Anda di halaman 1dari 16

DIFUSI, EFUSI, HUKUM KOHLRAUSCH DAN TEORI THE DEBYE-

HUCKEL-OSANGER

Dosen Pengampu

Erwin Prasetya Toepak S.Si., M.Si

Disusun oleh:

Ici Nitriany
Idam Sulastri Telaumbanua
Jumiati
Raya Uli sitorus
Rey Kamala Dewi

Jurusan
KIMIA

Universitas Palangka raya


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alama
Jurusan Kimia
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Kinetika Kimia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Difusi, Efusi, Hukum Kohlrausch dan Teori The Debya-Huckel-Onsanger bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Erwin Prasetya Toepak S.Si., M.Si yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat memnambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 05 April 2020

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 1
C. Tujuan................................................................................ 1

BAB II : PEMBAHASAN....................................................................... 2

A. Difusi................................................................................... 2
B. Efusi.................................................................................... 4
C. Hukum Kohlrausch............................................................. 6
D. Teori The Debye-Huckel-Osanger...................................... 7

BAB II : Penutup...................................................................................... 11

A. Kesimpulan........................................................................ 11
B. Saran ................................................................................. 11

Daftar Pustaka................................................................................................... 12

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses difusi akan terus terjadi hingga semua zat tersebar secara merata dan seimbang.
Proses ini terjadi karena adanya pergerakan partikel suatu zat cair, padat maupun gas.
Difusi juga dapat diartikan sebagai pergerakan suatu zat dari area konsentrasi tinggi ke
area konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi dalam cairan dan gas karena partikel-
partikelnya bergerak secara acak dari satu tempat ke tempat lain. . Efusi gas adalah
perpindahan gas dari daerah dengan tekanan yang lebih besar ke daerah dengan tekanan
yang lebih kecil. Kesesuaian hasil pengamatan Graham ini memberikan dukungan bagi
teori kinetika gas. Hukum Graham dapat diterapkan pada efusi campuran dua gas melalui
sebuah lubang kecil. Kohlrausch mengamati keteraturan tertentu sambil membandingkan
nilai pembatasan konduktivitas molar dari beberapa elektrolit yang kuat. Atas dasar
pengamatannya, Kohlrausch mengusulkan "membatasi konduktivitas molar elektrolit
dapat direpresentasikan sebagai jumlah kontribusi individu anion dan kation elektrolit".
Hukum ini dikenal sebagai hukum Kohlrausch tentang migrasi independen ion. Teori
Debye-Huckle menjelaskan bahwa kenaikan konduktivitas larutan elektrolit kuat terhadap
pengenceran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan difusi
2. Bagaimana penerapan efusi
3. Bagaimana penerapan Hukum Kohlrausch
4. Bagaimana penerapan Teori The Debye-Huckel-Osanger
C. Tujuan
Tujuan mempelajari materi ini adalah
1. Mengetahui pengertian dan proses difusi
2. Mengetahui hukum dan penerapan efusi
3. Mengetahui Hukum Kohlrausch
4. Mengetahui Teori The Debye-Huckel-Osanger

1
BAB II PEMBAHASAN
A. Difusi
Pengertian Difusi
Difusi merupakan salah satu peristiwa zat yang ada didalam pelarut berpindah atau
mengalir, dari bagian yang memiliki konsentrasi tinggi ke bagian yang memiliki
konsentrasi rendah. Proses difusi akan terus terjadi hingga semua zat tersebar secara
merata dan seimbang. Proses ini terjadi karena adanya pergerakan partikel suatu zat cair,
padat maupun gas. Difusi juga dapat diartikan sebagai pergerakan suatu zat dari area
konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi dalam cairan dan gas
karena partikel-partikelnya bergerak secara acak dari satu tempat ke tempat lain. Difusi
adalah proses penting bagi makhluk hidup; ini adalah bagaimana zat bergerak masuk dan
keluar sel. Inilah penjelasan mengenai proses difusi dan contoh difusi dalam kehidupan
sehari-hari.

Menjadi fenomena fisik universal, difusi terjadi di seluruh kehidupan sehari-hari. Berikut
adalah beberapa contoh penting.
1. Balon
Pernah perhatikan bagaimana balon helium perlahan-lahan kehilangan daya angkatnya?
Itu karena helium secara bertahap menyebar dari lingkungan yang kaya helium di dalam
balon ke lingkungan helium-miskin di udara luar.
2. Pewarna makanan
Setetes pewarna makanan dalam segelas cat air air melalui difusi. Molekul pewarna
perlahan-lahan menyebar secara merata melalui cairan, menciptakan satu warna tertentu.
3. Parfum
Ketika parfum (atau penyegar udara, asap rokok, atau hampir semua zat beraroma kuat
lainnya) diproduksi di satu bagian ruangan, ia menyebar ke bagian sisanya melalui difusi.
Ada lebih sedikit zat-zat kimia penghasil aroma di bagian-bagian lain ruangan, sehingga
molekul-molekul itu menyebar secara alami.
4. Soda
Soda menjadi datar melalui difusi. Udara memiliki konsentrasi karbon dioksida
bergelembung yang lebih rendah daripada minumannya, sehingga molekul-molekul CO2
meninggalkan minuman dan menyebar ke udara
5. Teh
Mengaduk daun teh yang lepas ke dalam air panas (menggunakan teh celup termasuk
osmosis karena air mengalir ke dalam teh celup) menyebabkan bahan kimia yang
membuat teh menyebar ke dalam air, menghasilkan minuman yang sangat penting.
6. Difusi dalam Tubuh Manusia
Mari kita perjelas: difusi menggerakkan tubuh Anda. Jika berhenti, Anda juga. Berikut
adalah lima alasan mengapa difusi sangat penting dalam biologi kita.
7. Pernafasan
Ambil napas dalam-dalam dan terima difusi, karena oksigen hanya masuk ke aliran darah
Anda ketika molekul O2 yang Anda hirup berdifusi menjadi darah terdeoksigenasi.
Menghirup masuk dan keluar adalah tindakan mekanis, bukan difusi, tetapi oksigen
sebenarnya memasuki aliran darah Anda melalui difusi.
8. Kalsium
Kalsium bukan hanya untuk tulang. Sangat penting untuk semua jenis fungsi fisik,
termasuk mengirim sinyal saraf dan membuat otot bergerak. Ketika tidak ada cukup
kalsium dalam aliran darah Anda, kelenjar tiroid Anda mengeluarkan zat kimia yang
2
menyebabkan tulang Anda melepaskan kalsium, yang kemudian berdifusi ke dalam darah
Anda dan menyelesaikan masalah.
9. Ginjal
Sulit untuk bersemangat tentang ginjal, tetapi Anda benar-benar membutuhkannya. Ginjal
menyaring bahan kimia berbahaya dari aliran darah Anda melalui tabung mikroskopis
yang disebut nefron. Nefron memisahkan darah dari limbah bahan kimia dan racun,
kemudian menyerap kembali air dan nutrisi dalam darah melalui difusi. Sisanya melewati
kandung kemih dan keluar.
10. Hati
Hati Anda melakukan segala macam hal yang menarik, tetapi di bagian atas daftar, hati
menyintesis protein. Kamu membutuhkan itu. Tubuhmu terbuat dari mereka. Dalam
prosesnya, ia menghasilkan produk limbah yang berpotensi berbahaya yang disebut urea.
Syukurlah bagi Anda dan hati Anda, urea kemudian berdifusi ke dalam aliran darah tepat
di bagian hulu dari ginjal-ginjal Anda yang sebelumnya, di mana ia disaring.
11. Air
Sebagian besar terdiri dari air, tubuh manusia berada dalam keadaan konstan untuk
menyebarkan air dari satu tempat ke tempat lain. Faktanya, prosesnya sangat konstan dan
kompleks sehingga MRI terkadang hanya berfokus pada difusi air dalam tubuh untuk
melacak dan mendiagnosis penyakit.
12. Difusi di Alam
Difusi adalah salah satu mesin yang menjalankan dunia alami. Sebagai fenomena fisik
universal, sejumlah besar proses alami bergantung pada difusi.
13. Polusi udara
Bukan salah satu bentuk difusi yang lebih baik, tetapi di sinilah kita. Udara dalam keadaan
alami terdiri dari sekitar 78% nitrogen, 21% oksigen, 1% argon, 0,04% karbon dioksida
dan jumlah jejak gas lainnya. Banyak proses pertanian, industri dan mekanik
mengandalkan kemampuan untuk menghasilkan barang-barang lain sebagai limbah.
Limbah itu berdifusi ke udara dan timbul konsekuensi.

Faktor yang Mempengaruhi Difusi


1. Ukuran Partikel :Semakin kecil ukuran partikel menyebabkan kecepatan partikel
semakin besar.
2. Ketebalan Membran: Semakin tipis membran sel menyebabkan kecepatan difusi
semakin besar.
3. Luas Suatu Area :Semakin besar luas area menyebabkan kecepatan difusi semakin
besar.
4. Jarak:Semakin dekat jarak antara dua konsentrasi menyebabkan kecepatan difusi
semakin besar.
5. Suhu :Ketika suhu semakin tinggi maka partikel akan mendapat energi yang lebih
besar untuk bergerak sehingga kecepatan difusinya semakin besar.
 
Proses Difusi
Proses difusi ini terjadi akibat adanya pergerakan suatu partikel zat dari daerah yang
berkonsentrasi lebih tinggi menuju daerah yang berkonsentrasi lebih rendah melewati
suatu membran sel. Syarat agar partikel dapat melalui membran ketika berdifusi ialah
ukuran partikel tersebut sangat kecil dan partikel tersebut dapat larut di dalam air dan di
dalam lemak. Proses difusi dapat terjadi pada zat padat, zat cair ataupun zat gas. Proses

3
difusi tidak membutuhkan energi sehingga proses difusi juga disebut sistem transpot pasif.
Pergerakan partikel pada proses difusi berasal dari gerakan acak partikel-partikel zat yang
berdifusi.
Permeabilitas membran dalam proses difusi dibedakan menjadi 3, yaitu :
 Impermeabel (Tidak Permeabel) – Membran yang tidak dapat dilalui oleh partikel zat
yang terlarut dan air. Contoh: membran karet.
 Permeabel – Membran yang dapat dilalui partikel zat-zat terlarut dan air. Contoh:
membran sel pada kentang.
 Semipermeabel – Membran yang tidak dapat dilalui oleh partikel zat terlarut dan
hanya dilalui oleh air. Contoh: membran sel pada sitoplasma.
Jenis – Jenis Difusi
 Difusi Biasa (Umum) – Difusi ini terjadi pada partikel-partikel yang tidak memiliki
polar dan aka terjadi pada sel hidup untuk diambil membran nutrisi.
 Difusi Khusus – Difusi ini terjadi pada sel yang ingin mengambil nutrisi ion hydrolic,
sehingga difusi ini membutuhkan protein yang bersifat khusus untuk melewati
membran nutrisi.
 Difusi Cair – Jika terjadi perpindahan molekul cairan dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah,
 Difusi Padat – Jika terjadi pada perpindahan molekul padatan dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah,
 Difusi Gas – Ini terjadi perpindahan molekul gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah.

B. Efusi
Efusi adalah suatu proses dimana suatu gas dengan tekanan akan menguap dari wadahnya
melalui suatu lubang yang kecil. Proses efusi terjadi pada balon yang diisi gas helium.
Hukum efusi Graham menyatakan bahwa laju efusi gas melalui lubang kecil ke dalam
vakum berbanding terbalik dengan akar kuadrat massa molarnya. Efusi gas adalah
perpindahan gas dari daerah dengan tekanan yang lebih besar ke daerah dengan tekanan
yang lebih kecil. Kesesuaian hasil pengamatan Graham ini memberikan dukungan bagi
teori kinetika gas. Hukum Graham dapat diterapkan pada efusi campuran dua gas melalui
sebuah lubang kecil. Gas yang ke luar diperkaya oleh komponen yang lebih ringan, sebab
molekul yang lebih ringan berefusi lebih cepat dibandingkan molekul yang lebih berat.
Hukum efusi Graham akan berlaku jika lubang wadah cukup kecil dan tekanan cukup
rendah, sehingga sebagian besar molekul mengikuti garis lurus lubang tanpa mengalami
tumbukan sesamanya. Jika suatu campuran molekul gas dimasukkan ke dalam wadah yang
memiliki penghalang berpori (membran semipermeabel), molekul yang lewat akan kaya
dengan komponen yang lebih ringan dengan faktor √ μ A μB , dan molekul-molekul yang
tertinggal kaya akan komponen yang lebih berat. Aplikasi dari hukum Graham ini dapat

4
digunakan untuk menghitung massa molekul yang hilang dari wadah jika terjadi
kebocoran, dengan memanfaatkan rumus :
1 N ć . N
Zw = . ć =
√ 16 V 4 V
Jika luas lubang bocoran adalah Ao, maka jumlah molekul yang lolos dalam satuan waktu
adalah Zw.Ao :
pAo
Zw Ao = 1/ 2
( 2 πm k B T )
Persamaan ini merupakan dasar dari metode Knudsen untuk menentukan massa molekul
relatih (Mr), dengan menghitung massa molekul yang lolos. Misalnya uap padatan
belerang (S) dimasukkan ke dalam rongga yang dilengkapi dengan lubang kecil, maka
kecepatan hilangnya massa molekul S dari wadah berbanding langsung dengan tekanan
(P). Bila besarnya tekanan dapat dihitung, maka hilangnya massa molekul (∆m) dapat
dihitung dan Mr dapat dicari.
Menurut Hukum Efusi Graham (Graham Law of Effusion), laju efusi berbanding terbalik
dengan akar kuadrat dari masa molar molekul M-½. Perbedaan laju efusi ini berguna untuk
memisahkan spesies isotopic, misalnya antara 235UF6 dan 238UF6. Jika jarak rata-rata yang
ditempuh gas di antara tumbukan adalah λ, maka diameter lubang dinding harus jauh lebih
kecil dari λ. Jika tidak, molekul akan bertumbukan dengan molekul lainnya di dekat
lubang, dan dapat mengakibatkan terjadinya aliran gas beruntun keluar melalui lubang.
Hal ini terjadi karena keluarnya molekul melalui lubang dalam jumlah besar dapat
mengurangi kerapatan jumlah gas di dekat lubang, yang dapat mengurangi tekanan di
daerah dekat lubang dinding. Maka, molekul di dekat lubang dinding akan mengalami
sedikit tumbukan molekul yang berada dibandingkan dengan jauh dari lubang. Aliran yang
terjadi karena perbedaan tekanan ini disebut viscous flow atau connective flow. Efusi
bukanlah aliran karena perbedaan tekanan tersebut, namun merupakan suatu contoh aliran
molekul bebas yang oleh Knudsen dimanfaatkan untuk menentukan massa molar suatu
molekul. Dalam Metode Knudsen ini, λ mempunyai nilai yang besar atau panjang,
sehingga tumbukan antar molekul dapat diabaikan.
Contoh efusi :
1. Sebuah balon yang diisi dengan udara tetap penuh setelah disimpan semalaman.
Tetapi balon yang diisi dengan helium sebagian mengempis karena jari-jari atom helium
yang kecil lebih efisien melewati lubang-lubang kecil di karet. Jauh lebih mudah terefusi
daripada molekul nitrogen dan oksigen yang lebih berat yang ditemukan diudara.

5
2. Dalam suatu wadah tertutup terdapat empat campuran gas, SF6, Xe, Cl2, dan HI.
Masing-masing dalam jumlah mol yang sama. Bila terjadi kebocoran pada wadah, gas
manakah yang akan terdapat dengan konsentrasi paling besar sesudah 10 detik ?
Penyelesaian :
Efusi adalah peristiwa keluarnya gas melalui celah sempit. Laju efusi berbanding terbalik
dengan akar massa molekul relative.
Maka urutan laju efusi :
Cl2 (Mr = 71) ¿ SF6 (Mr = 108) ¿ HI (Mr = 128) ¿ Xe (Mr = 131)
Jadi, Xe akan tertinggal dalam wadah dengan konsentrasi terbesar.

C. HOKUM KOHLRAUSCH
Pengertian Hokum Kohlrausch
Hukum kohlrausch menyatakan bahwa konduktivitas ekivalen elektrolit pada pengenceran
tak terbatas sama dengan jumlah konduktansi anion dan kation. Hukum Kohlrausch =
konduktivitas molar pada elektrolit apa pun pada pengenceran tak terbatas adalah jumlah
konduktivitas ionik dari kation dan anion yang dikalikan dengan jumlah ion per dikirim
dalam satu unit rumus.
Persamaan yang menggambarkan konduktivitas molar dari elektrolit kuat pada konsentrasi
rendah, yaitu Λm = Λ0m - Κc½, di mana Λm adalah konduktivitas molar, Λ0m adalah
konduktivitas molar yang membatasi (konduktivitas molar pada batas konsentrasi nol
ketika ion tidak berinteraksi satu sama lain), Κ adalah koefisien yang berkaitan dengan
stoikiometri elektrolit, dan c adalah konsentrasi elektrolit. Dimungkinkan untuk
menyatakan Λ0m sebagai jumlah kontribusi masing-masing ion. Persamaan Kohlrausch
pertama kali dinyatakan pada abad ke-19 oleh ahli kimia Jerman Friedrich Kohlrausch

6
(1840-1910) sebagai hasil dari sejumlah besar pekerjaan eksperimental. Dengan
karakteristiknya ½ ketergantungan, persamaan dijelaskan secara kuantitatif oleh
keberadaan atmosfer ion di sekitar ion sebagaimana dianalisis oleh teori Debye-Hückel-
Onsager.
Konduktivitas molar larutan pada konsentrasi yang diberikan adalah konduktansi volume
larutan yang mengandung satu mol elektrolit yang disimpan antara dua elektroda dengan
luas unit penampang dan jarak satuan panjang. Konduktivitas molar suatu larutan
meningkat dengan penurunan konsentrasi. Peningkatan konduktivitas molar ini disebabkan
oleh peningkatan volume total yang mengandung satu mol elektrolit. Ketika konsentrasi
elektrolit mendekati nol, konduktivitas molar dikenal sebagai membatasi konduktivitas
molar, Em0.
Kohlrausch mengamati keteraturan tertentu sambil membandingkan nilai pembatasan
konduktivitas molar dari beberapa elektrolit yang kuat. Atas dasar pengamatannya,
Kohlrausch mengusulkan "membatasi konduktivitas molar elektrolit dapat
direpresentasikan sebagai jumlah kontribusi individu anion dan kation elektrolit". Hukum
ini dikenal sebagai hukum Kohlrausch tentang migrasi independen ion. Misalnya,
membatasi konduktivitas molar, Ëm natrium klorida dapat ditentukan dengan
sepengetahuan membatasi konduktivitas molar ion natrium dan ion klorida. Beberapa
aplikasi penting hukum Kohlrausch tentang migrasi ion independen adalah
1. Hukum Kohlrausch membantu kita dalam penentuan membatasi konduktivitas
molar untuk elektrolit apa pun. Elektrolit yang lemah memiliki konduktivitas molar yang
lebih rendah dan derajat disosiasi yang lebih rendah pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Grafik yang diplotkan antara konduktivitas molar dan c1 / 2 (dengan c adalah konsentrasi)
bukanlah garis lurus untuk elektrolit yang lemah. Konduktivitas molar elektrolit lemah
meningkat tajam pada konsentrasi yang lebih rendah. Oleh karena itu, membatasi
konduktivitas molar, Em0 tidak dapat diperoleh dengan ekstrapolasi konduktivitas molar ke
konsentrasi nol. Oleh karena itu, kami menggunakan hukum Kohlrausch tentang migrasi
independen ion untuk penentuan pembatasan konduktivitas molar, Em0 untuk elektrolit
yang lemah.
2. Hukum Kohlrausch juga membantu kita dalam menentukan nilai konstanta disosiasi
dari nilai konduktivitas molar dan membatasi konduktivitas molar untuk elektrolit lemah
pada konsentrasi yang diberikan.

Λ
α=
E m0

Di mana, α = konstanta disosiasi


Λ = konduktivitas molar
Em0 = membatasi konduktivitas mol

D. Teori Debye-Hὒckle-Onsager
Suatu penjelasan yang masuk akal untuk penurunan konduktivitas molar seiring dengan
kenaikan konsentrasi untuk elektrolit kuat pertama kali diusulkan pada tahun 1984 oleh
seorang berkebangsaan Jerman Johannes Jacobus Van Laar (1860-1938). Johannes

7
mengatakan bahwa gaya-gaya elektrostatis yang kuat ada di dalam suatu larutan ionik
memiliki pengaruh yang penting pada sifat-sifat larutan.
Pada 1923, Debye dan Huckle mengumumkan suatu hubungan matematis yang rumit.
Menurut teori ini , penurunan konduktivitas molar elektrolit kuat disebabkan oleh saling
interferensi ion-ion, yang menjadi semakin kuat ketika konsentrasi meningkat. Karena
gaya tarik-menarik yang kuat di antara ion-ion yang berlawanan tandanya, susunan ion di
dalam larutan menjadi tidak sepenuhnya acak. Di daerah sekitar tiap ion positif, terdapat
kecenderungan menarik ion-ion negatif daripada ion-ion positif, sedangkan untuk tiap ion
negatif terdapat kecenderungan menarik ion-ion positif daripada ion-ion negatif. Misalnya,
pada NaCl dalam bentuk padatan terdapat susunan yang teratur ion natrium dan ion
klorida. Ketika NaCl dilarutkan dalam air, susunan ini masih dipertahankan sedikit. Ion-
ion jaraknya menjadi lebih jauh antara satu sama lain daripada dalam padatan, oleh karena
itu gaya tarik-menarik elektrostatik menjadi lebih kecil dan gerakan termalnya
menyebabkan terjadinya ketidakteraturan. Meskipun demikian, sejumlah kecil susunan
yang masih ada cukup untuk memberikan pengaruh yang penting pada konduktivitas
larutan (Laidler, 1982).
Teori Debye-Huckle menjelaskan bahwa kenaikan konduktivitas larutan elektrolit kuat
terhadap pengenceran didasarkan pada dua pengaruh sebagai berikut :
Efek Relaksasi atau Efek Asimetris
Di dalam larutan, setiap ion dikelilingi oleh suatu atmosfer ionik dari muatan yang
berlawanan. Selama tidak terdapat medan listrik yang diberikan, atmosfer ionik tetap
simetris di sekitar ion pusat. Namun, ketika arus listrik dilewatkan melalui larutan, ion-ion
yang berada di tengah bergerak menuju elektroda yang berlawanan muatannya. Ketika ion
tersebut bergerak keluar dari atmosfer ionik, ion tersebut membentuk kembali suatu
atmosfer ionik dengan muatan yang berlawanan dan meninggalkan atmosfer ionik yang
lama. Meskipun demikian, perusakan atmosfer ionik yang lama dan pembentukan
atmosfer ionik yang baru tidak terjadi dengan seketika itu juga. Terdapat suatu rentang
waktu yang disebut dengan waktu relaksasi di antara perusakan atmosfer yang lama dan
pembentukan atmosfer yang baru. Selama itu, atmosfer ionik yang lama akan menarik ion
yang bergerak ke arah yang berlawanan, dengan demikian pergerakannya akan terhambat.
Efek ini disebut efek relaksasi
Untuk penjelasan alternatifnya, dapat diasumsikan bahwa, ketika ion pusat bergerak,
bentuk simetris atmosfer ionik akan hilang, semakin banyak ion pada atmosfer ionik
ditinggalkan di belakang daripada yang ada di depan. Kelebihan ion pada atmosfer ionik
yang ada di belakang ion yang bergerak ke arah yang sebaliknya. Saat atmosfer ionik ini
bergerak, molekul-molekul pelarut yang terasosiasi dengannya juga akan bergerak.
Dengan demikian, maka aliran atmosfer ionik dan molekul-molekul pelarut yang terikat
dengannya terjadi dengab arah yang berlawanan dengan pergerakan ion pusat. Dengan
kata lain, ion pusat bergerak melawan arus. Maka dari itu, pergerakan ion akan semakin
terhambat. Efek ini disebut Efek Elektrolisis. Disamping dua efek diatas, gaya penahan
ketiga adalah tahanan geseran normal yang disebabkan oleh medium yang mana
tergantung pada viskositas medium, konstanta dielektrik dan sebagainya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, Debye dan Huckle (1923) menurunkan suatu pernyataan
matematis untuk variasi konduktivitas ekuivalen terhadap konsentrasi. Persamaan ini lebih

8
lanjut dikembangkan oleh Onsager (1926-1927) dan kini dikenal sebagai persamaan
Debye-Huckle-Onsager atau secara sederhana disebut Persamaan Onsager. Untuk suatu
elektrolit bervalensi satu, persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk :
Ʌc = Ʌ0-[82,4/(DT)1/2ƞ + 8,20 x 105/(DT)3/2 Ʌ0] √C
Dimana :
Ʌc = Konduktivitas ekivalen pada konsentrasi c
Ʌ0 = Konduktivitas ekivalen pada pengenceran tidak terbatas
D = Konstanta dielektrik medium
Ƞ = Viskositas medium
T = Suhu larutan dalam derajat mutlak
C = Konsentrasi larutan dalam mol/liter

Karena D dan Ƞ nilainya tetap untuk pelarut tertentu, maka pada suhu yang tetap,
persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk :
Ʌc = Ʌ0-(A+B Ʌ0) √C
di mana A dan B nilainya tetap untuk pelarut tertentu pada suhu tertentu (Madan, 2007).

Hukum Onsager Pada Elektrolit Kuat


Pada tahun 1926, Onsager menyempurnakan teori Debye Huckel dan mengajukan rumus :
Ʌ = Ʌ∞ - k√C
Persamaan ini sebenarnya dapat diturunkan dari asumsi berikut.
Misalkan, dalam proses konduktansi ideal, energi mengalir secara sempurna sehingga
tidak ada panas yang diserap ataupun dilepaskan (proses adiabatik), sehingga dQ = dT =
0 ; berdasarkan hukum termodinamika I yaitu Q = dE + dW, dengan nilai dQ = 0, maka dE
= -dW. Jika kita anggap bahwa dE dalam hal ini adalah murni energi kinetik sehingga
E = 1/2 m v2 dan W = p dV
Pada hantaran listrik, volume larutan tetap sehingga W = pV dan pV = nRT, maka
1/2 mv2 = -nRT
Pada proses adiabatik suhu tidak berubah, sehingga nilai m R dan T adalah tetap dan tidak
mempengaruhi proses, sehingga dapat ditulis v2 ~ - √C. Oleh karena itu persamaan yang
didapat :
Ʌ = Ʌ∞ - k√C
Dengan k adalah tetapan dan Ʌ∞ yaitu konduktivitas saat konsentrasi mendekati 0.

Hukum Onsager pada pengenceran tak hingga


Pada pengenceran tak hingga, nilai C mendekati nol sehingga konsentrasi tidak lagi
mempengaruhi harga konduktivitas. Jadi pada pengenceran tak hingga, nilai konduktivitas
sama dengan jumlah konduktivitas ion-ionnya. Hukum ini dikenal dengan hukum
Kohlrausch yang dapat ditulis dengan :
ɅAB = ɅA + ɅB
Hukum Onsager pada elektrolit lemah
Pada elektrolit lemah, ternyata hukum Onsager akan mengalami penyimpangan, terutama
pada konsentrasi yang sangat kecil. Hal ini dapat dijelaskan, pada elektrolit kuat, semua
partikelnya akan terionisasi, sehingga jumlah ion nya pasti sebanding dengah jumlah
9
partikelnya. Sebaliknya pada elektrolit lemah, tidak semua partikel akan menjadi ion, dan
pada konsentrasi yang semakin pekat, justru jumlah ion yang terbentuk akan sangat kecil
dan menyimpang dari nilai derajat ionisasi (ingat kembali faktor van't Hoff), dan pada
konsentrasi yang lebih encer, barulah jumlah iom yang terbentuk akan lebih banyak. Itulah
sebabnya grafik konduktivitas dengan akar kuadrat konsentrasi pada elektrolit lemah akan
sangat besar pada konsentrasi sangat encer, dan berkurang secara eksponensial seiring
meningkatnya konsentrasi. Pendekatan paling baik dalam menghitung hantaran listrik
pada elektrolit lemah adalah dengan menjadikannya sebagai fungsi dari hantaran pada
pengenceran tak hingga, atau dapat ditulis :
Ʌ = Ʌ∞ ᾱ

BAB III PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Difusi merupakan salah satu peristiwa zat yang ada didalam pelarut berpindah atau
mengalir, dari bagian yang memiliki konsentrasi tinggi ke bagian yang memiliki
konsentrasi rendah. Proses difusi ini terjadi akibat adanya pergerakan suatu partikel zat
dari daerah yang berkonsentrasi lebih tinggi menuju daerah yang berkonsentrasi lebih
rendah melewati suatu membran sel. Syarat agar partikel dapat melalui membran ketika
berdifusi ialah ukuran partikel tersebut sangat kecil dan partikel tersebut dapat larut di
dalam air dan di dalam lemak. Proses difusi dapat terjadi pada zat padat, zat cair ataupun
zat gas. Proses difusi tidak membutuhkan energi sehingga proses difusi juga disebut sistem
transpot pasif. Efusi adalah suatu proses dimana suatu gas dengan tekanan akan menguap
dari wadahnya melalui suatu lubang yang kecil. Proses efusi terjadi pada balon yang diisi
gas helium [1]. Hukum efusi Graham menyatakan bahwa laju efusi gas melalui lubang
kecil ke dalam vakum berbanding terbalik dengan akar kuadrat massa molarnya. Hukum
kohlrausch menyatakan bahwa konduktivitas ekivalen elektrolit pada pengenceran tak
terbatas sama dengan jumlah konduktansi anion dan kation. Hukum Kohlrausch =
konduktivitas molar pada elektrolit apa pun pada pengenceran tak terbatas adalah jumlah
konduktivitas ionik dari kation dan anion yang dikalikan dengan jumlah ion per dikirim
dalam satu unit rumus.

B. Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan kesalahan, maka dari itu kami sangat mengharapkan bantuan dari dosen
pembimbing agar kiranya memberikan kritikan maupun saran yang sifatnya membangun
demi kelengkapan materi tugas kali ini.

DAFTAR PUSTAKA

11
.
Atkins, P.W 1993. Kimia Fisika I edisi keempat. Jakarta: Erlangga
Dogra, S.K, 1990, Kimia Fisik dan Soal-soal, Universitas Indosnesia, Jakarta
M. Pembelajaran and K. Kimia, “Teori Kinetik Gas,” pp. 1–25, 2013.
Mulyani S.Dan Hendrawan, 2003, Kimia Fisika II, JICA UPI, Bandung
P. Studi et al., “KIMIA FISIK II,” no. April, 2014.
Partana, C. F., Suharto, dan Solihin, H.Y., (2001), Kimia Fisika II, Univeristas Terbuka,
Jakarta
Path. 2013. Osmosis & diffusion learning guide. United states of amerika : new part
learning
Pendahuluan, “Teori kinetika gas,” pp. 1–40, 2011
Sukardjo, (1997), Kimia Fiska, Rineka Cipta, Yogyakarta

12

Anda mungkin juga menyukai