Antibodi Monoklonal
Antibodi Monoklonal
Afdhal Tisyan. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas. Padang, 2014.
PENDAHULUAN
Sejak dulu peneliti telah berusaha mengembangkan teknik imunoterapi
menggunakan antibodi, terutama untuk jenis virus dan bakteri patogen. Dalam
mengatasi permintaan imunoterapi berbasis antibodi yang tinggi sehingga
diciptakanlah metode yang memungkinkan terbentuknya antibodi poliklonal-adalah
suatu populasi antibodi yang beragam namun mengenali banyak epitop pada satu
antigen spesifik.
Tahun 1975, Kőhler dan Milstein membuka wawasan baru di bidang
kedokteran, yaitu dengan penemuannya antibodi monoklonal yang didapatkan
melalui teknik sel hibrid atau hibridoma. Sejak saat itu imunoterapi menggunakan
cara ini dikenal sangat efektif dengan cara memperkuat pertahanan tubuh dengan
antibodi spesifik.2
ANTIBODI MONOKLONAL
Pada dasarnya infeksi pertama oleh antigen bakteri atau virus akan menghasilkan
antibodi yang sifatnya heterogen untuk setiap jenis antigen. Hal ini akan
mengakibatkan interaksi antara sel B dengan berbagai epitop. Reaksi ini akan
menghasilkan antiserum yang sifatnya heterogen (respon poliklonal). Respon ini
sangat menguntungkan dalam hal mempermudah lokalisasi, fagositosis, dan respon
komplemen dalam lisis antigen.1 Namun demikian dalam situasi eksperimental,
heterogenitas antibodi malah mengurangi efisiensi antiserum. Sehingga dengan
ditemukannya antibodi monoklonal sangat menunjang riset, diagnostik, dan terapi,
yaitu antibodi hasil klon tunggal yang spesifik untuk satu epitop.6
Antibodi monoklonal diproduksi secara masal dalam laboratorium dengan
menggabungkan sel myeloma (tipe kanker sumsum tulang) dari sel B mencit yang
menghasilkan antibodi spesifik. Sel hasil penggabungan ini disebut hibridoma.
Kombinasi sel B yang bisa mengenali antigen khusus dan sel myeloma yang hidup
akan membuat sel hibridoma menjadi semacam pabrik produksi antibodi yang tidak
ada habisnya. Karena semua antibodi yang dihasilkan identik, berasal dari satu
(mono) sel hibridoma, mereka disebut antibodi monoklonal (disingkat MAb).
Kegunaan MAb didasari oleh tiga karakteristik yaitu: spesifitas ikatan, homogenitas,
kemampuannya untuk diproduksi dalam kuantitas besar.8
Antibodi monoklonal mempunyai sifat khusus yang unik yaitu dapat
mengenal suatu molekul, memberikan informasi tentang molekul spesifik dan
sebagai terapi target tanpa merusak sel sehat sekitarnya. 3 Antibodi monoklonal murni
dapat diproduksi dalam jumlah besar dan bebas kontaminasi. Antibodi monoklonal
dapat diperoleh dari sel yang dikembangkan di laboratorium, reagen tersebut sangat
berguna untuk penelitian terapi dan diagnostik laboratorium.1
Antibodi monoklonal dapat diciptakan untuk mengikat antigen tertentu
kemudian dapat mendeteksi atau memurnikannya. Manusia dan tikus mempunyai
kemampuan untuk membentuk antibodi yang dapat mengenali antigen. Antibodi
monoklonal tidak hanya mempertahankan tubuh untuk melawan organisme penyakit
tetapi juga dapat menarik molekul target lainnya di dalam tubuh seperti reseptor
protein yang ada pada permukaan sel normal atau molekul yang khas terdapat pada
permukaan sel kanker. Spesifisiti antibodi yang luar biasa menjadikan zat ini dapat
digunakan sebagai terapi. Antibodi mengikat sel kanker dan berpasangan dengan zat
sitotoksik sehingga membentuk suatu kompleks yang dapat mencari dan
menghancurkan sel kanker.6 Antibodi monoklonal mempunyai 4 jenis (gambar 1)
yaitu:5
1. Murine, murni didapat dari tikus dapat menyebabkan human anti mouse
antibodies (HAMA) nama akhirannya ″momab″ (ibritumomab).
2. Chimeric, gabungan Fc antibodi human dan Fab antibodi monoklonal tikus nama
akhirannya ″ximab″ (rituximab).
3. Humanized, hanya sebagian kecil Fab antibodi tikus yang digabungkan dengan
antibodi human (95-98%) nama akhirannya ″zumab″ (trastuzumab).
4. Fully human, keseluruhan antibodi human nama akhirannya ″mumab″
(adalimumab).
Gambar 1. Empat jenis antibodi monoklonal (http://nicb.ie/biotechnology/what-is-a-
monoclonal-antibody/)
HIBRIDOMA MANUSIA
Ketika monoklonal mencit diperkenalkan pada manusia, terjadi respon antibodi
sebagai pertahanan terhadap zat asing. Penginduksian antibodi manusia anti-mencit
dengan cepat menurunkan keefektifan dari monoklonal mencit. Sirkulasi kompleks
imun antibodi manusia mencit bisa mengakibatkan reaksi alergi dan mengakibatkan
penumpukan di ginjal-glomerulophritis. Selama 5 tahun terakhir telah dikembangkan
sistem produksi untuk hibridoma manusia. Progres ini berlangsung lambat karena
kurangnya myeloma yang cocok, tetapi beberapa gaur sel telah diisolasi dan sedang
digunakan sekarang.1
REFERENSI
1. Kenneth C. M. and R. E. Spier. 1990. Monoclonal Antibodies in Biology and
Biotechnology: Theoretical and Practical Aspects. New York. Cambridge
University Press.
2. Kohler G. and C. Milstein. 1975. Continuous cultures of fused cells secreting
antibody of predef'ined specificity. Nature, 256: 495-597.
3. Shepherd P. and Dean S. 2000. Monoclonal Antibodies, A Practical Approach.
New york. Oxford University Press.
4. Sjahrurachman A. 1995. Perkembangan teknik hibridoma. Cermin Dunia
Kedokteran 104: 52-56.
5. Steven J. S., W. Gombotz, K. Bechtold-Peters, J. Andya. 2010. Current Trends in
Monoclonal Antibody Development and Manufacturin. London. Springer.
6. Tansey E. M. and P. P. Catterall. Monoclonal Antibodies: A Witness Seminar in
Contemporary Medical History. London.
7. Tuscano J. M., K. Noonan, T. Mulrooney. 2005. Monoclonal antibodies: case
studies in novel therapies. In: Frankel C, editor. A continuing education program
for oncology nurses. Pittsburgh: OES. p. 5-8.
8. Waldmann, T. A. 2003. Imunoterapi: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Depan.
Nature Medicine 9: 269-277.