Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF

Nama : Melita Ayu Ning Tyas

Kelas : 6F Manajemen Sore

NIM : 1706010057

Mata Kuliah : Ekonomi Keuangan Syariah

Tanggal : 19 Maret 2020


IBNU KHALDUN DAN SEJARAH EKONOMI DUNIA

Kata"wealth" atau "kaya" adalah kondisi memiliki banyak aset, atau kelimpahan secara
material, atau makmur secara material; atau dengan kata lain, "memiliki kekayaan". Kita
menaksir semua semua komoditas barang atau jasa yang kita butuhkan dengan nilai uang.
Keberadaan uang memberi kemudahan bagi kita untuk melakukan pembelian semua komoditas
yang kita inginkan. Wajar saja jika kekayaan kemudian selalu identik dengan wujud materi uang,
atau emas dan perak. Dan karena itu, pada akhirnya semua urusan adalah tentang bagaimana
mendapatkan uang. Instrumen ini kemudian telah mengambil tempat dalam kehidupan kita,
layaknya komoditas kebutuhan lainnya. Hal ini wajar dan bisa dimengerti, walaupun sophistical.

Pada dasarnya, tak lebih, penggunaan uang dan emas dan atau perak hanya sebagai
instrumen yang memfasilitasi pertukaran dalam perdagangan. Instrumen pertukaran seperti itu
menjadi dibutuhkan karena beberapa hal. Bayangkan zaman barter komoditas yang kita tak
pernah mengalaminya. Barter dapat dilakukan bila menemukan keinginan yang saling sesuai
dalam segala hal. Operasional transaksi barter cukup rumit dan tidak mungkin dilakukan tanpa
ada potensi kerugian di salah satu pihak yang bertransaksi. Instrumen yang dapat menfasilitasi
pertukaran dan sekaligus dapat berlaku sebagai instrumen pengukur/penaksir atas nilai
komoditas yang dipertukarkan menjadi diperlukan.

Logam seperti besi, tembaga, emas dan perak pada awal perkembangannya
diaplikasikan sebagai uang yang memfasilitasi pertukaran. Beragam logam yang diaplikasikan
menjadi uang ini pada dasarnya juga komoditas, seperti komoditas penukar lainnya dari jenis
hasil pertanian atau peternakan. Sederhana saja alasan dipilihnya jenis-jenis logam sebagai
uang, logam lebih durable dari komoditas manapun yang berfungsi sebagai instrumen
pertukaran pada masa itu. Karena durable, maka hanya akan ada resiko kerugian yang kecil saja
ketika menyimpan logam ketimbang menyimpan komoditas seperti bahan pangan. Logam
kemudian dapat dibentuk dan dibagi-bagi berdasarkan berat menurut kebutuhan pertukaran,
kemudian dapat dilebur kembali untuk digunakan bagi tujuan penggunaan lain. Alih-alih
mengukur nilai pertukaran seekor sapi dengan garam, atau tembakau dengan gandum, maka
ukuran berat logam yang disepakati sebagai uang relatif lebih memberi kemudahan pada masa
itu.

Namun, perkembangan awal penggunaan beragam logam dengan ukuran berat sebagai
uang bukannya tanpa tantangan. Berat dan keaslian logam kerap menjadi sasaran kecurangan
pada masa itu. Sehingga pengukuran berat dengan presisi dan pengujian keaslian logam perlu
dilakukan saat transaksi pertukaran terjadi. Dan bukanlah hal yang menyenangkan jika
instrumen yang memfasilitasi pertukaran rentan terhadap pemalsuan dan kecurangan lainnya.
Tanpa adanya upaya perbaikan, maka pnggunaan logam sebagai uang hanya menyisakan
kesempatan yang kecil saja bagi keberlanjutan eksistensinya. Negara kemudian melakukan
campur tangan untuk menjamin kekuatan instrumen tersebut dengan membuat koin yang
diberi stempel untuk menyatakan ukuran berat dan kadar logam, khususnya pada logam emas
dan perak yang menjadi insturmen favorit masa itu. Demikian perkembangan logam terus
menerus sehingga menjadi uang yang kita kenal sekarang ini. Nilainya dijamin oleh negara.

Namun, seperti yang disampaikan di awal, uang, yang dijamin oleh emas atau perak, tak
lain hanyalah instrumen yang memfasilitasi pertukaran komoditas dengan komoditas.
Walaupun memberi kesempatan bagi kita untuk membeli kebutuhan, tapi tak serta merta bisa
membeli apapun. Uang tak bisa mengatasi kelangkaan komoditas yang terjadi. Bila karena
sesuatu hal komoditas yang kita butuhkan tidak ada di pasar, maka uang tidak
bisa simsalabim mengatasi kelangkaan tersebut. Karena kendala tersebut ada di proses bisnis,
bukan pada insturmen pertukarannya. Jika material pendukung produksi langka, maka
manufaktur atau bahkan sebuah industri terpaksa menghentikan operasinya, dan uang tak bisa
mengatasi kendala tersebut. Uang tidak bisa mengatasi kelangkaan atau ketiadaan komoditas,
karena uang tak bisa membuat atau memproduksi komoditas; uang hanya bisa membayar bagi
faktor produksinya jika faktor produksinya tersedia. Tak ada yang lebih penting dari air atau
bahan pangan. Air atau bahan pangan memiliki nilai guna tinggi, tapi tidak pada nilai tukar,
sehingga tidak dipilih menjadi instrumen yang memfasilitasi pertukaran, walaupun orang akan
kesulitan menjalani hidup tanpa air dan bahan pangan. Emas, perak atau berlian rata rata
hanya memiliki nilai guna sebagai pajangan, dalam arti nilai gunanya rendah, namun memiliki
nilai tukar yang tinggi, walaupun orang masih akan bertahan hidup tanpa emas atau perak
asalkan ada jaminan ketersediaan pangan. So, pembaca, itulah uang. Hanya instrumen yang
memfasilitasi pertukaran. Dan uang menjadi instrumen tersebut sejauh hanya karena kita
sepakat untuk menerimanya. Dan kita menerimanya adalah untuk apa yang kita bisa dapatkan
dengan menggunakan uang tersebut.

Atas dasar kondisi itu, Adam Smith mempercayai, bahwa kekayaan, atau "wealth" tidak
diukur dari uang atau emas dan perak. Dalam pandangan Adam Smith, seseorang
dinyatakan kaya atau miskin diukur menurut tingkat dimana ia dapat memenuhi kebutuhan,
kenyaman dan kesenangan hidup manusia; dan seseorang juga dinyatakan kaya atau miskin
menurut sejumlah kemampuan kerja yang dapat dilakukannya sendiri atau sejumlah
kemampuan kerja yang diperolehnya dari orang lain.

Nilai pertukaran komoditas yang dimiliki seseorang, apakah untuk digunakannya sendiri
atau untuk ditukarkannya dengan komoditas lain, setara dengan sejumlah kemampuan kerja
yang dilakukannya sendiri atau atau sejumlah kemampuan kerja yang diperolehnya dari orang
lain. Dengan demikian, Adam Smith telah meletakan sebuah landasan pengukuran
tentang wealth. Pengukuran ini tidaklah berupaya untuk mengabaikan bahwa kekayaan dalam
bentuk nilai asset yang dinyatakan oleh nilai moneter tidak penting, namun asset yang dimiliki
seseorang hanya akan menjadi berarti jika seseorang mampu memanfaatkannya dengan sebaik
mungkin menjadi perwujudan kesejahteraan bagi dirinya dan kesejahteraan bagi
lingkungannya. Kita akan membahas apa maksud pengukuran ini dan apa dampak selanjutnya.

Komoditas barang dan jasa adalah perwujudan dari pemenuhan kebutuhan, kenyamanan dan
kesenangan hidup.Kemampuan kerja dibutuhkan untuk mentransformasi asset, atau uang atau
emas dan perak atau sumberdaya alam lainnya menjadi bentuk pemenuhan kebutuhan dalam
perwujudan komoditas barang dan jasa. Sehingga kemampuan kerja yang dikeluarkan pada
saat memproduksi komoditas barang dan jasa pada dasarnya menjadi komponen penusun nilai
tukar (atau harga) dari komoditas pada saat diperdagangkan. Komoditas barang dan jasa yang
diproduksi sendiri berakhir pada tujuan konsumsi. Dengan demikian, maka beralasan untuk
menghubungkan kedua ukuran  kekayaan diatas di atas dengan kesimpulan akhir bahwa
kekayaan atau wealth yang direpresentasi sebagai dapat memenuhi kebutuhan, kenyaman dan
kesenangan hidup manusia dan menurut sejumlah kemampuan kerja yang dapat dilakukannya
sendiri atau sejumlah kemampuan kerja yang diperolehnya dari orang lain dapat
dioperasionalisasikan pengukurannya dengan mengukur nilai komoditas yang diproduksi dan
dikonsumi oleh seseorang. Lebih luas lagi, karena selain memenuhi kebutuhan, kekayaan juga
harus memenuhi syarat kenyamanan dan kesenangan hidup manusia maka secara lengkap juga
dapat dilakukan dengan mengukur jenis komoditas barang dan jasa apa yang dikonsumsi oleh
seseorang dan nilai konsumsinya, karena diindikasi bahwa kenyamanan dan kesenangan tampil
dalam bentuk jenis konsumsi barang dan jasa serta nilai konsumsinya. Pada saat yang
bersamaan bahwa terpenuhinya syarat kebutuhan, kenyamanan dan kesenangan hidup akan
tampil dalam bentuk perilaku (behavior), maka pengukuran juga dapat mempertimbangkan
untuk mengukur tingkat kenyamanan dan kesenangan hidup manusia yang dicapai oleh
seseorang dengan jenis pengukuran perilaku (behavior).

Apa yang kami paparkan bertujuan untuk memahami ide utama dari gagasan Adam
Smith dalam "An Inquiry into The Nature and Causes of The Wealth of Nations" atau dikenal
secara ringkas sebagai "The Wealth of Nations". Secara khusus merupakan hal penting
mendasar untuk memahami makna dari istilah kata "wealth" dan implikasinya seperti yang
telah kami jelaskan. Sebagaimana pemahaman kekayaan pada pribadi seseorang, maka
demikian juga pada Negara. Sebagaimana yang nanti pembaca dapat membaca langsung
pada buku Adam Smith, bahwa kebijakan perdagangan yang berupaya menumpuk emas
dengan regulasi perdagangan dan kebijakan neraca perdagangan masa itu di Eropah, tidaklah
berdampak pada pertambahan kekayaan negara, maka pendekatan yang sama berlaku pada
negara bahwa kekayaan suatu negara tidaklah serta merta diukur dari nilai assetnya, nilai uang,
emas atau perak yang dimiliki, walaupun nilai moneter dari asset tetap berarti sesuatu; namun
dalam konteks itu menyangkut kesejahteraan masyarakatnya, maka tidak berarti apapun
hingga asset yang dimiliki negara dapat ditransformasi menjadi wujud kesejahteraan bagi
masyarakatnya dalam bentuk terpenuhinya kebutuhan, kenyamaan dan kesenangan hidup
manusia.

Namun dalam konteks negara, lebih lanjut perlu mempertimbangkan faktor kekuatan
produktif (productive power, dalam istilah Adam Smith) dari kemampuan kerja. Dalam
pandangan Adam Smith, kemampuan kerja-lah yang berperan dalam memasok komoditas
barang dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi segala kebutuhan dan kenyamaman hidup.
Tapi negara selalu menghadapi kondisi keterbatasan bahwa tidak semua masyarakat yang ada
di Negara tersebut dapat difungsikan kedalam satu kemampuan kerja yang berguna bagi upaya-
upaya untuk memasok komoditas yang diperlukan untuk memenuhi segala kebutuhan dan
kenyamanan hidup. Bagaimana ini bentuknya, pembaca bisa secara langsung membacanya
pada bagian productive & unproductive labor di buku Adam Smith tentang. Sehingga dengan
demikian, hanya ada sejumlah tertentu saja kemampuan kerja tersedia untuk difungsikan bagi
terselenggaranya pemenuhan kebutuhan dan kenyamaman hidup. Sehingga kecukupan atau
kelangkaan komoditas barang dan jasa sepenuhnya sangat bergantung pada upaya-upaya
untuk meningkatkan kekuatan produktif tadi. Peningkatan kekuatan produktif melalui
peningkatan pada skill dan dexterity kemudian hanya dapat dilakukan melalui sebuah
pembagian kerja atau division of labor. Pembagian kerja ini, selain mekanisme pasar bebas,
hampir merupakan tema sentral dari buku Adam Smith, yang nanti secara ringkas akan kami
paparkan di bagian akhir.

Dengan demikian, terkait dengan kekayaan negara, selain dua pengukuran yang telah dibahas
di atas, maka satu pengukuran lagi diajukan yaitu kekuatan produktif. Apa yang sebenarnya
menjadi ide sentral dari Adam Smith dengan The Wealth of Nations adalah apakah
kinerja ekonomi telah mewujudkan sebuah kemakmuran bagi masyarakat sebuah negara. Dan
itu tidak diukur dengan nilai uang atau emas atau perak yang dimiliki oleh negara tersebut,
namun diukur dengan satu ukuran yang memang harus mencerminkan dan memberi informasi
terhadap kemakmuran, yaitu secara garis besar dengan mengukur nilai komoditas yang
diproduksi dan dikonsumsi dan mengukur kekuatan produktif pada suatu negara. Apa yang
telah mulai di gagas oleh Adam Smith, kini dikembangkan dan digunakan menjadi model
pengukuran kinerja ekonomi pada banyak negara.

Pertama kali belajar tentang ekonomi kita diajarkan bahwa ekonomi itu berasal dari
barat yang sering disebut ekonomi konvesional, padahal ilmu ekonomi islam sudah ada
pada  pada masa Nabi Muhammad SAW. Itu semua merupakan hasil  rekayasa sejarawan barat
agar diketahui  bahwa sistem ekonomi diciptakan oleh bangsa barat.
Sebenarnya,  kontribusi  kaum muslimin sangat besar terhadap kelangsungan dan
perkembangan  perkembangan pemikiran ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada
umumnya, telah diabaikan oleh para ilmuwan  barat. Buku-buku teks ekonomi barat hampir
tidak pernah menyebutkan peranan kaum muslimin ini. Melihat keadaan seperti ini terjadilah
proses kehilangan fakta-fakta sejarah , baik disengaja maupun tidak. Andil pemikir-pemikir
muslim dalam ilmu- ilmu pengetahuan tertutupi, sehingga bila kita membaca buku-buku
sejarah ilmu pengetahuan , maka kebanyakan menyatakan bahwa sejak zaman filsof-filsof
Yunani yang masyhur beberapa abad sebelum masehi , terjadi kekosongan perkembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini dialami oleh semua ilmu pengetahuan ,tidak terkecuali ilmu ekonomi.
 Dalam setiap pembahasan ilmu ekonomi  sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan,
diyakini dimulai sejak tahun 1776. Waktu itu dimotori oleh Adam Smith ,pemikir dari
Inggris  dengan karya monumentalnya, An Inquiry into The Nature an Causes of the Wealth of
Nations. Sebelumnya sudah banyak pemikiran-pemikiran yang dikemukakan mengenai
persoalan- persoalan ekonomi yang dihadapi oleh suatu masyarakat , maupun suatu negara,
namun  belum dikemas secara sistematis.topik topik yang di bahas  masih  terbatas dan
belum  ada analisis yang menyeluruh  mengenai berbagai aspek dari kegiatan perekonomian
dalam suatu masyrakat. Analis yang terbatas tersebut menyebabkan pemikiran- pemikiran
ekonomi masih belum dipandang sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri.
Pengakuan terhadap Ilmu Ekonomi sebagai cabang ilmu tersendiri  baru diberikan pada
abad ke –XVIII, setelah tokoh Adam Smith muncul dalam percaturan ekonomi.  Adam smith
memperkenalkan apa yang kini dikenal dengan sistem ekonomi liberalis kapitalis. Sistem ini
digagas oleh Adam Smith unutk menentang sistem ekonomi merkantilisme, yang sangat
menekan campur tangan pemerintah dalam memajukan perekonomian. Adam Smith agaknya
lebih menghendaki kegiatan ekonomi  itu dibiarkan bergerak sendiri, dengan hukum dan
logikanya sendiri. Pasarlah yang akan mengatur aktivitas ekonomi , menggerakkan  dan
memekarkan kegiatan ekonomi masyarakat yang pada gilirannya akan mendatangkan
kemakmuran dan kesejahteraan yang lebih luas.
Akan tetapi, sistem ekonomi liberalis – kapitalis itu ternyata berdampak negatif, yaitu
pendapatan yang tidak merata, peningkatan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang makin
melebar. Ekses itu timbul karena pasar yang bekerja maksimal membuat persaingan menjadi
tidak terhindarkan. Akibatnya menyisakan ruang lapang  bagi pengusaha kuat dan tentu saja,
pengusaha kecil tergilas turbin produktifitas  dalam sistem ekonomi .
Kondisi ini menimbulkan kritik dikalangan ilmuwan lainnya, misalnya Karl Max,
menurutnya, sekalipun sistem Liberal – kapitalis secara relatif berhasil memajukan tingkat
pertumbuhan ekonomi, tetapi sistem itu telah mengorbankan manusia : mengiringnya kedalam
rantai  ketergantungan , perbudakan ekonomi, dan keterasingan bukan hanya dari produk
kerja, melainkan dari kehidupan itu sendiri. Kritik Marx terhadap kapitalisme agaknya lebih
karena kecenderungan sistem kapitalis yang mengabaikan nilai –nilai moral kemanusian. 
Dengan mengadopsi sekaligus merevisi ide Marx, Stalin, pemimpin revolusi Rusia
dimulai abad dua puluh, membangun suatu monopoli  industrial yang dipimpin oleh
suaturaorganisasi birokrasi yang mempergunakan sentralisasi  dan industrialisasi birokratis.
Dalam sistem sosialis, bnm negara mempunyai  peran yang besar dalam melakukan ativitas
ekonomi. Melalui sistem  ini pula, masalah –masalah seperti kemiskinan, kesenjangan sosial ,
dan distribusi pendapatan yang tidak merata  diharapkan dapat diatasi. Fenomena satu
dasawarsa terakhir ini , negara – negara eropa timur yang menerapkan sistem sosialis ternyata
mengalami kebangkrutan ekonomi dan mulai melirik sistem pasar bebas sebagai landasan
pembangunan ekonomi. Kerapuhan sistem sosialis, terasa getarannya dalam sistem liberal –
kapitalis, yang dibuktikan dengan adanya krisis. Pada tahun 30-an dunia mengalami  krisis yang
maha dahsyat. Perekonomian ambruk, penganguran terbuka merajalela , dan inflasi
membubung tidak terkendali. Krisis yang dialami negara-negara maju  seperti  yang
digambarkan oleh sebagian pihak dianggap bahwa ramalan Marx tentang kejatuhan sistem
kapitalis menjadi kenyataan. Dalam menghadapi persoalan ekonomi  yang maha dahsyat
tersebut, teori-teori ekonomi yang dikembangkan oleh pakar-pakar klasik maupun neoklasik
seperti lumpuh tak berdaya.
 Dengan keadaan yang tidak menentu inilah lahirlah seorang tokoh ekonomi yang
kemudian sangat berpengaruh yaitu John Maynar Keynes. Keynes banyak mengkritik terhadap
pemikiran- pemikiran klasik  maupun pemikiran ekonomi neoklasik. Salah satu kritikannya
terhadap pemikiran klasik yaitu mengenai  teori Say yang mengatakan bahwa “ Penawaran
menciptakan permintaannya sendiri “ Di atas  dikritik habis-habisan oleh Keynes  sebagai
sesuatu yang keliru. Menurutnya permintaan  lebih kecil dari penawaran karena sebagian
dari  pendapatan yang diterima masyarakat akan ditabung, dan tidak semuanya dikonsumsi.
Dari  penjelasan diatas bisa dilihat bahwa antara pemikiran keynes dengan pemikiran Adam
Smith (Klasik) mempunyai perbedaan yang saling bertolak belakang . pandangan keynes diatas
merupakan sebuah revolusi terhadap pemikiran ekonomi liberalis – kapitalis yang berkembang
sejak Adam Smith.
Seorang ekonom barat yang bernama John Schumpeter  skaligus sebagai sejarawan
barat telah menulis sejarah pemikiran ekonomi barat. John schumpeter mulai penulisannya dari
filosof yunani  dan melakukan loncatan sejarah selama 500 tahun ke zaman Thomas Aquinas
(1225-1274 M). Loncatan sejarah inilah yang dikenal dengan istilah The Great  Gap, the great
gap merupakan masa kegelapan ( Dark Ages).
Pada masa ini barat mengalami kehancuran sedangkan  umat muslim berada di titik
puncak kejayaan,suatu hal  yang di tutup - tutupi bangsa barat karena pemikiran ekonom
muslim pada masa ini banyak dicuri oleh para ekonom barat. Schumpeter menyebut dua
kontribusi ekonom skoalistik , yaitu penemuan kembali tulisan- tulisan Aristoteles dan towering
achievement. Menurut Umer Chapra, Schumpeter mungkin tidak mengasumsikan adanya
kesenjangan yang besar selama 500 tahun, tetapi mencoba menemukan fondasi diatas dimana
para ilmuwan skolastik dan barat mendirikan bangunan intelektual mereka.
Melihat hal diatas sudah jelas bahwa ada kejanggalan- kejanggalan mengenai sejarah
yang ditulis oleh Schumpeter, para ekonom muslim sependapat bahwa ekonom barat telah
mencuri ide – ide cendikiawan muslim. Fakta yang menjelaskan mengapa para ekonom musli
berpendapat demikian karena schumpeter hanya  menulis tiga baris pada catatan kaki  di buku
yang ditulisnya yaitu Ibnu SinaDan Ibnu Rusyd  dalam kaitan proses transmisi  pemikiran
Aritoteles kepada St. Thomas. Padahal pemikiran ekonom St. Thomas sendiri bertentangan
dengan dogma-dogma gereja.
Menurut Abbas Mirakhor, proses pencuriaan ide – ide hasil pemikiran cendikiawan
muslim diawali sejak perang salib yang berlangsung selama 200 tahun, yakni dari kegiatan
belajarnya  para mahasiswa eropa di dunia islam. transisi ilmu pengetahuan dan filsafat islam
kebarat telah dicatat dalam sejarah. Mengenai hal tersebut Abbas Mirakhor menulis “The
transmission mechanism of Islamic sciences and philosophy to the Eoropeans has been recorded
in the history of thought of these disciplines. It took a variaty of forms.  First, during the late
elevent and early twelfth centuries, a band of western scholars such as Constantine the African
and Adelard of Bath, travel to Muslim countries, learned Arabic and made studies and brought
what they could of the newly acquired knowledge with them back to Eorope. For example, one
such student Leonardo Fibonacci or leonardo of Pisa (d.1240) who traveled and studied  in
Bougie in Algeria in the twelfth century , learned arithmatic and mathematic of Al-Khawarizmi
and upon his return he wrote his book  Liber Abaci in 1202.
Di sinilah terjadi pencurian ilmu ekonomi Islam oleh Barat. Hal ini telah banyak dikupas
oleh para sejarahwan. Dari teks di atas dapat diketahuai bahwa dalam abad 11 dan 12 M,
sejumlah pemikir Barat seperti Constantine the African dan delard of Bath melakukan
perjalanan ke Timur Tengah, belajar bahasa Arab dan melakukan studi serta membawa ilmu-
ilmu baru ke Erofa. Leonardo Fibonacci atau Leonardo of Pisa (d.1240), belajar di Bougioe,
Aljazair pada abad ke 12. Ia juga belajar aritmatika dan matematikanya Al-Khawarizmi.
Sekembalinya dari Arab, ia menulis buku Liber Abaci pada tahun 1202.
Selanjutnya Abbas Mirakhor menyimpulkan, “The importance of this work is noted by
Harro Bernardelli (!8) who make a case  for dating the beginning of economic analysis  in
Europe to Leonardo’s Liber Abaci”. Kemudian banyak pula mahasiswa dari Itali, Spanyol, dan
Prancis Selatan yang belajar di pusat kuliah Islam untuk belajar matematika, filsafat,
kedokteran, kosmografi, dan ekonomi. Setelah pulang ke negerinya, mereka menjadi guru besar
di universitas-universitas Barat. Pola pengajaran yang dipergunakan adalah persis seperti kuliah
Islam, termasuk kurikulum serta metodologi ajar-mengajarnya. Universitas Naples, Padua,
Salero, Toulouse, Salamaca, Oxford, Monsptellier dan Paris adalah beberapa universitas yang
meniru pusat kuliah Islam.
Sejarah juga mencatat beberapa pemikiran ekonom muslim yang dicuri tanpa pernah
disebut kutipannya yaitu sebagai berikut :
 Teori Pareto Optimum diambil dari kitab Nahjul Balaghah Imam Ali
 Bar Habraeus, pendeta Syriac Jacobite Church, menyalin beberapa bab Ihya Ulumudin Al-
Ghazali.
 Gresham – law dan Oresme Treatise – dari kitab Ibnu Taimiyah
 Pendeta Gereja Spanyol Ordo Dominican Raymond Martini menyalin banyak bab dari
Tahafut Al-Falsifa, Maqasid al-Falasifa, Al-Munqid, Misykat al –Anwar, dan Ihya –nya Al-
Ghazali.
 St. Thomas menyalin banyak bab dari Al-farabi (St. Thomas yang belajar di Ordo Dominican
mempelajari ide-ide Al-Ghazali dari Bar Hebraeus dan Martini).
 Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith (1776 M), dengan bukunya The Wealth of Nation diduga
banyak mendapat inspirasi dari buku al- Amwalnya Abu Ubayd (838 M) yang dalam bahasa
inggrisnya adalah persis judul bukunya Adam Smith the Wealth.
Itulah contoh dari beberapa pemikiran ekonom muslim yang dicuri oleh ekonom barat dan juga
ada beberapa karya ilmiah ekonom muslim yang secara khusus membahas tentang
ekonomi.  Sebagian karya tersebut masih ada yang bertahan sampai sekarang, dan sebagian
sudah hilang.
Berdasarkan akta-fakta diatas logis jika Adiwarwan menuliskan dalam bukunya Mikro
ekonomi Islami ,bahwa adanya pencurian ide-ide ekonom muslim oleh ekonom-ekonom barat.
Meskipun ekonom muslim telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap ilmu
pengetahuan, kaum muslimin tidak lupa mengakui utang mereka kepada ilmuwan Yunani,
Persia, India dan Cina. Oleh karena ekonom muslim juga harus menghargai pemikiran –
pemikiran barat terhadap ilmu pengetahuan. Perdebatan mengenai masalah ekonomi tersebut,
memotivasi kita mengkaji  kembali mengenai sejarah Islam klasik.
Saat itu, tradisi dan praktek ekonomi maupun perdagangan dengan landasan syariah
telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW, bahkan lebih luas dari itu. Beliau yang hidup ditengah
masyarakat Arab kuno telah menanamkan prinip-prinsip etika ekonomi dan perdagangan yang
bertumpu syariah. prakt ek ekonomi maupun perdagangan masyarakat Arab saat itu hanya
mengenal “ barter ”, tetapi sistem jual beli telah berlaku, mata uang Persia dan Romawi juga
telah dikenal luas oleh masyarakat dan telah menjadi sarana pertukaran yang efektif.
Menurut Afzalurrahman dalam bukunya “Muhammad Sebagai Seorang Pedagang”,
mengatakan bahwa tukar – menukar valuta asing (Sharf), anjak piutang, dan pembayaran tidak
tunai telah dikenal untuk perdagangan.sebuah lembaga yang berfungsi sebagai pengumpul dan
pendistribusiaan dan dari masyarakat telah dilakukan oleh “Baitul al-Maal” yakni lembaga yang
menggantikan lembaga peninggalan raja-raja kuno yang dipergunakan untuk menarik upeti dari
masyarakat. Telah kita ketahui bahwasanya pada masa Rasullah SAW merupakan telah terjadi
revolusi terbesar dalam sejarah perekonomian. Rasulullah melarang adanya praktek riba serta
perdagangan ilegal seperti monopoli dan penimbunan. Kemudian sistem tersebut diganti
dengan sistem perdagangan yang menjunjung tinggi keadilan, kejujuran dan
pertanggungjawaban sesuai dengan petnjuk Al-Quran.
Suatu hal yang berkaitan dengan masalah yang diperdebatkan diatas, penentuan harga
diserahkan pada mekanisme pasar yaitu diletakkan pada kekuatan penawaran dan permintaan
itu sendiri, seperti terungkap dari sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh ‘Anas
bin Malik, bahwa suatu ketika terjadi kenaikan harga-harga barang dikota madinah, beberapa
sahabat menghadap Nabi SAW mengadukan masalah itu dan meminta beliau agar mematok
harga – harga barang dipasaran. Rasullah menjawab “sesungguhnya Allah yang menetapkan
harga yang menahan , dan melepaskan , dan yang mengatur rezeki. Dan aku mengharapkan
agar saat berjumpa Allah dalam keadaan tidak ada seorang pu diantara kalian yang mengugatku
karena kezaliman dalam soal jiwa dan harta.” Meski demikian pada kasus lain jika terjadi
ketidakadilan dan unsur penipuan dalam aktivitas bisnis masyarakat , Rasulullah tetap ikut
campur dalam hal ini ikut mengendalikan dan mengontrol harga , menyeimbangkan permintaan
dan penawaran. Setelah Rasulullah wafat,tradisi dan praktek ekonomi terus dikembangkan
oleh para sahabat (Khulafa Rasyidin). Seperti Abu bakar yang mempunyai kebijakan yang tegas
dalam pengumpulan zakat dari semua umat muslim termasuk suku badui. Kemudian
dilanjutkan oleh Umar bin Khatab, tetapi pada masa Umar bin Khatab mempunyai sedikit
perbedaan dalam hal pendistribusian zakat, ia lebih  mengistimewakan   Assabilqunal
awwalin,  keluarga nabi dan para pejuang perang. Kedua itu merupakan contoh kebijakan
ekonomi yang dikembangkan oleh para sahabat, demikian juga hal nya dengan sahabat yang
lain seperti Usman bin Affan dan Ali bin Thalib yang terus mengembang sistem ekonomi yang
telah diajarkan oleh Rasullah SAW.
Menurut M. Nejatullah Siddiqi , bahwa berbagai praktejk dan kebijakan ekonomi yang
berlangsung pada masa Rasullah SAW dan Khulafa Rasyidin merupakan contoh empiris yang
dijadikan pijakan bagi para cendikiawan muslim dalam melahirkan teori-teori ekonominya.
Sidiqqi juga menguraikan sejarah pemikiran ekonomi  Islam dalam tiga Fase , Yaitu : Fase dasar
– dasar ekonomi Islam, Fase Kemajuan dan Fase Stagnasi. Pada Fase – fase tersebut muncullah
tokoh –tokoh  pemikir – pemikir ekonomi  islam yang tergolong fuqaha, Sufi dan Filosof.
Pembahasan  mengenai sejarah pemikiran ekonomi Islam dalam berbagai literature keislaman,
masih sangat jarang ditemukan. Literatur mengenai sejarah peradaban dan kejayaan Islam
sebenarnya banyak ditemukan, namun sangat sedikit yang secara khusus membahas pemikiran
ekonomi muslim pada masa kejayaan tersebut. Berangkat dari persoalan di atas maka mengkaji
pemikiran Ibn Khaldun menjadi sangat penting, selain karena Ibn Khaldun dikenal sebagai
bapak ekonomi (father of economic), ia juga dikenal sebagai sejarawan ulung yang dianggap
oleh banyak kalangan sebagai bapak Sosiologi dari kawasan Afrika Utara. Selain itu,
perkembangan ekonomi modern sekarang ini sedikit banyak sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi sebelumnya tanpa terkecuali ekonomi Islam.

Ibnu khaldun yang bernama lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin ibn khaldun lahir
di Tunisia pada awal ramadhan 732 H atau bertepatan dengan27 mei 1332 M. Keluarga ibn
khaldun yang berasal dari Hadramaut, Yaman, ini terkenal sebagai keluarga yang
berpengetahuan luas dan berpangkat serta meduduki sebagai jabatan tinggi kenegaaran. Pada
tahun 1352 M, ketika ibnu khaldun masih berusia dua puluh, ia sudah menjadi master of the
seal dan memulai karier politiknya yang berlanjut hingga 1375 M. Ibnu Khaldun dikenal sebagai
pendiri atau salah satu peletak dasar ilmu sosial moderen dan sejarah peradaban. Beliau
melengkapi keterputusan pemikiran dari tradisi pemikiran Socrates yang mewarnai pemikiran
di Eropa sepanjang abad 15 sampai 17. Muhsin Mahdi, Ibnu Khaldun’s Philosophy of History: A
Study in Philosophic Foundation of The Science of Culture, Canada: The University of Chicago
Press, 1964, h., 5. Lihat juga Moch. Abdullah Enan, Ibn Khaldun His Life and Work, (Lahore:
Kashmiri Bazar, 1946), cet. Ke-3, h. 2. Lihat juga Franz Rozenthal, The Muqaddimah. Ibnu
Khaldun menetap di Spanyol selama dua pertiga terakhir abad keempat belas dan sebagian
besar pada dekade pertama abad kelima belas. Leluhurnya berasal dari Hadaramaut Yaman
yang pindah ke Spanyol pada abad ke delapan bersamaan dengan gelombang penaklukan Islam
di semenanjung Andalusia. Berdasarkan silsilahnya, Ibn Khaldun masih mempunyai hubungan
darah dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat Nabi yang terkemuka.

Keluarga Ibn Khaldun ini terkenal sebagai keluarga yang berpengetahuan luas dan
berpangkat serta menduduki berbagai jabatan tinggi kenegaraan. Sebagaimana tradisi masa itu,
Ibn Khaldun mengawali pelajaran dari ayah kandungnya sendiri. Setelah itu, ia pergi berguru
kepada para ulama terkemuka, seperti Abu Abdillah Muhammad bin al-Arabi al-Hashayiri, Abu
al-Abbas Ahmad ibn al-Qushshar, Abu Abdillah Muhammad al-Jiyani, dan Abu Abdillah
Muhammad ibn Ibrahim al-Abili, untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, seperti tata
bahasa Arab, hadis, fikih, teologi, logika, ilmu alam, matematika, dan astronomi. Sebagai
anggota dari keluarga aristokrat, Ibn Khaldun sudah ditakdirkan untuk menduduki jabatan
tertinggi dalam administrasi negara dan mengambil bagian dalam hampir semua pertikaian
politik di Afrika Utara. Namun karena pengaruh budaya Spanyol yang sempat melekat dalam
kehidupan keluarga dan dirinya selama satu abad, ibn Khaldun tidak pernah menjadi “anggota
penuh” dari masyarakatnya dan tetap hanya menjadi pengamat luar dari dunianya. Pada masa
ini, dunia timur diperintah oleh seorang teknokrasi aristokratik internasional yang menumbuh
suburkan seni dan sains.

Bila ada orang yang termasuk anggota dari kelompok elit ini, baik karena keturunan atau
pendidikan, mereka akan ditawari pangkat tinggi dan posisi teknis yang penting oleh para raja
dan sultan yang menyewa jasanya. Seiring dengan revolusi-revolusi dan peperangan, gaji yang
ditawarkan, dan koneksi pribadi, mereka bepergian dari satu kota ke kota yang lain mengikuti
seorang penakluk atau untuk melarikan diri dari penghukuman, Pada tahun 1354 M ia memulai
karir politiknya, dengan menjabat sebagai sekretaris Sulthan Abu Inan dari Fess Maroko. Namun
sayang pada tahun 1357 Ibn Khaldun dicurigai sebagai penghianat sehingga dipenjara selama
21 bulan. Kemudian dibebaskan kembali setelah Abu Inan wafat, dan pemerintahan saat itu
dipegang oleh Abu Salim, yang kemudian merehabilitasi namanya, sehingga kembali lagi
menjabat pada salah satu posisi penting. Pada tahun 1361 karena terjadi intrik politik yang
menyebabkan terbunuhnya Abu Salim, lagi-lagi Ibn Khaldun dicurigai, dan memaksanya untuk
pindah ke Granada. Perjalanan hidupnya beragam. Sosok Ibnu Khaldun baik di dalam penjara
atau di istana, dalam keadaan kaya atau miskin, menjadi pelarian atau menteri, ia selalu
mengambil bagian dalam peristiwa-peristiwa politik di zamannya, dan selalu tetap
berhubungan dengan para ilmuwan lainnya baik dari kalangan Muslim, Kristen maupun Yahudi.
Hal ini menandakan bahwa Ibn Khaldun tidak pernah berhenti belajar.

Dari tahun 1375 M sampai 1378 M, ia menjalani pensiunnya di Gal’at Ibn Salamah,
sebuah puri di provinsi Oran, dan mulai menulis sejarah dunia dengan buku Muqaddimah
sebagai volume pertamanya. Pada tahun 1378 M, karena ingin mencari bahan dari buku-buku
di berbagai perpustakaan besar, Ibn Khaldun mendapatkan izin dari Pemerintah Hafsid untuk
kembali ke Tunisia. Di sana, hingga tahun 1382 M ketika berangkat ke Iskandariah, ia menjadi
guru besar ilmu hukum. Sisa hidupnya dihabiskan di Kairo hingga ia wafat pada tanggal 16
Maret 1406 M. Karya terbesar ibn khaldun adalah al-ibar (sejarah dunia). Karya ini terdiri dari
tiga buah buku yang terbagi ke dalam tujuh volume, yakni muqaddimah (satu volume), al-ibar
(4 volume) dan al-ta'rif bi ibn khaldun (2 volume).

Dalam pemikiran ekonomi ibnu khaldun, ia memiliki beberapa teori yang terdiri atas :
1. TEORI PRODUKSI

Bagi ibn khaldun, produksi adalah aktivitas manusia yang diorganisasikan secara sosial dan
internasional. Yang terdiri atas :

 Tabiat manusiawi dari produksi


 Organisasi sosial dari produksi
 Organisasi internasional dari produksi

2. TEORI NILAI, UANG, dan HARGA

a. Teori nilai

Bagi Ibnu Khaldun, nilai suatu produk sama dengan jumlah tenaga kerja yang dikandungnya.

b. Teori uang

Menurut Ibnu Khaldun, uang tidak selalu identik dengan kesejahteraan tetapi hanya alat
dimana kesejahteraan akan diraih. Berkaitan tentang fungsi uang, menurutnya uang memiliki
dua fungsi, yaitu sebagai ukuran pertukaran (standard of excange) dan sebagai penyimpan nilai
(store of value). Bagi Ibnu Khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah ukuran nilai semua
akumulasi modal.

c. Teori harga

Harga adalah hasil dari hukum permintaan dan penawaran. Ibnu Khaldun menekankan bahwa
kenaikan penawaran atau penurunan permintaan menyebabkan kenaikan harga, demikian pula
sebaliknya penurunan penawaran atau kenaikan permintaan akan menyebabkan penurunan
harga.

3. TEORI DISTRIBUSI
 Harga suatu produk terdiri dari tiga unsur : gaji (imbal jasa bagi produser), laba ( imbal jasa bagi
pedagang), dan pajak (imbal jasa bagi pegawai negeri dan penguasa). Terdiri atas :

a. Pendapat tentang penggajian elemen-elemen tersebut :

Harga imbal jasa dari setiap unsur ini dengan sendirinya ditentukan oleh hukum permintaan
dan penawaran.

1). Gaji

Karena nilai suatu produk adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang dikandungnya, gaji
merupakan unsur utama dari harga barang-barang

2). Laba

Laba adalah selisih antara harga jual dengan harga beli yang diperoleh oleh pedagang.

3). Pajak

Pajak bervariasi meurut kekayaan penguasa dan penduduknya.

b. Eksistensi distribusi optimum

1). Gaji

Bila gaji terlalu rendah, pasar akan lesu dan produksi tidak mengalami peningkatan. Jika gaji
terlalu tinggi, akan terjadi tekanan inflasi dan produsen kehilangan minat untuk bekerja.

2). Laba
Jika laba sangat rendah, pedagang terpaksa melikuidasi saham-sahamnya dan tidak dapat
memperbaruinya karena tidak ada modal. Jika laba terlalu tinggi, para pedagang akan
melikuidasi saham-sahamnya pula dan tidak dapat memperbaruinya karena tekanan inflasi.

3). Pajak

Jika pajak terlalu rendah pemerintah tidak dapat menjalani fungsinya. Jika pajak terlalu tinggi
tekanan fiskal menjadi terlalu kuat sehingga laba para pedagang dan produsen menurun dan
hilanglah insetif mereka untuk bekerja.

D. TEORI SIKLUS

Bagi ibn khaldun, produksi bergantung kepada penawaran dan permintaan terhadap produk.
Namun penawaran sendiri tergantung kepada jumlah produsen dan hasratnya untuk bekerja,
demikian juga permintaan tergatung pada jumlah pembeli dan hasrat mereka untuk membeli.
Terdiri atas :

a. Siklus populasi

Produksi ditentukan oleh populasi. Semakin banyak populasi, semakin banyak pula
produksinya. Demikian juga, semakin besar populasi, semakin besar pula permintaannya
terhadap pasar dan semakin besar produksinya.

b. Siklus keuangan publik

1). Pengeluaran pemerintah


Bagi Ibnu Khaldun, sisi pengeluaran publik sangat penting. Negara merupakan faktor produksi
yang penting. Dengan pengeluarannya, negara meningkatkan produksi dan dengan pajaknya
negara membuat produksi menjadi lesu

2). Perpajakan

Perekonomian yang makmur di awal suatu pemerintahan menghasilkan penerimaan pajak yang
lebih tinggi dari tarif pajak yang lebih rendah, sementara perekonomian yang mengalami
depresi akan menghasilkan penerimaan pajak yang lebih rendah dengan tarif yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, Ibnu Khaldun menganjurkan keadilan dalam perpajakan. Pajak yang adil sangat
berpengaruh terhadap kemakmuran suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai