Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis, serta
menstandarkan obat dan pengobatan, juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian
dan penggunaannya secara aman (Syamsuni, 2006).
Pengertian profesi farmasi dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu
pertama statutory profesion, berdasakan legislative act, profesi yang didasarkan
atas undang undang.kedua learned profession merupakan out-put suatu
pendidikan tinggi dengan proses belajar mengajar yang membutuhkan waktu
relative panjang, berkesinambungan, karakteristik dengan bercirikan unusual
learning, yaitu menerima pengetahuan `yang khas, sehingga tidak di peroleh di
tempat lain atau di bidang yang berbeda. Farmasi mengajarkan antara lain
physical pharmacy, medicinal chemistry, pharmakognosy, pharmaceutical
chemistry, pharmaceutical technologi, phytochemistry,pharmacokinetic, dan
biophaarmaceutics (Wertheiner dan smith, 1989)
Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dan
merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinu atau fase luar
umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispersi atau fase dalam
terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, Dengan kata
lain, suspensi merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut
(pendispersi) dan zat yang dilarutkan (terdispersi). Tetapi terdispersi seluruhnya
dalam fase kontinu.
Selain itu pembuatan suspensi di dasarkan pada pasien yang sukar
menerima tabel atau kapsul, terutama bagi anak anak dan lansia, dapat menutupi
rasa obat yang tidak enak atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan
tablet, dan obat dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi dari pada
table/kapsul dikarenakan luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna
meningkat. Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi. Pembuatan suspensi ini

1
pula didasarkan pada pengembangan sediaan cair yang lebih banyak diamati oleh
masyarakat luas.
Ada sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi :
 Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat
dan harus rata kembali bila di kocok.
 Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap.
 Partikel – partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak
boleh membentuk suatu gumpalan padat tapi harus dengan cepat
terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogen bila wadahnya
dikocok.
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensi tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
 Suspensi harus bias dituang dari wadah dengan cepat dan homogeny.
Ansel (2005)
Ikan sarden merupakan ikan yang dapat ditemukan di selat Hindia dan
Indonesia. Ikan sarden dimanfaatkan dalam industry pengalengan dan
penepungan. Hasil samping penepungan menghasilkan minyak yang memiliki
kandungan asam lemak omega-3 terutama asam lemak eikosapentaenoat (EPA)
dan asam dokosaheksaenoat (DHA) yang sangat potensial bagi kesehatan.
Kelebihan ini bias kita peroleh dengan mengkonsumsi buah segar. Namun
demikian kelebihan ini bias menjadi kekurangan.
Tulang ikan merupakan salah satu bentuk limbah dari industri pengolahan
ikan yang memiliki kandungan kalsium terbanyak diantara bagian tubuh ikan,
karena unsur utama dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor dan karbonat. Kalsium
yang berasal dari hewan yaitu tulang ikan merupakan limbah yang sampai saat ini
belum banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Salah satu bentuk
pemanfaatan tulang ikan yaitu dengan mengolahnya menjadi tepung tulang ikan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan suspensi menggunakan zat aktif
kalsium fosfat.

2
2. Mahasiswa mampu memformulasikan sediaan suspensi dengan zat aktif ka
kalsium fosfat.
3. Mahasiswa dapat mengevaluasi sediaan suspensi dengan zat aktif kalsium
fosfat.
1.2.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan suspensi tulang ikan.
2. Mahasiswa mampu memformulasikan sediaan suspensi tulang ikan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui evaluasi sediaan suspensi tulang ikan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair (Farmakope Indonesia IV Th. 1995,hlm 18)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (Farmakope Indonesia
III, Th 1979, hal 32)
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus
dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus
segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan
disebut sebagai emulgator (joenoes, 1990).

Suspensi juga dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung


partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) Disebarkan
secara merata dalam pembawa di mana obat menunjukkan kelarutan yang sangat
minimum. Beberapa suspensi resmi diperdagangkan tersedia dalam bentuk siap
pakai, telah disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan
bahan tambahan farmasetik lainnya (Ansel 1989).
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam
volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya
tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

4
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan
partikel dalam waktu yang singkat.
4. Jumlah partikel (konsentrasi)
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antarbahan tersebut yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya
(Anonim,2004).

Syarat Suspensi
1. FI IV, 1995, hal 18
 Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
 Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba.
 Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
 Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
2. FI III, 1979, hal 32
 Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
 Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
 Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspense
 Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok
dan dituang.
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel,
356)
Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995, hal 18)
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk
penggunaan oral.

5
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel
yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Kalsium merupakan unsur terbanyak kelima dan kation terbanyak di dalam tubuh
manusia, yaitu sekitar 1,5-2 % dari keseluruhan berat tubuh. Kalsium dibutuhkan
untuk proses pembentukan dan perawatan jaringan rangka tubuh serta beberapa
kegiatan penting dalam tubuh seperti membantu dalam pengaturan transport ion-
ion lainnya ke dalam maupun ke luar membran, berperan dalam penerimaan dan
interpretasi pada impuls saraf, pembekuan darah dan pemompaan darah, kontraksi
otot, menjaga keseimbangan hormon dan katalisator pada reaksi biologis
(Almatsier, 2002, Whitney dan Hamilton, 1987).
Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Asupan
kalsium perlu diperhatikan sejak bayi hingga seterusnya agar kebutuhan untuk
pertumbuhan tulang terpenuhi. Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu, keju,
dan ikan (Almatsier, 2003).
Selama ini yang direkomendasikan sebagai sumber kalsium terbaik adalah
susu. Tetapi harga susu bagi sebagian masyarakat masih terhitung mahal, oleh
karena itu perlu dicari alternatif sumber kalsium yang lebih murah, mudah didapat
dan tentu saja mudah diabsorbsi. Kalsium yang berasal dari hewan seperti limbah
tulang ikan sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.
Tulang ikan merupakan salah satu bentuk limbah dari industri pengolahan ikan
yang memiliki kandungan kalsium terbanyak diantara bagian tubuh ikan, karena
unsur utama dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor dan karbonat (Almatsier,
2003).
Sumber kalsium pada makanan didapatkan sebagian besar dari susu,
sayuran dan ikan. Tetapi tidak semua kalsium dari bahan pangan tersebut dapat
langsung dimanfaatkan oleh tubuh karena ada beberapa faktor yang dapat
menurunkan atau meningkatkan absorbsi kalsium di dalam usus. Faktor dalam

6
makanan yang dapat menurunkan absorbsi kalsium dalam usus diantaranya
oksalat, fitat dan serat makanan, sedangkan yang menaikkan adalah fosfor, protein
terutama yang kaya asam amino lisin dan arginin, laktosa dan vitamin D (Linder,
1992; Kaup et al., 1991; Almatsier, 2002).
Fungsi kalsium antara lain adalah untuk pembentukan tulang dan
gigi, berperan dalam pertumbuhan dan sebagai factor pembantu dan pengatur
reaksi bioimia dalam tubuh. Pada tulang, kalsium dalam bentuk garam
(hydroxypatite) membentuk matriks pada kolagen rotein pada struktur tulang
membentuk rangka yang mampu menyangga tubuh serta tempat bersandarnya otot
yang menyebabkan memungkinkan terjadinya gerakan (Goulding, 2000).
Tepung tulang ikan mengandung nano kalsium dan kalsium fosfor yang
ketersediaannya paling tinggi di antara kalsium lainya (Lestari, 2001).
Kekurangan kalsium dalam masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan, tulang kurang kuat, bengkok, dan rapuh, yang dinamakan
osteoporosis (Almatsier, 2002). Sumber kalsium yang paling populer adalah susu
dan suplemen kalsium. Akan tetapi, harga kedua produk tersebut masih di luar
jangkauan daya beli masyarakat Indonesia pada umumnya.
Tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
 Butiran – butirannya harus seragam
 Bebas dari sisa – sisa tulang, mata ikan dan benda asing, warna halus
bersih, seragam, serta bau khas ikan amis (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

2.2 Studi Preformulasi


Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam ethanol dan dalam
ethanol mendidih, sangat mudah larut dalam air
panas
pKa : -
pH : 7,4
Ukuran partikel : -
Stabilitas : Tidak higroskopis, stabil pada suhu ruangan harus
di simpan dalam wadah tertutup baik pada suhu

7
ruangan. Harus di simpan dalam wadah tertutup
baik tempat sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Antibiotik golongan tetrasiklin, indometasin,
aspirin, ampicilin, cephaleci, entromyacin, obat
5th
yang sensitive terhadap pH basa (Hope
hal:98:99)
Dosis :-
Efek Farmakologi         : Membentuk struktur tulang dan gigi sebagai
cadangan kalsium tubuh. Kalsium yang sebagai
pencegah osteoporosi yang beresiko terjadinya
patah tulang terutama tulang panggul vertebrae
dan deformits (perubahan bentuk tulang) tulang
belakang dan terlihat kurang tinggi (Ojunaidi 2000)
2.3 Analisis Permasalahan
a. Kami menggunakan Na CMC sebagai penstabil emulsi dan untuk
melarutkan endapan untuk ditambahkan dengan air.
b. Kami menggunakan sorbitol sebagai pemanis agar memperbaiki rasa dari
suspensi.
c. Kami menggunakan pewarna/perasa agar lebih menarik konsumen
terutama anak-anak.
d. Kami menggunakan pengawet agar sediaan kami dapat diminum secara
berulang dan dapat menghindari kerusakan suspensi akibat mikroba.

8
BAB III
PENDEKATAN FORMULA
3.1 Bahan pemanis
Sorbitol (Hambook of esapent 6th : 679).
Alasan penambahan : Agar memperbaiki rasa dari suspensi agar lebih di
sukai terutama ank-anak.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol 95% dalam menthol dan dalam asam asetat.
Stabilitas : Sorbitol secara kimiawi relatif inert dan
kompatibel dengan sebagian besar eksipien hail ini
stabil di udara karena tidak adanya katalis dan
dingin.encer asam dan basa,sorbitol tidak gelap dan
atau terurai disuhu yang tinggi. Meskipun sorbitol
tahan fenentasi oleh banyak mikroorganisme
pengawet harus ditambahkan kesolusi sorbitol.
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk khilat yang larut dalam
air dan ion logam divalent dan trivalent dalam
kondisi asm dan basa kuat. Larutan sorbitol juga
bereaksi dengan berioksidan yang menjadikannya
berubah warna. Sorbitol meningkatkan kecepatan
degradasi pension dalam kondisi netol dalam air.
Konsentrasi : 3% - 15%
3.2 Bahan Penstabil
Na CMC (Hope : hal 18)
Alasan penambahan : Sebagai penstabil emulsi bila ditamahkan dengan
air dikhawatirkan terjadiendapan.
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk laruta
koloidal tidak larut dalam ethanol, dalam eter dan
dalam organic lain.
Inkompatibilitas : Na cmc tidak inkompatibel dengan larutan asam
kuat dan dengan garam terlarut.

9
Stabilitas : Higroskopis dan dapat menyerap air pada
kelembapan tinggi. Syabilpada pH 2-10.
Pengendapan terjadi pada pH 2 viskositas
berkurang pada pH lebih dari pH 10.
Konsentrasi : 0,25 – 1,0%
3.3 Bahan Pengawet
Natrium Benzoat (FI VI hal:984)
Alasan Penambahan : Mudah larut dalam larutan yang pembawaannya
adalah air.
Kelarutan :  Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
ethanol dan lebih mudah larut dalam ethanol 90%
Inkompatibilitas :  Inkom dengan komponen gelatin, garam
feri,garam kalsium dan garam dari heavy
metalis.mungkin jarak jika binaveraksi dengan
kaolin ataupun surfaktan non ionic.
(excipient,hal: 603)
Stabilitas :  larutan yang mengandung air dapat di sterilkan
dengan autoclaving atau penyaringan.
Konsentrasi : 0.02% - 0,5%
3.4 Bahan Pembasah
Propilen Glikol (FI IV hal:712)
Alasan Penambahan : Untuk menurunkan tegangan permukaan bahan
dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan
disperse bahan yang tidak larut.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dengan aseton
klorofil larut dalam eter dan dalam beberapa
minyak asensial : tetap tidak mampu bercampur
dengan minyak atau lemak.
Inkompatibilitas : Tidak inkompatibel dengan rengen pengoksidasi
Stabilitas : Pada temperatur rendah, propilen glikol stabil
bila disimpan dalam wadah tertutup baik di

10
tempat yang sejuk dan kering tetapi pada
temperatur yang   tinggi,di tempat yang
terbuka,propilen glikol   secara kimiawi stabil
ketika dicampur dengan   ethanol 95% gliserol
atau air.
Konsentrasi : 15%
3.5 Bahan Pewarna/Pengaroma
Essenses Strowberi
Alasan Penambahan : Agar memberikan aroma yang khas strowberi
agar   yang mengonsumsi lebih tertarik terutama
anak   anak.
Kegunaa : Flavocd agent
Pemerian : Warna cairan jernih

11
BAB IV
FORMULASI DAN PERHITUNGAN
4.1 Formulasi
1. Formulasi Utama
R/
Tepung tulang ikan 500 ml
Na. Benzoat 0,25% (Pengawet)
Propilen Glikol 15% (Humektan/Pembasa)
Sorbitol 10% (Pemanis)
Na CMC 1,0% (Penstabil)
Essenses Strowberi 0,25% (Pewarna)
Aquades ad 60 ml (Pembawa)
2. Formulasi alternative
R/
Tepung tulang ikan 500 ml
Na. Benzoat 0,25% (Pengawet)
Propilen Glikol 15% (Humektan/Pembasa)
Sorbitol 10% (Pemanis)
Na CMC 1,0% (Penstabil)
Essenses Strowberi 0,25% (Pewarna)
Aquades ad 60 ml (Pembawa)

3. Formulasi yang disetujui


R/
Tepung tulang ikan 500 ml
Na. Benzoat 0,25% (Pengawet)
Propilen Glikol 15% (Humektan/Pembasa)
Sorbitol 10% (Pemanis)
Na CMC 1,0% (Penstabil)
Essenses Strowberi 0,25% (Pewarna)

12
Aquades ad 60 ml (Pembawa)
4.2 Perhitungan Bahan
Kalsium tulang ikan = 500/5 x 60 ml
= 6000 mg
= 6 gram
Na CMC = 60/100 x 60 ml
= 0,6 gram
Propilen glikol = 15/100 x 60 ml
= 9 ml
Na Benzoat = 0,25/100 x 60 ml
= 0,15 gram
Sorbitol =18/100 x 60 ml
= 6 gram
Essence strowberi = 0,25/100 x 60 ml
= 8,15 ml
Aquades ad 60 = 60 - (6 + 0,6 + 9 + 0,15 + 6+ 0,15)
= 60 - 21,9 ml 
= 38,1 ml

13
BAB V
CARA KERJA DAN EVALUSI
5.1 Cara Kerja
a. Cara pembuatan tepung ikan sarden
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan ikan menggunakan air yang mengalir.
3. Dikukus ikan menggunakan panci atau presto <20 menit
4. Dibelah ikan agar memudahkan kami mengambil tulang ikannya. Dipilih
tulang yang keras agar tepung yang dihasilkan juga banyak.
5. Dipisahkan tulang ikan dari dagingnya menggunakan air mengalir,dicuci
bersih.
6. Dikukus kembali tulang yang telah bersih dengan waktu >35 menit sampai
tulang ikan benar benar rapuh karna kurangnya kandungan minyak di
dalamnya akibat pengukusan .
7. Dikeluarkan dari panci, kemudian dijemur tulang dibawah sinar matahari
langsung. Jika telah kering disisihkan tulang ikan.
8. Dihaluskan tulang ikan tadi menggunakan blender, jika telah halus
kemudian di sisihkan.
b. Cara pembuatan suspensi
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan alat dan menggunakan alkohol 70%.
3. Ditimbang bahan yang akan digunakan.
4. Dikalibrasi botol hingga 60ml.
5. Dimasukan propilen glikol ke dalam beker glas kemudian di tambahkan air
untuk melarutkn propilen,aduk ad larut.
6. Dimasukan Na Benzoat kedalam beker glas yang berisikan propilen
tadi,aduk ad larut dan homogeny.
7. Dimasukkan sorbitol aduk ad homogeny.
8. Dimasukkan Na CMC yang telah dilarutkan tadi. Kedalam beker glas yang
berisi larut.

14
9. Ditambahkan tepung minyak ikan kedalam beker glas, masukkan sedikit
demi sedikit aduk ad semuanya homogeny.
10. Ditambahkan essence strawberi aduk ad homogeny, cukupka volume ad
60 ml.
11. Diberi etiket,labe,dan brosur. Dimasukkan dalam dos
8.2 Evaluasi

NO Jenis Cara Evaluasi Syarat Hasil


Evaluasi

1 Uji Mengamati Bau,rasa dan warna sesuai


Organoleptis rasa,bau,warna dengan spesifikasi yang
pemerian dikatakan ditentukan
baik apabila suspensi
tidak berubah warna

2 Uji pH Siapkan pH pH sediaan suspensi sesuai


meter,diukur pH dengan spesifikasi yang pH
meter dengan cara telah di tentukan
mencelupkannya ke
larutan suspensi

3 Uji Ukur viskositas Uji viskositas sesuai 20 dalam


Viskositas suspensi dengan spesifikasi yang 11.21 detik
menggunakan telah ditentukan.
viscometer
4 Uji volume Sediaan suspensi Volume terpindahkan 1120 - 115
terpindahkan yang telah jadi sirup sesuai dengan nilai = 5 ml
kemudian dimasukan yang tertera di label
kedalam botol 60 ml
sampai batas
kalibrasi tuang

15
kembali suspensi
kedalam gelas ukur
dengan mengetahui
volume
terpindahkannya
serta ketetapan
dalam melakukan
kalibrasi

BAB VI

16
PEMBAHASAN
6.1 Hasil

gambar 6.1 suspensi

6.2 Pembahasan
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair (Farmakope Indonesia IV Th. 1995,hlm 18).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (Farmakope Indonesia
III, Th 1979, hal 32).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus
dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus
segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan
disebut sebagai emulgator (joenoes, 1990).
Pada percobaan ini kami membuat suspensi dari tulang ikan, disini kami
menggunakan tulang ikan sarden. Kami menggunakan ikan sarden karena di
tulang ikan sarden mengandung banyak kalsium fosfat. Hal pertama yang
dilakukan adalah di bersihkan ikan menggunakan air mengalir. Kemudian di rebus
selama 20 menit. di belah ikan agar mempermudah dalam pengambilan tulangnya.
Dipilih tulang yang paling besar agar menghasilkan tepung yang banyak. Di
bersihkan tulang ikan menggunakan air mengalir kemudian di kukus lagi selama

17
30 menit. Kemudian di jemur hingga kering, setelah itu di haluskan menggunakan
blender kemudian di sisihkan.
Selanjutnya adalah pembuatan suspensi. Di bersihkan alat menggunakan
alkohol 70%. Setelah itu kalibrasi botol kemasan yaitu 60 ml. Setelah itu di
larutkan na cmc nenggunakan air panas sebanyak 20 ml aduk hingga larut dan
membentuk seperti gel. Kemudiandi diamkan. Setelah itu di larutkan propilen
glikol di dalam gelas kimia di tambahkkan Na Benzoat aduk sampai homogen
kemudian di masukan sorbitol di homogenkan lagi. Kemudian di tambahkan Na
cmc yg telah di larutkan tadi dan yang terakhir di masukan tepung dari tulang
ikandan di beri esens strowberry dan di cukupkan volumenya.
Sebelum di masukan di dalam botol kemasan di lalukan uji organoleptis
dahulu dari uji organoleptis yang kami dapatkan adalah rasanya manis tetapi
masih ada rasa tulang ikannya, bau ikannya masih terasa, dan warnanya merah
muda karena kami memakai esens strowberry. Setelah itu di lakukan uji viskositas
kami menggunakan spindel nomor 6. Selanjutnya di lakukan uji ph menggunakan
ph meter, ph dari sediaan kami adalah 7,2. Setelah itu di lakukan uji volume
terpindah, volume awal yaitu 60 dan volume akhir yaitu 47 jadi volume
terpindahnya adalah sebanyak 3 ml.

BAB VII

18
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
1. Mahasiswa telah membuat sediaan suspensi dengan menggunakan zat aktif
kalsium fosfat
2. Mahasiswa telah memformulasikan sediaan suspensi menggunakan zat aktif
kalsium fosfat
3. Mahasiswa telah mengetahui evaluasi sediaan suspensi
7.2 Saran
7.2.1 Saran untuk Asisten
Saran untuk kakak kakak asisten dari kami agar lebih memperhatikan
praktikannya pada saat melakukan praktikum dan kakak kakak dapat
membangun suasana kenyamanan atau keakraban dengan praktikan kepada
kakak asisten supaya ilmu yang hendak diberikan dapat diterima dengan
mudah.
7.2.2 Saran untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat menjaga dan meningkatkan kualitas alat alat
didalam lab agar semua alat pada saat di perlukan dan dipergunakan
semuanya tersedia dengan baik pada saat praktikum.
7.2.3 Saran untuk Praktikan
Agar kiranya praktikan dapat memperhatikan dan memahami dengan
baik materi yang telah disampaikan oleh asisten,dan dapat melakukan
praktikkum dengan baik dan lebih menjaga ketertiban ketika berada dalam
laboratorium dan menjaga alat alat yang ada dalam laboratorium.

19

Anda mungkin juga menyukai