Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

OLEH
KELOMPOK SPANYOL
ANDI PUTRI ANUGERAH PELAMONIA
FEBRIYANINGSI RADJAK
MUTIARA J. DALILI
RIZKA ANANDA YUSUP

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PRODI D3 FARMASI
2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar
Belakang..............................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................................
1.3 Tujuan
Pembahasan.........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori..........................................................................................................
2.2 Proses Masuknya Islam di Indonesia..................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1
Kesimpulan................................................................................................................
3.2
Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dalam waktu yang ditentukan.
Makalah ini berisi tentang teori-teori dan proses masuknya Islam di
Indonesia.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini melalui banyak hambatan,
tapi dengan kemauan dan kerja keras dan ketekunan yang kuat, makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan isi
dari kumpulan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan isi makalah ini sehingga
bermanfaat bagi pembaca.

Gorontalo, 6 Oktober 2019

Kelompok Spanyol

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Semoga shalawat dan salam
tercurah untuk imam para rasul, Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para
sahabatnya. Islam adalah syari’at Allah terakhir yang diturunkan-Nya kepada
penutup para nabi dan rasul, Muhammad bin Abdullahshallallahu ‘alaihi wasallam.
Islam merupakan satu-satunya agama yang benar. Allah tidak menerima dari
siapapun agama selainnya. Dia telah menjadikannya sebagai agama yang mudah.
Allah tidak mewajibkan dan tidak pula membebankan kepada para pemeluknya hal-
hal yang tidak sanggup mereka lakukan. Islam adalah agama yang dasarnya tauhid,
syi’arnya kejujuran, porosnya keadilan, tiangnya kebenaran, ruhnya (jiwanya)
kasih sayang. Islam merupakan agama agung, yang mengarahkan manusia kepada
seluruh yang bermanfaat, serta melarang dari segala yang membahayakan bagi
agama dan kehidupan mereka. Dengan Islam Allah meluruskan ’aqidah dan akhlak,
serta memperbaiki kehidupan dunia dan akhirat. Dengannya pula Allah
menyatukan hati dan hawa nafsu yang bercerai berai, dengan membebaskannya dari
kegelapan kebatilan, dan mengarahkan serta menunjukinya kepada kebenaran dan
jalan yang lurus. Islam adalah agama yang lurus, yang sangat bijaksana dan
sempurna dalam segala berita dan hukum-hukumnya. Islam tidak memberitakan
kecuali dengan jujur dan benar, dan tidak menghukum kecuali dengan yang baik
dan adil. Islam adalah :’aqidah yang benar, amalan yang tepat, akhlak yang utama
dan etika yang mulia.
Syari’ah Islam bertujuan untuk mewujudkan hal-hal berikut :
1. Memperkenalkan manusia kepada Tuhan dan Pencipta mereka, melalui nama-
nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang agung, serta perbuatan-
perbuatanNya yang sempurna .
2. Memanggil manusia untuk beribadah hanya kepada Allah, yang tidak ada sekutu
bagi-Nya, dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan-
Nya, yang merupakan kemashlahatan bagi mereka, baik di dunia maupun di
akhirat .
3. Mengingatkan manusia akan keadaan dan tempat kembalimereka setelah mati ;
apa yang akan mereka hadapi di dalam kubur, dan ketika dibangkitkan dan
dihisab. Kemudian tempat kembali mereka surga atau neraka. Ajaran-ajaran
Islam itu dapat kita simpulkan dalam point-point berikut :

Pertama : ’aqidah
Yaitu : meyakini rukun iman yang enam :
1. Beriman kepada Allah , diwujudkan dengan hal-hal berikut :
a. Beriman kepada rububiyyah Allah Ta’ala, artinya : bahwasanya Allah adalah
Tuhan, Pencipta, Pemilik, Pengatur segala urusan.
b. Beriman kepada uluhiyyah Allah Ta’ala, artinya : bahwasanya Allah Ta’ala
sajalah Tuhan yang berhak disembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah
batil.

4
c. Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya, artinya : bahwasanya Allah
Ta’ala memiliki nama-nama yang mulia, dan sifat-sifat yang sempurna serta
agung sesuai dengan yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi wasallam .
2. Beriman kepada para Malaikat :
Malaikat adalah hamba-hamba Allah yang mulia. Mereka diciptakan oleh
Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya. Allah
telah membebankan kepada mereka berbagai tugas. Diantara mereka adalah Jibril ;
ditugaskan menurunkankan wahyu dari sisi Allah kepada para nabi dan rasul. Ada
Mikail yang ditugaskan untuk mengurus hujan dan tumbuh-tumbuhan. Ada pula
Israfil yang bertugas meniupkansangkakala dihari terjadinya kiamat. Dan ada juga
Malaikat Maut, bertugas mencabut nyawa ketika ajal telah tiba.
3. Beriman kepada Kitab-kitab :
Allah yang maha agung dan mulia telah menurunkan kepada para rasul-
Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Yang kita ketahui diantara
kitab-kitab ini adalah :
a. Taurat, diturunkan Allah kepada Nabi Musa ’alaihis salam , ia merupakan kitab
Bani Israil yang paling agung .
b. Injil, diturunkan Allah kepada Nabi Isa ’alaihis salam .
c. Zabur, diturunkan Allah kepada Daud ’alaihis salam .
d. Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ’alaihis salam .
e. Al Qur’an yang agung , diturunkan Allah Ta’ala kepada nabi-Nya Muhammad,
penutup para nabi . Dengannya Allah telah menasakh (menghapus) semua kitab
sebelumnya. Dan Allah telah menjamin untuk memelihara dan menjaganya;
karena dia akan tetap menjadi hujjah atas semua makhluk, sampai hari kiamat.
4. Beriman kepada para rasul :
Allah telah mengutus para rasul kepada makhlukNya. Rasul pertama adalah
Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka
para rasul itu adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat-sifat ketuhanan.
Mereka adalah hamba-hamba Allah, yang telah dimuliakan dengan kerasulan. Dan
Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Beliau diutus untuk seluruh manusia. Maka tidak ada lagi nabi
sesudahnya .
5. Beriman kepada hari akhirat :
Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, Ketika Allah
membangkitkan manusia hidup kembali, untuk kekal ditempat yang penuh
kenikmatan atau di tempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada Hari Akhir
meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah mati, berupa: ujian kubur,
kenikmatan dan siksaannya, serta apa yang akan terjadi setelah itu, seperti
kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau nerakas.
6. Beriman kepada Qadar (Takdir) :
Qadar artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang
ada dan menciptakan seluruh makhluk, sesuai ilmu, dan hikma-Nya. Maka segala
sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisiNya, dan Dialah
yang telah menghendaki dan menciptakannya.

5
Kedua : rukun-rukun Islam :
Rukun Islam itu ada lima. Seseorang tidak akan menjadi muslim yang sebenarnya
hingga dia mengimani dan melaksanakannya, yaitu :
Rukun pertama: Syahadat (bersaksi) bahwa, tiada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad itu adalah Rasulullah. Syahadat ini
merupakan kunci dan pondasi agama Islam. Makna syahadat la ilaha illallah ialah:
tidak ada yang berhakdisembah kecuali Allah saja, Dialah ilah yang hak, sedangkan
ilah selainnya adalah batil. Dan ilah itu artinya : Yang disembah. Dan makna
syahadat: bahwasanya Muhammad itu adalah rasulullah ialah: membenarkan
semua apa yang diberitakannya, dan menta’ati semua perintahnya serta menjauhi
semua yang dilarang dan dicegahnya.
Rukun kedua: Shalat
Yaitu shalat lima waktu schari scmalam setiap hari, Allah syari’atkan sebagai
penghubung antara seorang muslim dengan Tuhannya, didalam shalat seorang
hamba bermunajat dan berdo’a kepada-Nya, disamping bertujuan untuk mencegah
seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Dan Allah telah menjanjikan bagi yang
menunaikannya kebaikan dalam agama dan kemantapan iman serta ganjaran, cepat
ataupun lambat. Maka dengan demikian seorang hamba akan mendapatkan
ketenangan jiwa dan kenyamanan raga yang akan membuatnya bahagia didunia dan
akhirat.
Rukun yang ketiga : Zakat
Yaitu sedekah yang dibayar oleh orang yang memiliki harta sampai nisab (kadar
tertentu) setiap tahun, kepada yang berhak menerimanya seperti orang-orang fakir,
miskin dan selain mereka diantara yang berhak menerima zakat. Zakat tidak
diwajibkan atas orang fakir yang tidak memiliki nisab. Tapi hanya diwajibkan atas
orang-orang kaya, yang betujuan untuk menyempurnakan agama dan Islam mereka,
meningkatkan kondisi dan akhlak mereka, menolak segala bala dari diri dan harta
mereka, mensucikan mereka dari dosa, disamping juga sebagai bantuan untuk
orang-orang yang membutuhkan, serta untuk memenuhi kebutuhan umum,
sementara ia (zakat) hanyalah merupakan bagian kecil sekali dari jumlah harta dan
rizki yang telah dikarunia Allah kepada mereka.
Rukun yang keempat : Puasa
Yaitu hanya selama satu bulan setiap tahun, pada bulan Ramadhan yang mulia,
yakni bulan kesembilan dari bulan-bulan Hijriah. Kaum muslimin secara
keseluruhan serempak meninggalkan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka ; makan,
minum dan jima’ , disiang hari ; mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari. Dan semua itu akan diganti oleh Allah bagi mereka berkat karunia dan
kemurahannya dengan penyempurnaan agama dan iman mereka, serta peningkatan
kesempurnaan diri mereka , dan banyak lagi ganjaran dan kebaikan lainnya baik
didunia maupun diakhirat yang telah dijanjikan Allah bagi orang-orang yang
berpuasa.
Rukun yang kelima : Haji
Yaitu menuju Masjidil haram (di Mekkah) untuk melakukan ibadah tertentu. Allah
mewajibkannya atas orang yang mampu, sekali dalam seumur hidup. Pada waktu
haji kaum muslimin dari segala penjuru berkumpul ditempat yang paling mulia
dimuka bumi ini, menyembah Tuhan Yang Satu, memakai pakaian yang sama,

