Anda di halaman 1dari 17

Tugas Administrasi dan Mutu Pelayanan

Kesehatan Reproduksi

Nama : Shindy Sintia Soraya


NIM : 1711211020
Peminatan : AKK
Hari/Tanggal : Minggu, 5 April 2020

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang


Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien

Pasal 17 Ayat 2

Hak Pasien meliputi:

a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien;

c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;

d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;

e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga Pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;

f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

g. memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;

i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya;

j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;

k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;

l. didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu Pasien lainnya;

n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;

o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;

p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;

q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan

r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 26

Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit, Pasien mempunyai kewajiban:

a. mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

b. menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;


c. menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya
yang bekerja di Rumah Sakit ;

d. memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;

e. memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang


dimilikinya;

f. mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit dan
disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

g. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan

h. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Pasal 2 Ayat 1

Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;

b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;

e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;

f. melaksanakan fungsi sosial;


g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
sebagai acuan dalam melayani pasien;

h. menyelenggarakan rekam medis;

i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana ibadah, parkir, ruang
tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;

j. melaksanakan sistem rujukan;

k. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan
perundang-undangan;

l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;

m. menghormati dan melindungi hak pasien;

n. melaksanakan etika Rumah Sakit;

o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;

p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional;

q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan
tenaga kesehatan lainnya;

r. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);

s. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas; dan

t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

Pasal 2 Ayat 2

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah Sakit mempunyai kewajiban
mengupayakan:
a. keamanan dan pembatasan akses pada unit kerja tertentu yang memerlukan pengamanan
khusus; dan

b. keamanan Pasien, pengunjung, dan petugas di Rumah Sakit.

Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Pasal 30

Setiap Rumah Sakit mempunyai hak:

a) menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi
Rumah Sakit;

b) menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan


penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c) melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan;

d) menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan


perundangundangan;

e) menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

f) mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan;

g) mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan

h) mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan
sebagai Rumah Sakit pendidikan.

Undang-undang No.36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

Pasal 62

1. Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik harus dilakukan sesuai dengan


kewenangan yang didasarkan pada Kompetensi yang dimilikinya.
2. Jenis Tenaga Kesehatan tertentu yang memiliki lebih dari satu jenjang pendidikan
memiliki kewenangan profesi sesuai dengan lingkup dan tingkat Kompetensi.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

Pasal 23

1. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

2. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

3. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin

4. dari pemerintah.

5. Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.

6. Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 Tentang


Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional

Pasal 2

Penyelenggara Pelayanan Kesehatan


1). Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan
rujukan tingkat lanjutan.

2). Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. puskesmas atau yang setara;

b. praktik dokter;

c. praktik dokter gigi;

d. klinik pratama atau yang setara; dan

e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

3). Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. klinik utama atau yang setara;

b. rumah sakit umum; dan

c. rumah sakit khusus.

Pasal 13

Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta

1) Setiap Peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan


promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.

2) Pelayanan kesehatan bagi Peserta yang dijamin oleh BPJS Kesehatan terdiri atas:

a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;

b. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan, yang terdiri atas:


1. pelayanan kesehatan tingkat kedua (spesialistik); dan

2. pelayanan kesehatan tingkat ketiga (subspesialistik);

c. pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 14

Prosedur Pelayanan Kesehatan

1). Pelayanan kesehatan bagi Peserta dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis
dimulai dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.

2). Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama bagi Peserta diselenggarakan oleh Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama tempat Peserta terdaftar.

3). Dalam keadaan tertentu, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi
Peserta yang:

a. berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar; atau

b. dalam keadaan kedaruratan medis.

4). Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat memilih Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama selain Fasilitas Kesehatan tempat Peserta terdaftar pertama kali setelah jangka waktu 3
(tiga) bulan atau lebih.

Pasal 15

1). Dalam hal Peserta memerlukan Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas indikasi
medis, Fasilitas Kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan terdekat sesuai dengan Sistem Rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2). Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama.

3). Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.

4). Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dikecualikan pada keadaan
gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis,
dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.

5). Tata cara rujukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16

Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan pelayanan kesehatan non spesialistik yang
meliputi:

a. administrasi pelayanan;

b. pelayanan promotif dan preventif;

c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

f. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

g. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan

h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.

Pasal 20

Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan meliputi :

a. administrasi pelayanan;

b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;
c. tindakan medis spesialistik baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis;

d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

e. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

f. rehabilitasi medis;

g. pelayanan darah;

h. pelayanan kedokteran forensik klinik;

i. pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan;

j. perawatan inap non intensif; dan

k. perawatan inap di ruang intensif

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan

Pasal 2

(1) SPM Kesehatan terdiri atas SPM Kesehatan Daerah Provinsi dan SPM Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota.

(2) Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah Provinsi terdiri atas:

a. pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana provinsi; dan

b. pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa provinsi.

(3) Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas:

a. Pelayanan kesehatan ibu hamil;

b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;


c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;

d. Pelayanan kesehatan balita;

e. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;

f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif;

g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;

h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;

i. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus;

j. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat;

k. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis; dan

l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan tubuh
manusia (Human Immunodeficiency Virus).yang bersifat peningkatan/promotif dan pencegahan/
preventif.

(4) Pelayanan yang bersifat peningkatan/promotif dan pencegahan/preventif sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) mencakup:

a. peningkatan kesehatan;

b. perlindungan spesifik;

c. diagnosis dini dan pengobatan tepat;

d. pencegahan kecacatan; dan

e. rehabilitasi.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang


Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit

Pasal 4
Persyaratan Bangunan Rumah Sakit meliputi persyaratan:

a. administratif;

b. teknis bangunan gedung pada umumnya; dan

c. teknis Bangunan Rumah Sakit.

Pasal 5

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilaksanakan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

(1) Persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf b terdiri atas aspek tata bangunan dan keandalan bangunan.

(2) Aspek tata bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi peruntukan dan intensitas
bangunan, arsitektur bangunan, dan pengendalian dampak lingkungan.

(3) Aspek keandalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, sesuai fungsi Rumah Sakit.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

Persyaratan teknis Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c terdiri
atas:

a. Rencana Blok Bangunan;

b. Massa Bangunan;

c. tata letak bangunan (site plan);

d. pemanfaatan Ruang; dan


e. desain tata Ruang dan komponen bangunan.

Pasal 8

Persyaratan Teknis Bangunan Rumah Sakit

(1) Rencana Blok Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a harus sesuai
peruntukan dan intensitas Bangunan Rumah Sakit.

(2) Rencana Blok Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan:

a. peruntukan lokasi bangunan;

b. kepadatan bangunan;

c. ketinggian bangunan; dan

d. jarak bebas bangunan.

(3) Peruntukan dan intensitas Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan berdasarkan ketentuan tentang tata Ruang wilayah daerah, rencana tata bangunan
dan lingkungan yang ditetapkan, dan peraturan bangunan daerah setempat.

Pasal 9

Massa Bangunan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b harus memenuhi
syarat sirkulasi udara dan pencahayaan, kenyamanan, keselarasan, dan keseimbangan dengan
lingkungan.

Pasal 10

Tata letak bangunan (site plan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c harus memenuhi
syarat zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi, dan
zonasi berdasarkan pelayanan atau kedekatan hubungan fungsi antar Ruang pelayanan.

Pasal 11
Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d dalam Bangunan Rumah Sakit
harus efektif sesuai fungsi pelayanan.

Pasal 12

(1) Desain tata Ruang dan desain komponen bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf e harus dapat meminimalisir risiko penyebaran infeksi.

(2) Desain tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan alur kegiatan
petugas dan pengunjung Rumah Sakit.

Pasal 13

(1) Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi peil banjir dengan tetap menjaga keserasian
lingkungan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada masing-masing wilayah.

(2) Peil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan elevasi atau titik ketinggian yang
dinyatakan dengan satuan meter sebagai pedoman dalam mendirikan bangunan.

Pasal 14

(1) Lahan bangunan Rumah Sakit harus dibatasi dengan pemagaran yang dilengkapi dengan
akses/pintu yang jelas.

(2) Akses/pintu yang jelas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit untuk akses/pintu
utama, akses/pintu pelayanan gawat darurat, dan akses/pintu layanan servis.

(3) Akses/pintu utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus terlihat dengan jelas agar
pasien dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama.

(4) Akses/pintu pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mudah
diakses dan mempunyai ciri khusus.
(5) Akses/pintu layanan servis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdekatan dengan dapur
dan daerah penyimpanan persediaan/gudang penerimaan barang logistik dari luar serta
berdekatan dengan lift servis.

Pasal 15

(1) Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas yang aksesibel bagi penyandang cacat
dan lanjut usia untuk menjamin terwujudnya kemudahan bagi semua pengguna baik di dalam
maupun diluar Bangunan Rumah Sakit secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.

(2) Fasilitas yang aksesibel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. toilet;

b. koridor;

c. tempat parkir;

d. telepon umum;

e. jalur pemandu;

f. rambu atau marka;

g. pintu; dan

h. tangga, lift, dan/atau ram.

Pasal 16

Bangunan Rumah Sakit terdiri atas:

a. Ruang rawat jalan;

b. Ruang rawat inap;

c. Ruang gawat darurat;

d. Ruang operasi;
e. Ruang perawatan intensif;

f. Ruang kebidanan dan penyakit kandungan;

g. Ruang rehabilitasi medik;

h. Ruang radiologi;

i. Ruang laboratorium;

j. bank darah Rumah Sakit;

k. Ruang sterilisasi;

l. Ruang farmasi;

m. Ruang rekam medis;

n. Ruang tenaga kesehatan;

o. Ruang pendidikan dan latihan;

p. Ruang kantor dan administrasi;

q. Ruang ibadah;

r. Ruang tunggu;

s. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit;

t. Ruang menyusui;

u. Ruang mekanik;

v. Ruang dapur dan gizi;

w. laundry;

x. kamar jenazah;

y. taman;
z. pengelolaan sampah;

aa. pelataran parkir yang mencukupi.

Pasal 18

Prasarana Rumah Sakit meliputi :

a. Instalasi air;

b. Instalasi mekanikal dan elektrikal;

c. Instalasi gas medik dan vakum medik;

d. Instalasi uap;

e. Instalasi pengelolaan limbah;

f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

g. petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat;

h. Instalasi tata udara;

i. sistem informasi dan komunikasi; dan

j. ambulans.

Anda mungkin juga menyukai