Anda di halaman 1dari 15

KARYA TULIS ILMIAH 2020

GAME CALLING, MEMBUDAYAKAN MEMBACA MELALUI


PERMAINAN TRADISIONAL

Disusun oleh:
Kyla Jasmine Hanabel Putri 18515
Yusnia Alfiah Zumroh 18684
Syifa Khairul Stefanita 18661

SMA NEGERI 2
MALANG
2020

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Metode Ilmiah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Meningkatkan Budaya Membaca di Indonesia
2.1 Permainan Tradisional
2.3 Program “Game Calling”
2.4 Penggunaan Permainan Tradisional Dapat Meningkatkan Kemampuan Literasi
2.5 Prosedur Game Calling
2.6 Uji Coba Game Calling
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.3 Penentuan sampel
3.4 Definisi Operasional
3.5 Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Literasi Di SMAN 2 Malang
4.2 Kendala Literasi Di SMAN 2 Malang
4.3 Penerapan Game Calling
4.4 Hasil Penerapan Game Calling
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
5.2 Rekomendasi
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesadaran akan pentingnya membaca menjadi tolak ukur bagi kemajuan suatu negara.
Tingkat baca yang rendah akan menjadi permasalahan yang sangat besar bagi bangsa.
Semakin tinggi minat baca masyarakat terutama generasi milenial, maka semakin tinggi
pula kualitas SDM negara tersebut. Era globalisasi yang semakin maju menuntut
generasi penerus untuk senantiasa berkembang menjadi maju pula. Hal itu yang
membuat adanya penelitian budaya membaca. Penelitian menunjukkan tingginya minat
baca berbanding lurus dengan perkembangan IPTEK.
Rendahnya minat baca di Indonesia sangat memprihatinkan karena menurut data
penelitian PISA membuktikan pada tahun 2015 Indonesia berada pada rangking 62 dari
70 negara di dunia. Hal ini dapat merugikan bangsa di masa yang akan datang karena
tidak mampu meneruskan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produk
yang berkualitas. Minimnya pengetahuan mempengaruhi sudut pandang generasi muda
yang dianggap mudah terpengaruh budaya luar. Hal tersebut dapat berakibat generasi
milenial kehilangan budayanya. Bangsa ini akan kehilangan SDM yang berkualitas saat
ini dan di masa yang akan datang. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
rendahnya budaya membaca antara lain :
1. aktivitas membaca belum dibiasakan dalam lingkup keluarga
2. perkembangan teknologi yang semakin canggih, sarana dan prasarana yang belum
memadai, kursngnys motivasi membaca, sikap malas untuk mengembangkan
gagasan.
Bermain adalah aktivitas yang digunakan untuk mendapat kesenangan, keringanan,
dan kebahagiaan. Sebab itulah, bermain merupakan suatu hal yang sangat penting
yang dapat memengaruhi kognitif anak-anak, fisik, emosional, pembangunan sosial,
dan menyediakan tempat utama untuk partisipasi sosial (Behr, Rodger, Nickan, 2013,
P. 198). Jenis-jenis permainan tradisional itu sendiri yaitu, petak umpet, bola bekel,
gundu, egrang, benteng sodor, dan gatrik. Permainan tradisional bagi generasi
milenial saat ini sangat diperlukan guna meningkatkan kerjasama, tenggang rasa,
toleransi, dan tanggung jawab. Permainan tradisional memiliki banyak kelebihan
antara lain, meningkatkan kecerdasan, mengembangkan intelektual, mengembangkan
kreativitas, meningkatkan kemampuan bersosialisasi, dan mengembangkan
emosional. Keutamaan permainan tradisional adalah guna membentuk karakter
generasi milenial melalui proses interaksi yang mengutamakan nilai-nilai positif
sehingga menimbulkan karakter generasi milenial yang positif juga.
3. Untuk meningkatkan budaya membaca di Indonesia, upaya yang dapat dilakukan
adalah menggabungkan permainan tradisional dengan budaya membaca. Selain
untuk meningkatkan budaya membaca juga guna untuk meningkatkan tradisi yang
dimiliki oleh generasi masa lampau
Berdasarkan uraian diatas maka kami bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Game
Calling : Membudayakan Membaca Melalui Permainan Tradisional’’.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dipaparkan sesuai dengan latar belakang yang telah
dijelaskan adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan Game Calling ?
2. Bagaimana penerapan Game Calling dalam meningkatkan minat baca ?
3. Adakah peningkatan budaya membaca setelah penerapan game calling ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini pertama adalah untuk memberikan
gagasan tentang pengertian Game Calling. Kedua, untuk mengetahui penerapan Game
Calling dalam meningkatkan minat baca di Indonesia. Ketiga, mengetahui peningkatan
budaya setelah adanya penerapan Game Calling.
1.4 Manfaat
Manfaat dari karya tulis ini adalah:
1. Sebagai bahan rekomendasi dalam meningkatkan minat baca di Indonesia.
2. Meningkatkan pengetahuan, pendidikan dan rasa peduli masyarakat Indonesia
terhadap minat baca melalui permainan tradisional.
1.5 Metode Ilmiah
penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini akan melibatkan institusi pendidikan menengah,
dinas pendidikan kota Malang dan masyarakat khususnya pelajar dan generasi milenial.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meningkatkan Budaya Membaca di Indonesia


UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) merilis
data yang menunjukkan minat baca di Indonesia hanya 0,001 persen pada tahun 2011.
Bukan hanya anak-anak saja yang harus ditingkatkan minat bacanya, namun orang
dewasa sudah seharusnya juga. Terutama ditujukan kepada generasi milenial bangsa
Indonesia yang seharusnya dapat menguasai salah satu komponen dalam literasi itu
sendiri, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, sains, finansial, digital, budaya dan
kewargaan. Terdapat banyak belah pihak yang turut berpartisipasi untuk meningkatkan
minat baca di Indonesia salah satunya adalah peran pemerintah. Penanganan
permasalahan ini telah ditindak lanjuti oleh pemerintah, baik dalam bentuk program,
kegiatan, dan peraturan publik. Misalnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) No. 23/2015 yang antara lain, memberikan klausul tentang kewajiban
bagi siswa (SD, SMP, dan SMU) untuk membaca sekitar 15 menit sebelum pelajaran
dimulai dan adanya Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang sudah dimulai sejak tahun
2016. Bahkan pemerintah pun sudah menyediakan sarana bagi masyarakat untuk
mendonasikan buku-buku yang dimiliki guna memudahkan distribusi buku-buku
bermutu dari pihak yang memberikan donasi ke lebih dari 10.000 Taman-Taman Bacaan
Masyarakat dan komunitas literasi yang ada di Indonesia. Upaya yang telah dilakukan
selama ini setidaknya sudah membuahkan hasil, walaupun belum secara maksimal.
Terbukti dalam hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2018
yang dirilis pada hari Selasa, 3 Desember 2019 bahwa Indonesia berada pada kuadran
low performance dengan high equity (Yuri Belfali). OECD (Economic Co-operation and
Development) selaku penyelenggara PISA merilis hasil yang menunjukkan bahwa
kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371, dengan
rata-rata skor OECD yakni 487, Siswa Indonesia pandai dalam mencari informasi,
mengevaluasi, dan merefleksi informasi, tetapi lemah dalam memahami informasi (Yuri
Belfali).

2.2 Permainan Tradisional


Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kebudayaan yang sangat autentik,
kebudayaan tersebutlah yang harus diperhatikan oleh masyarakat untuk tetap dijaga
kelestariannya. Permainan tradisional adalah kebudayaan yang sudah dilakukan secara
turun menurun. Namun, seiring berjalannya waktu permainan ini seringkali terlupakan.
Salah satu cara yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan minat baca generasi
milenial dan melestarikan permainan tradisional yaitu melalui penggabungan kedua
aspek tersebut. Permainan tradisional sangat dibutuhkan untuk membangun karakter
generasi penerus bangsa. Bermain adalah aktivitas yang digunakan untuk mendapat
kesenangan, keringanan, dan kebahagiaan. Sebab itulah, bermain merupakan suatu hal
yang sangat penting yang dapat memengaruhi kognitif anak-anak, fisik, emosional,
pembangunan sosial, dan menyediakan tempat utama untuk partisipasi sosial (Behr,
Rodger, Nickan, 2013, P. 198). Jenis-jenis permainan tradisional itu sendiri yaitu, petak
umpet, bola bekel, gundu, egrang, benteng sodor, dan gatrik. Permainan tradisional bagi
generasi milenial saat ini sangat diperlukan guna meningkatkan kerjasama, tenggang
rasa, toleransi, dan tanggung jawab. Permainan tradisional memiliki banyak kelebihan
antara lain, meningkatkan kecerdasan, mengembangkan intelektual, mengembangkan
kreativitas, meningkatkan kemampuan bersosialisasi, dan mengembangkan emosional.
Keutamaan permainan tradisional adalah guna membentuk karakter generasi milenial
melalui proses interaksi yang mengutamakan nilai-nilai positif sehingga menimbulkan
karakter generasi milenial yang positif juga. Tidak hanya game online saja yang bisa
menjaga eksistensinya, permainan tradisional pun juga harus menjaga ke eksistensinya
yang berjalan sesuai kemajuan era globalisasi.
2.3 Program “Game Calling”
Penggabungan antara gerakan meningkatkan minat baca dan pelestarian permainan
tradisional guna menarik perhatian generasi milenial dan menjadikannya sebuah
kebiasaan bahkan kebutuhan. Maka terciptalah sebuah inovasi yang dinamakan “Game
Calling” yaitu sebuah game yang menggabungkan budaya literasi dengan permainan
tradisional. Melalui sebuah model game yang menerapkan sistem teka-teki yang dalam
tahapannya memiliki tantangan yang berbeda-beda. Cara melakukan permainan ini yaitu:
(1) Diberikan sebuah rules sebelum memulai permainan. (2) Di setiap babak terdapat
teka-teki yang harus dipecahkan, yang sebelumnya terdapat ulasan sekilas tentang teka-
teki tersebut. (3) Setelah memecahkan teka-teki dilanjutkan babak tantangan. Terdapat 3
babak di setiap permainan. Kelebihan permainan ini adalah dapat meningkatkan
kerjasama, tenggang rasa, toleransi, tanggung jawab, dan konsentrasi. Ketika generasi
milenial ingin memenangkan game ini mereka harus mau membaca dan menjawab teka-
teki tersebut terlebih dahulu. Sehingga dengan adanya “Game Calling” ini generasi
milenial dapat meningkatkan minat baca melalui permainan tradisional. Sehingga game
ini mampu meningkatkan minat baca khususnya pada generasi milenial.
Dalam permainan “Game Calling” ini terdapat trik yang mampu meningkatkan minat
baca secara efektif. Teknik yang pertama yaitu Line by Line, membaca materi secara
berurutan dari awal hingga akhir, dan disampaikan secara jelas kepada anggota tim.
Teknik ke-dua yaitu New Knowledge, yaitu di setiap babak sebelum permainan tantangan
dimulai terdapat bacaan mengenai pengetahuan baru sehingga mereka juga memperoleh
tambahan ilmu pengetahuan. Teknik yang ke-tiga yaitu Mind Teaser selain
meningkatkan minat baca dan mengembangkan permainan tradisional, game ini
menerapkan teknik membaca melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengasah pikiran
sehingga mampu berpikir kritis agar dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Dan
teknik yang terakhir yaitu Singing Cheerfully, dalam game ini juga menunjang generasi
milenial untuk melestarikan lagu-lagu daerah dan apabila tidak mengetahui lagu-lagu
daerah tersebut akan disediakan teks yang berisi lirik dari lagu daerah. Teknik-teknik
tersebut sangat membantu dalam meningkatkan minat baca generasi milenial.
2.4 Penggunaan Permainan Tradisional dapat Meningkatkan Kemampuan
Literasi
Salah satu definisi yang popular menyatakan bahwa literasi media adalah kemampuan
untuk mengakses, menyaring, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi
pesan media. (Ofcom, 2011). Ari Wibowo, S.Pd selaku kepala sekolah SD
Muhammadiyah 1 Ngaglik, berpendapat jika setiap individu itu untuk mendapatkan ilmu
yang baik adalah bisa dengan keseriusan siswa pada setiap kegiatan dan literasi tidak
sebatas pada membaca saja melainkan bisa dengan menulis, mendongeng, maupun
bercerita. Sabtu (23/03/2019). Permainan tradisional tidak hanya sekedar permainan
yang mengandung kesenangan semata. Namun permainan tradisional dapat melatih
kemampuan motorik, sikap, dan juga keterampilan anak, serta dapat membentuk karakter
anak. Penerapan “Game Calling” dengan permainan tradisional dapat meningkatkan
minat baca. Melalui sebuah trobosan yang sangat inovatif dan menarik bagi masyarakat
terutamanya generasi milenial. Permainan tradisional dapat menekankan kreativitas
terhadap anak serta dapat memberikan pengertian terhadap anak bahwa literasi dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja, selain itu dapat dilakukan dengan hal-hal yang
menyenangkan. Adanya literasi budaya dan kewargaan diharapkan dapat membangun
karakter generasi bangsa menjadi lebih baik lagi demi menghadapi arus globalisasi. Serta
komponen utama yang terdapat dalam permainan tradisional dapat membantu
mempersiapkan karakter generasi bangsa untuk persiapan Asesmen Kompetensi dan
Survei Karakter yang akan menggantikan Ujian Nasional pada tahun 2021. Literasi di
sini bukan hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisis suatu bacaan,
dan memahami konsep di balik tulisan tersebut, sedangkan kompetensi numerasi berarti
kemampuan menganalisis menggunakan angka, dua hal ini yang akan menyederhanakan
asesmen kompetensi minimum yang akan dimulai tahun 2021, jadi bukan berdasarkan
mata pelajaran dan penguasaan materi, ini kompetensi minimum atau kompetensi dasar
yang dibutuhkan murid-murid untuk bisa belajar (Mendikbud. Jakarta, Rabu
11/12/2019).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Prosedur Game Calling


● Peraturan Permainan “Game Calling”

1. 1 kelompok terdiri dari 6 orang


2. Setiap kelompok wajib memiliki yel-yel atau jargon
3. Setiap permainan diberi waktu 1 menit untuk menjawab
4. Setelah peluit dibunyikan waktu dimulai untuk menjawab
5. Selama materi dibacakan pemain wajib diam dan menyimak
6. Tidak ada pengulangan materi
7. Tidak bisa lanjut ke babak selanjutnya jika anggota tidak bisa
menjawab teka-teki yang diberikan sejumlah anggota pemain
8. Adanya pemberlakuan kartu pelanggaran bagi pemain (kartu kuning
dan kartu merah)
9. Pemenang dilihat atas kecepatan waktu

● Langkah-langkah permainan “Game Calling”, dijelaskan sebagai


berikut:

❏ Babak Pertama, Engklek

1. Pembacaan yel-yel atau jargon


2. Permainan dimulai dengan satu anggota menjadi pembaca
materi dan anggota lainnya menjadi berbaris urut untuk bersiap
menjawab
3. Pembaca materi dan pemain yang menjawab bergantian sesuai
urutan berbaris hingga 6 teka-teki yang ditanyakan selesai
4. Setelah semua teka-teki terjawab, maka akan dilanjutkan
dengan permainan engklek
5. Saat bermain engklek setiap anggota wajib menyanyikan
sebuah lagu daerah secara runtut
6. Setelah semua berhasil, dilanjutkan ke babak kedua

❏ Babak Kedua, Gobak Sodor

1. Dibacakan teka-teki , kedua kelompok bebas menjawab


2. Lapangan dibagi menjadi 4 kotak persegi
3. Penjaga hanya boleh bergerak ke kiri dan ke kanan sesuai garis
4. Penyerang hanya boleh bergerak ke atas dan ke bawah
5. Setelah kelompok pertama selesai maka, berganti kelompok
kedua
6. Pemenang akan dihitung dari waktu yang tercepat
7. Dilanjut ke babak ketiga

❏ Babak Ketiga, Egrang

1. Ini merupakan babak terakhir


2. Permainan dimulai dengan satu pemain sebagai pembaca
materi
3. Setelah peluit di bunyi kan pemain egrang boleh berjalan
4. Sambil berjalan, pemain juga harus menjawab teka-teki yang
diberikan
5. Apabila terjatuh, maka masih tetap boleh dilanjutkan.
6. Apabila teka-teki pertama belum terjawab tetapi pemain telah
kembali , maka pemain selanjutnya yang harus menjawab
7. Kelompok dianggap menyelesaikan permainan apabila telah
berhasil menjawab semua teka-teki
8. Pemenangnya dihitung berdasarkan waktu tercepat

3.2 Uji Coba Game Calling


BAB IV

HAIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pelaksanaan Literasi di SMAN 2 Malang
Untuk meningkatkan minat baca para siswa pada Juli 2015, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu hal pokok yang tertuang dalam
peraturan tersebut yaitu kewajiban membaca buku nonteks pelajaran selama 15 menit
sebelum jam pembelajaran dimulai setiap hari di sekolah. Berdasarkan amanat itu,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) meluncurkan
program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Oleh karena itu, di SMAN 2 Malang juga
melaksanakan kegiatran literasi ini yaitu 15 menit sebelum pembelajaran di mulai.
Dilaksanakan pada hari selasa dengan buku bacaan berbahasa Indonesia baik fiksi maupun
non-fiksi. Pada hari rabu membaca bacaan berbahasa asing baik itu bahasa Inggris, Jerman,
dan lain-lain. Serta literasi pada hari rabu membaca kitab suci agama masing-masing.
Kegiata ini ditujukan untuk membangkitkan semangat membaca siswa dengan membaca
buku yang disenangi.
4.2 Kendala Literasi di SMAN 2 Malang
Diadakannya literasi di SMAN 2 ini mendapatkan respon pro dan kontra.
Antara lain respon buruk yang ditunjukkan oleh sisswa pada saat kegiatan
literasi berlangsung yaitu, tidak membawa buku bacaan yang sesuai. Siswa yang
tidak membawa buku literasi sering mengganggu siswa yang lain sehingga
suasana kelas semakin gaduh. Serta teknologi yang semakin berkembang ini,
membuat siswa lebih mementingkan bermain HP dari pada membaca buku.
Serta melakukan kegiatan lain seperti, makan, mengobrol dengan teman, dan
keluar dari kelas saat kegiatan literasi berlangsung.
4.3 Penerapan Game Calling
Akibat kendala literasi tersebut, kami menerapkan Game Calling guna
memberikan sebuah inovasi baru untuk memperbaiki model literasi. Dengan
Game Calling inilah kami merubah dari bentuk membaca intensif ke membaca
ringan sambil bermain permainan tradisional dengan suasana yang seru,
menarik, dan menyenangkan.
4.4 Hasil Penerapan Game Calling
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
Dengan adanya “Game Calling” dapat menarik perhatian generasi milenial akan
pentingnya membaca. Melakukannya dengan aktivitas yang menyenangkan serta sarana
dalam permainan tradisional yang menjadikannya daya tarik tersendiri untuk
melakukannya. Terdapat dua komponen yang kita kembangkan secara bersamaan, yaitu
meningkatkan budaya membaca serta melestarikan permainan tradisional.

4.2 Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai