Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS INDUSTRI DAN PERUSAHAAN GULA

PG RAJAWALI II DAN PTPN X

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Strategik


yang diampu oleh Alfiyatul Qomariyah, S.Ak., MBA., Ph.D

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Angesthy Puji Rahayu (041711333069)
Ivena Rohadatul ‘Aisy Ahmadi (041711333103)
Nabila Zulfani (041711333114)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
A. Analisis Industri Gula
1. PESTLE (Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Teknologi, Legal, dan Environment)
Politik
Pemerintah melakukan swasembada pangan yang difokuskan pada 5 komoditas,
salah satunya adalah gula. Maka pemerintah melakukan beberapa langkah strategis
seprti melakukan revitalisasi industri, perluasan lahan, peningkatan kapasitas petani
dalam meningkatkan produktivitas tebu dan rendemannya dan masih banyak lagi.
Ekonomi
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian memacu pertumbuhan industri
gula untuk memenuhi pasar domestic dengan membatasi impor dan memberikan
intensif terhadap pabrik gula baru yang melakukan produksi berbasistebu. Impor
merupakan kebijakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gula di Indonesia
yang mencapai 6,6 juta ton.
Sosial-Budaya
Pendirian pabrik gula baru diharapkan dapat menyerap tebu dan bermitra dengan
para petani tebu.
Teknologi
Banyaknya inovasi-inovasi yang bermunculan dalam industri gula. Salah satu
contohnya yaitu pengembangan varietas tebu unggul dalam meningkatkan produktivitas
tebu yang menjadi bahan baku produksi gula.
Legal
Kementerian Perindustrian menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
10 tahun 2017 tentang fasilitas memperoleh bahan baku dalam rangka pembangunan
industri gula. Selain itu, melalui Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang
daftar hitam investasi setiap pembangunan pabrik gula baru wajib terintegrasi dengan
perkebunan tebu
Lingkungan
Perluasan lahan tebu juga terus digalakkan oleh pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan tebu sabagai bahan baku produksi gula.dan melakukan regrouping lahan.
2. Five Force Porter
a. Ancaman pendatang baru
Masuknya para pendatang baru dalam bisnis produksi gula merupakan salah
satu ancaman bagi para pelaku bisnis yang telah lama menjalankan bisnis ini. Akan
tetapi untuk saat ini adanya pendatang baru dalam bisnis produksi gula masih
belum ada / minim, dikarenakan untuk menjalankan bisnis pada produksi ini
dibutuhkan modal minimal senilai Rp 500 Milyar dan memiliki koneksi yang kuat
untuk dapat membangun bisnisnya pada industri gula. Oleh karena itu, ancaman
adanya pendatang baru di industri gula di Indonesia masih bisa di kendalikan
dengan adanya faktor – faktor tersebut. Begitu juga ancaman pendatang baru dari
luar negeri masih bisa terkendali karena pemerintah Indonesia memberlakukan
kebijakan bahwa apabila produsen gula di Indonesia masih belum dapat memenuhi
permintaan dalam negeri barulah dilakukan impor gula dari luar negeri.
b. Tekanan dari produk pengganti
Terdapat beberapa produk pengganti gula yaitu pemanis buatan. Akan tetapi
pemanis buatan ini tidak terlalu baik bagi tubuh manusia, jadi dalam
penggunaannya harus dibatasi yaitu 3-4 sachet/hari (berdasarkan Food and Drug
Administration AS). Kesimpulannya, bahwa tekanan produk pengganti gula cukup
besar disebabkan produk pengganti gula ini memiliki manfaat dan fungsi yang
serupa dengan gula walaupun tidak terlalu bagus untuk kesehatan. Kecuali apabila
penggunaannya sesuai dengan ambang batas yang telah ditentukan. Namun,
masyarakat Indonesia kebanyakan lebih memilih gula daripada pemanis buatan
kecuali jika harga gula ada pada titik tertinggi maka masyarakat mensiasatinya
dengan menggunakan pemanis buatan.
c. Kekuatan tawar menawar pembeli
Dalam dunia bisnis penjualan gula di Indonesia, kepuasan pelanggan terhadap
perusahaan menjadi faktor utamanya. Kepuasan akan produk yang dihasilkan,
pendistribusiannya kepada pelanggan termasuk kedalam faktor kepuasan pelanggan
terhadap perusahaan tersebut yang akan membuat pelanggan terus membeli
produknya. Karena gula lokal masih belum ada standarisasinya, membuat setiap
masyarakat untuk memilih berdasarkan kesukaannya sendiri dengan pilihan
beberapa brand ternama yang ada. Kekuatan dari segi tawar menawar pembeli ini
tidak memiliki tekanan atau pengaruh yang besar terhadap perusahaan selama
perusahaan memberikan kualitas dan pelayanan terbaik bagi pelanggannya maka
pembeli tidak memiliki power yang dapat menekan harga perusahaan. Termasuk
konsep bahwa selama kualitas gula yang diproduksi di dalam negeri berkualitas
maka pembeli tidak akan beralih ke produk gula dari luar negeri.
d. Kekuatan tawar menawar pemasok
Kekuatan pemasok mempengaruhi penekanan harga gula kepada perusahaan.
Pemasok meningkatkan harga bahan baku yang diikuti dengan harga gula yang
ditawarkan kepada perusahaan, sehingga dapat meningkatkan laba potensial
perusahaan penjualan di pasar dan sebaliknya. Karena terbatasnya bahan baku
dalam pembuatan gula tersebut, adakalanya terjadi permintaan yang berlebih. Akan
tetapi, perusahaan hanya bisa memproduksi sesuai dengan bahan baku yang
diperoleh dan hal tersebut membuat harga gula lokal di pasar semakin naik.
Masyarakat pun bisa beralih menggunakan gula impor yang biasanya harganya
lebih murah daripada gula lokal padaa saat itu.
e. Tingkat persaingan di antara perusahaan
Keadaan industri gula saat ini sesuai dengan supply bahan baku dan kondisi
pabrik gula. Cuaca yang tidak tetap juga mempengaruhi produksi gula kurang baik,
karena tanaman tebu tidak berkembang secara maksimal. Akibatnya, hasil panen
tidak maksimal dan berpengaruh pada operasi perusahaan yang tidak maksimal.
Namun, melihat keadaan perusahaan pada produksi gula saat ini, dapat dikatakan
perusahaan gula di Indonesia tidak terlalu mengalami kesulitan apapun dalam
mengahadapi persaingan antar perusahaan. Intensitas persaingan pun tidak berubah
karena pemain dalam industri ini hanya perusahaan yang sudah dikenal dan
diketahui masyarakat, dan minimnya pendatang baru dalam industri ini. Oleh
karena itu persaingan antar perusahaan dalam industri gula ini dapat dikatakan tidak
memiliki pengaruh besar terhadap perusahaan. Untuk pengaruh persaingan antar
perusahaan gula lokal dan impor mungkin hanya pada musim-musim tertentu,
misalnya pada musim cuaca yang tidak menentu yang membuat bahan baku gula
lokal terbatas dan membuat harga gula lokal meningkat dan menjadikan masyarakat
beralih ke gula impor yang lebih murah harganya.
B. Analisis Perusahaan Gula di Indonesia
1. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PG Rajawali II
Menjadi perusahaan agro industri terbaik di RNI Group

Misi PG Rajawali II
a. Memberikan manfaat terbaik bagi petani melalui usaha kemitraan dalam
industry berbasis tebu.
b. Kinerja terbaik dicapai melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi di
segala bidang.
c. Menempatkan stakeholders dan karyawan yang berkompeten, menjadi bagian
yang terpenting dalam menciptakan keunggulan dan pencapaian nilai tambah
perusahaan.
Penjelasan Visi dan Misi PT. PG Rajawali II :
Visi
Mewujudkan kinerja opersional on farm dengan pencapaian produksivitas
diatas rata-rata RNI Group, dibidang off farm dengan pencapaian kinerja
rendemen dan overall recovery dan kinerja pabrik yang efisien dengan pencapaian
produktivitas hablur diatas rata-rata RNI Group.
Misi
 Mewujudkan program kemitraan petani dengan didukung oleh PLPG.
 Pencapaian produktivitas yang optimal baik tebu maupun rendemen dengan
pencapaian kinerja dan efisien bidang on farm, off farm, SDM & keuangan.
 Dalam rangka mencapai kinerja terbaik dilakukan penempatan personil
disemua jajaran karyawan sesuai skill dan bidangnya masing-masing.
Visi PTPN X
Menjadi perusahaan agrobisnis nasional berbasis tebu dan tembakau yang
unggul dan berdaya saing di tingkat regional.

Misi PTPN X
Sebagai perusahaan industri perkebunan terintegrasi yang berbasis tebu
dan tembakau dalam memberikan nilai tambah bagi segenap stakeholder dengan :
 Menghasilkan produk perkebunan yang bernilai tambah serta berorientasi kepada
konsumen.
 Membentuk kapabilitas proses kerja yang unggul memalui perbaikan dan inovasi
berkelanjutan dengan tata kelola yang baik.
 Mengembangkan kapabilitas organisasi, teknologi informasi, dan SDM yang baik.
 Melakukan optimalisasi pemanfaatan asset untuk memberikan imbal hasil terbaik
bagi pemegang saham.
 Turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga
kelestarian lingkungan untuk kebaikan generasi masa depan.
2. Strategi Perusahaan

a. PG Rajawali II : Strategi EDO (Efisiensi, Diversifikasi, dan Optimalisasi)


o Efisiensi
 Mengurangi konsumsi bahan bakar dan energi.
 Mengatasi berbagai hambatan permesinan, dan
 Mengurangi biaya pemeliharaan pabrik.
o Diversifikasi
Beyond sugar transformasi menjadi industri berbasis tebu (sugarcane based
industry) terintegrasi dari hulu ke hilir.
o Optimalisasi
Memacu rendemen dengan menekan sugar losses melalui peningkatan kinerja
ekstraksi gilingan dan efisiensi pemrosesan.
b. PTPN X : Strategi dalam menerima manajemen risiko
o Menerima risiko yaitu mempertahankan kondisi dan memonitor perubahan risiko
tersebut.
o Mitigasi yaitu menggunakan metode tertentu untuk menurunkan nilai
kemungkinan.
o Berbagi risiko yaitu membagi beban penanganan risiko dengan pihak lain untuk
mengurangi tingkat kegawatan risiko.
o Menghindari risiko artinya membatalkan program yang mengandung risiko.
3. SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, and Threats)
a. PG RAJAWALI II

STRENGHT
Core Business PG Rajawali II adalah bisnis berbasisi tebu
Adanya kenaikan pendapatan lain-lain terutama pada pendapatan atas lahan HGU
Mutu gula (ICUMSA) sudah sesuai dengan standar baku yang ditetapkan atau
sesuai SNI
Gula yang diproduksi oleh PG Rajawali II telah bersertifikat halal yang disahkan
oleh MUI JABAR
Lokasi usaha anak perusahaan PG Rajawali tersebar di beberapa daerah di
Indonesia

WEAKNESS
Kinerja operasional dan kinerja keuangan tahun 2018 lebih rendah daripada 2017.
Dimana laba operasi sebesar minus Rp 83,82 milyar sedangkan pada tahun 2018
dicapai laba operasi sebesar minus Rp 191,13 milyar.
Penurunan produksi total gula dari tahun 2017 sebesar 72.791 ton menuju tahun
2018 menjadi 51.580 ton. Hal ini disebabkan oleh faktor alam dan faktor lahan.
Areal (HGU) turun seluas 5.403,81 ha terutama di PG Jatitujuh terkait gangguan
keamanan lahan
Realisasi jumlah karyawan pada tahun 2018 tercapai 2.947 orang dan menurun
cukup signifikan dibanding realisasi tahun 2017.

OPPORTUNITY
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok pangan di Indonesia. Kebutuhan gula
nasional tahun 2018 diperkirakan mencapai 5,97 ton dimana untuk kebutuhan gula
konsumsi diprediksi minimal mencapai 1,2 juta ton atau 40% dari total kebutuhan
gula konsumsi sebanyak 3,0 juta ton.
THREATS
Adanya fluktuasi harga pada komoditas gula di pasaran

STRENGHT-OPPORTUNITY (SO)
Mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan,
melakukan peningkatan kinerja produksi melalui peningkatan protas, perbaikan
tebang dan angkut, perbaikan peralatan mesin di pabrik, peningkatan rendemen
dan mutu gula ICUMSA agar sesuai standar SNI..
WEAKNESS-OPPORTUNITY (WO)
Menerapkan pola kemitraan tebu rakyat dan melibatkan berbagai pihak baik
Pemda setempat, Dinas terkait dan pihak aparat keamanan. Contoh yaitu
perubahan pengelolaan lahan di PG Jatitujuh dan PG Subang yang semula murni
100% pola TS menjadi sebagian pola kemitraan.
Memberikan arahan kepada karyawan untuk meningkatan kualitas & kemampuan
kerja, skill & loyalitas yang baik.
STRENGHT-THREATS (ST)
Melakukan serangkaian inovasi produk dan peningkatan produktivitas tanaman
tebu

WEAKNESS-THREATS (WT)
Meningkatkan efisiensi biaya di setiap bidang kegiatan perusahaan tanpa
mengabaikan biaya yang terkait langsung dengan pemeliharaan dan pemupukan
serta mengendalikan biaya-biaya perusahaan lainnya.

b. PTPN X

STRENGHT

Merupakan perusahaan agroindustriberbasis terintegrasi dari hulu ke hilir yang


menggarap bisnis turunan tebu non gula.
Merilis produk gula dalam kemasan ritel 1 kg oleh Unit Produksi Gula Ritel yang
bertempat di PG Pesantren
Adanya kenaikan pada sektor pendapatan induk PTPN X yang didukung oleh
volume penjualan gula dan tetes
Produk yang dimiliki adalah gula kristal putih dan tetes sebagai produk samping

WEAKNESS

Produksi gula tahun 2018 belum memenuhi target yang direncanakan pada RKAP
tahun 2018 dan 2017 yang diakibatkan oleh beberapa variabel seperti luas lahan,
produktivitas dan produksi tebu, tetes, gula, hablur.
Adanya hambatan dalam musim giling yang disebabkan oleh beberapa faktor.

OPPORTUNITY
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok pangan di Indonesia. Kebutuhan
gula nasional tahun 2018 diperkirakan mencapai 5,97 ton dimana untuk
kebutuhan gula konsumsi diprediksi minimal mencapai 1,2 juta ton atau 40% dari
total kebutuhan gula konsumsi sebanyak 3,0 juta ton.

THREATS

Adanya fluktuasi harga pada komoditas gula di pasaran.


Produktivitas gula sedikit terhambat karena faktor cuaca
STRENGHT-OPPORTUNITY (SO)

Merupakan perusahaan agroindustriberbasis terintegrasi dari hulu ke hilir yang


menggarap bisnis turunan tebu non gula.
Merilis produk gula dalam kemasan ritel 1 kg oleh Unit Produksi Gula Ritel yang
bertempat di PG Pesantren
Adanya kenaikan pada sektor pendapatan induk PTPN X yang didukung oleh
volume penjualan gula dan tetes
Produk yang dimiliki adalah gula kristal putih dan tetes sebagai produk samping

WEAKNESS-OPPORTUNITY (WO)

Produksi gula tahun 2018 belum memenuhi target yang direncanakan pada RKAP
tahun 2018 dan 2017 yang diakibatkan oleh beberapa variabel seperti luas lahan,
produktivitas dan produksi tebu, tetes, gula, hablur.
Adanya hambatan dalam musim giling yang disebabkan oleh beberapa faktor.

STRENGHT-THREATS (ST)

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok pangan di Indonesia. Kebutuhan


gula nasional tahun 2018 diperkirakan mencapai 5,97 ton dimana untuk
kebutuhan gula konsumsi diprediksi minimal mencapai 1,2 juta ton atau 40% dari
total kebutuhan gula konsumsi sebanyak 3,0 juta ton.

WEAKNESS-THREATS (WT)

Adanya fluktuasi harga pada komoditas gula di pasaran.


Produktivitas gula sedikit terhambat karena faktor cuaca
DAFTAR PUSTAKA

 Annual Report PG RAJAWALI II tahun 2018


 Annual Report PTPN X tahun 2018
 Lukito, Rieke Kurniasari dan Ronny H.Mustamu. 2013. Analisis Strategi Bersaing
Pada Distribusi Gula Di Indonesia. A. AGORA Vol. 1, No. 1, (2013) : 3-6.

Anda mungkin juga menyukai