6
tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, antara sikaya dan si fakir,
dan antara yang berkulit putih dan berkulit hitam. Mereka semua melaksanakan
bentuk-bentuk ibadah yang sama, yang terpenting diantaranya adalah:Wukuf
dipadang Arafah, thawaf diKa’bah yang mulia kiblatnya kaum muslimin, dan sa’i
antara bukit Shafa dan Marwah. Didalam perjalanan dan pelaksanan ibadah haji,
banyak sekali manpaat dan hikmah yang akan didapatkan sescorang, baik dari segi
agama maupun kehidupan dunia.

Ketiga :
Selanjutnya , Islam juga telah mengatur kehidupan pemeluknya secara individu dan
masyarakat, dengan konsep yang menjamin kebahagiaan hidup mereka dunia dan
akhirat. Islam membolehkan bahkan mendorong mereka untuk nikah, dan
sebaliknya mengharamkan (melarang) perbuatan zina, sodomi, dan segala bentuk
prilaku kotor lainnya. Islam mewajibkan menjalin hubungan antar kerabat,
mengasihi orang-orang fakir dan miskin serta menyantuni mereka, sebagaimana
Islam juga mewajibkan dan mendorong untuk berakhlak mulia, serta
mengharamkan dan melarang segala bentuk moral yang hina. Islam membolehkan
bagi mereka usaha yang baik melalui perdagangan, persewaan dan semacamnya,
serta mengharamkan praktek riba, segala bentuk perdagangan yang terlarang , dan
semua yang mengandung unsur penipuan atau pengelabuan. Sebagaimana Islam
juga memperhatikan perbedaan manusia dalam tingkat komitmen terhadap
ajarannya dan memelihara hak-hak orang lain, untuk itu ditetapkan sanksi-sanksi
yang mencegah untuk terjadinya berbagai pelanggaran terhadap hak-hak Allah
seperti murtad, berzina, meminum khamar dan semacamnya, begitu juga ditetapkan
sanksi-sanksi yang mencegah akan terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak
sesama manusia, seperti membunuh , mencuri , menuduh orang lain berbuat zina,
atau menganiaya dengan memukul atau menyakiti. Sanksi-sanksi tersebut
ditetapkan sesuai dengan bentuk kejahatan yang dilakukan, tanpa berlebih-lebihan.
Sebagaimana Islam juga telah mengatur dan memberi batasan terhadap hubungan
antara rakyat dan penguasa, dengan mewajibkan rakyat untuk ta’at selama bukan
dalam maksiat kepada Allah, dan mengharamkan kepada mereka memberontak
atau menentang, karena bisa menimbulkan kerusakan-kerusakan
umum atau khusus. Sebagai penutup, dapat kita simpulkan bahwa, Islam telah
merangkum ajaran-ajaran, yang membangun dan menciptakan hubungan yang
benar dan amalan yang tepat antara hamba dan Tuhannya, dan antara individu
dengan masyarakatnya dalam segala hal. Maka tidak satupun kebaikan, baik itu
disegi akhlak maupun mu’amalat, melainkan Islam telah membimbing dan
mendorong ummat untuk melaksanakannya, dan sebaliknya tidak satupun
keburukan dalam hal akhlak ataupun mu’amalat melainkan Islam telah mencegah
dan melarang ummat untuk melakukannya . Ini semua membuktikan kesempurnaan
dan keindahan agama ini, dalam seluruh sisi dan bagiannya. Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.

7
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya agama Islam di Indonesia?
2. Apa saja teori masuknya Islam di Indonesia?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses masuknya agama Islam di Indonesia
2. Mahasiswa mampu mengetahui teori masuknya Islam di Indonesia

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia menurut para sarjana dan
peneliti sepakat bahwa Islam itu berjalan secara damai, meskipun ada juga
penggunaan kekuatan oleh penguasa Indonesia untuk menguasai rakyat atau
masyarakat. Secara umum mereka menerima Islam tanpa meninggalkan
kepercayaan dan praktek keagamaan yang lama. Hal ini yang sering dilakukan oleh
juru dakwah di Jawa adalah Walisongo(Muadzirin Yusuf, dkk 2006). Mereka
mengajarkan Islam dalam bentuk kompromi dengan kepercayaan-kepercayaan
setempat.
Mengenai asal, tokoh, pembawa, waktu dan tempat Islamisasi pertama kali
di Indonesia masih merupakan masalah yang kontroversial. Hal ini disebabkan
kurangnya data yang dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah yang valid,
juga adanya pembedaan-pembedaan tentang apa yang dimaksud dengan “Islam”.
Sebagian sarjana dan peneliti memberikan pengertian Islam dengan kriteria formal
yang sangat sederhana seperti mengucapkan kalimat syahadat atau pemakaian nama
Islam secara sosiologis(Muadzirin Yusuf, dkk 2006)
Islam masuk di pulau Jawa dilatar belakangi dengan jatuhnya kerajaan
Malaka ke tangan penguasa Islam yang sudah dimasuki oleh ajaran Islam dan
melalui perjuangan politik inilah pemerintahan Islam mampu merebut Malaka.
Berawal jatuhnya Malaka ini Islam semakin berkembang sampai di Jawa, hal ini
dimulai dengan jalan perdagangan yang menghubungkan antara selat Malaka dan
Selat Jawa. Hubungan bilateral inilah menjadi kesempatan tersendiri para saudagar
muslim untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa yang dimulai sebelum
tahun 1511 M. Disamping itu juga karena banyak orang-orang Jawa yang merantau
di Malaka baik sebagai prajurit maupun sebagai pedagang, dan disana memiliki
kawasan tersendiri yang disebut kampong Jawa. Di wilayah ini para dai masuk dan
mengajarkan ajaran Islam. Ketika penduduk Jawa disana kembali ke daerah asalnya
secara otomatis dia akan menyebarkan Islam di daerahnya masing-masing, seperti
di Gresik dan Tuban (Abu Su’ud, 2003)
Sekitar permulaan abad ke-15 M, daerah-daerah pesisir Jawa atau saat ini
dikenal dengan wilayah Pantura (pantai utara), merupakan daerah-daerah
pelabuhan yang ramai dan padat lalu lintas perdagangan, yang menghubungkan
antara Jawa dengan selat Malaka dan Manca Negara baik masuk maupun yang
keluar. Hal inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap sosial budaya
penduduk Jawa pada saat itu sebagaimana di daerah-daerah urban, seperti
Surabaya, Gresik, Tuban, Jepara, Pekalongan, Cirebon dan Banten, lebih dikenal
sosok masyarakat yag memiliki ciri-ciri sosial yang unik, urban, keras, terbuka, dan
plural. Yang membedakan dengan daerahdaerah Jawa sebagian pedalaman,
cenderung tertutup, ramah, feodal, dan homogen. Sebagaimana yang dikemukan
oleh Cristian Snouck Hurgronje, seperti dikutip oleh Werthein, bahwa agama Islam
pada saat itu bagi orangorang Jawa membawa pengaruh positif, karena Islam
mampu memberikan rasa aman dan mampu mengangkat harkat dan martabat

9
Kawulo Cilik (komunitas kecil)(Masroer, CH. JB, 2004). Di sini Islam sebagai
agama telah menempatkan fungsi sosialnya yang berorientasi kelapisan bawah.
Agama yang secara tidak sengaja terlihat intensif dengan kehidupan masyarakat
kecil Jawa lewat mekanisme tradisional ekonomi pasar, ia hadir menawarkan
pilihan kehidupan sosial yang memberi rasa persamaan (egalitarianisme) bagi
setiap orang.
Proses Islamisasi sebagai gambaran di atas, itupun berlaku juga di Jawa.
Karena pada prinsipnya Islam mengangkat harkat dan martabat manusia, dengan
tidak meninggalkan budaya setempat. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh
Walisongo, yang memiliki peran besar dalam proses penyebaran Islam khususnya
di Jawa, yaitu Jawa barat yang berpusat di Cirebon dengan tokohnya sunan Syarif
Hidayatullah, di Jawa Tengah dengan pusatnya di Demak, tokohnya dengan
panggilan Sunan Kalijaga, kemudian di Kudus, tokohya dikenal dengan sebutan
Sunan Kudus, dan di Muria, tokohnya dikenal dengan sebutan sunan Muria.
Sedangkan di Jawa Timur berpusat di Gresik dengan tokohnya yang populer dengan
panggilan sunan Maulana Malik Ibrahim. Tugas para sunan (wali) tidak hanya
terfokus pada daerah-daerah tersebut, melainkan di daerah-daerah yang melingkupi
kawasan tersebut. Seperti kalau di Jawa Tengah yang diwakili tiga kawasan itu
memiliki peran menyebarkan di daerah Jepara. Di Jawa Tengah mengapa ada tiga
wali yang bertugas menyebarkan Islam, oleh sebagian cerita, konon di Jawa Tengah
dansekitarnya adalah daerah rawan konflik dan pengaruh agama Hindu-Buda yang
sangat kental sekali. Melihat kondisi semacam inilah para wali mendirikan kerajaan
sendiri yang berpusat di Demak dengan dipimpin oleh seorang raja yang bernama
Raden Patah, yang dikenal sampai saat ini, bahwa kerajaan Islam pertama kali di
Jawa yaitu di Demak. Dengan mendirikan pemerintahan Islam, akan dirasa lebih
mudah untuk menyebarkan Islam di Jawa, De Graf menyebutnya, pengislaman
dengan cara atau melalui jalur politik, cenderung pada kekerasan itu hanya terjadi
di Demak dan Jepara (H. J. De Graf dan TH Pegiaut, 2003)
Ajaran Islam yang diturunkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kebahagiaan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Kondisi ini tidak hanya
dialamatkan kepada umat Islam saja, melainkan seluruh isi alam. Sebagaimana
yang difirmankan oleh Allah di dalam Al-Qur’an surat Al Ambiya’ ayat 107 :
Artinya: dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam. (QS.Al-Ambiya: 107)(Departemen Agama RI,
2004)

