Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Fahmi Surya Adikara, S.Pd., M.Pd.

oleh
Nurul Hidayah (B.2019019)
Khikmatul agustina (B.2019018)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH BATANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT. yang


senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam perkuliahan Konsep Dasar
Bahasa Indonesia. Di dalamnya terdapat pembahasan mengenai hal-hal yang
bersangkut-paut dengan analisis kesalahan berbahasa.
Sebagai tim penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari kata sempurna, baik yang berkenaan dengan substansi maupun tata
tulisnya. Walaupun demikian, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat
sebagai bahan literasi untuk menambah wawasan kebahasaan.
Banyak kesulitan yang kami hadapi saat menyusun makalah ini. Tanpa
uluran tangan dari berbagai pihak, tentu akan sulit untuk merealisasikannya. Oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Fahmi Surya Adikara, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen pengampu mata
kuliah Konsep Dasar Bahasa Indonesia yang selalu menginformasikan,
mengarahkan, membimbing, dan memberikan motivasi.
2. Rekan-rekan seperjuangan, Mahasiswa STKIP Muhammadiyah Batang yang
secara langsung atau tidak langsung telah memberi motivasi dan masukan
dalam penyusunan makalah ini.
Semoga segala doa, dorongan, dukungan, bimbingan, dan bantuan yang
telah diberikan oleh semua pihak di atas mendapat pahala berlimpah dari Allah
SWT. Aamiin yaa Robbal aalamiin.

Batang, 6 April 2020


Tim Penyusun

I
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah........................................................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penyusunan................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa........................................................................................................................
5
2.2 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa........................................................................................................................
7
2.3 Ragam Kesalahan Berbahasa...........................................................................................................................
8
2.4 Taksonomi Kesalahan Berbahasa.........................................................................................................................
11
2.5 Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa..........................................................................................................................
13
2.6 Metodologi Analalisis Kesalahan Berbahasa..........................................................................................................................
15
2.7 Model Analisis Kesalahan Berbahasa...........................................................................................................................
15

BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 20


3.1 Simpulan.............................................................................................................................. 20
3.2 Saran.................................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 22

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri atas berbagai suku
bangsa. Hampir setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya sejak ratusan tahun
yang lalu memiliki bahasa ibunya sendiri (B1) sebagai alat komunikasi dengan
sesamanya. Sebagai contohnya, suku Sunda memiliki bahasa Sunda, suku Jawa
memiliki bahasa Jawa, suku Batak memiliki bahasa Batak, suku Minang memiliki
bahasa Minang, suku Dayak memiliki bahasa Dayak, suku Muna memiliki bahasa
Muna, dll. Mengingat bahasa Indonesia secara resmi baru dikukuhkan melalui ikrar
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan, maka semua
suku bangsa yang ada di Indonesia memandang bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua (B2).
Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan berbahasa Indonesia yang
dilakukan oleh seluruh penduduk Indonesia atau masyarakat pemakai bahasa,
sering mengalami berbagai kendala. Beberapa kendala tersebut di antaranya
menyangkut keterbatasan penguasaan kosakata, struktur, kebakuan dan
ketidakbakuan kata, serta ejaan.
Sudah sejak lama slogan “Gunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan
benar” diungkapkan oleh para pakar bahasa Indonesia. Setidaknya, ada tiga maksud
yang terkandung dalam slogan yang sering kita dengar tersebut, yaitu: (1)
Gunakanlah bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar, (2) Gunakanlah bahasa
Indonesia nonbaku dengan baik dan benar, dan (3) Gunakanlah bahasa Indonesia
baku dan nonbaku dengan baik dan benar.
Untuk mengetahui apakah bahasa Indonesia sudah digunakan dengan baik
dan benar oleh para pengguna bahasa, perlu dilakukan analisis kesalahan berbahasa.
Dengan analisis kesalahan berbahasa, dapat dijelaskan apakah penggunaan bahasa
Indonesia itu sudah baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik menurut Moeliono
(1988:19) dan Arifin (1993:9) adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan norma-norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai

1
dan akrab seperti di pasar, di warung kopi, di meja makan saat makan bersama,
hendaknya digunakan bahasa Indonesia yang santai, tidak terlalu terikat oleh
aturan-aturan atau kaidah-kaidah kebahasaan. Dalam situasi resmi atau formal,
misalnya: dalam kuliah, seminar, pidato, dan lain-lain hendaknya digunakan bahasa
Indonesia ragam formal, yang selalu memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan.
Hal itu berarti bahasa Indonesia yang baik hendaknya memperhatikan situasi
kebahasaan, di mana, kapan, dan dengan siapa bahasa itu digunakan.
Sementara itu, Arifin (1993:10) mengatakan bahwa bahasa Indonesia yang
benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah
bahasa yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia meliputi kaidah ejaan, pembentukan
kata, penyusunan kalimat, penyusunan paragraf, dan kaidah penalaran. Jika semua
kaidah itu ditaati secara saksama dan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia itu
dikatakan benar. Bila sebaliknya, pemakaian bahasa itu dianggap tidak benar.
Dengan demikian, bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa
Indonesia yang memperhatikan norma-norma kemasyarakatan atau situasi yang
berlaku. Jika situasi formal, bahasa yang dipakai sesuai dengan kaidah
kebahasaan yang berlaku dan bila situasi nonformal cukup digunakan ragam santai
atau ragam nonbaku.
Kesalahan berbahasa merupakan kesalahan yang berhubungan dengan
unsur kebahasaan yang terdapat pada tulisan karena tidak sesuai dengan kaidah tata
bahasa baku. Kesalahan berbahasa diketahui karena adanya suatu langkah atau
prosedur kerja yang dilakukan oleh seorang peneliti yang ahli dalam bidang bahasa
dengan langkah melakukan identifikasi kesalahan yang berhubungan dengan
kebahasaan. Unsur kebahasaan dalam kesalahan ini adalah fonologi, morfologi,
sintaksis, maupun semantik.
Tarigan (1997:47) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa berhubungan
erat dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama (B1) maupun
kedua (B2). Di mana ada pengajaran bahasa dapat dipastikan di situ terjadi
kesalahan berbahasa. Hal yang sama terjadi pula dalam pengajaran bahasa
Indonesia, baik sebagai pengajaran bahasa pertama (B1) maupun sebagai
pengajaran bahasa kedua (B2). Para guru bahasa Indonesia tentu ingin mengetahui
apa sumber dan penyebab kesalahan tersebut.

2
Analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu prosedur yang digunakan
oleh peneliti maupun guru yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian
kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut,
pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian
atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu. Jadi, dengan adanya analisis kesalahan
berbahasa ini diharapkan memberikan banyak keuntungan, khususnya yang
berhubungan dengan kegiatan pengajaran bahasa Indonesia (Ellis dalam Tarigan
dan Tarigan, 2011:170).

1.2 Batasan Masalah


Permasalahan analisis kesalahan berbahasa sangat luas cakupannya. Oleh
sebab itu, perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini dimaksudkan agar penyusunan
makalah ini menjadi lebih khusus, jelas, dan terarah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis membatasi penyusunan
makalah ini sebagai berikut.
1. Pengertian kesalahan berbahasa.
2. Pengertian analisis kesalahan berbahasa.
3. Ragam kesalahan berbahasa.
4. Taksonomi kesalahan berbahasa.
5. Tujuan analisis kesalahan berbahasa.
6. Metodologi analisis kesalahan berbahasa.
7. Model analisis kesalahan berbahasa.

1.3 Rumusan Masalah


Masalah pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah pengertian kesalahan berbahasa?
2. Apakah pengertian analisis kesalahan berbahasa?
3. Apa saja ragam kesalahan berbahasa?
4. Apa saja taksonomi kesalahan berbahasa?
5. Apa tujuan analisis kesalahan berbahasa?
6. Bagaimana metodologi analisis kesalahan berbahasa?
7. Bagaimana model analisis kesalahan berbahasa?

3
1.4 Tujuan Penyusunan
Suatu kegiatan yang positif tentu memiliki tujuan yang jelas. Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian kesalahan berbahasa.
2. Menjelaskan pengertian analisis kesalahan berbahasa.
3. Menguraikan ragam kesalahan berbahasa.
4. Menguraikan taksonomi kesalahan berbahasa.
5. Menjelaskan tujuan analisis kesalahan berbahasa.
6. Menguraikan metodologi analisis kesalahan berbahasa.
7. Menguraikan model analisis kesalahan berbahasa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa


Banyak linguis yang memberikan pengertian kesalahan berbahasa.
Beberapa di antaranya dapat dikemukakan sebagai berikut. Dulay, Burt, dan
Krashen (1982:277) mengungkapkan bahwa “Error is a part of a conversation that
deviates from some selected norm of nature language performance” atau kesalahan
merupakan bagian percakapan yang menyimpang dari beberapa norma bahasa yang
dipilih sebagai media komunikasinya.
Kesalahan berbahasa dalam proses pemerolehan dan pembelajaran
merupakan proses yang mempengaruhi siswa dalam mempelajari bahasa itu.
Sebagaimana dikatakan Dulay, Burt, dan Krashen (1982:277) “Error is a part of a
conversation that deviates from some selected norm of nature language
performance”. Kesalahan berbahasa yang dibuat siswa merupakan suatu bagian
belajar yang tidak terhindarkan. Akan tetapi, semakin tinggi kuantitas kesalahan
berbahasa, semakin sedikit tujuan pengajaran bahasa itu tercapai. Oleh karena itu,
kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa harus dikurangi sampai ke batas
sekecil-kecilnya. Hal ini dapat dicapai jika guru pengajar bahasa telah mengkaji
secara mendalam segala aspek seluk-beluk kesalahan berbahasa itu.
Menurut Huda (dalam Indihadi, 2012:3), kesalahan berbahasa yang
dilakukan oleh siswa (anak) yang sedang memperoleh dan belajar bahasa kedua
disebut kekhilafan (error).
Corder (1974) menggunakan tiga istilah untuk membatasi kesalahan
berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Ketiga istilah itu memiliki
domain yang berbeda-beda dalam memandang kesalahan berbahasa yang dapat
dijelaskan sebagai berikut.

1. Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk
menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan
selengkapnya. Dalam kegiatan berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan

5
dengan slip of the tongue, sedangkan dalam kegiatan berbahasa tulis, jenis
kesalahan ini diistilahkan dengan slip of the pen. Kesalahan-kesalahan ini terjadi
akibat ketidaksengajaan serta tanpa disadari oleh penuturnya.

2. Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau
aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah
memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain
sehingga berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal
tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa
akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.

3. Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam
memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu
kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui
benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan terjadi
pada produk tuturan yang tidak benar.
Gambaran perbandingan untuk membedakan karakteristik kesalahan (error)
dan kekeliruan (mistake), disederhanakan oleh Tarigan (1997) dalam bentuk tabel
sebagai berikut.

Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa


Kategori Sudut Kesalahan Berbahasa Kekeliruan Berbahasa
Pandang
1. Sumber Kompetensi Performasi
2. Sifat Sistematis, berlaku umum Acak, tidak sistematis,
individual
3. Durasi Permanen Temporer/sementara
4. Sistem Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai
5. Produk Penyimpangan kaidah Penyimpangan kaidah
Bahasa Bahasa

6
6. Solusi Dibantu oleh guru melalui Diri sendiri (siswa):
latihan pengajar remedial mawas diri, pemusatan
perhatian

2.2 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa


Ellis dalam Tarigan dan Tarigan (2011:60) mengemukakan bahwa analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang meliputi pengumpulan
sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan
kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan berdasarkan penyebabnya, serta
pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan tersebut.
Sementara itu, Kridalaksana (1982:11) mengungkapkan bahwa analisis
kesalahan berbahasa adalah teknik untuk mengukur kemajuan belajar dengan
mencatat dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dibuat seseorang atau
kelompok.
Di lain pihak, dengan lebih lengkap Pateda (1989:32) berpendapat bahwa
analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi,
mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-
kesalahan bahasa yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa kedua
yang menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.
Senada dengan beberapa pendapat di atas, Tarigan dan Tarigan (2011:60)
mengungkapkan bahwa para ahli linguistik, pengajaran bahasa, dan guru bahasa
sependapat bahwa kesalahan bahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran
bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering dilakukan oleh siswa
harus dikurangi dan kalau bisa dihapuskan. Hal ini baru dapat tercapai apabila
seluk-beluk itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan inilah
yang disebut analisis kesalahan.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang disampaikan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur sistematis
yang dilakukan untuk mengkaji, mengidentifikasi, mengklasifikasi,
menginterpretasi, sekaligus mengevaluasi kesalahan-kesalahan berbahasa yang
dilakukan oleh anak.

7
2.3 Ragam Kesalahan Berbahasa
Rusminto (2011:22) menyatakan bahwa kesalahan berbahasa sangat
beraneka ragam jenisnya dan dapat dikelompokkan dengan berbagai cara sesuai
dengan cara pandang yang berbeda-beda. Artinya, setiap cara pandang tertentu
akan menghasilkan pengelompokan tertentu pula. Sudut pandang yang sering
digunakan para pakar untuk mengelompokkan kesalahan berbahasa, antara lain
ialah sumber penyebabnya, penampakan struktur lahir, tingkat keteraturan
kemunculan, dan pengaruh struktur kesalahan tersebut terhadap maknanya dalam
berkomunikasi.
Richards (dalam Rusminto 2011:22) mengelompokkan kesalahan ke dalam
dua kategori, yaitu (1) kesalahan karena pengaruh unsur bahasa pertama (kesalahan
interlingual) dan (2) kesalahan karena kompleksitas bahasa target sendiri
(kesalahan intralingual). Selanjutnya, Richards membagi kesalahan intralingual ke
dalam empat macam, yaitu (1) overgeneralization, yaitu kesalahan yang disebabkan
oleh generalisasi unsur-unsur bahasa target secara berlebihan; (2) ignore of rule
restrictions, yaitu kesalahan yang disebabkan pembelajar mengabaikan pembatasan
kaidah-kaidah bahasa target; (3) incomplete application of rules, yaitu kesalahan
penerapan kaidah bahasa target yang tidak sempurna; dan (4) false concept, yaitu
kesalahan dalam membuat hipotesis terhadap konsep kaidah bahasa target.
Taylor yang dikutip oleh Huda dkk. (dalam Rusminto, 2011:22-23)
membedakan kesalahan ke dalam lima golongan, yaitu (1) generalisasi yang
berlebihan, yaitu penerapan kaidah bahasa target secara berlebihan; (2) transfer,
yaitu pemindahan unsur-unsur bahasa pertama ke dalam bahasa kedua; (3)
terjemahan, yaitu kesalahan yang menyebabkan berubahnya jawaban yang
dikehendaki; (4) kesalahan yang tidak diketahui penyebabnya, dan (5) kesalahan
yang tidak perlu dipertimbangkan.
Pendapat yang agak berbeda dikemukakan oleh Selinker (dalam Rusminto,
2011) yang membedakan kesalahan berbahasa ke dalam lima klasifikasi
berdasarkan sumber penyebabnya, yaitu (1) overgeneralization of target rules,
yaitu kesalahan karena adanya generalisasi kaidah bahasa target secara berlebihan;
(2) transfer of training, yaitu kesalahan yang terjadi karena prosedur pembelajaran
yang tidak tepat, (3) strategy of secondlanguage learning, yaitu kesalahan yang

8
terjadi karena pendekatan yang tidak tepat terhadap kaidah bahasa kedua yang
dipelajari pembelajar; (4) strategy of secondlanguage communication, yaitu
kesalahan yang terjadi karena pendekatan yang dilakukan oleh pembelajar dalam
berkomunikasi dengan penutur asli (native speaker) yang tidak tepat; dan (5)
language transfer, yaitu kesalahan yang terjadi karena pemindahan unsur-unsur
bahasa pertama yang telah memfosil ke dalam bahasa kedua.
Sementara itu, Corder (dalam Rusminto, 2011:23) secara garis besar
membedakan penyebab kesalahan berbahasa menjadi tiga klasifikasi, yaitu (1)
transfer, yaitu kesalahan karena pengaruh struktur bahasa pertama; (2) analogical
or overgeneralization errors, yaitu kesalahan yang terjadi karena penerapan kaidah
bahasa target pada konteks yang tidak tepat; dan (3) teaching-induced errors, yakni
kesalahan yang terjadi karena kurang efisiennya proses pembelajaran bahasa target,
baik yang menyangkut materi maupun teknik atau metodologi pembelajarannya.
Di lain pihak, Dulay & Burt; Richards (dalam Tarigan dan Tarigan
2011:128) menyatakan bahwa ada empat kategorisasi kesalahan berbahasa
berdasarkan struktur lahirnya yang diistilahkan dengan “goof”. Keempat kategori
kesalahan (goof) tersebut adalah: (1) Interference-like goof, ialah kesalahan yang
mencerminkan atau merefleksikan struktur bahasa ibu atau bahasa asli (native
language) dan yang tidak terdapat pada data pemerolehan bahasa pertama yang
bersasal dari bahasa target atau bahasa sasaran; (2) L1 developmental goof, yaitu
kesalahan yang tidak mencerminkan atau merefleksikan struktur bahasa ibu, tetapi
terdapat pada data pemerolehan bahasa pertama bahasa target atau bahasa sasaran;
(3) Ambiguous goof, yaitu kesalahan yang struktur lahirnya dapat dikategorikan
sebagai interference-like goofs maupun sebagai L1 developmental goofs; (4)
Unique goof, yaitu kesalahan yang tidak mencerminkan atau merefleksikan struktur
bahasa pertama (B1) dan struktur bahasa tersebut tidak dapat dijumpai pada data
pemerolehan bahasa target atau bahasa sasaran.
Berdasarkan keteraturan kemunculannya, Corder (dalam Pateda,1989)
mengklasifikasikan kesalahan berbahasa ke dalam tiga klasifikasi, yaitu (1)
kesalahan prasistematis (prasystematic errors), ialah kesalahan yang muncul
karena tingkat penguasaan bahasa target masih sangat rendah dan ketidaktahuan
perbedaan sistem bahasa pertama dan bahasa target; (2) kesalahan sistematis

9
(systematic errors), yaitu kesalahan yang timbul karena pembelajar belum mampu
menggunakan kaidah bahasa target yang dipelajari secara tepat; dan (3) kesalahan
pascasistematis (postsystematic errors), yaitu kesalahan yang terjadi karena
penggunaan kaidah yang tidak konsisten, kecerobohan, dan kelalaian menggunakan
kaidah bahasa target.
Burt dan Kiparsky (dalam Rusminto, 2011:25) mengklasifikasikan
kesalahan berbahasa berdasarkan pengaruhnya terhadap keseluruhan makna
komunikasi. Menurutnya, ada dua klasifikasi kesalahan, yaitu (1) kesalahan lokal,
yaitu kesalahan yang struktur lahirnya menyimpang dari kaidah tertentu, tetapi
kesalahan tersebut tidak memengaruhi maksud secara keseluruhan terhadap
komunikasi; dan (2) kesalahan global, yaitu kesalahan yang struktur lahirnya
menyimpang dari kaidah baku dan mengakibatkan ketidakjelasan maksud kalimat
secara keseluruhan.
Chomsky (dalam Tarigan dan Tarigan, 2011:127) mengategorikan
kesalahan berbahasa ke dalam dua jenis kesalahan, yaitu (1) kesalahan yang
disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian.
Chomsky menyebutnya sebagai “faktor performansi”, yaitu kesalahan penampilan,
yang dalam istilah asingnya dikenal sebagai “mistakes”, dan (2) kesalahan yang
diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa.
Chomsky menyebutnya sebagai “faktor kompetensi”, yaitu kesalahan yang
disebabkan oleh penyimpangan-penyimpangan yang sistematis yang disebabkan
oleh pengetahuan pembelajar yang sedang berkembang mengenai bahasa
keduanya (B2). Dalam istilah asingnya, kesalahan seperti ini disebut sebagai
“errors”.

2.4 Taksonomi Kesalahan Berbahasa


Tarigan (2011:129) mengungkapkan bahwa ada empat taksonomi penting
yang perlu kita ketahui, yaitu (1) taksonomi kategori linguistik, (2) taksonomi siasat
permukaan, (3) taksonomi komparatif, dan (4) taksonomi efek komunikatif.
Keempat taksonomi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

10
1. Taksonomi Kategori Linguistik
Taksonomi kategori linguistik adalah pembagian kesalahan berbahasa
berdasarkan kesalahan-kesalahan yang berhubungan dengan faktor linguistik.
Taksonomi tersebut mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa
berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi
oleh kesalahan, ataupun berdasarkan keduanya. Ada beberapa keuntungan
menggunakan taksonomi kategori linguistik dalam pengklasifikasian kesalahan
berbahasa, yaitu (1) bagi para pengembang kurikulum, untuk menyusun pelajaran-
pelajaran bahasa dalam buku pelajaran bahasa, dan buku kerja siswa; (2) bagi para
peneliti, taksonomi kategori linguistik bermanfaat dalam mengorganisasikan
kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan di dalam membuat laporan penelitian;
dan (3) bagi para guru dan siswa, untuk merasakan bahwa mereka telah mencakup
aspek-aspek bahasa tertentu di dalam kelas mereka.

2. Taksonomi Siasat Permukaan


Taksonomi siasat permukaan menyoroti kesalahan berbahasa berdasarkan
cara struktur permukaan berubah. Rusminto (2011:26) mengklasifikasikan
kesalahan berbahasa berdasarkan Taksonomi Siasat Permukaan (Surface Strategy
Taxonomy) ke dalam empat kelompok, yaitu (1) kesalahan penghilangan
(omission), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh ketidakhadiran butir yang
seharusnya ada dalam satuan bahasa tertentu; (2) kesalahan penambahan (addition),
yaitu kesalahan yang disebabkan oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang
seharusnya tidak diperlukan dalam satuan bahasa tertentu; (3) kesalahan
pembentukan (misformation), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh pembentukan
suatu konstruksi satuan bahasa tertentu yang tidak tepat; dan (4) kesalahan
pengurutan (misordering), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh penempatan atau
pengurutan unsur-unsur tertentu yang tidak tepat.

3. Taksonomi Komparatif
Rusminto (2011:26) mengatakan bahwa Taksonomi Komparatif
(Comparative Taxonomy) didasarkan pada kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe
konstruksi lainnya. Sebagai contoh, jika seorang peneliti ingin mengklasifikasikan
kesalahan-kesalahan pembelajar bahasa Indonesia yang berbahasa pertamanya

11
bahasa Jawa, peneliti dapat membandingkan struktur kesalahan pembelajar tersebut
dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa Indonesia yang
berbahasa pertama bahasa Indonesia. Berdasarkan Taksonomi Komparatif ini,
kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan ke dalam empat klasifikasi, yaitu: (1)
kesalahan perkembangan, (2) kesalahan interlingual atau kesalahan interferensi, (3)
kesalahan taksa (ambiguous errors), dan (4) kesalahan-kesalahan lainnya
(kesalahan unik/unique errors).

4. Taksonomi Efek Komunikatif


Jika taksonomi siasat permukaan dan taksonomi komparatif memusatkan
perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek
komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif
efeknya terhadap penyimak atau pembaca. Pusat perhatian tertuju pada perbedaan
antara kesalahan-kesalahan yang seolah-olah menyebabkan salah komunikasi
(miscommunication) dan yang tidak menyebabkan salah komunikasi (Tarigan dan
Tarigan, 2011:148).
Selanjutnya, Burt dan Kiparsky (dalam Tarigan dan Tarigan, 2011:148)
menjelaskan bahwa berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena
kesalahan-kesalahan yang ada, maka dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu: (1)
kesalahan global (global errors), dan (2) kesalahan lokal (local errors).

2.5 Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa

Analisis kesalahan merupakan usaha membahas kebutuhan-kebutuhan


praktis guru kelas. Secara tradisional, analisis kesalahan bertujuan untuk
menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh pembelajar
bahasa kedua. Hasil analisis ini diharapkan dapat membantu guru dalam hal
menentukan urutan bahan pengajaran, memutuskan pemberian penekanan,
penjelasan dan praktik yang diperlukan, memberikan remedial dan latihan-latihan,
dan memilih butir-butir bahasa kedua untuk keperluan tes profisiensi pembelajar
(Sudiana, 1990:103).

Senada dengan Sudiana, Shidar (dalam Tarigan dan Tarigan, 2011:69)


merumuskan tujuan analisis kesalahan berbahasa, yakni untuk: (1) menentukan

12
urutan penyajian hal-hal yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan
mudah-sulit; (2) menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan
latihan berbagai hal bahan yang diajarkan; (3) merencanakan latihan dan
pengajaran remedial; (4) memilih hal-hal bagi pengujian kemahiran siswa.
Khusus untuk guru, analisis kesalahan dapat digunakan untuk (1)
menentukan urutan sajian, (2) menentukan penekanan-penekanan dalam penjelasan
dan latihan, (3) memperbaiki pengajaran remedial, (4) memilih butir-butir yang
tepat untuk mengevaluasi penggunaan bahasa siswa (Pateda, 1989:36).
Sementara itu, Corder (dalam Baradja, 1990:12) mengatakan bahwa analisis
kesalahan itu mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis.
Tujuan yang bersifat praktis tidak berbeda dengan tujuan analisis tradisional,
sedangkan tujuan yang bersifat teoretis ialah adanya usaha untuk memahami proses
belajar bahasa kedua. Bagi seorang guru, yang penting menemukan kesalahan itu
kemudian menganalisisnya. Hasil analisis sangat berguna untuk tindak lanjut proses
belajar-mengajar yang dilakukan.
Dengan memperhatikan paparan di atas, seorang guru yang akan
menerapkan analisis kesalahan tentu harus memiliki pengetahuan kebahasaan yang
memadai. Dia harus paham benar tata bahasa yang baku dan berlaku, misalnya
tentang kebakuan pelafalan, tulisan (ejaan), bentukan kata, dan tata kalimatnya.
Dalam hal ini, guru dihadapkan pada dua persoalan, yaitu apa yang salah dan
bagaimana memperbaikinya. Pengetahuan yang cukup memadai sangat diperlukan
oleh seorang guru. Lebih-lebih pengetahuan dan pemahaman tata bahasa.
Kekhilafan adalah suatu hal yang wajar dan selalu dialami oleh anak (siswa)
dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua. Hal itu merupakan
implikasi logis dari proses pembentukan kreatif siswa (anak). Menurut Corder dan
Richards (dalam Indihadi, 2012:3), bila mempelajari kekhilafan, minimal ada tiga
informasi yang akan diperoleh guru (pengajar) bahasa, yakni:
1. Kekhilafan berguna untuk umpan balik (feedback), yakni tentang seberapa jauh
jarak yang harus ditempuh oleh anak untuk sampai kepada tujuan serta hal apa
(materi) yang masih harus dipelajari oleh anak (siswa).
2. Kekhilafan berguna sebagai data/fakta empiris untuk peneliti atau penelitian
tentang bagaimana seseorang memperoleh dan mempelajari bahasa.

13
3. Kekhilafan berguna sebagai masukan (input), bahwa kekhilafan adalah hal
yang tidak terhindarkan dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa, dan
merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh anak untuk pemerolehan
bahasanya.
Dari beberapa rumusan di atas, dapat dikatakan bahwa analisis kesalahan
dapat membantu guru untuk mengetahui jenis kesalahan yang dibuat, daerah
kesalahan, sifat kesalahan, sumber kesalahan, serta penyebab kesalahan. Bila guru
telah menemukan kesalahan-kesalahan, guru dapat mengubah metode dan teknik
mengajar yang digunakan, dapat menekankan aspek bahasa yang perlu diperjelas,
dapat menyusun rencana pengajaran remedial, dan dapat menyusun program
pengajaran bahasa itu sendiri. Dengan demikian jelas bahwa antara analisis
kesalahan dengan bidang kajian yang lain, misalnya pengelolaan kelas, interaksi
belajar-mengajar, perencanaan pengajaran, pengajaran remedial, penyusunan ujian
bahasa, dan bahkan pemberian pekerjaan rumah ada hubungan timbal balik.

2.6 Metodologi Analisis Kesalahan Berbahasa


Parera (1987:53) telah menyusun metodologi analisis kesalahan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Pengumpulan data dari karangan-karangan siswa atau dari hasil ujian.
2. Identifikasi kesalahan baik yang mendapatkan perhatian khusus dengan tujuan
tertentu maupun penyimpangan secara umum.
3. Klasifikasi atau pengelompokan kesalahan.
4. Pernyataan tentang frekuensi tipe kesalahan.
5. Identifikasi lingkup kesalahan dalam bahasa ajaran.
6. Usaha perbaikan.

2.7 Model Analisis Kesalahan Berbahasa


Model analisis kesalahan berbahasa terbagi menjadi empat. Keempat model
tersebut merujuk pada analisis kesalahan berbahasa bidang fonologi, morfologi,
sintaksis, dan leksikon. Kesemuanya itu dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Fonologi
a. Kesalahan Ucapan

14
Kesalahan ucapan ialah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpan
dari ucapan baku, bahkan dapat menimbulkan perbedaan makna. Berikut ini
dikemukakan beberapa contoh kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi.
(1) Fonem /e/(pepet) diucapkan menjadi /é/ taling
Contoh: émpat – empat, énam – enam.
(2) Fonem /é/ (taling) diucapkan menjadi /e/ (pepet)
Contoh: lecet-lécét (berair, luka, terkelupas kulit), teras-téras (lantai pada
bagian depan rumah).
(3) Fonem /i/ diucapkan menjadi /é/(taling)
Contoh: éndonesia-indonesia, kaédah-kaidah.
(4) Fonem /é/ (taling) diucapkan menjadi /i/
Contoh: difinisi-définisi, difinitif-définitif (sudah pasti, bukan untuk
sementara)
(5) Fonem diftong /au/ diucapkan menjadi /o/
Contoh: oditorium-auditorium, otopsi-autopsi (pembedahan tubuh mayat)
(6) Fonem /c/ diucapkan menjadi /sé/
Contoh: wese-wecé (WC) water closet, ase-acé (AC) air conditioning
(7) Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/
Contoh: perba-verba (kata kerja)
(8) Fonem /u/diucapkan menjadi /w/
Contoh: kwalitas-kualitas (tingkat baik buruknya sesuatu)
(9) Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/
Contoh: paedah-faedah (guna, manfaat), pajar-fajar (cahaya kemerah-merahan
waktu matahari akan terbit).

b. Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan ialah kesalahan menuliskan kata dan kesalahan
menggunakan tanda baca.
(1) Kesalahan penulisan kata
Contoh:
Salah Benar
tanggungjawab tanggung jawab

15
meski pun meskipun
bagaimana pun bagaimanapun
rumah mu rumahmu
mengenengahkan mengetengahkan (membawa ke tengah)

(2) Kesalahan penggunaan tanda baca


Contoh:
Salah Benar
BAB. X. PERNIKAHAN BAB X PERNIKAHAN
10.1. Rukun Nikah 10.1 Rukun Nikah
Ia tidak pergi kuliah, karena sakit. Ia tidak pergi kuliah karena sakit.

2. Model Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Morfologi


Menurut Tarigan (1997:12), kesalahan morfologi adalah kesalahan pemakai
bahasa yang disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah
menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata. Sedangkan menurut
Pateda (1989:12), kesalahan morfologi adalah kesalahan pada bidang tata bentuk
kata. Hal ini menyangkut masalah kosakata. Kesalahan morfologi juga menyangkut
kesalahan penggunaan afiks, kesalahan penggunaan kata ulang, dan kesalahan kata
majemuk.
a. Salah menentukan bentuk asal. Contoh: himbau - imbau, telor - telur.
b. Fonem yang luluh tidak diluluhkan. Contoh: mentabrak - menabrak,
mentertawakan - menertawakan.
c. Fonem yang tidak luluh diluluhkan. Contoh: memitnah - memfitnah,
memotokopi - memfotokopi.
d. Penulisan morfem yang salah. Contoh: non Islam seharusnya non-Islam
e. Kata majemuk yang ditulis terpisah. Contoh: mata hari - matahari,
tanggungjawab – tanggungjawab.

3. Model Analisis Kesalahan dalam Sintaksis


Kesalahan sintaksis adalah kesalahan berbahasa ditinjau dari segi kalimat,
seperti kesalahan menyusun kalimat, kesalahan penggunaan konjungsi,

16
menggunakan kalimat yang tidak efektif, dan menghilangkan bagian kalimat
tertentu Pateda (1989:58) menyatakan bahwa kesalahan pada daerah sintaksis
berhubungan erat dengan kesalahan pada morfologi karena kalimat berunsurkan
kata-kata. Itu sebabnya, daerah kesalahan sintaksis berhubungan dengan kalimat
yang berstruktur tidak baku, kalimat ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang
tidak tepat yang membentuk kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang
digunakan di dalam kalimat, dan logika kalimat.

4. Model Analisis Kesalahan dalam Leksikon


Kesalahan leksikon adalah kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan
kosakata, yaitu kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat, termasuk
pemakaian kata yang tidak baku. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kesalahan leksikon adalah kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan
pemakaian kosakata yang tidak atau kurang tepat dan tidak baku. Gejala hiperkorek
dan pleonasme merupakan contoh kesalahan leksikon.
a. Hiperkorek
Hiperkorek merupakan kesalahan berbahasa yang terjadi akibat membetul-
betulkan kata yang sudah betul akhirnya menjadi salah. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), hiperkorek adalah tindakan yang bersifat
menghendaki kerapian dan kesempurnaan yang sangat berlebihan sehingga
hasilnya malah menjadi sebaliknya.
Contoh:
Benar Hiperkorek
Utang Hutang
Insaf Insyaf
Pihak Fihak
Jadwal Jadual
Asas Azas

b. Pleonasme
Contoh:
(1) Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata.
Contoh:

17
Zaman dahulu (benar)
Dahulu kala (benar)
Zaman dahulu kala (pleonasme)
(2) Bentuk jamak yang dinyatakan dua kali.
Contoh:
Ibu-ibu (benar)
Para ibu (benar)
Para ibu-ibu (pleonasme)
(3) Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena
pernyataannya sudah jelas.
Contoh:
Maju (benar)
Maju ke depan (pleonasme)

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Dalam analisis kesalahan berbahasa, dibahas masalah kesalahan berbahasa


(error) dan kekhilafan atau kekeliruan berbahasa (mistake). Kesalahan berbahasa
mengacu pada penyimpangan kaidah (struktur atau tata bahasa) bahasa yang baku,
sedangkan kekhilafan atau kekeliruan mengacu pada penyimpangan tataran strategi
performansi bahasa.
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur sistematis yang
dilakukan untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi, sekaligus
mengevaluasi kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh anak. Kesalahan
berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik (kebahasaan). Ada kesalahan
yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, dan semantik.
Akan tetapi, ada juga yang mengatakan kesalahan itu terjadi dalam taksonomi
kategori linguistik, taksonomi strategi performasi, taksonomi komparatif, dan
taksonomi efek komunikasi.
Analisis kesalahan berbahasa bertujuan untuk menentukan urutan penyajian
butir-butir yang diajarkan, menentukan urutan jenjang relatif penekanan,
merencanakan latihan dan pengajaran remedial, serta memilih butir-butir bagi
pengujian kemahiran siswa.
Adapun metodologi analisis kesalahan dapat dilakukan dengan prosedur
yang dimulai dengan pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan,
pengklasifikasian atau pengelompokan kesalahan, pernyataan tentang frekuensi
tipe kesalahan, pengidentifikasian lingkup kesalahan dalam bahasa ujaran, serta
usaha perbaikan atau evaluasi.

3.2 Saran

Berdasarkan pemahaman pada uraian di atas, saran yang dapat kami ajukan
adalah sebagai berikut.
1. Bagi guru

19
a. Seyogianya menguasai ilmu kebahasaan/bahasa Indonesia dan hal-hal yang
bersangkut-paut dengannya serta memberi teladan dalam menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
b. Hendaknya memberikan pengetahuan yang memadai tentang jenis, sebab, dan
contoh kesalahan berbahasa. Para guru juga sebaiknya melakukan analisis
kesalahan berbahasa para siswanya. Dengan upaya tersebut, diharapkan tujuan
analisis kesalahan berbahasa dapat dicapai secara optimal dan pengajaran
bahasa dapat memprediksi kesulitan dan kesalahan siswa dalam berbahasa.
c. Hendaknya tidak membiarkan bila menemukan kesalahan berbahasa yang
dilakukan oleh siswa, tetapi harus segera ditangani dengan melakukan tindakan
pembetulan yang bijak dan tepat.
2. Bagi peneliti sebaiknya secara berkesinambungan melakukan kegiatan
penelitian mengenai kesalahan berbahasa untuk mengetahui kemungkinan
bentuk-bentuk baru kesalahan berbahasa. Hal ini karena bahasa itu selalu
mengalami perkembangan yang diikuti pula dengan kesalahan dalam
berbahasa seiring dengan perkembangan masyarakat pengguna bahasa itu
sendiri.
3. Bagi rekan-rekan mahasiswa hendaknya lebih intensif melakukan diskusi yang
membahas masalah kesalahan berbahasa dan hal-hal yang bersangkut-paut
dengannya agar lebih paham dan dapat meminimalisasi terjadinya kesalahan
berbahasa tersebut.
4. Bagi pemerintah/pemangku kebijakan hendaknya memberi teladan saat
berkomunikasi dalam forum resmi/rapat/wawancara dengan media dan/atau
berdialog di televisi dengan senantiasa berupaya untuk menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu, seyogianya pemerintah juga dapat
melindungi dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia dengan menjadikannya
bahasa yang paling utama di negaranya sendiri. Sebagai contoh kecil: papan
nama kantor, instansi, perusahaan, hotel, toko, pusat perbelanjaan, rambu lalu
lintas, plakat, poster, spanduk, iklan, dll. harus menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2006). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.

Baradja, M. F. (1990). Kapita Selecta Pengajaran Bahasa. Malang: Penerbit IKIP


Malang.

Corder, S. P. dan Allen, J.P.B. (1974). Techniques in Apllied Linguistics. New


York: Oxford University Press.

Dulay, H., Burt, M., dan Krashen, S. (1982). Language Two. New York: Oxford
University Press.

Effendi, S. (1995). Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta:
Pustaka Jaya.

Indihadi, D. (2012). Bahan Belajar Mandiri Analisis Kesalahan Berbahasa.


(Daring). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktorat/dual-
modes/pembinaan_bahasa_indonesia_sebagai_bahasa_kedua/10_BB
M_8.pdf. (Minggu, 14 Maret 2019).

Kridalaksana, H. (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Moeliono, A. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Nurhadi dan Roekhan (eds.). (1990). Dimensi-Dimensi dalam Belajar Bahasa


Kedua. Malang: Sinar Baru.

Parera, J. D. (1987). Linguistik Edukasional: Pendekatan, Konsep dan Teori


Pengajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Pateda, M. (1989). Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.

Rusminto, N. E. (2011). Analisis Kesalahan Berbahasa (Sebuah Kajian


Keterampilan Berbahasa pada Anak-anak). Bandarlampung:
Universitas Lampung.

Sudiana, I. Ny. (1990). “Analisis Kekhilafan dalam Belajar Bahasa Kedua” dalam
Noerhadi dan Roekhan (eds.), Dimensi-Dimensi dalam Belajar Bahasa
Kedua. Malang: Sinar Baru.

Tarigan, Dj. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H. G. dan Tarigan, Dj. (2011). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

21

Anda mungkin juga menyukai