Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU NAFS TARBAWI

“PERJALANAN DAKWAH NABI NUH KEPADA KAUMNYA”

Disusun Oleh :
Nur Fitri
1002131053

Kuliah Tahfidz Qur’an dan ‘Ulum Syar’i


Ma’had Al-Ayman Pontianak
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. Kita meminta pertolongan dan memohon ampunan kepada-Nya.
Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri dan dari keburukan amal-amal kita. Siapa yang
Dia beri petunjuk maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan siapa yang Dia sesatkan maka
tidak akan ada yang bisa memberinya hidayah (petunjuk). Aku bersaksi bahwa tiada ilah yang
berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad ‫ ﷺ‬adalah hamba dan Rasul-Nya.

‫َيَأُّيَها اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتم ُّم ْس ِلُم وَن‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya
dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim." (QS. Ali 'Imran [3]: 102)

‫َيَتَأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك م ِّم ن َّنْفٍس َو اِحَدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل َك ِثيًرا َو ِنَس اًء َو اَّتُقوا َهَّللا اَّلِذ ي َتَس اَء ُلوَن‬
‫ َو اَأْلْر َح اَم ِإَّن َهَّللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقيًبا‬،‫ِبِه‬

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu
(Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang
dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." (QS. An-Nisa' [4]: 1)

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad


‫ﷺ‬, kepada istri-istrinya, para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikutinya
dengan pemahaman yang lurus hinggah hari kiamat kelak. Alhamdulillah dengan rahmat dan
pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "PERJALANAN
DAKWAH NABI NUH 'ALAYHISSALAM KEPADA KAUMNYA" untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Ilmu Nafs Tarbawi. Makalah ini disusun untuk memahami lebih dalam
perjalanan dakwah Nabi Nuh serta strategi dakwah beliau dalam perspektif ilmu nafs tarbawi.

ii
Makalah ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun kami menyadari bahwa tidak lepas
dari kekurangan dan keterbatasan ilmu kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna meningkatkan kualitas makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca. Kami meminta maaf jika ada kesalahan
didalam penulisan makalah ini, kesalahan itu datang dari kurangnya ilmu yang kami miliki dan
kebenaran itu datangnya dari Allah ‫ﷻ‬.

Nur Fitri

iii
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................3
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah adalah satu ibadah yang sangat agung, ladang untuk menuai pahala, dan tugas
sangat mulia yang Allah embankan di pundak para rasul dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik sampai hari kiamat. Para pengembannya merupakan manusia-manusia
terbaik perkataanya. Akan tetapi banyak yang tidak memahami makna serta tujuan dakwah
yang sebenarnya, sehingga tidak mengajak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapi justru
mengajak kepada selain-Nya.
Dakwah ilallah, adalah mengajak kepada agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, kepada
syariat-Nya, dan melarang semua yang menyelisihinya, baik yang berupa akidah, perbuatan,
perkataan maupun akhlak. Tujuan utama dakwah, ialah mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya. Memberi petunjuk kepada manusia dan menjelaskan kebenaran
kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji pengemban amanah dakwah
dengan firman-Nya:
‫ُكْنُتْم َخْيَر ُأَّمٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َتْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” [Ali ‘Imrân/3 : 110].
Maka memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar adalah satu bentuk dakwah
Ilallah.
Dakwah merupakan tugas utama para rasul, lebih khusus lagi Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
‫ُقْل َٰه ِذِه َس ِبيِلي َأْد ُعو ِإَلى ِهَّللاۚ َع َلٰى َبِص يَرٍة َأَنا َو َمِن اَّتَبَعِنيۖ َو ُسْبَح اَن ِهَّللا َو َم ا َأَنا ِم َن اْلُم ْش ِر ِكيَن‬
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk
orang-orang yang musyrik” [Yûsuf/12 :108].
Dari beberapa dalil tersebut, Maka kegiatan dakwah ini sangat memerlukan sebuah
konsep yang menjadi panduan dalam menjalankannya, agar dapat diterima oleh para
mad’unya. Kegiatan dakwah sudah dimulai oleh manusia pertama yang Allah ‫ﷻ‬

