Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN

“Modifikasi Tanah”

Dosen Pembimbing:

Gustomo Yamistada,S.Pd,M.Sc

NIP.197612032000121001

Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu

tugas mata kuliah penyehatan tanah

DISUSUN OLEH

1. Fachri Ridho Ramadhan (PO 71330180010)


2. Ilham Mustafa Kamal (PO 71330180011)
3. Mawar Agustin (PO 71330180014)
4. Meilanda Ulandari (PO 71330180015)
5. Mirnawati (PO 71330180016)
6. Misroni Herawati Harahap (PO 71330180017)
7. Nabila Hardini (PO 71330180019)
8. Nabila Nurjannah (PO 71330180020)
9. Nur Annisa Putri (PO 71330180021)

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah : Penyehatan Tanah

Jenis Praktek : Modifikasi Tanah

Tanggal : 28 November 2019

Waktu : 09.00 s/d selesai

Lokasi : RT. 28 Kel. Paal Merah Kec. Jambi Selatan, Kota Jambi

Laporan praktik ini telah di susun untuk memenuhi tuga praktik mata kuliah
Penyehatan Tanah tentang “Modifikasi Tanah” Di RT. 28 Kel. Paal Merah Kec.
Jambi Selatan, Kota Jambi. Dan telah disetujui dan di tandatangani oleh :

Jambi, 2019

Mengetahui,

Dosen Pengampu Dosen Pembimbing

(SUPARMI, S.Pd, MPH ) (Gustomo Yamistada,S.Pd,M.Sc)

NIP: 197509292001122003 NIP : 197612032000121001

Dosen Pendidikan

(Sondang Siahaan, S.Pd, M.Si)

NIP. 196606171988032022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
yang berjudul “ Modifikasi Tanah” pada mata kuliah Penyehatan tanah. Ucapan
terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini .

Kami menyadari bahwa di dalam penyelesaian laporan ini masih jauh dari
sempurna , maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dan memberi
dorongan kepada kami agar dilain waktu kami dapat membuat dan
menyempurnakan laporan berikutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua
pihak khususnya yang membutuhkan informasi tentang Modifikasi Tanah.

Jambi, 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang


Tumbuhan merupakan organisme multiseluler yang bersifat autotrof.
Tumbuhan berperan penting dalam rantai makanan sebagai produsen. Ilmu yang
mempelajari dunia tumbuhan di sebut sebagai ilmu botani. Ilmu botani mencangkup
beberapa kajian seperti bentuk tumbuhan yang tampak dari luar (morfologi), struktur
penyusus tumbuhan dari dalam (anatomi), kekerabatan tumbuhan (taksonomi),
fungsi organ-organ tumbuhan (fisiologia), tumbuhan dan lingkungannya (ekologi),
serta beberapa kajian khusus yang lebih spesifik. Setiap kajian bersangkan satu
sama lain, sehingga dalam mempelajari tumbuhan diperlukan pengetahuan yang
menyeluruh.Jika kita mengamati tumbuhan, kita akan berasumsi bahwa tumbuhan
hanya terdiri dari tiga bagian pokok yaitu daun, akar dan batang. Pada suatu
keadaan struktur pokok tersebut dapat berubah dan berkembang menjadi struktur
baru, sebagai adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan. Misalnya, pada daerah
kering daun-daun akan berubah menjadi duri yang bertujuan untuk mengurangi
penguapan air yang terjadi melalui daun (transpirasi) (Rosanti, 2013;117). Jika kita
mengamati tumbuhan, kita akan berasumsi bahwa tumbuhan hanya terdiri dari tiga
bagian pokok yaitu daun, akar dan batang.  Pada suatu keadaan struktur pokok
tersebut dapat berubah dan berkembang menjadi struktur baru, sebagai adaptasi
tumbuhan terhadap lingkungan. Misalnya, pada daerah kering daun-daun akan
berubah menjadi duri yang bertujuan untuk mengurangi penguapan air yang terjadi
melalui daun (transpirasi) (Rosanti, 2013;117).

Lahan adalah suatu luasan di permukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu


yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, serta hasil kegiatan
manusia masa lalu, sekarang sampai pada tingkat tertentumempunyai pengaruh
yang berarti terhadap pengunaan lahan oleh manusia kini dan manusia masa datang
(FAO, 1976 dalam Budiyantoro, 1992). Selanjutnya pada perencanaan penggunaan
lahan pertanian harus dilakukan proses penaksiran potensi lahan untuk tujuan
penelitian, yang meliputi interpretasi dan survei bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim
dan aspek-aspek lainya, sampai tingkatan mengidentifikasi dan membuat
perbandingan jenis tanaman yang diperbolehkannya. Survey tanah adalah suatu
cara atau metode untuk mengevaluasi lahan guna mendapatkan data langsung dari
lapangan. Kegiatan servey terdiri dari kegiatan lapangan, membuat analisis data,
interpretasi terhadap tujuan dan membuat laporan survey. Survey tanah menurut
merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun
di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan maupun khusus
(Abdullah, 1993).Wujud dari penggunaan lahan diantaranya untuk pertanian,
pemukiman, industri maupun untuk sarana lain baik dalam ruang lingkup fisik
maupun sosial ekonomi.

Penggunaan lahan merupakan segala kegiatan manusia terhadap lahan


untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan hidupnya. Indonesia sebagai negara
agraris dimana sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai orang yang
berkecimpung dalam bidang pertanian, maka usaha usaha penggunaan lahan untuk
keperluan produksi untuk pertanian harus di perhatikan secara seksama dalam
mencapai produksi pertanian secara maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut
yaitu peningkatan produksi pertanian, tanaman yang akan di usahakan pada suatu
lahan harus disesuaikan dengan kelas kesesuaian lahanya. Kesesuaian lahan
adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Sitorus,
1985). Suatu usaha pertanian syarat keberhasilanya sangat ditentukan oleh
kesesuaian lahan yang menjadi media tanam Contoh lain modifikasi adalah,
perubahan akar pada tumbuhan yang hidup didaerah pasang surut, di mana akar
selalu terendam air dalam waktu yang lama. Agar tumbuhan tidak mati karena
membusuk, akar akan berubah bentuknya menjadi beberapa tipe adaptasi.
Perubahan seperti ini disebut metamorfosis tumbuhan. Karena tumbuhan
merupakan individu yang tidak bergerak maka metamorfosis diganti menjadi
modifikasi.Selain itu, adapula alat-alat tambahan yang merupakan modifikasi
tumbuhan yang bukan berasal dari tiga struktur pokok tumbuhan tersebut. Sehingga,
struktur-struktur yang terbentuk tidak dianggap sebagai modifikasi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pembuatan modifikasi tanah untuk sayur buah?

2. Bagaimana cara pembuatan modifikasi tanah untuk sayur daun?

1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan lahan untuk sayur buah dan
sayur daun

2. agar mahasiswa bisa menerapkan modifikasi tanah serta membagikan ilmunya ke


masyarakat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah

Tanah merupakan kumpulan-kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan


tidak terikat antara satu dengan yang lain, diantaranya mungkin material organik
rongga-rongga diantara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef,1994).
Sedangkan Tanah (soil) menurut teknik sipil dapat didefinisikan sebagai sisa atau
produk yang dibawa dari pelapukan batuan dalam proses geologi yang dapat digali
tanpa peledakan dan dapat ditembus dengan peralatan pengambilan contoh
(sampling) pada saat pemboran. (Hendarsin, 2000).Tanah adalah material yang
terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama
lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan
gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das,
1988). Selain itu dalam arti lain tanah merupakan akumulasi partikel mineral atau
ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan (Craig,1991).
Tanah juga didefinisikan sebagai akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai
atau lemah ikatan partikelnya, yang terbentuk karena mempunyai atau lemah ikatan
partikelnya, yang terbentuk karena pelapuk dari batuan. Diantara partikel-partikel
tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori yang berisi air dan udara.

Tanah menurut Bowles (1989) adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari
salah satu atau seluruh jenis berikut :

1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih besar
dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250 mm,
fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).

2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.

3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm, berkisar
dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).

4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm. Lanau
dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan
ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara sungai.
5. Lempung (clay), partikel mineral berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-
partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.

6. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil dari
0,001 mm.

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan pemakainannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang
mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat
bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995). Sistem klasifikasi tanah
dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisik
tanah serta mengelompokkannya sesuai dengan perilaku

umum dari tanah tersebut. Tanah-tanah yang dikelompokkan dalam urutan


berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk
menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk
menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya
dalam bentuk berupa data dasar. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang
lebih terinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian
untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan
tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989). Jenis dan sifat tanah yang sangat
bervariasi ditentukan oleh perbandingan banyak fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan
lempung), sifat plastisitas butir halus. Klasifikasi bermaksud membagi tanah menjadi
beberapa golongan tanah dengan kondisi dan sifat yang serupa diberi simbol nama
yang sama.

