Ada 2 jenis :
Efek dari digit sucking menghasilkan open bite yang asimetris dan overjet
meningkat sehinga sangat berpengaruh pada gigi campuran dan gigi permanen.
Perubahan overjet dan overbite ini disebabkan karena pengaruh dari kebiasaan,
kemudian posisi gigi decidui. Selain itu juga posisi lidah menjauh dari upper arch
(lengkungan atas), meningkatkan tekanan pada pipi dan tidak adanya kontak gigi
di bagian bukal crossbite posterior. Perubahan bentuk rahang menjadi V-
shaped dikarenakan adanya tekanan langsung dari ibu jari sehingga terjadi
perubahan pola tekanan pada pipi dan bibir. Tekanan pada otot pipi ke gigi
posterior maxilla meningkat karena adanya kontraksi dari otot-otot bucinator saat
menghisap sehingga bentuk rahang berubah menjadi V-shaped.
b. Tongue thrusting
Kebiasaan dimana lidah berkontak dengan gigi anterior/premolar pada
saat menelan. Ditandai dengan adanya openbite anterior dan proklinasi gigi
anterior.
Etiologi :
sempit juga.
Sumber :
Treatment
Perawatan tidak harus diberikan apabila kebiasaan ini sudah berhenti sebelum
umur 5 tahun. Apabila setalah 5 tahun masih memiliki kebiasaan ini maka
dapatdilakukan bebrapa hal, yaitu :
- Wawancara dengan anak apabila sudah cukup dewasa.
- Motivasi untuk memberikan anak kepercayaan diri.
- Anak diberi reward yang dapat mempengaruhi kebiasaan tersebut
agar tidak dilakukan lagi.
- Terapi
- Orthodontic appliance : treatment orthodontik yang dipakai bisa
lepasan bisa juga tidak. Apabila kebiasaan nya sudah tidak terkontrol
maka dapat menggunakan fixed intra oral appliance sbg inhibitor
efektif. Setelah aktid perawatan alat tersebut dipakai dalam jangka
waktu 3-6 bulan unutk meminimalisir kebiasaantersebut kambuh.
B. Tongue Thrusting
Tata laksana :
a. Myofunctional exercise
Edukasi ke pasien bagaimana menelan yang normal, pasien diminta
untuk memegang ujung lidah agar tetap di persimpangan antara palatum durum
dan palatum mole. Berikut adalah beberapa latihan yang bisa dilakukan :
- Lidah pasien di posisikan pada ujung lidah di daerah ruggae selama
5 menit kemudian disuruh menelan.
- Menggunakan small orthodontic elastic pada ujung lidah yang
menempel di daerah palatum. Apabila sudah normal small
orthodontic elastic dapat dipertahankan.
- Latihan 4S yaitu spot, salivating, squeezing dan swallowing. Latihan
awal spot (posisi lidah diam istirahat), salivating ( posisi lidah pada
spot tadi lidah istirahat salivation ( menghasilkan air liur). Setelah
itu squezzing dilakukan dengan posisi rahang tertutup diikuti dengan
santai. Setelah itu yang ke 4 adalah swallowing (menelan) pasien
membiasakan diri dengan proses menelan yang normal setidaknya
40x sehari. Selain itu perlu juga memperkuat kebiasaan tersebut
secara tidak sadar dengan mengubah kontrol reflek dr sadar ke tak
sadar biasanya menggunakan tablet asam sitrat.
b. Appliances untuk memposisikan lidah dengan benar.
- Tongue Trainer (Pre Orthodontic Trainer)
Alat ini membantu memosisikan lidah dengan benar dengan
bantuan tounge tags. Tongue guards untuk mencegah lidah agar
tidak tertusuk ketika alat ini ditempatkan di rongga mulut. Fungsi lain
yaitu unutk mengurangi kebiasaan bernafas lewat mulut juga.
c. Mechano therapy
Fixed ortho maupun lepasan (cribs or rakes) daoat menahan gerakan
lidah ke anterior saat menelan. Terapi ini digunakan untuk mengembalikan posisi
lidah ke superior yang lebih posterior di rongga mulut.
d. Removable Appliance Therapy
Modifikasi dari alat Hawley’s memiliki labial bow, retentive claps, crib
berjalan dari arah posterior ke gigi anterior. Spike harus ditekuk sehingga pada
saat digunakan tidak menganggu gigi anterior yang lebih rendah atau alveoli
lingual anterior. Penggunaan labial bow dapat digunakan pada pasien open bite
anterior karena dapat mengurangi proklinasi gigi anterior atas. Akriliki dipotong
dari margin gingiva agar gigi insissivus dapat bergerak ke palatal.
e. Fixed habit breaking appliance
Bands diaplkasikan pada M1 permanen dan kawat berbentuk U 0,0 inci
dari satu molar ke molar yang lain dengan sisi antagonisnya. Setelah basenya
dibuat, crib dapat ditanam pada base tersebut. Cribs berfungsi sebagai batas
antara lidah dan struktur dentoalveolar.
E. Bruxism
Tata laksana yang dapa dilakukan adalah :
- Psikoterapi
- Fisioterapi : pijat pada otot pengunyahan, rangsangan panas
akanmengurangi nyeri otot pengunyahan karena bruxism
- Occlusal theraphy
Occlusal splint untuk mengurangi suara yang dihasilkan dari
bruxism dan keausan gigi. Splints ini dibagi menjadi 2, yaitu splints
keras dan lembut. Tetapi splint yang keras lebih banyak digunakan
karena splints yg lembut sulit disesuaikan dan lebih efektif dalam
mengurangi bruxism.
- Behavioral modification
Psikoanalisis, hipnosis, meditasi, tidur, keberishan dnegan
relaksasi. Kemudian konseling pasien, bagaimana tidur yang benar,
kemudia menginstruksikan bruxer untuk berhenti merook dan minum
kopi/alkohol, membatasi aktifitas fisik/mental sebelum tidur. Tidur
dalam kamar yang gelap.
- Biofeedback
Prinsipnya yaitu seorang bruxers dapat menghilangkan perilaku
bruxism apabila ada suatu stimulus yang membuat si bruxers
tersebut sadar dari aktivitas otot yang kurang baik. Salah satunya
dengan CES (contingent electrical stimulation) yang dapat
mengurangi aktivitas otot pengunyahan. Jadi pasien diberi stimulasi
listrik tingkat rendah pada otot selama episode bruxism.
- Terapi farmakologis
Ada beberapa obat yang memiliki efek lumpuh pada otot dengan
menghambat lepasnya asetilolin di persimpangan neuromuskuler
(MJ) yang dapat mengurangi aktivitas bruxism. Dalam sebuah
penelitian, pemberian botox selama 20 minggu dapat
menghambat pelepasan asetilkolin di TMJ. Setelah obat
diinjekskan kontraksi otot menurun setelah 4 minggu.
F. Mouth breathing
Tata laksana yang dapat dilakukan adalah :
Untuk mengurangi kebiasaan buruk bernafas lewat mulut, memperbaiki
estetika, mengembangkan rahang ke arah lateral dan anteroposterior. Dua tahapan
perawatan ortodontik telah dilakukan yaitu perawatan ortodontik interseptif
menggunakan aktivator dengan skrup ekspansi agar dapat meningkatkan
pertumbuhan mandibula ke arah bawah depan dan rahang keaarh lateral digunakan
selama 6-9 bulan minimal 12 jam/hari, dilanjutkan dengan perawatan ortodontik
kuratif dengan alat cekat teknik straightwire. Selain itu perawatan yang dapat
digunakan adalah menggunakan retaner Hawley Retainer.
Sumber :
Srivastava, Vinary Kumar. 2011. Modern Pediatric Dentistry. Jaypee Brothers Medical Publisher
: new Delhi.
Kanathila, Hema dkk. 2018. Diagnosis and treatment of bruxism: Concepts from past to presen.
International Journal of Applied Dental Sciences. Vol. 4 No.1
Widiarsanti, Setiarini dkk. 2015. Perawatan Ortodontik Interseptif dengan Alat Aktivator pada
Periode Percepatan Pertumbuhan. Vol.1 No.1: 27-32
Gigi anterior
. RA protrusif
B. Lip sucking
Sebenranya gigi itu berada dalam keseimbangan yang dinamis antara otot dan
juga dentoalveolar complek. Otot yang berperan adalah M.orbicularis oris,
M.buccinator dan M.superior pharyngeal constrictor yang juga ddimbangi oleh
kekuatan tekan dari lidah. Nah, keseimbangan dinamis ini dapat terganggu
apablia pasien memiliki bad habit seperti lip sucking ini hipertonisitas
M.mentalis overjet + gigi anterior RA maju ke arah labial, kemudian gigi
anterior RB ke arah lingual.
C. Finger/Nails Biting Habit
Maloklusi yang disebabkan oleh kebiasaan ini dikarenakan kebiasaan ini
menggigit kukunya sangat kuat sehingga memberikan tekanan yang berlebih
sehingga menyebabkan kerusakan alveolar pada area gigi yang terlibar. Selain itu
ada fraktur keci; pada incisal edge gigi insisivus dari enamel ke dentin sehingga
dentin dan pulpa menjadi lebih sensitif dan sangat reaktif apabila ada rangsangan.
D. Digit sucking
Perubahan posisi dari insisivus ke labial/lingual tergantung pada posisi jari di
rongga mulut tersebut dan jumlah jari. Saat posisi mengisap ibu jari menekan lingual
gigi insisivus maksila ke labial dan labial dari insisivus mandibula ke arah lingual
overjet antara insisivus maksila dan insisivus mandibula. Finger suking juga
menyebabkan crossbite posterior unilateral/bilateral karena adanya tekanan intraoral
yang menyempit dan kekuatan dari aktivitas m.buccal.
E. Tongue thrusting
Sumber :
Tarvade, Suchita Madhukar. 2015. Tongue Thrusting Habit: A Review. International Journal of
Contemporary Dental and Medical Reviews. ID 151214, 5 Pages.
Grippaudo,C. Dkk. 2016. Association between oral habits, mouth breathing and malocclusion.
Acta Otorhinolaryngologica Italica. Vol. 36 : page 386-394.
Sumber :
Ibraheemjaafa, Mostafa dkk. 2017. Bad Oral Habits and Associated Malocclusion among 8-9
Years Old Children. International Journal of Science and Research (IJSR). Vol 6. Issue 6.
5. Apa saja faktor penyebab jarak antar gigi ?
Jawab :
Faktor penyebab terjadinya diastema yaitu:
a) Frenulum yang abnormal
Perlekatan alveolar antara gigi insisivus maksila dengan papila insisivum
yang abnormal. Frenulum adalah membran mukosa berupa jaringan ikat
bereptel dantervaskularisasi untuk meleatkan bibir dan mukosa alveolar, gingiva,
dan jaringan periodontalm serta stabilitas dari penutupan diastema. Apabila
perelkatannya normal jaringan ikat nya tidak pucat karena tidak mengalami
peregangan. Tetapi apabila perlekatan frenulumnya rendah atau tempat insersi
lebih lebar dari kondisi normalnya maka jaringan ikat frenulum tertarik dan
meregang, peregangan ini terjadi karena perlekatannya ada di jaringan lunak
diantara gigi insisivus sentral – palatum.
f) Tooth Anomalies and other Pathologic Lesions in the soft or Hard Tissues in the
midline
Anomali gigi juga berperan dalam pembentukan diastema yaitu
supernumerarry teeth (mesiodens), keratokista odontogenik yang muncul di RA
dan dapat menggeser gigi tsb sehingga ada jarak di daerah anterior. Odontoma
(tumor odontogenik yang terdiri dari enamel, dentin, sementum, jaringan pulpa)
dan berkaitan dengan erupsi gigi yang ada di antara erupsi akar gigi insisivus
maksila sehingga tidak terjadi kontak antar mahkota diastema besar.
g) Diastema pada saat pertumbuhan normal
Apabila terjadi pada umur 8-11 tahun cukup dilakukan observasi saja
dikarenakan diastema dengan ukuran 2mm/kurang nanti akan tertutp sendiri
apabila gigi kaninus telah tumbuh.
h) Habits
Beberapa kebiasaan dapat menyebabkan diastema seperti, menghisap ibu
jari yang memungkinkan gigi incisisvus RA proklinasi ke arah labial sehingga
membentuk suatu diastema. Posisi lidah yang diam memliki dampak yg lebih
besar. Lidah mendorong gigi anterior ke arah depan kemudian bisa terjadi
diastema.
Sumber :
Abu, Hussein Muhammad, Watted Nezar.2016. Maxillary Midline Diastema – Aetiology And
Orthodontic Treatment- Clinical Review. Volume 15. Issue 6.
Sumber :
Grippaudo,C. Dkk. 2016. Association between oral habits, mouth breathing and malocclusion.
Acta Otorhinolaryngologica Italica. Vol. 36 : page 386-394.
b. Tension
Tension pada Lig Periodontal menyebabkan streching LPD menghasilkan
space antara soket dan gigi lebar vaskularisasi mobilisasi fobroblast
dan osteoblast.
Fase pergerakan gigi :
1. Fase Initial
Adanya tekanan/mekanik, gigi mengalami displacement dari soket
yang ditandai adanya space dan inflamasi daerah tersebut.
2. Fase Lag
Gigi todak bergerak kemudian terjadi rekruitmen ( manggil )
progenitor osteoklas dan osteoblas ekstravasai sel- sel inflamasi.
Apabila tekanannya tinggi hialinisasi.
3. Fase Post-lag
Gigi mulai bergerak dengan perantara osteoklast dan osteoblast.
o Osteoblas diaktifkan oleh RANKL berikatan dengan OPG.
Proses osteoblast ini ada 3 mekanisme pembentukan tulang :
Osteoid (kalsifikasi tipis) Bundle Bone (kalsifikasi terus
menerus) bundle bon akan menempel ke serabur
periodontal Lamellated bone
o Osteoklast diaktifkan oleh RANKL berikatan dengan RANK.
Pengaktifan :
a. Pengaktifan osteoklast yang tidak aktif
b. Influx monosit
c. Pembentukan osteoklast dari makrofag LPD.
Sumber :
Singh, G. 2015. Textbook of Orthodontics. 3 ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P)
Ltd.New Delhi