v
turunkan ke bumi yaitu Nabi Adam ‘alayhissalam Beliaulah yang mengajarkan anaknya
tentang sebuah ketaatan kepada perintah Allah ‫ﷻ‬, hingga pekerjaan dakwah ini terus
berlanjut sampai kepada makhluk terakhir yang Allah wafatkan nanti di akhir zaman.
Sejarah telah mencatat tokok-tokoh hebat dalam mendakwahkan syariat Allah ‫ﷻ‬
dengan konsep-konsep yang dimilikinya, mulai dari Nabi pertama sampai kepada Nabi
terakhir, dan begitu juga tokoh dari kalangan sahabat, tabi’in, tabiut’ tabi’in, sampai kepada
tokoh-tokoh ulama di masa modern ini. Tokoh-tokoh tersebut tidak lepas dari banyaknya
rintangan yang menghadang, pelecehan, penghinaan dan penyiksaan. Salah satunya yaitu
Nabi Nuh ‘alayhissalam.
Nabi Nuh termasuk tokoh yang paling lama mengemban amanah dakwah dan
termasuk yang paling berat ujiannya dalam menyampaikan risalah-risalah Allah ‫ ﷻ‬yang
telah diturunkan kepadanya. Nabi Nuh merupakan rasul pertama bagi penduduk bumi disaat
kerusakan telah menyebar di atas dunia dan penyembahan berhala terjadi di segala penjuru
negeri. Allah ‫ ﷻ‬mengutus hamba sekaligus rasul-Nya Nuh ‘alayhissalam untuk menyeru
agar kaumnya tetap beribadah kepada Allah ‫ ﷻ‬semata, tiada sekutu bagi-Nya dan
melarang menyembah apapun selain- Nya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik Nabi Nuh dan kaumnya?
2. Apa penyebab timbulnya kesyirikan pada masa itu?
3. Bagaimana strategi dakwah Nabi Nuh dalam menyeru kaumnya?
4. Apa nilai-nilai moral dan pelajaran yang dapat diterapkan dalam berdakwah dari
perjalanan dakwah Nabi Nuh?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik pribadi dan sifat Nabi Nuh serta sifat-
sifat kaumnya pada waktu itu.
2. Mengetahui penyebab awal timbulnya kesyirikan pada masa Nabi Nuh.
3. Menganalisis metode dan strategi dakwah yang digunakan Nabi Nuh.
4. Menganalisis Nilai-Nilai Moral dalam Dakwah Nabi Nuh.

vi
BAB 2
PEMBAHASAN

Nabi Nuh ‘alayhissalam nama beliau adalah Nuh bin Lamik bin Mutusyalih bin Khanukh -
yaitu nabi Idris- bin Yarid bin Mahla’il bin Qinan bin Anusy bin Syiitsa bin Adam yang
merupakan bapaknya manusia. Nabi pertama adalah Nabi Adam, sedangkan Nabi Nuh adalah
Rasul pertama yang di utus oleh Allah azza wa jalla, sebagaimana tertera dengan jelas dalam
hadits syafaat yang terkenal. Dimana disebutkan dalam hadits tersebut, “Wahai Nuh engkau
adalah rasul pertama di muka bumi”.
Sebagaimana telah di jelaskan dalam ayat yang menerangkan tentang para rasul, di mana
nama Nuh disebut untuk pertama kali. Semisal firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:

‫َأَلۡم َيۡأ ِتِهۡم َنَبُأ ٱَّلِذ يَن ِم ن َقۡب ِلِه ۡم َقۡو ِم ُنوح َو َعاد َو َثُم وَد َو َقۡو ِم ِإۡب َٰر ِهيَم َو َأۡص َٰح ِب َم ۡد َيَن َو ٱۡل ُم ۡؤ َتِفَٰك ِۚت َأَتۡت ُهۡم ُرُس ُلُهم ِبٱۡل َبِّيَٰن ِۖت َفَم ا َك اَن‬
] 70 :‫ٱُهَّلل ِلَيۡظ ِلَم ُهۡم َو َٰل ِكن َك اُنٓو ْا َأنُفَس ُهۡم َيۡظ ِلُم وَن [ التوبة‬
“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka,
(yaitu) kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang
telah musnah?. Telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan membawa keterangan yang
nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri”. [at-Taubah/9: 70].
Nuh diutus ketika kaumnya telah berbuat syirik. Jarak antara Nuh dan Adam ada 10
generasi. Sebelum Nabi Nuh diutus, tidak ada satupun manusia yang berbuat syirik dan kufur
kepada Allah. Keterangan ini disampaikan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,
‫ فبعث هللا النبيين مبشرين ومنذرين‬،‫ فاختلفوا‬.‫ كلهم على شريعة من الحق‬،‫كان بين نوح وآدم عشرة قرون‬.
“Antara Nuh dan Adam ada 10 generasi. Mereka semua berada di atas syariat yang benar.
Kemudian mereka saling berselisih. Kemudian Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi
gambar gembira dan kabar peringatan.” (HR. At-Thabari dalam Tafsirnya no. 4048).
Allah mengutus Nuh ketika ada sebagian manusia yang berbuat kesyirikan, karena itulah, beliau
menjadi rasul pertama.
Berhala di masa Nuh, mewakili orang soleh yang diagungkan kaum mereka. Allah
menceritakan upaya pembelaan kaum Nuh terhadap berhala mereka,

vii
‫ َو َقاُلوا اَل َتَذ ُر َّن َآِلَهَتُك ْم َو اَل‬.‫ َو َم َك ُروا َم ْك ًرا ُك َّباًرا‬. ‫َقاَل ُنوٌح َر ِّب ِإَّنُهْم َع َص ْو ِني َو اَّتَبُعوا َم ْن َلْم َيِزْد ُه َم اُلُه َوَو َلُد ُه ِإاَّل َخ َس اًرا‬
‫َتَذ ُر َّن َو ًّد ا َو اَل ُس َو اًعا َو اَل َيُغ وَث َو َيُعوَق َو َنْسًرا‬
Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti
orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian
belaka, (21) dan melakukan tipu-daya yang amat besar”. (22) Dan mereka berkata: “Jangan
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali
kamu meninggalkan (penyembahan)wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr.”
(QS. Nuh: 21 – 23).
Siapakah berhala-berhala ini?
Ibnu Abbas menjelaskan,
‫ َفَلَّم ا َهَلُك وا َأْو َح ى الَّشْيَطاُن ِإَلى َقْو ِم ِه ْم َأِن اْنِص ُبوا ِإَلى َم َج اِلِسِهُم اَّلِتى َك اُنوا َيْج ِلُسوَن‬، ‫َأْس َم اُء ِر َج اٍل َص اِلِح يَن ِم ْن َقْو ِم ُنوٍح‬
‫ َوَسُّم وَها ِبَأْس َم اِئِه ْم َفَفَع ُلوا َفَلْم ُتْع َبْد َح َّتى ِإَذ ا َهَلَك ُأوَلِئَك َو َتَنَّسَخ اْلِع ْلُم ُع ِبَد ْت‬، ‫َأْنَص اًبا‬
“Mereka adalah nama-nama orang soleh di kalangan kaumnya Nuh. Ketika mereka meninggal,
setan membisikkan kaumnya untuk membuat prasasti di tempat-tempat peribadatan orang soleh
itu. Dan memberi nama prasasti itu sesuai nama orang soleh tersebut. Merekapun melakukannya.
Namun prasasti itu tidak disembah. Ketika generasi (pembuat prasasti) ini meninggal, dan
pengetahuan tentang prasasti ini mulai kabur, akhirnya prasasti ini disembah.” (HR. Bukhari
4920).
Mulailah Nabi Nuh ‘alaihis salam berdakwah, ia berkata kepada mereka:
“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah
bagimu selain Dia. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu
akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (Terj. Al A’raaf: 59).
Maka di antara kaumnya ada yang mengikuti ajakannya, mereka terdiri dari kaum fakir
dan dhu’afa (lemah). Adapun orang-orang kaya dan kuat, maka mereka menolak dakwahnya,
sebagaimana istrinya dan salah satu anaknya juga menolak dakwahnya.
Mereka yang menolak dakwahnya menentangnya dan berkata kepadanya,
“Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami,
dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang
hina dina di antara Kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki
sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang
yang dusta.” (Terj. Huud: 27)

viii
Nabi Nuh ‘alaihis salam tidak berputus asa terhadap sikap kaumnya yang menolak
dakwahnya, ia terus mengajak mereka di malam dan siang hari, menasihati mereka secara
rahasia dan terang-terangan, menjelaskan kepada mereka dengan lembut hakikat dakwah
yang dibawanya, tetapi mereka tetap saja kafir kepadanya, tetap saja sombong dan melampaui
batas, dan terus membantah Nabi Nuh ‘alaihis salam dan keadaan itu berlangsung dalam waktu
yang cukup lama. Mereka juga menyakitinya, menghinanya, dan memerangi
dakwahnya. Pernah suatu ketika, sebagian orang-orang kaya mendatangi Nabi Nuh ‘alaihis
salam dan meminta kepadanya untuk mengusir orang-orang fakir yang beriman
kepadanya agar orang-orang kaya ridha dan mau duduk bersamanya sehingga bisa
beriman kepadanya, namun Nabi Nuh ‘alaihis salam menjawab,
“Wahai kaumku! Aku tidak meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi
seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang
yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku
memandangmu sebagai suatu kaum yang tidak mengetahui–Dan (Nuh berkata), “Wahai
kaumku! Siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka.
Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?” (Terj. Huud: 29-30)
Maka kaumnya pun marah dan menuduhnya telah sesat, dan mereka berkata, “Sesungguhnya
kami melihatmu berada dalam kesesatan yang nyata.” (Terj. Al A’raaf: 60)
Nuh balik menjawab, “Wahai kaumku! Tidak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku
adalah utusan dari Tuhan semesta alam”– “Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat
Tuhanku, aku memberi nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak
kamu ketahui.” (Terj. Al A’raaf: 61-62)
Nabi Nuh ‘alaihis salam tetap bersabar mendakwahi kaumnya, hari demi hari dilaluinya,
bulan demi bulan dilaluinya dan tahun demi tahun dilaluinya, tetapi yang mau mengikuti
seruannya hanya beberapa orang saja. Bahkan ketika Nuh mendatangi sebagian mereka,
mengajak mereka agar menyembah Allah dan beriman kepada-Nya, mereka taruh anak
jarinya ke telinga mereka agar tidak mendengar kata-kata Beliau, dan ketika Beliau pergi
kepada yang lain sambil menyebutkan kepada mereka nikmat-nikmat Allah yang diberikan
kepada mereka serta menceritakan tentang penghisaban pada hari Kiamat, mereka taruh baju
mereka di wajah mereka agar tidak melihat Beliau, didalam firman-Nya,

ix
“Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya
(ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri” (Ter, Nuh:
8)dan hal ini berlangsung terus hingga akhirnya orang-orang kafir berkata kepada Nabi Nuh
‘alaihis salam,
“Wahai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah
memperpanjang bantahanmu terhadap Kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang
kamu ancamkan kepada Kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Terj. Hud: 32)
Nuh menjawab, “Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia
menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri.–Dan tidaklah bermanfaat
kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak
menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (Terj.
Hud: 33-34)
Maka Nabi Nuh pun bersedih karena kaumnya tidak mau memenuhi ajakannya, bahkan
sampai meminta agar disegerakan azab untuk mereka. Meskipun begitu, Nabi Nuh ‘alaihis
salam tidak berputus asa, dia tetap berharap kiranya ada di antara mereka yang mau
beriman. Hari demi hari berganti, bulan demi bulan berganti dan tahun pun berganti dengan
tahun berikutnya, tetapi ajakan Beliau tidak membawa hasil, Beliau berdakwah kepada
kaumnya dalam waktu yang cukup lama, yaitu 950 tahun sebagaimana yang difirmankan
Allah,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun..” (Terj. Al ‘Ankabut: 14)
Namun sedikit sekali yang mau beriman kepadanya. Hingga akhirnya, Beliau mengadu kepada
Allah seperti yang disebutkan dalam surah Nuh:
“Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,–Maka seruanku itu
hanyalah menambah mereka lari .–Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka agar
Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya
dan menutupi bajunya dan mereka tetap (di atas sikapnya) dan menyombongkan diri dengan
sangat.–Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka dengan cara terang-terangan ,–
Kemudian sesungguhnya aku seru mereka dengan terang-terangan dan dengan diam-diam,–
Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia

x
adalah Maha Pengampun,–Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,–Dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan untukmu sungai-sungai.” (Terj. Nuh: 5-12)
—Nabi Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-
orang kafir itu tinggal di atas bumi.–Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal,
niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan
selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. (terj. Nuh : 26-27).
Selanjutnya Allah azza wa jalla memberi wahyu kepada Nabi Nuh yang menjelaskan
kondisi kaumnya yang sudah tidak mungkin lagi beriman kecuali orang-orang yang sebelumnya
telah beriman kepadanya, oleh sebab itu janganlah kamu bersedih hati dengan apa yang mereka
lakukan, kemudian Allah Shubhanahu wa Ta’ala menyuruh beliau untuk membikin bahtera
dengan wahyu dan pengawasan -Nya, dan supaya membawa didalam bahtera tersebut setiap
binatang melata ataupun ternak yang berpasang-pasangan –laki-laki dan perempuan- lalu
semuanya disuruh untuk naik bahtera bersama orang-orang yang beriman dan keluarganya
kecuali orang-orang yang telah ditentukan kebinasaannya oleh Allah azza wa jalla.
Dan Allah Shubhanahu wa Ta’ala mengabadikan akhir dari kisah perjalanan mereka dalam
firman -Nya:

] 64 :‫َفَك َّذ ُبوُه َفَأنَج ۡي َٰن ُه َو ٱَّلِذ يَن َم َع ۥُه ِفي ٱۡل ُفۡل ِك َو َأۡغ َر ۡق َنا ٱَّلِذ يَن َك َّذ ُبوْا َٔ‍ِباَٰي ِتَنۚٓا ِإَّنُهۡم َك اُنوْا َقۡو ًم ا َع ِم يَن [ األعراف‬
“Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang
bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
kami, sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)”. [al-A’raaf/7: 64].
Setelah Nabi Nuh dan para pengikutnya turun dan melepaskan hewan-hewan yang diangkutnya,
maka mulailah Beliau dan para pengikutnya menjalani hidup yang baru, Beliau berdakwah
kepada kaum mukmin dan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama, Beliau
banyak melakukan dzikrullah, shalat dan berpuasa hingga Beliau wafat dan menghadap
Allah ‘Azza wa Jalla.

Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa man
waalaah.

xi
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan yaitu Terdapat beberapa ayat dalam al-Quran yang membicarakan
tentang metode dakwah Nabi Nuh. Berdasarkan penelusuran terdapat 9 surat yang fokus
megkisahkan tentang perjalanan dakwah Nabi Nuh 'alayhissalam. Maka dari 9 surat itu
terdapat 5 kelompok ayat yang menjadi perwakilan dari pada banyaknya ayat-ayat yang
membicarakan tentang metode dakwah Nabi Nuh dalam al-Quran. Adapun ayat-ayat yang
membicarakan metode dakwah Nabi Nuh tersebut adalah Surat Hud ayat 29, Surat Al-A'raf
ayat 59 dan 62, surah Nuh ayat 5, ayat 8-9, dan ayat 26.
Dakwah Nabi Nuh memberikan pelajaran tentang kesabaran, berdakwah dengan lemah
lembut, ketekunan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan dakwah dan juga
senantiasa berdoa meminta pertolongan serta bertawakkal hanya kepada Allah. Kisah ini
juga menegaskan keadilan dan hikmah Allah dalam menghadapi umat manusia yang tidak
tunduk kepada-Nya. dan kisah ini menunjukkan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang
setia. Nabi Nuh menjadi teladan bagi umat manusia dalam mematuhi perintah Allah meski
dihadapkan pada cobaan yang besar. dan Nabi Nuh merupakan sosok yang menginspirasi
dan suri tauladan didalam berdakwah yang dimana strategi dan metode dakwah beliau dapat
diterapkan dizaman sekarang ini.

xii
DAFTAR PUSTAKA

https://almanhaj.or.id/2598-jika-hendak-berdakwah.html
https://konsultasisyariah.com/24233-sejarah-kesyirikan-di-dunia.html
https://ruqoyyah.com/719-kisah-nabi-nuh.html
https://almanhaj.or.id/35388-kesyirikan-pada-kaumnya-nuh-alaihissalam.html

xiii

Anda mungkin juga menyukai