Tercapainya risalah Nabi dan tujuan pembangunan nasional diatas


ditemukan pada nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam Topo Wudo Ratu
Kalinyamat, yang tentunya menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat
Indonesia, dan juga merupakan pemeluk dan pengamal ajaran Islam. Aktualisasi
sosial dan individual ini merupakan realisasi dari ajaran Islam, dimana keimanan
itu merupakan aqidah dan pokok yang di atasnya berdiri syariat Islam. Perbuatan
itu merupakan syariat dan cabang-cabang yang dianggap sebagai buah yang keluar
dari keimanan serta aqidah itu. Maka dari itu keduanya tak dapat dipisahkan, Sayid
Sabiq berkata bagaikan buah dengan pohonnya (Sayid Sabiq, 1990)

10
Akhirnya pengaktualisasian itulah yang dapat memberi manfaat bagi
manusia, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nasrudin Rozaq bahwa selain manusia
harus memiliki kepercayaan yang benar, kepercayaan itu sangat perlu bagi manusia
dalam hidupnya karena iman merupakan pelita hidup, tanah tempat berpijak dan
tali tempat bergantung. Banyak manusia yang kehilangan tujuan hidup karena
ketiadaaan iman, 1001 macam problema dan persoalan hidup yang meliputi
kehidupan manusia tidak ada yang terkecuali, persoalan hidup disela-sela
kehidupan manusia (Nasruddin Rozak)
Oleh karena iman itu keyakinan yang tanpa ragu maka kebenarannya dapat
dijadikan etos dan nilai dasariyah yang memotivasi membentuk perilaku baik dan
tata pikir, tata tutur maupun tingkah laku. Namun di dalam sejarah telah
membuktikan bahwa pengaktualisasian iman sangatlah beragam. Hal ini karena
adanya pengaruh-pengaruh yang sengaja mencampuri keimanan Islami yang tinggi
dan luhur itu dengan pemikiran manusia yang diada-adakan bahkan dinodai oleh
sekumpulan pendapat yang tidak mencerminkan keyakinan yang hak. Hal diatas
memang pernah disinyalir oleh Nabi SAW, bahwa praktek pelaksanaan aqidah ini
beragam yaitu menjadi tujuh puluh tiga aliran dan yang selamat hanya satu aliran.
Karena peran iman sebagai suatu kondisi mental yang mewujudkan sikap
dan perilaku. Menurut Imam Al-Asy’ari, iman berarti pemenuhan tiga unsur yang
terdiri dari tasdiq dalam hati, ikrar atau pengakuan dengan lisan dan
mengaktualiasikan dalam wujud perilaku konkrit dalam kehidupan pribadi maupun
sosial, karena sosok perilaku konkrit dalam kehidupan sosial ini meliputi dua
dimensi yaitu aqidah dan syari’ah (Syahrastani, 1952). Dimensi aqidah diperlukan
untuk menopang dan menyadari perilaku lahiriyah sehari-hari karena ajaran Islam
meliputi seluruh bidang kehidupan manusia.
Dalam konteks Topo Wudo yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat
merupakan wujud kecintaan beliau kepada Pangerang Hadirin. Pada satu sisi Topo
Wudho merupakan bentuk ikhtiar untuk mewujudkan dendam Ratu Kalinyamat.
Namun disisi lain dalam konteks sebagai seorang Ratu, tentu setiap perbuatan
dalam kehidupannya memiliki makna yang tidak biasa. Menurut cerita dari buku
Babat Tanah Jawa, Ratu Kalinyamat bertapa telanjang di gunung Donorojo yang
dijadikan kain adalah rambutnya yang terurai. Ratu Kalinyamat bersumpah selama
hidupnya tidak mau memakai kain jika Ariyo Penangsang belum mati (Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, 1980).
Dalam buku Serat Babat Demak juga dilukiskan dalam bentuk tembang pangkur
yang diartikan dalam bahasa Indonesia. “Ratu Kalinyamat meninggalkan gerbang
istana pergi bertapa diatas gunung tapa telanjang berkain rambut diatas gunung
Donorojo, “saya bersumpah tak akan berkain jika belum menerima keadilan Tuhan
atas kematian saudara saya” (Dinas Pariwisata Daerah Jawa Tengah, 1974).
Kedua sumber tersebut diatas disebutkan bahwa Ratu Kalinyamat bertapa
dengan telanjang. Benarkah demikian? Dalam bahasa Jawa Wudo (telanjang) bisa
berarti tidak mengenakan pakaian tapi juga bisa berarti tidak memakai barang-
barang perhiasan dan pakaian yang bagus-bagus. Jika demikian maka “Wudo”
artinya kiasan.
Interpretasi ini sesuai dengan pendapat Drs. Uka Sasmita yang pernah
mengemukakan pendapatnya bahwa untuk menebus jiwa suaminya yang dicintai

11
itu ia (Ratu Kalinyamat) bertekat melakukan tapa dengan tidak menghiraukan
pakaian dan makanan apapun Dengan mengemukakan pendapat tadi maka Topo
Wudo Ratu kalinyamat harus diartikan secara kias bukan secara harfiyah. Adapun
pertapaan Ratu Kalinyamat berada di desa Tulakan Kecamatan Donorojo
Kabupaten Jepara. Ratu Kalinyamat adalah putri dari Sultan Trenggono, Raja Islam
ke-tiga di Demak dan cucu dari Raden Fatah Raja Islam pertama di Jawa. Ratu
Kalinyamat memimpin dibagian utara pulau Jawa yang terkenal bijaksana, kuat dan
strateginya yang matang, walaupun beliau adalah seorang putri. Bertolak dari
kenyataan diatas, penulis berupaya untuk mengupas persepsi masyarakat mengeni
makna-makna yang terkandung dalam topo wudho Ratu Kalinyamat, bukan sekedar
sebagai nilai-nilai semu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Proses Masuknya Agama Islam di Indonesia


1. Teori India
Penggagas dan pencetus utama teori India adalah Pijnappel, seorang
Profesor Bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda. Dia mengatakan bahwa
Islam datang ke Indonesia (Nusantara) bukan berasal dari Arab, tetapi berasal dari
India, terutama dari pantai barat, yaitu daerah Gujarat dan Malabar. Sebelum Islam
samapai ke Indonesia, banyak orang Arab bermazhab Syafi’i yang bermigrasi dan
menetap di wilayah India. Dari sana, selanjutnya Islam menyebar ke Indonesia
(Nusantara) (G.W.J. Drewes, 1983)
Teori tersebut kemudian direvisi oleh Cristian Snouck Hurgronje,
menurutnya Islam yang tersebar di Indonesia berasal dari wilayah Malabar dan
Coromandel, dua kota yang berada di India selatan, setelah Islam berpijak kuat di
wilayah tersebut. Penduduk yang berasal Daccan bertindak sebagai perantara
dagang antara negeri-negeri Islam dengan penduduk Indonesia. Selanjutnya, orang-
orang dari Daccan dalam jumlah besar menetap di kota-kota pelabuhan di
kepulauan Indonesia untuk menyemaikan benih-benih Islam tersebut. Baru setelah
itu, datanglah orang-orang Arab yang melanjutkan Islamisasi di Indonesia. Orang-
orang ini menemukan kesempatan baik untuk menunjukkan keahlian organisasinya
sehingga mereka banyak yang bertindak selaku ulama, penguasa-penguasa agama
dan sultan yang sering bertindak sebagai penegak pembentukan negeri-negeri
baru(C. SnouckHurgronje, 1994).

2. Teori Arab
Penting diketahui, bahwa Coromandel dan Malabar, menurut Arnold
bukanlah satu-satunya tempat Islam dibawa ke Nusantara. Islam di Indonesia juga
dibawa oleh para pedagang dari Arabia. Para pedagang Arab ini terlibat aktif dalam

12
penyebaran Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak
awal abad ke- 7 dan ke- 8 Masehi. Asumsi ini didasarkan pada sumber-sumber
China yang menyebutkan bahwa menjelang perempatan ketiga abad ke- 7, seorang
pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir barat
Sumatera. Bahkan, beberapa orang Arab ini telah melakukan perkawinan campur
dengan penduduk pribumi yang kemudian membentuk inti sebuah komunitas
Muslim yang para anggotanya telah memeluk agama Islam. Teori Arab ini, semula
dikemukakan oleh Crawfurd yang mengatakan bahwa Islam dikenalkan pada
masyarakat Nusantara langsung dari Tanah Arab, meskipun hubungan bangsa
Melayu-Indonesia dengan umat Islam di pesisir Timur India juga merupakan faktor
penting. Teori Arab ini, sedikit pengembangan, didukung oleh Keyzer. Didasarkan
pada persamaan mazhab Syafi’i yang dominan di Indonesia. Keyzer berpendapat
bahwa Islam di Nusantara berasal dari Mesir. Hal senada juga dikemukakan oleh
Niemann dan de Hollander, dengan sedikit revisi, yang mengatakan bahwa Islam
di Indonesia berasal dari Handramaut. Sementara itu, P.J. Veth berpendapat bahwa
hanya orang-orang Arab yang melakukan perkawinan campur dengan penduduk
pribumi yang berperan dalam penyebaran Islam di pemukiman baru mereka di
Nusantara.

3. Teori Persia
Selain teori India dan teori Arab, ada lagi teori Persia. Teori Persia ini
menyatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara ini berasal dari Persia, bukan
dari India dan Arab. Teori ini didasarkan pada beberapa unsur kebudayaan Persia,
khususnya Syi’ah yang ada dalam kebudayaan Islam di Nusantara. Di antara
pendukung teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Dia mendasarkan
analisisnya pada pengaruh sufisme Persia terhadap beberapa ajaran mistik Islam
(sufisme) Indonesia. Ajaran manunggaling kawula gusti Syeikh Siti Jenar
merupakan pengaruh dari ajaran wahdat al-wujud al-Hallaj dari Persia (P.A.
Hoesein Djajadiningrat, 1986) Ini merupakan alasan pertama dari teori ini.
Alasan kedua, penggunaan istilah bahasa Persia dalam sistem mengeja
huruf Arab, terutama untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajaran Al-Qur’an.
Jabar (Arab-fathah) untuk mengahasilkan bunyi “a” (Arab; kasrah) untuk
menghasilkan bunyi “i” dan “e”; serta pes (Arab, dhammah) untuk menghasilkan
bunyi “u” atau “o”. Dengan demikian, pada awal pelajaran membaca Al-Qur’an,
para santri harus menghafal alifjabar “a”, alifjer “i” dan alif pes “u”/”o”. Cara
pengajaransepertiini, pada masa sekarang masih dipraktekkan di beberapa
pesantren dan lembaga pengajian Al-Qur’an di pedalaman Banten (Suwedi
Montana,) Juga, huruf sin tanda gigi merupakan pengaruh Persia yang membedakan
dengan huruf sin dari Arab yang bergigi (Ahmad Mansur Suryanegara, 1998).

13
Ketiga, peringatan Asyura atau 10 Muharram sebagai salah satu hari yang
diperingati oleh kaum Syi’ah, yakni hari wafatnya Husain bin Abi Thalib di Padang
Karbala. Di Jawa dan juga di Aceh, peringatan ini ditandai dengan pembuatan
bubur Asyura. Di Minangkabau dan Aceh, bulan Muharram disebut dengan bulan
Hasan-Husain. Di Sumatera Tengah sebelah barat, ada upacara Tabut, yaitu
mengarak ”keranda Husain” untuk dilemparkan ke dalam sungai atau perairan
lainnya. Keranda tersebut disebut dengan Tabut yan berasal dari bahasa Arab (Ibid)

4. Teori China
Sebenarnya, peranan orang China terhadap Islamisasi di Indonesia perlu
mendapat perhatian khusus. Banyaknya unsur kebudayaan China dalam beberapa
unsur kebudayaan Islam di Indonesia perlu mempertimbangkan peran orang-orang
China dalam Islamisasi di Nusantara, karenanya ”teori China” dalam Islamisasi
tidak bisa diabaikan. H.J. de Graaf, misalnya, telah menyunting beberapa literatur
Jawa klasik yang memperlihatkan peranan orang-orang China dalam
pengembangan Islam di Indonesia (H.J. de Graaf dkk, 1998). Dalam tulisan-tulisan
tersebut, disebutkan bahwa tokoh-tokoh besar semacam Sunan Ampel (Raden
Rahmat/Bong Swi Hoo) dan Raja Demak (Raden Fatah/Jin Bun) merupakan orang-
orang keturunan China. Pandangan ini juga didukung oleh salah seorang sejaraan
Indonesia, Slamet Mulyana, dalam bukunyayang kontroversial, Runtuhnya
Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. Denys
Lombard juga telah memperlihatkan besarnya pengaruh China dalam berbagai
aspekkehidupan bangsa Indonesia, seperti makanan, pakaian, bahasa,
senibangunan, dan sebagainya. Lombard mengulas semua ini dalam bukunya Nusa
Jawa: Silang Budaya yang terdiri dari tiga jilid.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Proses Islamisasi di Indonesia terjadi dengan jalan yang sangat pelik dan
panjang, yang didasari pada teori-teori yang beagam pula. Diterimanya Islam oleh
penduduk pribumi, secara bertahap membuat Islam terintegrasi dengan tradisi,
norma dan tatanan kehidupan keseharian penduduk lokal. Hal ini menunjukan
bahwa bangsa Indonesia mudah menerima nilai-nilai dari luar dan menjadi bukti
akan keterbukaan sikap mereka. Sikap ini pada gilirannya telah ikut membentuk
komunitas-komunitas muslim di daerah pesisir yang pada mulanya sebagai tempat
interaksi antara penduduk local dengan bangsa-bangsa asing, seperti yang
disebutkan para pakar dalam teori di atas, yaitu dari Arab, Persia, India dan China.
Salah satu bukti kehadiran bangsa-bangsa asing tersebut adalah adanya
pekampungan yang disebut Pakojan (perkampunga norang-orangArab), Pachinan
(perkampungan orang-orang china), Keling (perkampungan orang-orang India) dan
lain sebagainya di Indonesia. Komunitas pribumi yang telah terintegrasi ke dalam
Islam, selanjutnya terlembagakan secara politis dalam bentuk kerajaan-kerajaan
Islam di kawasan ini sejak masa yang paling awal.
3.2. Saran
1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan proses masuknya Agama Islam di
Indonesia
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui teori apa saja yang melatarbelakangi
masuknya Islam di Indonesia

15
DAFTAR PUSTAKA

Muadzirin Yusuf, dkk., Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, (Yogyakarta:


Pustaka
Pelajar, 2006), hlm. 33

Mudzirin Yusuf, dkk., Sejarah


Peradaban Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka, 2006), hlm. 33-34.

Abu Su’ud, Islamologi : Sejarah, Ajaran dan Perannya dalam Peradaban Umat
Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 122.

Masroer, CH. JB, The History of Java, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2004), hlm. 26.

H. J. De Graf dan TH Pegiaut, Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan


Sejarah
Politik Abad XV dan XVI, (Jakarta: PT Pustaka Utama Graffiti, 2003), hlm. 38.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit


Diponegoro, 2004) hlm. 264

Sayid Sabiq, Aqidah Islam, (Bandung: Diponegoro, 1990), hlm. 15.

Nasruddin Rozak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al Ma’arif, t.th.), hal.122.

Syahrastani, Al-Milal Wa Al Nihal, (Al-Misriyyah: Maktabah Al-Nahdoh, 1952),


hlm.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Babat Tanah Jawa, (Jakarta: Proyek


Penerbitan Buku Sastra Indonesia Dan Daerah, 1980), hlm. 519.

Dinas Pariwisata Daerah Jawa Tengah, Ratu Kalinyamat, (Semarang, 1974), hlm.
6.

Ibid, hal. 7.

G.W.J. Drewes, “New Light on the Coming of Islam Indonesia”dalam


Readings on Islam in Southeast Asia, (Singapore : Institute of Southeast Asia
Studies, 1983), hal. 8

C. SnouckHurgronje, “Arti Agama Islam bagiPenganutnya di


HindiaBelanda, dalam Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje, JilidnVII,
terj.Sultan MaimundanRahayu S. Hidayat (Jakarta : INIS, 1994, hal. 6

P.A. Hoesein Djajadiningrat, “Islam di Indonesia” dan Kenneth


W.Morgan, Islam Jalan Lurus, Terj.Abu Salamah dan Chaidir Anwar (Jakarta :

16
Pustaka Jaya, 1986), hal. 426-7.

Suwedi Montana, Pengenalan Awal Bahasa Arab sebagai Indikator


Pembawa Agama Islam di Indonesia” dalam Aspects of Indonesians Archeology,
Nomor 16 (Jakarta : Pusat Arkeologi Nasional, 194/5), hal. 16.

Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah; Wacana Pergerakan


Islam di Indonesia (Bandung : Mizan, 1998), hal. 91.

H.J. de Graaf, dkk, China Muslim di Jawa Abad XV dan XVI;


AntaraHistoritasdanMitos, terj.Alfajri, (Yogyakarta : Tiara wacanaYogya, 1998),
hal. 101.

17

Anda mungkin juga menyukai