2.2. Modifikasi Tanah

Istilah modifikasi digunakan untuk menggambarkan suatu proses stabilisasi


yang hanya ditujukan untuk perbaikan sifat-sifat tanah, tapi tidak ditujukan untuk
menambah kekuatan maupun keawetan tanah. Tujuan dilakukan modifikasi tanah
dasar adalah untuk menciptakan landasan kerja bagi alat berat, dengan tanpa
memperhatikan pengaruh modifikasi tanah tersebut terhadap hitungan perancangan
perkerasan. Walaupun sebenarnya modifikasi tanah juga menunjukkan proses
stabilisasi, namun tujuan utamanya lebih mengarah untuk perbaikan sifat-sifat teknis
tanah, misalnya mereduksi plastisitas, mempertinggi kemudahan dikerjakan dan
mengurangi potensi pengembangan. Maksud dari stabilisasi tanah adalah untuk
menambah kapasitas dukung tanah dan kenaikan kekuatan yang akan
diperhitungkan pada proses perancangan tebal perkerasan. Karena itu, stabilisasi
tanah membutuhkan metode perancangan dan pelaksanaan yang lebih teliti
dibandingkan dengan modifikasi tanah. Banyak material tanah di lapangan tidak
dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pengerjaan konstruksi. Kondisi
material tanah yang tidak memenuhi syarat ini dapat diperbaiki sifat teknisnya
sehingga kekuatannya meningkat.Memperbaiki sifatsifat tanah dapat dilakukan
dengan cara, yaitu cara pemadatan (secara teknis), mencampur dengan tanah lain,
mencampur dengan semen, kapur atau belerang (secara kimiawi), pemanasan
dengan temperaturtinggi, dan lain sebagainya. Usaha-usaha stabilisasi tanah telah
lama dilakukan penelitian dan pelaksanaan baik secara tradisional maupun dengan
beberapa teknologi. Stabilisasi tanah biasanya dilakukan untuk perbaikan lapisan
tanah lantai kerja, badan jalan, bendungan, konstruksi timbunan dan sebagainya.
Prinsip usaha stabilisasi tanah ialah menambah kekuatan lapisan tanah sehingga
bahaya keruntuhan diperkecil. Peningkatan kekuatan ini dikaji dari perubahan
tegangan. Menurut Ingels dan Metcalf (1972), sifat-sifat tanah yang diperbaiki
dengan stabilisasi dapat meliputi kestabilan volume, kekuatan/daya dukung,
permeabilitas, dan kekekalan/keawetan. Dan menurut Ingles dan Metcalf (1972)
stabilisasi kapur dapat mengubah tanah menjadi gumpalan-gumpalan partikel.
Banyaknya kapur yang digunakan berkisar antara 5-10%, yang menghasilkan
konsentrasi ion kalsium lebih besar dari yang diperlukan sebenarnya. Sedangkan
pada penelitian ini pada abu cangkang sawit terdapat unsur CaO yang kadar
kapurnya sebesar 1,54%, sedangkan pencampuran lempung dan abu cangkang
sawit memiliki kadar CaO sebesar 1,74% ini menunjukkan kenaikan yang hanya
sedikit sekitar 20%.
BAB III

METODE KERJA

3.1. PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Waktu
Kegiatan praktikum Penyehatan Tanah dilaksanakan pada kamis 28 November
2019 pukul 09.00 WIB

B. Lokasi
Kegiatan praktikum Penyehatan Tanah dilaksanakan di

c. Alat dan Bahan


Alat :
 Cangkul
 Plastik mulsa
 Bibit tanaman
 Kaleng sarden
 Pupuk kendang
Bahan
 Air
 Agrimex
 Insektisida/Prepaton
 Pupuk NPK

3.2. PROSEDUR KERJA

1. Tentukan lokasi yang akan ditanami oleh sayuran buah atau sayuran daun

2. Setelah itu buang rumput yang terdapat disekitar lokasi tersebut dengan cara
dicangkul atau dibajak sampai permukaan tanah menjadi rata
3. Setelah permukaan tanah rata selanjutnya buatlah bedengan sepanjang 10m
dengan kedalaman parit 5 cm

4. Setelah bedengan selesai selanjutnya masukkan kapur dolmit kedalam parit, lalu
tambahkan lagi pupuk kandang sebanyak 8-10 karung untuk 10 meter bedengan
tersebut.

5. Selanjutnya apabila tidak hujan, siram parit tersebut dengan menggunakan air
agar menyatu dengan tanah

6. Lalu tambahkan lagi pupuk NPK sebanyak 1 ons dengan cara disebar sepanjang
1m bedengan, selanjutnya siram kembali dengan air dan ditutup dengan tanah yang
dibuat menggunung dengan ketinggian 20-30 cm.

7. Setelah itu tutup tanah tersebut dengan menggunakan pelastik mulsa dengan
tujuan agar tanah tidak mudah erosi saat musim hujan tiba dan agar pupuk tidak
hilang serta mengurangi rumput yang akan mengganggu proses penanaman

8. Kemudian beri lubang pelastik mulsa dengan menggunakan kaleng sarden atau
bisa juga dengan alat fitroli. lalu semai sayuran buah jenis cabai kedalam lobang
tersebut

9. Jika tanaman cabai sudah tumbuh selama 20 hari, selanjutnya beri pupuk NPK
cair sebanyak 1,5 kg dengan cara disiram dibagian batang cabai sebanyak 10x
dalam sehari dan dilakukan sampai tanaman siap panen

10. Selanjutya tambahkan agrimex untuk menghilangkan debu yang sering


menempel di daun pada tanaman buah agar tidak di serang lalat buah.

11. Satu parit adalah untuk satu jenis tanaman untuk jenis sayuran buah

12. Untuk jenis sayuran jenis daun, langkah yang dilakukan dalam membuat
bedengan dan parit sama halnya dengan sayuran jenis buah bedanya tanaman
sayur daun tidak perlu menggunkan pelastik mulsa karena proses penanaman yang
memerlukan waktu pendek

13. selnjutnya semai bibit sawi di pinggiran sebanyak 5 bungkus ( 1 bungkus seberat
25g) kedalam 5 bedengan yang telah dibuat sepanjang 10 m
14. Lalu setelah 10 hari buatlah lahan dengan cara dibajak untuk memindahkan sawi
yang telah tumbuh tadi

15. Pindahkan sawi ke lokasi sebelahnya dengan cara ambil bibit yang lebih besar

16. Setelah dipindahkan, beri pupuk kandang sesuai selera, lalu tambahkan pupuk
urea( boleh di tabur/di semprot) dengan syarat saat menabur urea pada waktu sore
hari dan tidak boleh saat hujan

17. Jika tanaman sudah berumur 1 minggu tambahkan pupuk NPK selanjutnya tutup
dengan pupuk kandang lalu jika musim hujan semprot dengan insex atau prepaton
lakukan sampai proses pemanenan

18. Apabila sayur daun jenis selada berbedan dengan sawi, tanaman selada
memerlukan 15 cm jarak paritnya dan harus dengan penyemprotan insektisida
sebanyak 1x sampai panen..

19. Satu parit jenis sayur daun boleh dimodifikasi dengan jenis sayur daun lainynya,
misalnya sawi di modifikasi dengan daun kemangi

20. Perbedaan proses penanaman sayur buah dan sayur daun terletak pada jenis
sayur buah yang tidak dapat di modifikasi dengan tanaman lain saat penenaman
sedangkan jenis saur daun bisa di modifikasi dengan jenis sayur daun lainnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMABAHASAN

4.1. HASIL

Masa pertumbuhan

Buah Melon

Sayur Bayam

Hasil penanaman jenis sayur buah yang siap untuk dipanen : Pare dan Cabe
Hasil penanaman jenis sayur daun yang siap untuk dipanen :

Hasil penanaman jenis sayur daun yang telah dipindahkan tempat :

4.2 PEMBAHASAN
Modifikasi tanah yang dilakukan pada tanaman sayur buah dan tanaman
sayur daun tidaklah sama. Pada modifikasi tanaman sayur buah tidak dapat
dilakukan karena proses penanaman jenis tanaman sayur buah ini memerlukan
waktu yang begitu panjang sehingga prosesnya berbeda dengan proses penanaman
jenis sayur buah daun.Pada modifikasi tanah pada tanaman sayur buah harus
memerlukan pelastik mulsa yang berguna untuk menghambat rumput yang tumbuh
disekitar tanaman, karena apabila rumput tumbuh akan menganggu proses
penanaman tumbuhan sayur buah, selain menghambat pertumbuhan rumput,
pelastik mulsa juga berguna untuk menahan pupuk agar tidak hilang saat terjadi
hujan dan menahan tanah saat terjadi erosi. Modifikasi tanah hanya bisa dilakukan
pada tanaman sayur daun, karena tanaman sayur daun memiliki proses penanaman
yang tidak begitu lama atau sebentar, berbanding terbalik dengan penanaman sayur
buah yang memiliki proses penanaman yang begitu lama.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tanaman sayur buah dalam penanaman nya tidak bisa di modifikasi dengan
tanaman yang lain, sedangkan tanaman sayur daun bisa di modifikasi dengan
tanaman sayur daun lain setelah panen. Penanaman sayur buah harus
menggunakan plastik mulsa agar tanah tidak erosi pada musim hujan sedangkan
tanaman sayur daun tidak perlu menggunakan plastik mulsa.

5.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami mengenai modifikasi tanah dalam


penanaman sayur buah dan sayur serta mahasiswa dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari serta menyalurkan informasi mengenai modifikasi tanah ini ke
masyarakat.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai