Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah proses yang terjadi dan berlangsung sepanjang hayat. Proses
belajar memberikan pengaruh atau hasil dari proses belajar terhadap setiap
individu yang kemudian terlibat dalam proses pembelajaran, pengaruh ini dapat
berupa peningkatan atau perbaikan dari berbagai aspek individu tersebut, seperti
ilmu pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap. Hampir semua kecakapan,
keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk,
dimodifikasi dan berkembang karena belajar.

Hasil pembelajaran kemudian dipengaruhi oleh berbagai faktor yang


menentukan apakah hasil yang kemudian didapatkan adalah hasil maksimum
ataupun hasil minimum dari proses belajar tersebut, bahkan bukan tidak mungkin
bahwa seorang individu bahkan tidak menghasilkan atau mendapatkan hasil
apapun dalam proses belajar yang ia ikuti.

Tidak hanya hasil dari proses pembelajaran yang kemudian dipengaruhi oleh
berbagai faktor, namun proses belajar itu sendiri juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor tertentu yang kemudian kembali berimbas terhadap hasil atau pengaruh
yang ditimbulkan faktor tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa Berfikir menjadi faktor yang berpengaruh terhadap belajar ?

2. Mengapa Intelegensi menjadi faktor yang berpengaruh terhadap belajar ?

3. Mengapa Motivasi menjadi faktor yang berpengaruh terhadap belajar ?

4. Mengapa Sikap menjadi faktor yang berpengaruh terhadap belajar ?

5. Mengapa Minat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap belajar ?

1
6. Mengapa Kebiassaan Belajar menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
belajar ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah belajar digunakan secara luas. Hal ini
disebabkan karena aktivitas yang disebut belajar itu muncul dalam berbagai
bentuk. Membaca buku, menghafal ayat Al-Qur’an, mencatat pelajaran, hingga
menirukan perilaku tokoh dalam televise, semua disebut belajar, jadi
kesimpulannya :

1. Belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan


membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru.

2. Proses belajar melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi


berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi social.

3. Hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku (baik actual


mauoun potensial)

4. Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relative permanen.1

A. Berfikir
 Definisi

Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara


mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah
penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik dari informasi lingkungan
maupun symbol-simbol yang disimpan dalam long-term memory. Jadi,
berpikir adalah sebuah representasi symbol dari beberapa peristiwa atau

1
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm. 50

3
item dalam dunia. Berpikir juga dapat dikatakan sebagai proses yang
memperentarai stimulus dan respons.2

Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan


dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan;
mempertimbangkan baik-baik.(KBBI)3

Jadi kesimpulannya, ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu :

1. Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi
diperkirakan dari perilaku;
2. Berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi
pengetahuan dalam sistem kognitif; dan
3. Berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang “memecahkan” masalah
atau diarahkan pada solusi.

 Jenis, Pola, dan Tipe Berfikir


1. Menururt Morgan dkk (1986), ada dua jenis berpikir:
a) Berpikir autistic (autistic thingking) yaitu proses berpikir yang sangat
pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat
pribadi, contohnya adalah mimpi.
b) Berpikir langsung (directing thingking) adalah berpikir untuk
memecahkan masalah.

2. Menurut Kartini Kartono (1996), ada enam pola berpikir, yaitu :


a) Berpikir konkret
Yaitu berpikir dalam dimensi ruang-waktu-tempat tertentu.

b) Berpikir Abstrak

2
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm. 103
3
KBBI

4
Yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa
dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
c) Berpikir klasifikatoris
Yaitu mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-
kelas tingkat tertentu.
d) Berpikir analogis
Yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas
dasar kemiripannya.
e) Berpikir ilmiah
Yaitu dalam hubungan yang luas, dengan pengertian yang
lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian
f) Berpikir pendek
Yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat,
lebih dangkal, dan sering kali tidak logis.

3. De Bono mengemukakan ada dua tipe berpikir, yaitu:


 Berpikir vertical / berpikir konvergen
Yaitu tipe berpikir tradisional dan generative yang bersifat
logis dan matematis dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya
informasi yang relevan

 Berpikir lateral / berpikir divergen


Yaitu tipe berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan
informasi bukan hanya untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk
hasil, dan dapat menggunakan informasi yang relevan atau boleh salah
dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.4

4
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm. 105

5
Berpikir Vertical Berpikir Lateral

Bersifat selektif Bersifat generative

Bergerak apabila terdapat suatu Bergerak agar dapat


arah untuk bergerak mengembangkan suatu
jurusan

Bersifat analitis Bersifat provokatif

Berurutan Dapat membuat lompatan

Harus tepat pada setiap langkah Tidak harus tepat pada setiap
langkah

Menggunakan kaidah negative Tidak ada kaidah negative


agar dapat menutup jalur jalan
tertentu.

Merumuskan perhatian dan Menerima semua


menyampingkan hal yang tidak kemungkinan dan pengaruh
relevan. luar

Kategori klasifikasi dan label- Tidak ada kategori dan label-


label telah terpatri. label

6
Mengikuti jalur yang paling tepat Menjelajahi yang paling tepat

Merupakan proses yang terbatas Merupakan suatu serba


kemungkinan

 Cara Mengidentifikasi Cara Berpikir Seseorang


Untuk mengetahui kecenderungan cara berpikir seseorang dapat dilihat
dari dimensi-dimensi yang merupakan indicator dari proses kognisi yang
terjadi ketika seseorang menerima dan mengolah informasi serta merespon
stimuli. Adapun cara berpikir yang dimaksud adalah:
1. Orientasi Perhatian yaitu bagaimana individu mengarahkan perhatian
terhadap suatu objek (stimuli).
2. Pola diskriminasi (pembedaan) stimuli, artinya bagaimana individu
melakukan klasifikasi dan kategorisasi terhadap objek.

3. Pola atau arah pemecahan masalah, artinya bagaimana seseorang


melakukan proses pemecahan suatu masalah.
4. Fleksibilitas atau kelenturan idea tau gagasan, artinya bagaimana
seseorang memandang suatu persoalan.

 Pengaruh Berpikir Pada Belajar


1. Untuk membantu siswa mencapai penguasaan keterampilan, guru dapat
menggunakan metode-metode seperti reciprocal teaching.
2. Guru harus menggunakan pendekatan mengajara yang sesuai tujuan.
3. Guru harus mengajarkan materi pelajaran yang sesuai dengan konteksnya.
4. Untuk menghindari dekontekstualisasi, guru harus membuat siswa
mengatasi berbagai masalah –masalah nyata tapi identik dengan tujuan

7
yang diharapkan.
5. Siswa perlu diminta untuk mengklasifikasi segala sesuatu kedalam
kategori-kategori dan dimensi-dimensi, membuat hipotesis, menarik
kesimpulan, melakukan analisis, dan memecahkan masalah.
6. Guru memainkan peran penting dalam meningkatkan pemahaman
terhadap proses belajar.5

B. Intelegensi

 Definisi
Istilah intelegensi berasal dari kata Latin “intelligere” yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organizer, to relate, to
bind together). Dalam bahasa Arab, intelegensi disebut ad-dzaka yang berarti
pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan
(al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna.
Menurut J.P Chaplin mendefinisikan intelegensi sebagai :
 Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru
secara cepat dan efektif
 Kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif
 Kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat
sekali.

Jadi intelegensi adalah kemmapuan potensial umum untuk belajar an


bertahan hidup, yang dicirikan untuk kemampuan belajar, kemampuan untuk
berpikir abstrak, dan kemampuan memecahkan masalah.6

 Pengukuran Intelegensi

5
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm. 117
6
Ibid.91

8
Bagi masyarakat umum istilah IQ sering disamakan dengan
intelegensi, padahal keduanya berrbeda. Intelegensi adalah kemampuan umum
sesungguhnya yang dimiliki seseorang, tetapi IQ adalah suatu indeks tingkat
relative inteligensi seseorang setelah dibandingkan dengan orang lain yang
seusia dengannya.

IQ Tafsiran

140- Berbakat

120-140 Sangat superior

110-120 Superior

90-110 Normal; rata-rata

70-90 Normal yang tumpul

50-70 Moron

20-50 Imbesil

0-20 Idiot

Kelemahan-kelamahan tes inteligensi adalah bahwa tes inteligensi itu :


 Tergantung kepada kebudayaan;

9
 Hanya cocok untuk jenis tingkah laku tertentu;
 Hanya cocok untuk tipe kepribadian tertentu;
 Inteligensi seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keturunan;
 Inteligensi seseorang itu tidak konstan;
 Penggolongan inteligensi seseorang itu bukanlah harga mati, dan
 Mengandung kekeliruan-kekeliruan.

Inteligensi dapat berubah sepnajang waktu. Sebuah penelitian menunjukkan


bahwa inteligensi berubah sebanyak 28 point antara usia 2,5 tahun hingga 17
tahun, bahkan sepertujuh dari siswa dapat berubah hingga 40 point.

 Pengaruh Inteligensi Terhadap Keberhasilan Belajar

Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar biasanya berkorlasi


searah dengan tingkat inteligensi, artinya semakin tinggi tingkat inteligensi
seseorang, maka semakin tinggi prestasi belajar yang dicapainya

Kenyataannya bahwa setiap anak memiliki tingkat inteligensi yang


berbeda-beda. Selama menerima pelajaran yang diberikan guru, ada anak
yang dapat mengerti dengan cepat apa yang disampaikan oleh guru, dan adda
pula anak yang lamban menerima pelajaran. Perbedaan individu dalam
inteligensi ini perlu diketahui dan dipahami oleh guru, terutama dalam
hubungannya dalam mengelompokkan siswa. Selain itu guru harus
menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran dengan kapasitas inteligensi siswa.

Perbedaan inteligensi yang dimiliki siswa bukan berarti membuat guru


harus memandang rendah pada siswa yang kurang, akan tetapi guru harus

10
mengupayakan agar pembelajaran yang ia berikan dapat membantu siswa,
tentu saja dengan perlaku metode yang beragam.7

C. Motivasi
1. Defenisi Motivasi Belajar
Setiap aktivitas manusia pada dasarnya dilandasi oleh adanya dorongan
untuk mencapai tujuan atau terpenuhinya kebutuhannya. Adanya daya pendorong
ini disebut dengan motivasi. Dalam beberapa terminology, motivasi dinyatakan
sebagai suatu kebutuhan (needs), keinginan (wants), gerak hati (impulse), naluri
(instincts), dan dorongan (drive), yaitu sesuatu yang memaksa organisme manusia
untuk berbuat atau bertindak.
Motivasi adalah suatu konsep yang digunakan untuk menjelaskan inisiasi,
arah dan intensitas perilaku individu. Motivasi merupakan kekuatan yang
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, kekuatan ini
dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti keinginan yang
hendak dipenuhi, tingkah laku, tujuan, dan umpan balik.8
Petri (1981) menggambarkan motivasi sebagai kekuatan yang bertindak
pada organisme yang mendorong dan mengarahkan perilakunya. Mc Donald
mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan energi didalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk
mencapai tujuan (Hamalik, 1992). Morgan dkk. (1986) mendefenisikan motivasi
sebagai kekauatan yang menggerakkan dan mendorong terjadinya prilaku yang
7
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016, hlm. 101
8

11
diarahkan pada tujuan tertentu. Eggen dan Kauchak (1997) mendefenisikan
motivasi sebagai kekuatan yang memberi energi, menjaga kelangsungannya, dan
mengarahkan prilaku terhadap tujuan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu pendorong yang
mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu, dengan kata lain motivasi adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi belajar
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.9

2. Jenis-jenis motivasi belajar


Motivasi belajar itu ada dua jenis, yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang
bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalahmotivasi yang timbul karena rangsangan atau
bantuan dari orang lain.
Menurut Davis dan Newstrom (1996), motivasi yang memengaruhi cara-
cara sesorang dalam bertingkah laku, termasuk belajar, terbagi atas 4 pola, yaitu :
1) Motivasi berprestasi, yaiutu dorongan untuk mengatasi tantangan,
untuk maju, dan berkembang.
2) Motivasi berafiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang
lain secara efektif.
3) Motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mencapai hasil kerja
dengan kualitas tinggi.
4) Motivasi berkuasa, yaitu dorongan untuk memengaruhi orang lain dan
situasi.

12
3. Teori-teori motivasi
Morgan dkk. (1986) mengemukakan empat teori motivasi yaitu :
a. Teori Drive
Teori ini digambarkan sebagai teori dorongan motivasi. Menurut teosri ini
perilaku “didorong” kearah tujuan dengan kondisi drive (tergerak) dalam
diri manusia dan hewan.
b. Teori insentif
Teori ini digambarkan sebagai teori pull (tarikan), menurut teori ini, objek
tujuan menarik prilaku kea rah mereka. Objek tujuan yang memotivasi
prilaku dikenal sebagai insentif. Bagian terpenting pada teori ini adalah
individu yang mengaharapkan kesenagan dari pancapaian dari apa yang
disebut insentif positif dan menghindari apa yang disebut sebagai insentif
negative.
c. Teori Opponent-peocess
Teori ini mengambil pandangan hedonistic tentang motivasi, yang
memandang bahwa manusia dimotivasi untuk mencari tujuan yang
memberi perasaan emosi senang dan menghindari tujuan yang
menghasilkan ketidaksenangan.
d. Teori Optimal-level
Menurut teori ini individu dimotivasi untuk berprilaku dngan cara tertentu
untuk menjaga level optimal pembangkitan yang menyenangkan.

Elliot dkk. (1996) mengemukakan enam teori motivasi yang saat ini
banyak dianut yaitu :
1) Teori hirearki kebutuhan Maslow
Menurut teori ini, orang termotivasi terhadap suatu perilaku karena ia
memperoleh pemuasan kebutuhannya. Ada lima tipe dasar kebutuhan pada
teori Maslow ini, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan akan pengahargaan dan
kebutuhan aktualisasi diri.

13
2) Teori Kognitif Bruner
Kunci untuk membangkitkan motivasi bagi Brunner adalah Discovery
learning. Siswa dapat melihat makna pengetahuan,keteranpilan, dan sikap bila
mereka menemukan semua itu sendiri.
3) Teori kebutuhan berprestasi (need achievement theory)
Individu yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi adalah mereka yang
berupaya mencari tantangan, tugas-tugas yang cukup sulit, dan ia mampu
melakukannya dengan baik, mengharapkan umpan balik yang mungkin, serta
ia juga mudah merasa bosan dengan keberhasilan yang terus menerus.
4) Teori Atribusi
Teori ini bersandar pada tiga asumsi dasar (Petri, dalam Elliot, dkk., 1996).
Pertama, orang ingin tahu penyebab prilakunya dan prilaku orang lain,
terutama prilaku yang terpenting bagi mereka. Kedua, mereka tidak
menetapkan penyebab prilaku mereka secara random.Ketiga, penyebab
prilaku yang diterapkan individu memengaruhi prilaku berikutnya.
5) Teori Operant Conditioning Skinner
Menurut Skinner, prilaku dibentuk dan dipertahankan oleh konsekuensi.
Konsekuensi dari prilaku sebelumnya memengaruhi perilaku yang sama.
Konsekuensi ini ada dua, yaitu konsekuensi positif yang disebut reward, dan
konsekuensi negative yang disebut punishment.
6) Teori Social Cognitive Learning
Menurut Bandura, orang belajar berprilaku dengan cara mencontoh perilaku
orang lain yang dianggap berkompeten yang disebut model. Observasi
terhadap model dapat menghasilkan sebagian perubahan yang signifikan pada
prilaku seseorang.

4. Peran Motivasi dalam Mencapai Keberhasilan Belajar.


Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar

14
sehingga tujuan yang dikehendaki akan tercapai (Sudirman, 1990). Jika individu
mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mencapai
prestasi yang baik.
Motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat akan memulai
belajar, saat sedang belajar, maupun saat berakhirnya belajar. Agar perannya lebih
optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktivitas belajar haruslah dijalankan,
prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar.
b. Motivasi intrinsic lebih utama dari pada motivasi ektrinsik dalam belajar
c. Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman
d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar.
e. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar

5. Teknik-Teknik Memotivasi Siswa


Menurut Elliot (1996), ada tiga saat dimana seseorang guru dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu :
a. Pada saat mengawali belajar
Dua faktor kunci dalam hal ini adalah sikap dan kebutuhan, guru harus
membentuk sikap positif pada diri siswa dan menumbuhkan kebutuhannya
untuk belajar dan berprestasi. Setiap kali memulai pelajaran, guru dapat
memulai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing siswa
mengungkapkan sikap dan kebutuhan mereka terhadap pelajaran.
b. Selama belajar
Dua proses kunci yang penting dalam hal ini adalah stimulasi dan
pengaruh. Untuk menstimulasi siswa dapat dilakukan dengan
menimbulkan daya tarik pelajaran, juga dapat mengadakan permainan.
Selain itu guru harus memengaruhi siswa terhadap hasil prilakunya, bila ia
berhasil maka keberhasilan itu adalah atas usahanya akan tetapi jika gagal
maka itu bukannlah kesalahannya dan masih ada kesempatan untuk
memperbaikinya

15
c. Mengakhiri belajar
Proses kuncinya adalah kompetensi dan reinforcement. Guru harus
membantu siswa mencapai kompetensi dengan meyakinkan bahwa mereka
memiliki kemapuan sedangkan reinforcement harus diberikan dengan
segera dan sesuai dengan kadarnya.

Sadirman mengemukakan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan


motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah melalui :
1) Memberi angka
2) Hadiah
3) Saingan/kompetensi
4) Ego-involvement
5) Memberi ulangan
6) Mengetahui hasil
7) Pujian 8) hukuman 9) hasrat untuk belajar 10) minat 11) tujuan yang
diakui.
Nasution (1988) mengemukakan ada beberapa cara untuk
meningkatkan motivasi belajar, yaitu : (1) memadukan motif-motif yang sudah
dimiliki, (2) memperjelas tujuan yang hendak dicapai sehingga siswa akan berbuat
lebih efektif (3) mengadakan persaingan (4) memberitahukan hasil kerja yang telah
dicapai (5) pemebrian contoh yang positif.
Azwar (dalam irfan dkk.,2000) mengemukakan teknik-teknik untuk
memotivasi siswa yaitu: ganjaran (reward), nilai prestasi, kompetisi, dan pengetahuan
akan hasil belajar.

6. Motivasi Belajar menurut Konsep Islam


Teknik-teknik motivasi dalam al-quran mencakup tiga bentuk (Najati, 2003),
yaitu :

16
a. Janji dan ancaman. Al-quran menjanjikan pahala yang akan diperoleh
orang-orang beriman dalam surge, dan ancaman yang akan menimpa
orang-orang kafir dalam neraka.
b. Kisah, yaitu menyajikan berbagai pristiwa, kejadian, dan pribadi yang
dapat menarik perhatian dan menimbulkan daya tarik bagi pendengarnya
untuk mengikutinya, dan membangkitkan berbagai kesan dan perasaan
yang membuat mereka terlibat secara psikis serta terpengarug secara
emosional.
c. Pemanfaatan pristiwa penting, yaitu menggunakan beberapa pristiwa atau
persolan penting yang terjadi yang bisa menggerakkan emosi, menggugah
perhatian dan menyibukkan pikiran.

D. Sikap
1. Pengertian sikap
Para ahli psikologi dibidang pengukuran sikap sebagai suatu bentuk
evaluasi atau reaksi. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
pada objek tersebut, secara lebih spesifik , thrustone sendiri menformulasikan sikap
sebagai derajat efek positif atau efek negative terhadap suatu objek psikologis.
Disebutkan oleh Lapierre, bahwa sikap sebagai suatu pola prilaku,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimulus sosial yang telah
terkondisikan.
Tokoh psikologi bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian seperti
Gordon Allport, Chave, & Mead, mengartikan prilaku, tendensi atau kesiapan
antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara
sederhana sikap adalah repons terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan.

17
C. MINAT
1. Defenisi Minat
Liang Gie mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau
terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya
kegiatan itu. Menurut Slameto (Djali, 2006) minat adalah rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Sedangkan menurut Crow and Crow (Djali, 2006) mengatakan
bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang
untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, dan
pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.10
Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa suka atau
tertarik terhadap suatu hal atau aktivitas seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu kegiatan. Minat dapat juga dikatakan sebagai
suatu keinginan atau kemauan yang merupakan dorongan seseorang untuk
melakukan suatu hal atau aktivitas tanpa adanya paksaan dari luar dirinya.
Minat tidak dibawa sejak lahir seperti bakat,melainkan diperoleh
kemudian.11
Adapun definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli, pada
umumnya mereka memberikan penekanan pada unsur perubahan dan
pengalaman. Menurut Witherington (Sukmadinata, 2007) menyatakan
bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
Dari pendapat yang telah dikemukakan mengenai pengertian minat
dan pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah
aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala,
seperti gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses

10
Zaki Al Fuad dan Zuraini, Faktor-Faktor Yang… ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|45
11
Zaki Al Fuad dan Zuraini, Faktor-Faktor Yang… ISSN 2355-0066 Jurnal Tunas Bangsa|46

18
perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari
pengetahuan dan pengalaman.
2. Ciri-ciri Minat Belajar
Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri -ciri. Menurut
Elizabeth Hurlock (dalam Susanto, 2013: 62) menyebutkan ada tujuh ciri
minat belajar sebagai berikut:
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
b. Minat tergantung pada kegiatan belajar
c. Perkembangan minat mungkin terbatas
d. Minat tergantung pada kesempatan belajar
e. Minat dipengaruhi oleh budaya
f. Minat berbobot emosional
g. Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang
terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

Menurut Slameto (2003: 57) siswa yang berminat dalam belajar adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus - menerus.
b. Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.
c. Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang
diminati.
d. Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal
yang lainnya
e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

3. Indicator Minat Belajar


Menurut Djamarah (2002: 132) indikator minat belajar yaitu rasa
suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan
adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh, berpartisipasi

19
dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian. Menurut Slameto
(2010:180) beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang,
ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi
yang dikemukakan mengenai indicator minat belajar siswa
a. Perasaan Senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap
pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar.
b. Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang
tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan
kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi.
c. Ketertarikan
Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan
pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman
afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias
dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.
d. Perhatian Siswa
Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama
dalam penggunaan sehari - hari, perhatian siswa merupakan
konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan
mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek
tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek
tersebut.

4. Factor factor yang mempengaruhi minat belajar


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar, antara lain
sebagai berikut:12
a. Faktor dalam diri siswa (Internal)

12
Zaki Al Fuad dan Zuraini, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa Kelas I
Sdn 7 Kute Panang. Jurnal Tunas Bangsa. ISSN 2355-0066. Halm 45-46

20
Faktor dalam diri siswa (internal) merupakan faktor yang
mempengaruhi minat belajar peserta didik yang berasal dari
pesertadidik sendiri. Faktor dari dalam diri siswa terdiri dari:
1) Aspek Jasmaniah
Aspek jasmaniah mencakup kondisi fisik atau kesehatan jasmani
dari individu siswa. Kondisi fisik yang prima sangat mendukung
keberhasilan belajar dan dapat mempengaruhi minat belajar.
2) Aspek Psikologis (kejiwaan)
Aspek psikologis (kejiwaan) menurut Sardiman (1992:44) faktor
psikologis meliputi perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi,
ingatan, berfikir, bakat,dan motif.
b. Factor external
Faktor dari luar diri siswa meliputi:
1. Keluarga
Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat
belajar bagi anak. keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
pertama bagi anak. Cara orang tua dalam mengajar dapat
mempengaruhi minat belajar anak. Hal tersebut bertujuan agar
anak merasa nyaman dan mudah membentuk konsentrasinya
terhadapa materi yang dihadapi.
2. Sekolah
Faktor dari dalam sekolah meliputi metode mengajar,
kurikulum, sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar,
media pembelajaran, hubungan siswa dengan temannya, guru-
gurunya dan staf sekolah serta berbagai kegiatan kokurikuler.
3. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat meliputi hubungan dengan teman
bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat
tinggal. Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi

21
dengan kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di dalam
masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak.

Menurut JT. Loekmono (1985) faktor-faktor yang menyebabkan


kurang atauhilangnya minat belajar siswa adalah sebagai berikut:
a) Kelainan jasmaniah pada mata, telinga, kelenjar-kelenjar,
yang sangat mempersukar anak di dalam mengikuti pelajaran
atau menjalankan tugas di kelas.
b) Pelajaran di kelas kurang merangsang anak. Tingkat
kemampuan anak jauh di atas yang diminta di dalam
mengikuti pelajaran di kelas, akibatnya anak merasa bosan.
c) Ada masalah atau kesukaran kejiwaan yang menyebabkan dia
mundur atau lari dari kenyataan. Yaitu, tidak menunjukkan
minat atau memberi perhatian kepada segala sesuatu di dalam
kelas.
d) Perhatian utama dari anak dicurahkan kepada kegiatan-
kegiatan di luar kelas, seperti olah raga, kegiatan di dalam
kelas, bekerja yang membutuhkan keterampilan mekanis, atau
melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan uang.
e) Ada konflik pribadi dengan guru, atau dengan orang tua.
Dengan menunjukkan sikap ini sebenarnya ia hendak
menunjukkan sikap melawan mereka.
D. KEBIASAAN SISWA
1. Hakikat Kebiasaan
Kebiasaan adalah serangkaian perbuatan seseorang secara berulang-
ulang untuk hal yang sama dan berlangsung tanpa proses berfikir lagi.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa kebiasaan
belajar merupakan serangkaian tingkah laku yang dilakukan secara
konsisten/berulang oleh siswa dalam kegiatan belajarnya. Dengan kata
lain kebiasaan belajar merupakan prilaku siswa yang ditunjukkan secara

22
berulang tanpa proses berfikir lagi dalam kegiatan belajar yang
dilakukannya. Istilah belajar menunjukkan pada kegiatan dan peranan
peserta didik yang menerima pelajaran atau belajar yang artinya suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan mengenai suatu pekerjaan yang dapat dicapai melalui proses
berpikir atau dengan cara melakukan praktek.13
Kebiasaan terbentuk melalui enam tahapan yang diungkapkan oleh
Elfiky (2008: 88) mengemukakan bahwa, “kebiasaan terbentuk melalui
enam tahapan yaitu befikir, perekaman, pengulangan, penyimpanan,
pengulangan, dan kebiasaan”. penjelasanya lebih lanjut Elfiky
menjelaskan, dalam tahapan berfikir seseorang memikirkan sesuatu,
memberi perhatian, dan berkonsentrasi padanya. Selanjutnya, tahap
perekaman adalah ketika seseorang memikirkan sesuatu dan otaknya
merekam. Dalam tahap pengulangan, seseorang memutuskan untuk
mengulang perilaku yang sama dengan perasaan yang sama. Setelah
mengulang, seseorang akan menyimpannya dalam file dan
menghadirkanya setiap kali menghadapi kondisi serupa. Terakhir tahap
pengulangan, dalam tahap ini, disadari atau tidak, seseorang mengulang
kembali perilaku yang tersimpan kuat di dalam akal bawah sadarnya.

2. Factor yang mempengaruhi kebiasaan belajar


Sularti mengemukakan faktor dari luar dan dari dalam individu yang
mempengaruhi kebiasaan belajar. Faktor dari luar individu yang sering
14
berpengaruh pada kebiasaan belajar adalah sebagai berikut.
a. Sikap guru. Guru yang kurang memahami dan mengerti tentang kondisi
siswa, guru tidak adil, kurang perhatian, khususya pada anak-anak yang
kurang cerdas atau pada siswa yang memiliki gangguan emosi atau
13
Roida Eva Flora Siagian. Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar Siswa
Terrhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Formatif. 2(2): 122-131
ISSN: 2088-351X. halm 126
14
Sularti, Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Sikap dan Kebiasaan Belajar
Siswa, (Bandung: SPS PBK UPL, 2008), halm 25-28

23
lainnya, guru yang sering marah jika siswa tidak dapat mengerjakan
tugas.
b. Keadaan ekonomi orang tua. Siswa tidak sekolah atau alpa dapat
disebabkan siswa tidak memiliki uang transport untuk ke sekolah karena
lokasi sekolah sangat jauh dari rumah, atau siswa tidak dapat
mengerjakan tugas karena tidak memiliki buku lembar kegiatan siswa
(LKS), dan kesulitan belajar di rumah karena tidak memiliki buku paket
dan kelengkapan belajarnya.
c. Kasih sayang dan perhatian orang tua. Siswa malas pada umumnya
berasal dari keluarga yang broken home, orang tua bercerai, memiliki ibu
atau bapak tiri, sehingga orang tua kurang dapat mencurahkan perhatian
dan kasih sayang pada anaknya, anak merasa diterlantarkan, disia-siakan,
merasa bahwa dirinya tidak berarti.
d. Layanan bimbingan dan konseling, guru pembimbing dianggap kurang
dapat memberikan layanan yang maksimal kepada setiap siswa. Hal ini
akibat dari keterbatasan tenaga yaitu satu guru pembimbing harus
menangani 875 siswa, seharusnya satu guru pembimbing menangani
150-225 siswa

Faktor dari dalam individu yang sering berpengaruh adalah sebagai


berikut. 15

a. Minat, motivasi dan cita-cita. Pada umumnya siswa yang memiliki


kebiasaan malas belajar atau sering tidak masuk sekolah karena tidak
memiliki cita-cita atau harapan.
b. Pengendalian diri dan emosi. Siswa malas atau membolos dapat
disebabkan siswa tersebut tidak dapat menolak ajakan teman,
perasaan takut, kecewa atau tidak suka kepada guru, emosi yang
tidak stabil seperti mudah tersinggung, mudah marah, dan mudah
putus asa.

15
Sularti, Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Sikap dan Kebiasaan Belajar
Siswa, (Bandung: SPS PBK UPL, 2008), halm. 25-28

24
c. Kelemahan fisik, panca indra dan kecacatan lainnya. Siswa yang
memiliki kekurangan fisik kurang dapat berkembang dengan normal
dimungkinkan memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang kurang
baik, siswa ingin diperhatikan, kurang percaya diri dan sebaliknya
sombong sekedar menutupi kekurangannya.
d. Kelemahan mental seperti kecerdasan, intelegensi, bakat khusus

3. Manfaat Kebiasaan Belajar


Donald A. Laird yang dikutip The Liang Gie menyatakan bahwa kegunaan
kebiasaan ialah:
a. Penghematan waktu (economy of time)
Kebiasaan dapat banyak menghemat waktu dalam mengerjakan
sesuatu atau memakai pikiran. Penghematan waktu berarti
tersedianya waktu yang longgar untuk studi. Tidak itu saja, waktu
yang seketika terus dipakai untuk studi (karena tidak berpikir-pikir
atau ragu-ragu lebih dahulu) sehingga menjadi mementum yang kuat
untuk melaju dalam melakukan studi.
b. Meningkatkan efisiensi manusia (human efficiency)
Kebiasaan melakukan sesuatu secara otomatis akan membebaskan
pikiran sehingga dapat dipakai untuk tujuan lain pada saat yang sama.
c. Membuat seseorang menjadi lebih cermat
Suatu kegiatan yang telah begitu tertanam dalam pikiran seseorang
dan demikian terbiasa dikerjakannya akan terlaksana secara lebih
cermat daripada aktifitas yang masih belum terbiasa.
e. Membantu seseorang menjadi ajeg
Dengan kebiasaan belajar yang baik kondisi belajar akan terjaga.
Emosi, mental dan semangat belajar akan lebih terkendali karena
situasi belajar yang tertata.

25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan factor
lingkungan nonsosial.

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan


dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan
psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa
faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.

Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor


sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan

26
non-sosial diantaranya lingkungan alamiah, instrumental, dan mata
pelajaran.
B. SARAN

27

Anda mungkin juga menyukai