RENDI
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Persentase Pelayanan
    Persentase Pelayanan
    Dokumen4 halaman
    Persentase Pelayanan
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 PDF
    Bab 2 PDF
    Dokumen12 halaman
    Bab 2 PDF
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Jurnal PDF
    Jurnal PDF
    Dokumen6 halaman
    Jurnal PDF
    Hamba Allah
    Belum ada peringkat
  • Drainase Aspek Hidraulika
    Drainase Aspek Hidraulika
    Dokumen6 halaman
    Drainase Aspek Hidraulika
    ghifari
    Belum ada peringkat
  • Bab I PDF
    Bab I PDF
    Dokumen5 halaman
    Bab I PDF
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Jaringan Pemipaan II
    Jaringan Pemipaan II
    Dokumen21 halaman
    Jaringan Pemipaan II
    Mudwarrior
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen7 halaman
    Daftar Isi
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Mekflud 6 PDF
    Mekflud 6 PDF
    Dokumen10 halaman
    Mekflud 6 PDF
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Mekflud 7
    Mekflud 7
    Dokumen29 halaman
    Mekflud 7
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Tugas PLB3 160320
    Tugas PLB3 160320
    Dokumen8 halaman
    Tugas PLB3 160320
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Bioindikator Kualitas Udara
    Bioindikator Kualitas Udara
    Dokumen18 halaman
    Bioindikator Kualitas Udara
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Program 3 R Untuk b3 New PDF
    Program 3 R Untuk b3 New PDF
    Dokumen45 halaman
    Program 3 R Untuk b3 New PDF
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Desain 6
    Desain 6
    Dokumen2 halaman
    Desain 6
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Disinfeksi
    Disinfeksi
    Dokumen6 halaman
    Disinfeksi
    IGD RSUD Kota Kendari
    Belum ada peringkat
  • Konsep Bioindikator
    Konsep Bioindikator
    Dokumen14 halaman
    Konsep Bioindikator
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Bioindikator Udara 2
    Bioindikator Udara 2
    Dokumen8 halaman
    Bioindikator Udara 2
    Indah Trisnaning
    Belum ada peringkat
  • Analisa Parkir
    Analisa Parkir
    Dokumen44 halaman
    Analisa Parkir
    Ahmat Akbar
    Belum ada peringkat
  • 20b PDF
    20b PDF
    Dokumen7 halaman
    20b PDF
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Kinerja Lingkungan
    Evaluasi Kinerja Lingkungan
    Dokumen16 halaman
    Evaluasi Kinerja Lingkungan
    Nolia Eka Safitri
    100% (1)
  • Program 3 R Untuk b3 New PDF
    Program 3 R Untuk b3 New PDF
    Dokumen45 halaman
    Program 3 R Untuk b3 New PDF
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat
  • 414 771 1 SM
    414 771 1 SM
    Dokumen4 halaman
    414 771 1 SM
    Ika Dewi
    Belum ada peringkat
  • 20b PDF
    20b PDF
    Dokumen7 halaman
    20b PDF
    Dwina ira arrazzaaq Irawan
    Belum ada peringkat