Anda di halaman 1dari 18

1.

1 Konsep dasar penyakit


1.1.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan dietntukan sesuai
jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya. Meskipun tulang patah jaringan
sekitarnya akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak,
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan
saraf dan kerusakan pembuluh darah (Branner &Suddart,2005)
Fraktur adalah kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis
atau tulang rawan sendi yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan
biasanya disertai cidera jaringan (Mansjoer, 2000)

1.1.2 Epidemiologi
Klavikula mudah mengalami fraktur, namun hampir selalu terjadi
union dengan cepat dan tanpa komplikasi. Pada orang dewasa fraktur
klavikula merupakan injuri yang lebih sulit fraktur klavikula pada orang
dewasa sering terjadi, insidensinya 2,6-4% dari semua fraktur dan kurang
lebih 35% merupakan cedera dari gelang bahu. Fraktur pada midshaft
merupakan yang terbanyak 69%-82%, fraktur lateral 21-28%, dan fraktur
medial yang paling jarang 2-3%.

1.1.3 Etiologi
Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan penyebab fraktur adalah
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
I. Cidera Traumatik
Cidera traumatik pada tulang dapat di sebakan oleh :
 Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
 Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan.
 Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
II. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana
dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi
pada berbagai keadaan berikut :
 Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progesif.
 Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai sebagai salah satu proses yang progesif,
lambat dan nyeri.
 Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat
disebabkan oleh kegagalan absorbs Vitamin D atau oleh karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
 Secara spontan : disebakan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

1.1.4 Patofisiologi
Klavikula adalah tulang yang mengalami proses pengerasan selama
perkembangan embrio minggu ke -5 dan 6 tulang klavikula, tulang
humerus bagian proksimal dan tulang skapula bersama- sama membentuk
bahu. Tulang klavikula juga membentuk hubungan antara anggota badan
atas dan thorax. Tulang ini membantu mengakat bahu ke atas, ke luar, dan
ke belakang thorax. Pada bagian proksimal tulang clavikula bergabung
dengan sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC). Pada
bagian distal klavikula bergabung dengan acromion dari skapula
membentuk sambungan acromioclavicular (AC).
Patah tulang klavikula pada umumnya mudah dikenali dikarenakan
tulang klavikula adalah tulang yang teletak dibawah kulit (subcutaneus)
dan tempatnya relatif di depan. Karenan posisinya yang teletak dibawah
kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang
klavikula terjadi dari tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu.
Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan lasung pada tulang
akan menyebabkan fraktur

1.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur klavikula
1. Fraktur mid klavikula (Fraktur 1/3 tengah klavikula)
 paling banyak ditemui
 terjadi medial ligament korako-klavikula (antara medial dan 1/3
lateral)
 mekanisme trauma berupa trauma langsung atau tak langsung
(dari lateral bahu)
2. Fraktur 1/3 lateral klavikula
 fraktur klavikula lateral dan ligament korako-kiavikula, yang
dapat dibagi:
 type 1: undisplaced jika ligament intak
 type 2: displaced jika ligamen korako-kiavikula ruptur.
 type 3: fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis.
 mekanisme trauma pada type 3 biasanya karena kompresi dari
bahu.
3. Fraktur 1/3 medial klavikula
 Insiden jarang, hanya 5% dan seluruh fraktur klavikula.
 Mekanisme trauma dapat berupa trauma langsung dan trauma tak
langsung pada bagian lateral bahu yang dapat menekan klavikula
ke sternum. Jatuh dengan tangan terkadang dalam posisi abduksi.

1.1.6 Gejala klinis


1. Adanya nyeri
2. Adanya oedema
3. Keterbatasan LGS
4. Penurunan kekuatan otot
5. Penurunan kemampuan aktivitas fungsional
1.1.7 Manifestasi Klinik
Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001)
antara lain:
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
 Rotasi pemendekan tulang
 Penekanan tulang
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah
dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Ekimosis dari perdarahan subculaneous.
4. Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/
perdarahan).
8. Pergerakan abnormal.
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.
10. Krepitasi.

1.1.8 Pemeriksaan Klinis


1. Pemeriksaan Klinis
Fraktur klavikula sering terjadi pada anak-anak. Biasanya penderita
datang dengan keluhan jatuh dan tempat tidur atau trauma lain dan
menangis saat menggerakkan lengan. Kadangkala penderita datang
dengan pembengkakan pada daerah klavikula yang terjadi beberapa
hari setelah trauma dan kadang-kadang fragmen yang tajam
mengancam kulit. Ditemukan adanya nyeri tekan pada daerah
klavikula.
1.1.9 Penunjang
 X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma. Pemeriksaan
rontgen anteroposterior dan klavikula biasanya dapat membantu
menegakkan diagnosis dan fraktur. Fraktur biasanya terjadi pada
1/3 tengah dan fragmen luar terletak dibawah fragmen dalam.
Fraktur pada 1/3 lateral klavikula dapat terlewat atau tingkat
pergeseran salah dikira kecil, kecuali kalau diperoleh foto
tambahan pada bahu.
 Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
 Hitung darah lengkap: hematokrit mungkin meningkat
(hemokonsentrasi), menurun (perdarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh dari trauma multiple); peningkatan SDP:
respon stres normal setelah trauma.
 Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal.
 Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah
atau cedera hati

1.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Fraktur Klavikula
1. Fraktur 1/3 tengah
 Undisplaced fraktur dan minimal displaced fraktur diterapi dengan
menggunakan sling, yang dapat mengurangi nyeri.
 Displaced fraktur dengan gangguan kosmetik diterapi dengan
menggunakan commersial strap yang berbentuk angka 8, untuk
menarik bahu sehingga dapat mempertahankan alignment dan fraktur.
Strap harus dijaga supaya tidak terlalu ketat karena dapat mengganggu
sirkulasi dan persyarafan. Suatu bantal dapat diletakkan di antara
scapula untuk menjaga tarikan dan kenyamanan. Jika commersial strap
tidak dapat digunakan balutan dapat dibuat dari “tubular stockinet”, ini
biasanya digunakan untuk anak yang berusia <10 tahun.
 Pemakaian strap yang baik:
1. Menarik kedua bahu, melawan tekanan dipusat, dan daerah
interscapula selama penarikan fraktur.
2. Tidak menutupi aksila, untik kenyamanan dan hygiene.
3. Menggunakan bantalan yang bagus.
4. Tidak mengganggu sirkulasi dan persyarafan kedua lengan.
 Plating Clavikula
1. Gunakan insisi sesuai garis Langer untuk mengekspos permukaan
superior clavikula. Hindari flap kulit undermining dan kerusakan
saraf supraklavikula. Hindari juga diseksi subperiosteal pada
fracture site.
2. Lakukan reduksi fragmen fraktur jika memungkinkan  pasang lag
screw melintasi fraktur. Plate diletakkan di sisi superior clavikula
dengan 3 screw pada masing-masing sisi fraktur untuk mencapai
fiksasi yang solid.
3. Jika diperlukan diletakan subkutaneus drain, luka operasi ditutup
dengan jahitan subcuticular.
2. Fraktur lateral
 Undisplaced fraktur dapat diterapi dengan sling.
 Displaced fraktur dapat diterapi dengan sling atau dengan open
reduction dan internal fiksasi.
 Jika pergeseran> setengah diameter klavikula harus direduksi dan
internal fiksasi.
 Bila dibiarkan tanpa terapi akan terjadi deformitas dan dalam
beberapa kasus rasa tidak enak dan kelemahan pada bahu karena itu
terapi diindikasikan melalui insisi supraklavikular, fragmen fraktur
diaposisi dan dipertahankan dengan pen yang halus, yang menembus
kearah lateral melalui fragmen sebelah luar dan akromion dan
kemudian kembali ke batang klavikula.
 Lengan ditahan dengan kain gendongan selama 6 minggu dan
sesudah itu dianjurkan melakukan pergerakan penuh.
1.1.11 Indikasi Operasi
1. Fraktur terbuka.
2. Fraktur dengan gangguan vaskularisasi
3. Fraktur dengan “scapulothorcic dissociation” (floating shoulder)
4. Fraktur dengan displaced glenoid neck fracture. Perawatan Pascabedah
5. Rehabilitasi

1.1.12 Prognosis
Pronosi jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung
pada berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganaan yang
tepat dan usia penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses
penyebuhan sangat cepat, sementara pada orang dewasa prognosis
tergantung dari penanganan. Jika penanganan baik maka komplikasi dapat
diminimalisir. Fraktur clavikula disertai multiple trauma memberi
prognosis yang lebih buruk dari pada pronosis fraktur clavikula murni.

1.1.13 Komplikasi
1. Komplikasi awal
a. Shock Hipovolemik/traumatik, fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis,
femur) → perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
rusak → shock hipovolemi.
b. Emboli lemak dan paru
c. Trombo emboli vena, berhubungan dengan penurunan
aktivitas/kontraksi otot/bedrest
d. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga
perlu monitor tanda infeksi dan terapi antibiotik
e. Crush syndrome
2. Komplikasi lambat
a. Delayed union, proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang
diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan
dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang.
b. Non union, proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi
pengobatan (fraktur yang tidak menyambung dalam 20 minggu). Hal
ini disebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis.
c. Mal union, proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada
perubahan bentuk).
d. Nekrosis avaskuler di tulang, karena suplai darah menurun sehingga
menurunkan fungsi tulang
2. 1 Kosep Dasar Asuhan Keperawatan
2.1.1Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesia pada pasien. Data-
data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1) Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung
jawab
2) Status Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
proses perjalanan terjadinya penyakit hingga pasien datang ke
rumah sakit (proses kejadian)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien sudah pernah masuk Rumah Sakit, penyakit
yang pernah diderita.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga pasien mengalami sakit yang menderita
penyakit.
3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien,
pengetahuan status kesehatan pasien saat ini.
2. Pola Metabolik-Nutrisi
Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan
kehidupan, jenis dan jumlah (makanan dan minum), pola makan 3
hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu
makan
3. Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc),
warna, bau, nyeri, nokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya
perubahan lain.
Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, warna, bau,
nyeri, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain.
4. Gerak dan Aktifitas
Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari-hari,
kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi,
makan, kamar mandi), mandiri bergantung atau perlu bantuan,
penggunaan alat bantu (kruk,kaki tiga).
5. Pola Istirahat –Tidur
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidar sehari-hari (jumlah
waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur,
lingkungan tidur, tingkat kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu,
kantung mata, keadaan umum, mengantuk
6. Pola Kognitif-Perseptual
Kaji status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi
(penyebab), (Qualitas nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah
mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri
terasa bertambah berat).
7. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai :
- Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social
- Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dari
kelemahan yang dimiliki
- Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh ( yang
disukai dan tidak)
- Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
- Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
- Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurangi diri, murung,
tidak mau berinteraksi
8. Pola Hubungan-Peran
Kaji pasien mengenai:
- Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman kerja
- Kepuasan atau ketidak puasan menjalankan peran
- Efek terhadap status kesehatan
- Pentingnya keluarga
- Struktur dan dukungan keluarga
- Pola membesarkan anak
- Hubungan dengan orang lain
- Orang terdekat dengan klien
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
9. Pola Reproduksi-Seksualitas
Kaji pasien mengenai :
- Masalah atau perhatian seksual
- Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami atau istri
- Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, pelukan,
sentukan dll)
- Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
- Efek terhadap kesehatan
- Riwayat yang berhungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
- Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudarah,
rectum)
10. Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
Kaji pasien mengenai :
- Sifat pencetus stress yang di rasakan baru-baru ini
- Tingkat stress yang dirasakan
- Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress
- Strategi mengatasi mengatasi stress yang biasanya digunakan dan
keefektifannya
- Strategi koping yang biasa digunakan
- Pengetahuan dan penggunaan tehnik manajemen stress
- Hubungan antara manajemen strees dengan keluarga
11. Pola Keyakinan-Nilai
Kajia pasien mengenai :
- Latar belakang budaya atau etnik
- Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya atau etnik

2.1.2 Analisa data


Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya
sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data
fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencangkup
tindakan yang di laksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Dari informasi yang
terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang di hadapi
klien.

2.1.3 Diagnosa
1. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D 0142)
2. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
(D 0034)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang (D 0054)
4. Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisik (D 0077)
5. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan (D
0080)
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang tepapar informasi (D
0111)
Yang biasanya ditentukan melalui PES (Problem, Etiologi,
Symtom)dengan cara penyususnan diagnose keperawatan yaitu :
Problem berhubungan dengan Etiologi yang di tandai dengan Symtom
yang diperoleh dari DS dan DO
2.1.4 Rencana tindakan
Dignosa Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Resiko SIKI: 1. Untuk membantu
infeksi SLKI: 1. Monitor tanda dan pasien mengetahui
berhubunga Setelah diberikan gejala infeksi lokal tanda dan gejala
n dengan asuhan dan sistemik infeksi
efek keperawatan ...x24 2. Berikan perawatan 2. Untuk membentu
prosedur jam diharapkan kulit pada area pasien mencegah
invasif (D tidak terjadi infeksi edema infeksi pada kulit
0142) pada pasien dengan 3. Ajarkan cara 3. Untuk membantu
kriteria hasil : memeriksa kondisi pasien mengetahui
1. Elastisitas luka dan luka kondisi luka operasi
2. Hidrasi operasi 4. Untuk bisa
3. Perfusi 4. Kolaborasi dengan berkolaborasi dengan
jaringan tim medis lainnya tim medislainnya
mengenai infeksi pada
pasien dan langkah
apa yang akan di
lanjutkan
Risiko SIKI: 2. Untuk membantu
hipovolemia SLKI: 1. Monitor intake dan pasien mengetahui
berhubunga Setelah diberikan output cairan intake dan output
n dengan asuhan 2. Hitung kebutuhan cairan
kehilangan keperawatan ...x24 cairan 3. Untuk membantu
cairan jam diharapkan 3. Berikan asupan kebutuhan cairan
secara aktif volume cairan cairan oral pada pasien
(D 0034 pasien kemabali 4. Anjurkan 4. Untuk membantu
normal dengan memperbanyak pasien
kriteria hasil : asupan cairan oral meningkatkan
1. Asupan 5. Kolaborasi asupan cairan
cairan pemberian cairan IV melalui oral
2. Haluaran isotonis (Nacl, RL) 5. Untuk membantu
urin pasien
3. Kelembaba memperbanyak
n membran asupan cairan
mukosa 6. Untuk bisa
berkolaborasi
dengan tim
medislainnya
mengenai asupan
cairan pada pasien
dan langkah apa
yang akan di
lanjutkan
Gangguan SIKI: 2. Membantu pasien
mobilitas SLKI: 1. Indentifikasi indentifikasi adanya
fisik Setelah diberikan adanya nyeri atau nyeri
berhubunga asuhan keluhan fisik 3. Untuk mengurangi
n dengan keperawatan ...x24 lainyan terjadi nya resiko
kerusakan jam diharapkan 2. Fasilitasi aktivitas jatuh
integritas pasien beraktivitas ambulasi dengan 4. Untuk membantu
struktur secara mandiri alat bantu (mis. pasien untuk
tulang (D dengan kriteria Pagar tempat memenuhi aktivitas
0054) hasil : tidur) sehari- hari
1. Frekuensi 3. Libatkan keluarga 5. Untuk membantu
nadi untuk membantu pasien pergerakan
2. Kemudahan pasien dalam sederhana seperti
dalam meningkatkan duduk ditempat tidur
melakukan pergerakan
aktivitas 4. Ajarkan
sehari- hari mobillisasi
3. Kekuatan sederhana yang
tubuh harus dilakukan
bagian atas (mis. Duduk
4. ditempat tidur ,
duduk di sisi
tempat tidur )
Nyeri akut SIKI: 1. Untuk membantu
berhubunga SLKI: 1. Indentifikasi lokasi, indentifikasi nyeri
n agen Setelah diberikan karakteristik , yang dirasakan pasien
pencedera asuhan durasi, frekuensi, 2. Untuk membantu
fisik (D keperawatan ...x24 kualitas, intensitas mengurangi nyeri
0077) jam diharapkan nyeri 3. Untuk membantu
nyeri pasien 2. Fasilitasi istirahat pasien mengurangi
berkurang dengan dan tidur tingkat nyeri
kriteria hasil : 3. Berikan teknik 4. Untuk membantu
5. Melaporkan nonfarmakologis pasien mengatasi
nyeri terkontrol untuk mengurangi nyeri
6. Kemampuan rasa nyeri 5. Untuk bisa
mengenali 4. Jelaskan penyebab, berkolaborasi
penyebab nyeri periode, dan pemicu dengan tim
7. Kemampuan nyeri medislainnya
menggunakan 6. Kolaborasi mengenai nyeri akut
teknik non- pemberian analgetik pada pasien dan
farmakologis langkah apa yang
akan di lanjutkan
Ansietas SLKI: SIKI : 1. Untuk mengetahui
berhubunga Setelah diberikan 1. Indentifikasi ansietas pada pasien
n dengan asuhan saat tingkat 2. Untuk membantu
kekhawatira keperawatan ...x24 ansietas berubah pasien mengurangi
n jam diharapkan (mis. kekhawatiran pasien
mengalami tingkat kecemasan Kondis,waktu,st 3. Untuk membantuk
kegagalan kembali normal resor) pasien dengan
(D 0080) dengan kriteria 2. Ciptakan menjelaskan prosedur
hasil: suasana untuk mengurangi
1. Verbalisasi terapeutik untuk kekhawatiran
kebingunga menambahkan 4. Untuk bisa
n kepercayaan berkolaborasi dengan
2. Perilaku 3. Jelaskan tim medislainnya
gelisah prosedur, mengenai ansietas
3. Perilaku termasuk pada pasien dan
tegang sensasi yang langkah apa yang
mungkin akan di lanjutkan
dialami
4. Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas
Defisit SLKI : SIKI : 1. Untuk mengetahui
pengetahua Setelah diberikan 1. Identifikasi masalah atau
n asuhan kesiapan dan informasi yang
berhubunga keperawatan ...x24 kemampuan kurang diketahui oleh
n dengan jam diharapkan menerima pasien
kurang tingkat informasi 2. Untuk membantu
tepapar pengetahuan pasien 2. Berikan kesempatan pasien bertanya
informasi meningkat dengan bertanya tentang penyakit yang
(D 0111) kriteria hasil: 3. Jelaskan faktor dialami
1. Perilaku risiko yang dapat 3. Agar pasien dapat
sesuai anjuran mempengaruhi mengetahui risiko
2. Pertanyaan kesehatan yang dapat
tentang 4. Ajarkan perilaku mempengaruhi
masalah yang hidup bersih kesehatan pasien
dihadapi 4. Untuk membantu
3. Persepsi yang pasien hidup besih
keliru dan sehat
terhadap
masalah

2.1.5 Impelementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi atau rencana
keoerawatan yang telah dibuat atau ditentukan sesbelumnya.

2.1.6 Evaluasi
Evaluasi adalah bagian akhir yang menilai bagaimana hasil akhir dari
tindakan yang telah diberikan kepada klien. Evaluasi juga berfungsi untuk
menentukan apakah intervensi perlu dilanjutkan atau dihentikan dengan
mempertahankan kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4. Jakarta : Media


Aesculapius
Price, A & Wilson, M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6, Terjemahan, Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “fraktur clavicula”, dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah,Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm. 858.
Smeltzer, Suzanne. 2008. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Ed8. Vol.3,
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Defenisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ,
Edisi 1.JAKARTA : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonseia,Edisi
1.Jakarta :DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai