Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian Persalinan

Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang


dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjaid
pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks,
dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase
belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada
komplikasi pada ibu dan janin. (Eka Puspita, 2014)

Persalinan adalah proses dimana bayi,plasenta dan selaput ketuban


keluar dari uterus ibu. (Wijayanti, 2015).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi atau


pembuahan di dalam rahim (uterus) membukanya jalan lahir,
membukanya dan menipisnya seviks dan bayi turun ke jalan lahir dan
keluarlah bayi ke dunia luar.yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus
yang menyebabkan terjadinya kelahiran bayi dan plasenta.(Rosyati, 2017).

2. Sebab Mulainya Persalinan


Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui
benar, yang ada hanyalah teori-teori yang kompleks antara lain ditemukan
Teori Awitan Persalinan, Teori Estrogen-Progesteron, Teori Oksitosin,
Teori Kontrol Endokrin Janin, Teori Prostaglandin.
(Sharon Redeer, 2014).

a. Teori Awitan Persalinan

Awitan persalinan biasanya terjadi ketika janin telah cukup matang


untuk menghadapi kondisi ekstrauteri tetapi tidak cukup besar untuk
menyebabkan masalah mekanis dalam persalinan. Sebagian besar

1
2

peneliti memfokuskan pada keseimbangan antara kadar hormone yang


tampaknya menstimulasi kontraksi persalinan dan kadar hormone yang
cenderung merelaksasi otot uterus. Teori ini banyak diterima sebagai
penyebab terjadinya persalinan. (Sharon Redeer, 2014).

b. Teori Estrogen-Progesteron

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone


estrogen dan progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila kadar progesterone menurun.
(Sharon Redeer, 2014).

c. Teori Oksitosin

Teori oksitosin menyatakan bahwa oksitosin menstimulasi


kontraksi uterus dengan bekerja secara langsung pada myometrium dan
secara tidak langsung meningkatkan produksi prostaglandin di dalam
desidua. Uterus menjadi semakin sensitive terhadapoksitosin seiring
dengan pertambahan usia kehamilan. (Sharon Redeer, 2014).

d. Teori Kontrol Endokrin Janin

Teori control endokrin janin mengemukakan bahwa pada waktu


maturitas janin yang tepat, kelenjar adrenal janin menyekresi
kortikosteroid yang memicu mekanisme persalinan. Steroid janin
menstimulasi pelepasan prekursor ke prostaglandin, yang pada akhirnya
menghasilkan kontraksi persalinan pada uterus. (Sharon Redeer, 2014).

e. Teori Prostaglandin.

Hipotesis teori prostaglandin menyatakan bahwa persalinan


manusia dimulai oleh serangkaian kejadian, termasuk pelepasan
precursor lipid yang kemungkina dipicu oleh kerja steroid, pelepasan
asam arakidonat pada sisi membran janin, peningkatan sintesis
prostaglandin dari asam arakidonat, dan peningkatan kontraksi uterus
3

sebagai akibat dari kerja prostaglandin pada otot uterus. (Sharon


Redeer, 2014).

3. Tahap Dalam Persalinan

a. Kala 1

Kala 1 persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan


pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala
1 persalinan berlangusung 18-24 jam dan dibagi ke dalam 2 fase yaitu
fase laten dan fase aktif. (Sharon Redeer, 2014).

1) Fase Laten

Diawali dengan kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan dan


pembukaan serviks secara bertahap, biasanya berlangsung selama
kurang dari 8 jam, dan pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
(Sharon Redeer, 2014)

2) Fase Aktif

Intensistas dan lama kontraksi uterus meningkat dan kontraksi


uterus terjadi lebih sering (setiap 3-5 menit), serviks membuka dari 4
cm ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm perjam atau bisa lebih
hingga pembukaan lengkap 10 cm, serta terjadinya penurunan bagian
terendah bayi dalam fase ini.

Dilatasi serviks adalah pelebaran lubang servikal dari sebuah


lubang berukuran beberapa milimeter sampai cukup besar untuk
dilewati janin (yaitu diameter 10 cm). saat serviks tidak dapat lagi
diraba, dilatasi dikatakan lengkap.
(Sharon Redeer, 2014).

b. Kala II

Selama kala II persalinan, intensitas kontraksi meningkat,


berlangsung selama 50 sampai 70 detik, dan terjadi pada interval 2 atau
4

3 menit. Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari


serviks dan berahir dengan lahirnya bay. Proses ini berlangsung sekitar
1-2 jam. Tanda dan gejala kala II yaitu :

1) Ibu ingin meneran/mengejan

2) Perineum menonjol

3) Vulva vagina dan spincter anus membuka

4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

5) His lebih kuat dan cepat 2-3 menit sekali

6) Pembukaan lengkap (10 cm).

(Sharon Redeer, 2014)

c. Kala III

Kala III dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya uri (plasenta),
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Pada tahap ini berlangsung
selama 5-30 menit dimana plasenta dan tali pusar yang masih tersisa
dikeluarkan dari dalam tubuh ibu. Resiko pendarahan akan meningkat
apabila kala III lebih lama dari 30 menit, terutama pada 30-60 menit.
Kala III yang normal dapat dibagi dalam 4 fase , yaitu:

1) Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas


tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat
masih tipis.
2) Fase kontraksi uterus, ditandai oleh menebalnya dinding uterus
tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi
> 2 cm).
3) Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan
pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Setelah lepas, plasenta
turun ke segmen bawah uterus atau ke dalam ruang vagina atas.
5

4) Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat


plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan
sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Tanda-
tanda lepasnya plasenta adalah adalah sering ada pancaran darah
yang mendadak, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta
yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang
keluar lebih panjang.
(Sharon Redeer, 2014)

d. Kala IV

Kala IV adalah fase pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan
plasenta lahir, tujuannya untuk memantau kondisi ibu dan bayi. Pada
kala IV ibu akan melakukan pemulihan dan keseimbangan. Periode ini
juga penting untuk pembentukan awal hubungan ibu dan bayi. Interaksi
awal orang tua dan bayi baru lahir dipercaya mempengaruhi kualitas
hubungan mereka selanjutnya. (Sharon Redeer, 2014).

4. Tujuan Asuhan Persalinan


Tujuan asuhan persalinan adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
beberapa upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi juga dengan intervensi
yang yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan. Dengan demikian
maka setiap intervensi dalam asuhan persalinan harus disertai dengan alas
an dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi itu bagi
kemajuan dan keberhasilan proses persalinan. (Nurul Jannah, 2017)
Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi :
a. Membuat keputusan klinik
b. Asuhan saying ibu dan saying bayi
c. Pencegahan infeksi
d. Pencatatan (rekam medic) asuhan persalinan
e. Rujukan. (Nurul Jannah, 2017).
6

5. Tanda-Tanda Persalinan
a. Lightening (penurunan kepala janin ke panggul)
Lightening dapat terjadi sekitar 10-14 hari sebelum kelahiran.
Perubahan ini dihasilkan oleh penempatan kepala janin ke dalam
rongga panggul. Lightening dapat terjadi secara tiba-tiba sehingga saat
bangun pagi ibu benar-benar tidak merasakan ketegangan pada perut
dan ketegangan diafragma yang sebelumnya ia rasakan.
(Sharon Reeder, 2014).
b. Pengeluaran lendir disertai darah (show)
Tanda lain menjelang persalinan adalah pengeluaran rabas vagina
yang berwarna merah muda (pink) yang biasa disebut “show”.
Sekumpulan lender yang mengisi saluran serviks selama kehamilan
mungkin dikeluarkan saat serviks melembut pada beberapa hari terakhir
kehamilan. Tekanan bagian presentasi janin yang turun ke rongga
panggul menyebabkan kapiler yang sangat kecil di serviks mengalami
ruptur. Darah ini bercampur dengan lender dan membuat warna pink,
“Show” harus dapat dibedakan dari pengeluaran darah yang banyak,
yang dapat mengindikasi adanya komplikasi obstetrik.
(Sharon Reeder, 2014).
c. Pecah ketuban
Pecah ketuban merupakan indikasi pertama mulainya proses
persalinan. Setelah ketuban pecah selalu ada kemungkinan prolapse tali
pusat jikabagian bawah janin tidak secara adekuat mengisi pintu atas
oanggul. Ibu hamil sebaiknya disarankan untuk segera menghubungi
tenaga kesehatan jika terjadi pecah ketuban agar segera mendapat
pertolongan. (Sharon Reeder, 2014).
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
a. Power (kekuatan his dan mengejan)
His normal mempunyai sifat :
1) Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim
2) Fundal dominant, menjalar ke seluruh otot rahim
7

3) Kekuatannya seperti memeras isi rahim


4) Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehinnga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.
(Sharon Reeder, 2014).

b. Passage (jalan lahir)


passage atau jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot besar panggul
ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan
dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relative kaku. (Sharon Reeder, 2014).
c. Passanger (janin dan plasenta)
1) Janin
Persalinan normal terjadi bila kondisi janin adalah letak bujur,
presentasi belakang kepala dan tafsiran berat janin adalah <4000
gram. (Sharon Reeder, 2014).

2) Plasenta
Plasenta berada di segmen atas rahim (tidak menghalangi jalan
rahim). Dengan tuanya plasenta pada kehamilan yang bertambah
tua maka menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone
sehingga menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menyebabkan kontraksi. (Sharon Reeder, 2014).

B. Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Pada Persalinan Kala I, II, III, IV


1. Perubahan Kala I
a. Uterus
Uterus mulai berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada
umumnya. Otot retraksi tidak akan kembali ke ukuran semula berubah
menjadi pendek secara progresif. Dengan perubahan otot uterus pada
saat proses kontraksi, relaksasi, retraksi maka cavum uteri lama
8

kelamaan menjadi semakin mengecil, merupakan salah satu factor yang


menyebabkan janin turun ke pelvis.kontraksi uterus berakhir dengan
masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus.
(Nurul Wahidah, 2017).

b. Serviks
Penipisan pada serviks (effacement) disebabkan oleh kontraksi
uterus yang bersifat fundall dominan sehingga seolah – olah serviks
tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen
atas dan bawah rahim mengkuti tarikan keatas. Panjang serviks pada
akhir kehamilan normal berubah – ubah dari beberapa mm menjadi 3
cm, panjang serviks berkurang secara teratur dan pendek.
(Nurul Wahidah, 2017).

c. Ketuban

Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan


hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan
ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum
pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini (KPD).
(Nurul Wahidah, 2017).

d. Tekanan darah
Tekanan darah meninggi selama kontraksi dengan kenaikan
sistolik rata-rata sebesar 15 (10-20) mmHg dan kenaikan diastolic rata-
rata sebsar 5-10 mmHg. (Nurul Wahidah, 2017).

e. Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerobic maupun


anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama
diakibatkan oleh kecemasan dan aktivitas otot rangka. (Nurul Wahidah,
2017).
9

f. Suhu tubuh

Akan meningkat selama persalinan dan segera setelah melahirkan,


peningkatan suhu tubuh tidak lebih dari 0.5-1̊C mencerminkan
peningkatan metabolisme persalinan, bila persalinan berlangsung lama
suhu tubuh dapat meningkat dapat mengindikasikan dehidrasi sehingga
parameter lain harus dicek. Peningkatan suhu dapat mengindikasikan
infeksi dan tidak dapat dianggap normal dalam kasus ketuban pecah
dini. (Nurul Wahidah, 2017).
g. Detak jantung

Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi meningkat di banding


selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan selama
persalinan terjadi peningkatan metabolisme. Sedikit peningkatan denyut
jantung di anggap normal maka diperlukan pengecekan parameter untuk
menyingkirkan kemungkinan terjadi infeksi. (Nurul Wahidah, 2017).

h. Pernafasan

Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap normal


mengenai frekuensi pernafasan sangat dipengaruhi oleh rasa tenang,
nyeri, rasa takut, dan penggunaan teknik pernafasan. (Nurul Wahidah,
2017).

i. Renal

Poliuri sering terjadi selama persalinan diakibatkan karena


peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan
kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma
ginjal. Kandung kemih harus dicek setiap 2 jam untuk mengetahui
distensi juga dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat
kandung kemih penuh. (Nurul Wahidah, 2017).
10

j. Gastrointestinal

Motilitas dan penyerapan lambung terhadap makanan padat jauh


berkurang. Makanan yang dimakan selama periode menjelang
persalinan atau fase prodromal atau fase laten persalinan cenderungakan
tetap berada di lambung selama persalinan. Lambung yang penuh dapat
menimbulkan ketidaknyamanan selama masa transisi. (Nurul Wahidah,
2017).

k. Hematologi

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan


kembali ke kadar sebelumpersalinan pada hari pertama pasca persalinan
jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Selama persalinan,
waktu kogulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen
plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resikp perdarahan pasca
persalinan.gula darah menurun selama proses persalinan, dan menurun
drastis pada persalinan yang alami. (Nurul Wahidah, 2017).

2. Perubahan Kala II

a. Serviks
Seviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh
pendataran serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang
semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu
lubang saja dengan pinggir yang tipis. Lalu akan terjadi pembesaran
ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan beberapa
milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm.
Pada pembukaan lengkap tidak teraba bibir portio, sekmen bawah
rahim, serviks dan vagina telah merupakan satu saluran. (Nurul
Wahidah, 2017).
b. Uterus
Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh ototnya
berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his bersifat fundal
11

dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot fundus yang menarik


otot bawah rahim ke atas sehingga akan menyebabkan pembukaan
serviks dan dorongan janin ke bawah secara alami. (Nurul Wahidah,
2017).
c. Vagina
Setelah ketuban pecah, segala perubahan, terutama pada dasar
panggul direngang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis
oleh bagian depan anak. Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva
menghadap ke depan atas. (Nurul Wahidah, 2017).
d. Pergeseran organ panggul
Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan
menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti dengan perineum
yang menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai
membuka dan tak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva saat
ada his. (Nurul Wahidah, 2017).
e. Ekspulsi janin
Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis, kemudian dahi, muka,
dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi
untuk mengeluarkan badan dan anggota tubuh bayi.
(Nurul Wahidah, 2017).
f. System kardiovaskuler
1) Kontraksi menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlah
darah dalam sirkulasi ibu meningkat.
2) Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat.
3) Saat mengejan, cardiac output meningkat 40-50 %
4) Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15 mmhg saat kontraksi.
Uapaya meneran juga akan mempengaruhi tekanan darah, dapat
meningkatkan dan kemudian menurun kemudian akhirnya kembali
lagi sedikit di atas normal. Rata-rata normal peningkatan tekanan
darah selama kala ii adalah 10 mmhg.
12

5) Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah


6) Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia
tetapi dengan kadar yang masih adekuat tidak menimbulkan masalah
serius.
(Nurul Wahidah, 2017)
g. repirasi
1) Respon terhadap perubahan system kardiovaskular : konsumsi
oksigen meningkat
2) Percepatan pematangan surfaktan (fetus labor speed maturation of
surfactant): penekanan pada dada selama proses persalinan
membersihkan paru-paru janin dari cairan yang berlebihan.
(Nurul Wahidah, 2017)
h. pengaturan suhu
1) Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit kenaikan suhu
2) Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan
segera setelahnya, peningkatan suhu normal adalah 0,5-1º c.
3) Keseimbangan cairan: kehilangan cairan meningkat oleh karena
meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi yang
menyebabkan restriksi cairan.
(Nurul Wahidah, 2017).
i. Urinaria
Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesical kandung
menurun. (Nurul Wahidah, 2017).
j. Muskuluskeletal
1) Hormone relaxin menyebabkan pelunakan kartilago di antara tulang.
2) Fleksibilitas pubis meningkat
3) Nyeri punggung
4) Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi flexi maksimal
(Nurul Wahidah, 2017).
13

k. Persyarafan
Kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin sehingga
denyut jantung janin menurun. (Nurul Wahidah, 2017).
l. Metabolisme
Peningkatan metabolisme berlanjut hingga kala II persalinan.
(Nurul Wahidah, 2017).
m. Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi meningkat berbeda – beda setiap kali
meneran meningkat selama kala II disertai takikardi meningkat nyata
ketika mencapai puncak menjelang persalinan. (Nurul Wahidah, 2017).
3. Perubahan Kala III
Dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung kurang lebih 30 menit. Uterus terus berkontraksi terus
menerus untuk melepas plasenta dari dindingnya, biasanya selama 6-15
menit setelah bayi keluar spontan atau dengan tekanan fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. Otot uterus
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah bayi
lahir, Penyusutan ini menyebabkan ukuran tempat perlekatan plasenta
berkurang. (Nurul Wahidah, 2017).

4. Perubahan Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan adalah waktu yang paling
kritis bagi ibu dan bayinya. Tubuh ibu melakukan adaptasi setelah
kelahiran bayinya agar kondisi tubuh kembali stabil, sedangkan bayi
melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan hidupnya diluar
uterus. Kematian ibu banyak pada kala ini, oleh karena itu bidan tidak
boleh meninggalkan ibu dan bayinya sendirian. (Nurul Wahidah, 2017).
14

DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Sharon. 2014. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, Dan


Keluarga Edisi 18. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Wahidah, Nurul . 2017 . Modul pengantar : perubahan fisiologi dan psikologi ibu
bersalin

Jannah, Nurul. 2017. Modul Pengantar Asuhan Kebidanan Perubahan Fisiologi


dan Psikologi Ibu Bersalin.

Rosyati. 2017. Asuhan Kebidanan Persalinan. Fakultas Kedokteran dan


Kesehatan Universitas Muhammadiyah: Jakarta

Wahyuni R, Rohani S . 2017 . Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan


preterm . Jurnal Ilmu Kesehatan volume 2 nomor 1 62 . 26/09/2019 .
http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja.
Diakses pada 24 September 2019

Lestari H, Aprilia E . 2017 . Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan


rangsangan puting susu di bpm lilik kustono diwek jombang . Strada
Jurnal Ilmiah Kesehatan volume 6 nomor 2 39 . 26/09/2019.
https://media.neliti.com/media/publications/236468-asuhan-kebidanan-
pada-ibu-bersalin-denga-9b43377d.pdf . Diakses pada 24 September 2019.

Janiarli M, Fahmi F . 2018 . Hubungan antara pendamping persalinan dengan


kelancaran proses persalinan kala II di puskesmas tambusai kecamatan
tambusai kabupaten rokan hulu . Jurnal Maternitas Kebidanan volume 3
nomor 2 69.27/09/2019.
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/Jumkep/article/download/278/186/.
Diakses pada 24 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai