Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah gawat darurat

Dosen pengampu : Santy Sanusi, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun oleh :

Denurta Nuzul R (30207019)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

TAHUN AKADEMIK

2019/2020
RANGKUMAN
Keimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang diproduksi
setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan
keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan
basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan terus
menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hidrogen
dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.4 Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya
berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan
basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan
ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Dalam keadaan normal tubuh manusia memproduksi asam dari hasil metabolisme sel (protein,
karbohidrat, lemak) dalam bentuk asam volatile (asam karbonat) dan nonvolatile (metabolic
acids, laktat, keton, sulfat, fosfat, dll). Untuk mempertahankan keseimbangan asam- basa
(homeostasis), kelebihan asam karbonat akan dikeluarkan melalui paru-paru dalam bentuk
karbondioksida, dan kelebihan asam nonvolatile akan dinetralisasikan oleh sistem dapar (buffer).
Untuk mempertahankan pH (ion hidrogen), tubuh mempunyai tiga sistem utama pengatur
keseimbangan asam-basa, yaitu sistem dapar (buffer), paru, dan ginjal (difasilitasi oleh hati).
Sistem dapar hanya untuk meminimalisir perubahan pH, sedangkan paru dan ginjal yang
mempunyai peran penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa. Pengaturan
keseimbangan asam basa oleh paru dilakukan dengat sangat cepat (menit) melalui pengaturan
PaCO2, dan ginjal bekerja lebih lambat (jam) untuk mengatur kelebihan asam/basa melalui
sekresi/reabsorbsi klor dalam bentuk amonium klorida dengan bantuan ion NH4+ yang
difasilitasi oleh hati melalui sekresi/produksi glutamine (Stewart approach) dan atau
sekresi/reabsorbsi bikarbonat (traditional approach).
Dalam keadaan normal tubuh mempertahankan kadar karbondioksida darah antara 35-45mmHg
(sekitar 40mmHg) dengan mengatur ventilasi alveolar. Bila peningkatan atau penurunan ventilasi
alveolar tidak sebanding dengan produksi karbondioksida, maka akan terjadi gangguan
keseimbangan asam-basa respiratorik. Di dalam darah karbondioksida akan bereaksi dengan
molekul air membentuk H2CO3 yang kemudian berdisosiasi menjadi ion hidrogen (H+) dan ion
bikarbonat (HCO -) reaksi tersebut dikatalisasi oleh enzim karbonat anhydrase.
Peningkatan PaCO2 akan menaikkan kadar ion hidrogen lalu menurunkan pH: kondisi ini
disebut asidosis respiratorik. Sebaliknya bila terjadi penurunan PaCO2 akan menurunkan ion
hidrogen alkalosis respiratorik. Bila kadar ion bikarbonat menurun dari normal menandakan
asidosis metabolik dan bila kadar ion bikarbonat meningkat adalah alkalosis metabolik. Kadar
ion bikarbonat normal antara 22 – 26 mEq/L (sekitar 24 mEq/L).
Hubungan antara kadar ion bikarbonat dan PaCO2 dapat dipakai untuk memperkirakan besarnya
kompensasi tubuh. Perhitungan didasari atas asumsi sistem buffer bikarbonat akan menetralisir
kelebihan asam nonvolatine (asam metabolik), satu ion bikarbonat akan mengikat satu ion
hidrogen asam nonvolatile, ion bikarbonat akan menurun sebanding dengan ion hidrogen, jumlah
total kelebihan asam nonvolatile sama dengan jumlah penurunan ion bikarbonat dari nilai
normal.
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih
cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.Sejalan dengan
memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa
mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin
memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolik.
Banyaknya kalium dalam darah dapat memperparah asidosis metabolik. Ini biasanya terlihat
pada asidosis anorganik (yaitu, non - AG). Diabetik ketoasidosis (DKA) sering terjadi
hiperkalemia yang merupakan akibat dari defisiensi insulin dan efek hiperosmolalitas. Karena
kalium merupakan elektrolit yang sangat vital bagi aktivitas arus listrik otot jantung, Maka
peningkatan ion kalium ekstraseluler dapat mengurangi perangsangan miokardium dan menekan
jaringan pacemaker jantung dan arus konduksi otot jantung. Konsentrasi kalium darah yang
tinggi akan sangat mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung, apabila konsentrasi tinggi ini
terus berlanjut maka irama jantung akan menjadi tidak normal dan jantung menjadi berhenti
berdenyut.
Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi yang. Penatalaksanaan asidosis
respiratorik adalah dengan memperbaiki ventilasi alveolar dengan menggunakan ventilasi
mekanik dan mengatasi faktor penyebab.
Setiap pasien dengan PaCO2 yang tinggi akan segera kekurangan O2 dan pada kasus apnea harus
diperhatikan konsentrasi HCO3 . Bila HCO3 normal membuktikan bahwa hal tersebut awitan
akut, kompensasi metabolik tidak terjadi, aman untuk memberikan O2 konsentrasi tinggi. Bila
konsentrasi HCO3 tinggi secara abnormal menunjukkan bahwa penderita mengalami retensi
CO2 jangka panjang pengobatan O2 harus lebih hati-hati
Usaha pengobatan harus segera difokuskan pada pengamanan saluran napas dan memperbaiki
oksigenasi yang adekuat. Ventilasi mekanik harus diberikan bila terjadi apnea, hipoksemia berat
yang tidak responsif terhadap tindakan konservatif, atau asidodid respiratorik progresif (PaCO2
>80mmHg). Menit ventilasi harus ditingkatkan sehingga PaCO2 kembali pada keseimbangan
asam basa secara bertahap dan ekskresi HCO3 oleh ginjal tercapai.
Penatalaksanaan alkalosis respiratorik
Pada sindrom hiperventilasi, dapat digunakan ventilator dengan frekuensi yang dikurangi dan
menambah ruang rugi. Pada sindrom hiperventilasi-gelisah pendekatan terapi aktif yang
memberikan ketenangan, sedasi, dan terutama psikoterapi sangat bermanfaat. Bila alkalemia
disebabkan hipokapnia berat dan persisten, pemberian sedasi dibutuhkan. Obat-obatan hanya
terbatas pada pengobatan hiperventilasi simtomatik. β-blocker bermanfaat untuk menghilangkan
simtom simpatis tetapi tidak boleh digunakan bila ada sangkaan sama. Ben zodiazepin
mengurangi keluhan subjektif, tetapi efek jangka panjang belum dapat dibuktikan dan
kemungkinan adiktif membatasi penggunaan jangka lama. Monoamine oxidase inhibitor seperti
antidepresan trisiklik, dapat diberikan pada pasien dengan ansietas panik dan simtom autonom
multipel. klomipramin dan imipramin dapat membantu menormalkan PaCO2 pada penderita
yang panik.

Anda mungkin juga menyukai