Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGELOLAAN SAMPAH

DOSEN :
SUPRIADI, S.Pd, M.Sc
NIP : 196405101988031006

Diajukan untuk memenuhi syarat salah satu


tugas mata kuliah Pengelolaan sampah

DISUSUN OLEH :

Nama : Mawar Agustin


NIM : PO 71330180014

Pembimbing Akademik :
Emilia chandra, S.Pd, M.S
NIP : 197903082003122003

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah pada mata kuliah Pengelolaan Sampah. Saya menyadari bahwa di dalam
penyelesaian makalah ini masih jauh dari sempurna , maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dan memberi dorongan kepada saya agar dilain waktu
saya dapat membuat dan menyempurnakan makalah berikutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya yang membutuhkan informasi tentang
Pengolahan sampah.

Jambi, 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, sampah adalah sesuatu yang tidak asing
lagi di telinga penulis, setiap mata memandang di situ ada sampah, memang
berlebihan jika penulis mengatakan demikian. Namun semua itu memang
kenyataan yang tidak dapat penulis pungkiri lagi. Sampah merupakan kotoran;
bisasesuatu yang tak terpakai dan dibuang; semua barang yang dibuang karena
di anggap tak berguna lagi, berarti dapat penulis katakana sampah adalah
barang bekas, barang buangan, barang tidak berguna, barang kotor dan lain-
lain. Seharusnya dimanfaatkan, diolah dikelola sesuai dengan prosedur 3R
Reduce (mengurangi penggunaan barang yang menghasilkan sampah), Reuse
(menggunakan kembali barang yang biasa dibuang), dan Recycle (mendaur
ulang sampah).
Dalam kenyataannya, pengelolaan pengolahan sampah dalam
kehidupan sehari-hari tidak seperti yang kita bayangkan. Sampah banyak
dijumpai dimana-mana tanpa adanya pengelolaan yang baik. Pengelolaan yang
buruk mengakibatkan pencemaran baik pencemaran udara, air di dalam dan
atas permukaan, tanah, serta munculnya berbagai macam penyakit yang
mengancam kesehatan masyarakat. Sampah sering menjadi barang tidak
berarti bagi manusia, sehingga menyebabkan sikap acuh tak acuh terhadap
keberadaan sampah. Orang sering membuang sampah sembarangan, seolah-
olah mereka tidak memiliki salah apapun. Padahal membuang sampah
merupakan perbuatan tidak menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan dari dalam latar belakang masalah tersebut, dapat
dirumuskan sebagai berikut.
a. Apa itu Sampah ?
b. Apa yg dimaksud dengan pengolahan sampah ?
c. Apa saja skema tahapan pengelolaan sampah ?
d. Apa Dampak negatif sampah tehadap lingkungan di kehidupan manusia ?
e. Apa saja komponen dari pengelolaan sampah tersebut ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sampah

Sampah adalah material yang dibuang sebagai sisa dari hasil produksi
industri maupun rumah tangga. Definisi lainnya adalah benda-benda yang
sudah tidak terpakai oleh makhluk hidup dan menjadi benda
buangan.Sesuatu yang dihasilkan dari hewan, tumbuhan, bahkan manusia
yang sudah tidak terpakai berpotensi untuk menjadi sisa material buangan.
Sisa material tersebut dapat berupa zat cair, padat, maupun gas yang
nantinya akan dibuang ke alam. Tidak sedikit sisa material tersebut membuat
terjadinya pencemaran lingkungan.

Pengertian sampah menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008


tentang Pengelolaan Sampah yaitu sisa kegiatan sehari-hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi-padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

Menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah barang


yang berasal dari kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan, baik tidak
dipakai, tidak disenangi, ataupun yang dibuang.

2.2. Pengolahan Sampah

Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu


dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif
yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah
lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani
semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang
semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam,
sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk
mencapai hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang
harus diganti dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan
bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat,
minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.

Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat


dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem
pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-
industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan
proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan
alur sampah.

2.3. Skema Tahapan Pengelolaan Sampah

Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai,


tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal
dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi
bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan
umumnya bersifat padat (Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-
macam, diantaranya adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor,
bangunan umum, industri, dan jalan.

Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi


sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat
di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan
diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali
(Outerbridge, ed., 1991).

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam


menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi
pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan
transport, pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai
berikut :

1. Penimbulan sampah (solid waste generated)


Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah
itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not
produced). Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang
tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh
jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang
terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan
praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen
Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang
Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana
besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-3,25
liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.

2. Penanganan di tempat (on site handling)


Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan
terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat
pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material
yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai
ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya
meliputi pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur
ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk
mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)
3. Pengumpulan (collecting)

Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke


lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong
dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.

4. Pengangkutan (transfer and transport)


Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi
pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.

5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah.
Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya
adalah :
a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan
pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah
penyimpanan dan pengangkutan.

b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang


dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat
berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi
bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik
tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.

c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik)


yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang
sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya
kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan
pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan
sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan
baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh
siapapun dan dimanapun.

d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi


panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di
Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan
kapasitas ± 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik
sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.

6. Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini
dilakukan adalah dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya
di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi.
Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill.
Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
mengolah timbunan sampah.

Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3


tahapan kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
Aboejoewono (1985) menggambarkan secara sederhana tahapan-tahapan dari
proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut :

1. Tahapan Pengumpulan 
Diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke
tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada
tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah,
peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara
(TPS/Dipo). Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah
tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.
2. Tahapan pengangkutan 
Dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat
transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada
tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu
mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
3. Tahap pembuangan akhir/pengolahan
Sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun
biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses.
2.4. Dampak Negatif Sampah Terhadap Lingkungan Kehidupan Manusia

Penanganan sampah yang kurang baik dan bijak bisa menimbulkan dampak
yang sangat besar bagi kehidupan di bumi. Dampak bagi kesehatan, ekonomi
social dan budaya. Sampah yang tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan
bau, mengundang bakteri pathogen juga bibit penyakit, dalam penanggulangannya
juga membutuhkan dana yang besar, juga mengganggu dan merusak keindahan
planet bumi yang diberikan yang maha kuasa. Dampak yang lebih besar adalah
dapat merusak lapisan ozone yang berada di atmosfer akibat pengelolaan sampah
yang tidak baik dan bijak. Untuk menangani masalah sampah tidaklah susah, tidak
juga mudah dan sederhana. Tapi membutuhkan dukungan dari berbagai fihak, baik
dari pemerintah maupun seluruh lapisan masyarakat.

1. Berdampak Untuk Kesehatan 


Sampah yang tidak di buang pada tempatnya akan mengganggu kesehatan
kita yang akan memicu terserangnya penyakit pada manusia seperti :
 Diare
 Disentri
 Kudisan,
 Jamur dll
Memicu tercemarnya lingkungan hidup hewan, tumbuhan dan manusia. Di
jepang telah di laporkan 40rb penduduknya mennggal setelah mengkonsumsi ikan
yang tercemar atau terkontaminasi raksa (Hg) yang beracun jika di konsumsi
manusia. Raksa ini berasal dari sampah atau limbah industri battrey yang di buang
di laut.
 
2. Berdampak Pada Udara
Sampah yang di buang melalaui udara adalah asap dari industri pabrik dan
kendaraan yang dapat mencemari lingkungan di udara, Udara yang di menjadi
kotor dan berbahaya jika di hirup leh manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain
itu sampah ini dapat melubangi ozon (pelindung bumi dari radiasi matahari) oelh
sebab itu mengapa bumi semakin lama-semakin panas.

3. Berdampak Pada kehidupan Sosial


Dampak dari sampah yang ketiga yaitu pada kehidupan antara sesama
manusia. Ketika kita lewat tumpukan sampah di pinggir jalan yang sangat bau,
kita menjadi terganggu dan menutup hidung ia kan? ini menandakan bahwa kita
merasa terganggu dengan orang yang membuang sampah sembarangan. Contoh
lagi Sampah udara dari orang yang merokok di tempat umum seperti bis umum,
kereta, kapal dan ruangan untuk umum, mereka yang tidak merokok akan sangat
terganggu dan membuat hubungan sosaial terganggu.
Maka dari itu di perlukan sikap yang baik dari setiap manusia dan
kesarannya untuk membuang sampah pada tempatnya dan mengelola kembali
sebaik mungkin agar dampak yang di timbulkan menjadi sedikit. Gunakan juga
teknologi yang ramah lingkungan dan jangan gunakan peralatan yang tidak bisa
di daur ulang.

2.5. Komponen Pengelolaan Sampah


Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai
komponen alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya
adalah :

a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan


pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah
penyimpanan dan pengangkutan.Transformasi fisik perubahan sampah
secara fisik melalui beberapa metoda atau cara yaitu :
− Pemisahan komponen sampah: dilakukan secara manual atau mekanis,
Sampah yang bersifat heterogen dipisahkan menjadi
komponenkomponennya, sehingga bersifat lebih homogen. Langkah ini
dilakukan untuk keperluan daur ulang. Demikian pula sampah yang bersifat
berbahaya dan beracun (misalnya sampah laboratorium berupa sisa-sisa zat
kimia) sedapat mungkin dipisahkan dari jenis sampah lainnya, untuk
kemudian diangkut ke tempat pembuangan khusus.
− Mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau kompaksi: dilakukan
dengan tekanan/kompaksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menekan
kebutuhan ruang sehingga mempermudah penyimpanan, pengangkutan dan
pembuangan. Reduksi volume juga bermanfaat untuk mengurangi biaya
pengangkutan dan pembuangan. Jenis sampah yang membutuhkan reduksi
volume antara lain: kertas, karton, plastik, kaleng.
− Mereduksi ukuran dari sampah dengan proses pencacahan. Tujuan hampir
sama dengan proses kompaksi dan juga bertujuan memperluas permukaan
kontak dari komponen sampah.

b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat


mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat
berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan
merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut
sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara

c.  Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik)


yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja
ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran
ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik,
seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang
lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat
pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan
dimanapun.

d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas
maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-
negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ± 300
ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik (±
96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan
biaya proses pengelolaan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam


menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara
garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan
sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan
pembuangan akhir.

Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan


kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.

Adapun dampak sampah bagi lingkungan kesehatan manusia adalah


berdampak bagi kesehatan, ekonomi social dan budaya. Sampah yang tidak
ditangani dengan baik bisa menimbulkan bau, mengundang bakteri pathogen juga
bibit penyakit, dalam penanggulangannya juga membutuhkan dana yang besar, juga
mengganggu dan merusak keindahan planet bumi yang diberikan yang maha kuasa.
Dampak yang lebih besar adalah dapat merusak lapisan ozone yang berada di
atmosfer akibat pengelolaan sampah yang tidak baik dan bijak.

3.2. Saran

Kita sebagai warga masyarakat harusnya lebih paham dan mengerti tentang
pengolahan sampah dan harus lebih sadar akan kebersihan lingkungan yang kita
diami. Karena dampak dari lingkungan kotor dapat mendatangkan penyakit bagi kita
sendiri dan masyarakat sekitarnya. Untuk itu mulai sekarang marilah kita
menggalakan hidup sehat dengan tidak membuang sampah sembarangan dan
selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai