Anda di halaman 1dari 20

Oleh : Sheilia Siwi Pranantri / 31101800087/SGD 5

LEARNING ISSUE LBM 3

1. Apa saja kondisi bad habbit yg dapat menyebabkan maloklusi ?


Jawab :
a. Digit sucking atau Finger sucking
Finger/digit sucking merupakan kebiasaan menghisap jari. 13-15% anak
memiliki kebiasaan ini. Kebiasaan ini akan berhenti pada anak usia 3,5-4 tahun.
Kebiasaan ini memiliki hubungan antara pendidikan orang tua, kebutuhan
psikologis dan juga nutrisi. Pada anak usia 3 tahun, kondisi ini merupakan suatu
hal yang normal. Untuk mengurangi kebiasaan ini pada anak-anak menghisap
jari tersebut dapat diganti dengan menggunakan mainan/boneka. Etiologi dari
kebiasaan ini didasarkan pada 2 teori, yaitu
a) Psychoanalitic theory
Teori yang menunjukkan bahwa kebiasaan menghisap jari
berhubungan dengan pleasurable stimuli (rangsangan yang
menyenangkan) saat intrauterin dan didasari oleh beberapa
gangguan psikologis juga.
b) Behavioral theory
Teori ini menunjukkan bahwa menghisap jari merupakan suatu
pola perilaku tanpa penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
masalah emosional atau psikologis. Ketika kebiasaan tersebut
dihilangkan, harapannya anak-anak dapat merubah kebiasaan
tersebut dngan menggunakan mainan atau hal-hal lain.
Kebiasaan ini dapat mempengaruhi lengkung gigi dan oklusi. Kebiasaan
ini dapat menyebabkan beberapa hal diantaranya :
 Peningkatan panjang lengkung maxilla dan prognatism.
 Penyempitan lengkung maxilla dan pelebaran lengkung mandibula
 Crossbite posterior
 Proklinasi gigi insisivus decidui maxilla, spacing, dan juga
peningkatan overjet
 Mengurangi over bite dan openbite anterior
 Deep palate
 Susah bicara
 Cacat jari (eczema : kondisi jari kering dan lembab pada celah-celah
jari, posisi jari ke mulut)

Ada 2 jenis :

 Aktif : selama menghisap jari kekuatan otot besar apabila berlanjut


terus-menerus akan mempengaruhi gigi permanen dan bentuk
mandibula juga berubah.
 Pasif : tidak mempengaruhi gigi dan perubahan tulang baik maksila
dan mandubula arena anak hanya meletakkan jarinya di mulut tanpa
tekanan.

Efek dari digit sucking menghasilkan open bite yang asimetris dan overjet
meningkat sehinga sangat berpengaruh pada gigi campuran dan gigi permanen.
Perubahan overjet dan overbite ini disebabkan karena pengaruh dari kebiasaan,
kemudian posisi gigi decidui. Selain itu juga posisi lidah menjauh dari upper arch
(lengkungan atas), meningkatkan tekanan pada pipi dan tidak adanya kontak gigi
di bagian bukal  crossbite posterior. Perubahan bentuk rahang menjadi V-
shaped dikarenakan adanya tekanan langsung dari ibu jari sehingga terjadi
perubahan pola tekanan pada pipi dan bibir. Tekanan pada otot pipi ke gigi
posterior maxilla meningkat karena adanya kontraksi dari otot-otot bucinator saat
menghisap sehingga bentuk rahang berubah menjadi V-shaped.

b. Tongue thrusting
Kebiasaan dimana lidah berkontak dengan gigi anterior/premolar pada
saat menelan. Ditandai dengan adanya openbite anterior dan proklinasi gigi
anterior.

Etiologi :

i. Faktor herediter/genetik : anatomi dan variasi spesfik neuromuskuler


pada daerah orofacial . contoh : Hipertonic orbicularis oris.
ii. Habit :
- pemberian sufor/bottle feeding yang tidak tepat
- Mengisap ibu jari
- Infeksi pada tonsil dan saluran pernafasan atas yang dapat
mendorong lidah.
iii. Infeksi saluran pernafasan atas seperti mouth breathung, tonsilitis kronis,
alergi  mendorong lidah.
iv. Feeding practices : pembeiran susu botol ddalam jangka waktu yang
lama dan tidak tepat.
v. Maturasi

- Retained infantile swallow : berkembang ketika gigi sulung mulai


erupsi dan kemampuan menelan dpaat berkembang. Apabila
perkembangan tersebut tertunda maka terjadi suatu kondisi yang
dinamakan infantile swallow dimana suatu keadaan lidah akan protusi
dan berkontak dengan bibir sehingga tidak dapat melakukan lip seal.
- Adaptasi fungsional : gigi sulung yang hilang dan permanennya
belum erupsi menyebabkan lidah dapat menjulur atau terdorong ke
depan sehingga terdapat suatu lubang untuk ujung lidah.
vi. Mekanik
- Macroglossia
- Pembesaran tinsil dan adenoid sehingga mengurangi space untuk
pergerakan lidah.
- Lengkung gigi yang menyempit.
Berikut adalah klasifikasi dari tongue thrust, diantaranya :
2. Braner and Holt Classification
Type I : belum ada kelainan tongue thrust. (non deformity)
Type II : sudah ada kelainan tonge thrust (deformity)
o Subgroup I : anterior openbite
o Subgroup II : procumbency insissivus
o Subgroup III : posterior crossbite
Type III : lateral tongue thrust
o Subgroup I : posterior openbite
o Subgroup II : posterior crossbite
o Subgroup III : deep overbite
Type IV : anterior dan lateral tongue thrust
o Subgruoup I : anterior, posterior openbite
o Subgroup II : procumbencydari gigi anterior depan.
o Subgroup III : posterior crossbite
3. Moyer’s Classification
Normal infantile swallow
Normal mature swalllow
Retained infantile swallow
Simple tongue thrust swallow
Complex tongue thrust swallow
4. Simple tongue thrust : Ditandai dengan adanya openbite anterior, oklusi
sempurna pada gigi posterior. Berhubungan dengan fungsi abnormal
dari otot circumorofacial.
5. Complex tongue thrust : penyebabnya adalah gangguan nasorespiratori
kronis, mouth breathung, tonsiitis/pharingitis. Adanya diastema dan
openbite anterior pada gambaran klinisnya.
Manifesatasi klinis berupa ; pada saat menelan bibir mengkerut, mouth
breathing karena adanya alergi atau karena adanya pembesaran amandel/
kelenjar gondok, openbite anterior, kesulitan bicara (khususnya suara S dan Z),
pada saat seseorang beristirahat posisi mulut terbuka dengan lidah didepan,
distooklusi, maxillary overjet dan openbite.

c. Finger Nails Bitting Habit atau Onychophagia


Pada anak-anak kebiasaan ini dimulai setelah usia 3-4 tahun dan
puncaknya pad umur 10 tahun. Banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Tandanya bentuk kuku tidak teratur dan tajam. Akibatnya terjasi
maloklusi pada gigi anterior, crowding, rotasi gigi, incisal edge tajam, resropsi
akar, infeksi usus, dan rusaknya tulang alveolar. Bisa terjadi pada anak-dewasa
disertai dengan gangguan psikologis. Pada anak-laki-laki biasanya disertai
dengan gangguan psikologis (ADHD : Attention Deficient Hyperactivity Disorder).
Untuk mengurangi kebiasaan tersebut kuku dapat di cat atau diberi cairan yang
tidak enak.
d. Lip Sucking
Disebut juga menghisap bibir yang dapat dilakukan secara sadar maupun
tidak sadar. Biasanya terjadi pada bagian lower lip/bibir bawah ditandai dengan
daerah iritasi yang merah dan pecah-peah pada perbatasan vermillion. Etiologi
dari oral habits ini adalah karena adanya stress emosional, adanya perbedaan
antara centirc relation dan centirc oklusi, gangguan oklusal dapat menyebaabkan
tonisitas otot pengunyahan dan gerakan rahang yang abnormal. Manifestasi
klinis pada rongga mulut yaitu openbite, crossbite pada gigi anterior dan
posterior, overjet yang berlebihan, sulit menutup bibir saat menelan. Selain itu,
gigi insisvus maxilla posisinya lebih ke labial , insisivus mandibula posisi lebih ke
lingual dan crowding (berjejal).
e. Bruxism
Sistem pengunyahan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu fungsional
(mastikasi, berbicara, menelan) dan parafungsional (clenching dan bruxism).
Bruxism memiliki 2 jenis, yaitu : tipe I : tidak ada alasan medis, tipe II : apakah
menggunakan suatu obat atau tanpa menggunakan obat. Faktor resiko dari
bruxsim adalah gangguan gastrointestinal. Gambaran klinis :
 Pada gigi decidui : pada bagian oklusal/insisal gigi sudah aus,
cusp enamel dan dentin juga sudah aus sehingga memungkinkan
pulpa terbuka.
 Gigi permanen : atrisi pada bagian occlusal dan insisal, adanya
curve of spee, fraktur gigi/restorasinya, hipertrofi otot mastikasi,
nyeri pada rahang atau jaw lock ketika bangun pagi, nyeri TMJ,
audible occlusal grinding.
f. Mouth breathing
Apabila kita mengalami flu kemudian hidungnya tersumbat maka kita
akan bernafas lewat rongga mulut, nah kebiasaan ini dapat menyebablan
maloklusi gigi anterior maxilla bisa protrusif atau retrusif, gigi anterior posisinya
lebih ke labial, bibir bawah terletak di belakang inssivus atas. Bernafas melwati
rongga mulut dapat mengubah bentuk darii tulang rahang misal penurunan
mandibula dan , lidah, memperpanjang kepala sehingga tinggi wajah akan
meningkat dan gigi posterior mengalami erupsi berlebihan. Selain itu juga terjadi
pertumbuhan vertikal ramus mandibula, openbita anterior, overjet, serta
peningkatan tekanan otot area bukal sehingga maxiilanya menyempit.
Etiologinya :
a) Partial nasal obstruction
 Deviasi septum nasal
 Saluran hidung yang sempit
 Turbinat hidung membesar dan bengkak sehingga menghalangi
aliran udara hidung.
 Polip hidung
b) Pennyebab sistemik
 Anak dengan penyakit jantung yang memerlukan oksigen
tambahan
 Fasies adenoid merupakan gambaran tipe dan konfigurasi wajah
yang berhubungan dengan kebiasaan bernafas melewati mulut
yang ditandai dengan wajah panjang, sempit, hidungnya pun

sempit juga.

Sumber :

Cobourne, Martyn T.2010. Handbook of Pediatric Dentistry. New York: Elsevier.

Srivastava, Vinary Kumar. 2011. Modern Pediatric Dentistry. Jaypee Brothers


Medical Publisher : new Delhi.

2. Bagaimana penaganan yang tepat pada pasien maloklusi?


Jawab :
A. Digit sucking
Pencegahan yang dapat dilakukan, adalah :
- Memberi makan anak dengan benar
- Olesi bahan yang rasanya tidak enak pada jari tangan
- Gunakan dot yang dirancang untuk mengurangi kebiasaan tersebut dan
meningkatkan pola degglution.
- Anak diberi penjelasan dengan bantuan sistem audiovisual, apabila
kebiasaan ini terus dilanjutkan dapat menyebabkan masalah pada bagian
rongga mulut (dentoalveolarnya)
- Mengaca di cermin kemudian dengan ibu jari diletakkan di rongga mulut
kemudian orang tua menjelaskan tentang estetika gigi.

Treatment
Perawatan tidak harus diberikan apabila kebiasaan ini sudah berhenti sebelum
umur 5 tahun. Apabila setalah 5 tahun masih memiliki kebiasaan ini maka
dapatdilakukan bebrapa hal, yaitu :
- Wawancara dengan anak apabila sudah cukup dewasa.
- Motivasi untuk memberikan anak kepercayaan diri.
- Anak diberi reward yang dapat mempengaruhi kebiasaan tersebut
agar tidak dilakukan lagi.
- Terapi
- Orthodontic appliance : treatment orthodontik yang dipakai bisa
lepasan bisa juga tidak. Apabila kebiasaan nya sudah tidak terkontrol
maka dapat menggunakan fixed intra oral appliance sbg inhibitor
efektif. Setelah aktid perawatan alat tersebut dipakai dalam jangka
waktu 3-6 bulan unutk meminimalisir kebiasaantersebut kambuh.
B. Tongue Thrusting
Tata laksana :
a. Myofunctional exercise
Edukasi ke pasien bagaimana menelan yang normal, pasien diminta
untuk memegang ujung lidah agar tetap di persimpangan antara palatum durum
dan palatum mole. Berikut adalah beberapa latihan yang bisa dilakukan :
- Lidah pasien di posisikan pada ujung lidah di daerah ruggae selama
5 menit kemudian disuruh menelan.
- Menggunakan small orthodontic elastic pada ujung lidah yang
menempel di daerah palatum. Apabila sudah normal small
orthodontic elastic dapat dipertahankan.
- Latihan 4S yaitu spot, salivating, squeezing dan swallowing. Latihan
awal spot (posisi lidah diam istirahat), salivating ( posisi lidah pada
spot tadi lidah istirahat  salivation ( menghasilkan air liur). Setelah
itu squezzing dilakukan dengan posisi rahang tertutup diikuti dengan
santai. Setelah itu yang ke 4 adalah swallowing (menelan)  pasien
membiasakan diri dengan proses menelan yang normal setidaknya
40x sehari. Selain itu perlu juga memperkuat kebiasaan tersebut
secara tidak sadar dengan mengubah kontrol reflek dr sadar ke tak
sadar biasanya menggunakan tablet asam sitrat.
b. Appliances untuk memposisikan lidah dengan benar.
- Tongue Trainer (Pre Orthodontic Trainer)
Alat ini membantu memosisikan lidah dengan benar dengan
bantuan tounge tags. Tongue guards untuk mencegah lidah agar
tidak tertusuk ketika alat ini ditempatkan di rongga mulut. Fungsi lain
yaitu unutk mengurangi kebiasaan bernafas lewat mulut juga.

c. Mechano therapy
Fixed ortho maupun lepasan (cribs or rakes) daoat menahan gerakan
lidah ke anterior saat menelan. Terapi ini digunakan untuk mengembalikan posisi
lidah ke superior yang lebih posterior di rongga mulut.
d. Removable Appliance Therapy
Modifikasi dari alat Hawley’s memiliki labial bow, retentive claps, crib
berjalan dari arah posterior ke gigi anterior. Spike harus ditekuk sehingga pada
saat digunakan tidak menganggu gigi anterior yang lebih rendah atau alveoli
lingual anterior. Penggunaan labial bow dapat digunakan pada pasien open bite
anterior karena dapat mengurangi proklinasi gigi anterior atas. Akriliki dipotong
dari margin gingiva agar gigi insissivus dapat bergerak ke palatal.
e. Fixed habit breaking appliance
Bands diaplkasikan pada M1 permanen dan kawat berbentuk U 0,0 inci
dari satu molar ke molar yang lain dengan sisi antagonisnya. Setelah basenya
dibuat, crib dapat ditanam pada base tersebut. Cribs berfungsi sebagai batas
antara lidah dan struktur dentoalveolar.

f. Latihan lidah pada 1/3 bagian tengah dan belakang.


- Two ellastic swallow : elastis ditempatkan di ujung lidah kemudian
pada 1/3 tengah lidah kemudian pasien diminta mengangkat lidah ke
palatal dan menelan.
- Three ellastic swallow : elastis ditempatkan di ujung, tengah,
belakang lidah dan angkat lidah ke palatal dan menelan.
C. Fingers Nail Bitting Habit
Tata laksana :
- Memberi dukungan emosional kpd anak.
- Kuku dibiasakan diberiki pelmbab/oil sehingga ujungnya tetap
lembut. (minyak zaitun)
- Mengoleskan cairan yang pahit pada kuku.
- Rubber bite piece
- Mengunyah permen karet.
D. Lip Sucking
Tata laksanya yang bisa dilakuan dengan lip bumper appliance untuk menambah
panjang dan lebar lengkung gigi pada gigi yang crowded, mengurangi resiko
ekstrasi, mempertahankan posisi M1, mengurangi hipertinisitas otot mentalis,
mengurangi overjet dan menghilangkan kebiasaan menggigit atau menghisap bibir
bawah. Lip bumper terbuat dari kawat dengan diamater 0,045” yang ditempatkan di
rahang bawah urut dari molar kanan ke molar sebelah kiri. Letak kurva lip bumper
terletak lebih ke margin gingiva, ±3 mm dari permukaan labial gigi. Lip bumper
digunakan dalam jangka waktu 6-18 bulan tiap 24 jam. Efek penggunaan lip bumper
adalah majunya gigi insisivus bawah ke arah depan dan pergerkana molar ke arah
distal.

E. Bruxism
Tata laksana yang dapa dilakukan adalah :
- Psikoterapi
- Fisioterapi : pijat pada otot pengunyahan, rangsangan panas
akanmengurangi nyeri otot pengunyahan karena bruxism
- Occlusal theraphy
Occlusal splint untuk mengurangi suara yang dihasilkan dari
bruxism dan keausan gigi. Splints ini dibagi menjadi 2, yaitu splints
keras dan lembut. Tetapi splint yang keras lebih banyak digunakan
karena splints yg lembut sulit disesuaikan dan lebih efektif dalam
mengurangi bruxism.

- Behavioral modification
Psikoanalisis, hipnosis, meditasi, tidur, keberishan dnegan
relaksasi. Kemudian konseling pasien, bagaimana tidur yang benar,
kemudia menginstruksikan bruxer untuk berhenti merook dan minum
kopi/alkohol, membatasi aktifitas fisik/mental sebelum tidur. Tidur
dalam kamar yang gelap.
- Biofeedback
Prinsipnya yaitu seorang bruxers dapat menghilangkan perilaku
bruxism apabila ada suatu stimulus yang membuat si bruxers
tersebut sadar dari aktivitas otot yang kurang baik. Salah satunya
dengan CES (contingent electrical stimulation) yang dapat
mengurangi aktivitas otot pengunyahan. Jadi pasien diberi stimulasi
listrik tingkat rendah pada otot selama episode bruxism.
- Terapi farmakologis
Ada beberapa obat yang memiliki efek lumpuh pada otot dengan
menghambat lepasnya asetilolin di persimpangan neuromuskuler
(MJ) yang dapat mengurangi aktivitas bruxism. Dalam sebuah
penelitian, pemberian botox selama 20 minggu dapat
menghambat pelepasan asetilkolin di TMJ. Setelah obat
diinjekskan kontraksi otot menurun setelah 4 minggu.
F. Mouth breathing
Tata laksana yang dapat dilakukan adalah :
Untuk mengurangi kebiasaan buruk bernafas lewat mulut, memperbaiki
estetika, mengembangkan rahang ke arah lateral dan anteroposterior. Dua tahapan
perawatan ortodontik telah dilakukan yaitu perawatan ortodontik interseptif
menggunakan aktivator dengan skrup ekspansi agar dapat meningkatkan
pertumbuhan mandibula ke arah bawah depan dan rahang keaarh lateral digunakan
selama 6-9 bulan minimal 12 jam/hari, dilanjutkan dengan perawatan ortodontik
kuratif dengan alat cekat teknik straightwire. Selain itu perawatan yang dapat
digunakan adalah menggunakan retaner Hawley Retainer.

Sumber :

Srivastava, Vinary Kumar. 2011. Modern Pediatric Dentistry. Jaypee Brothers Medical Publisher
: new Delhi.

Kanathila, Hema dkk. 2018. Diagnosis and treatment of bruxism: Concepts from past to presen.
International Journal of Applied Dental Sciences. Vol. 4 No.1
Widiarsanti, Setiarini dkk. 2015. Perawatan Ortodontik Interseptif dengan Alat Aktivator pada
Periode Percepatan Pertumbuhan. Vol.1 No.1: 27-32

3. Bagaimana mekanisme dan dampak sebuah bad habbit hingga menyebabkan


maloklusi?
Jawab :
A. Mouth breathing

Mouth  aktivitas M.Orbicularis oris, M.Genioglossus


breathing dan M. mylohyoid tetapi menghambat aktivitas
otot M.Masseter

Posisi lidah lebih rendah dari normal dan


mandibula turun

Aktivitas M.Orbicularis oris Stimuli otot yang normal


meningkat kurang

Bibir terbuka dan lip lower Bentuk rahang atas V-


terletak di insisivus bagian atas , shaped
 tonus bibir pada akar gigi

Gigi anterior
. RA protrusif

B. Lip sucking
Sebenranya gigi itu berada dalam keseimbangan yang dinamis antara otot dan
juga dentoalveolar complek. Otot yang berperan adalah M.orbicularis oris,
M.buccinator dan M.superior pharyngeal constrictor yang juga ddimbangi oleh
kekuatan tekan dari lidah. Nah, keseimbangan dinamis ini dapat terganggu
apablia pasien memiliki bad habit seperti lip sucking ini  hipertonisitas
M.mentalis  overjet + gigi anterior RA maju ke arah labial, kemudian gigi
anterior RB ke arah lingual.
C. Finger/Nails Biting Habit
Maloklusi yang disebabkan oleh kebiasaan ini dikarenakan kebiasaan ini
menggigit kukunya sangat kuat sehingga memberikan tekanan yang berlebih
sehingga menyebabkan kerusakan alveolar pada area gigi yang terlibar. Selain itu
ada fraktur keci; pada incisal edge gigi insisivus dari enamel ke dentin sehingga
dentin dan pulpa menjadi lebih sensitif dan sangat reaktif apabila ada rangsangan.
D. Digit sucking
Perubahan posisi dari insisivus ke labial/lingual tergantung pada posisi jari di
rongga mulut tersebut dan jumlah jari. Saat posisi mengisap ibu jari menekan lingual
gigi insisivus maksila ke labial dan labial dari insisivus mandibula ke arah lingual 
overjet antara insisivus maksila dan insisivus mandibula. Finger suking juga
menyebabkan crossbite posterior unilateral/bilateral karena adanya tekanan intraoral
yang menyempit dan kekuatan dari aktivitas m.buccal.
E. Tongue thrusting

Sumber :

Tarvade, Suchita Madhukar. 2015. Tongue Thrusting Habit: A Review. International Journal of
Contemporary Dental and Medical Reviews. ID 151214, 5 Pages.

Grippaudo,C. Dkk. 2016. Association between oral habits, mouth breathing and malocclusion.
Acta Otorhinolaryngologica Italica. Vol. 36 : page 386-394.

4. Apa saja macam overjet?


Jawab :
Jadi, dari beberapa sumber yang saya baca overjet merupakan suatu jarak
horizontal antara gigi insisisv maxilla dan insisivus mandibula yang bisa diukur dari
ujung insisal insisisvus atas. Ukuran overjet yang normal adalah 2 - 4,0 mm. Overjet
yang melebihi >4mm bisa terjadi maloklusi angle kelas I divisi I. Overjet 0 mm 
maloklusi angle kelas I divisi 2, edge to edge bite. Overjet yang berlebihan ditandai
denan gigi insisivus maxilla yang sangat anterior (maju ke depan) sehingga tida dapat
berkontak dengan gigi insisivus mandibula.

Sumber :

Ibraheemjaafa, Mostafa dkk. 2017. Bad Oral Habits and Associated Malocclusion among 8-9
Years Old Children. International Journal of Science and Research (IJSR). Vol 6. Issue 6.
5. Apa saja faktor penyebab jarak antar gigi ?
Jawab :
Faktor penyebab terjadinya diastema yaitu:
a) Frenulum yang abnormal
Perlekatan alveolar antara gigi insisivus maksila dengan papila insisivum
yang abnormal. Frenulum adalah membran mukosa berupa jaringan ikat
bereptel dantervaskularisasi untuk meleatkan bibir dan mukosa alveolar, gingiva,
dan jaringan periodontalm serta stabilitas dari penutupan diastema. Apabila
perelkatannya normal jaringan ikat nya tidak pucat karena tidak mengalami
peregangan. Tetapi apabila perlekatan frenulumnya rendah atau tempat insersi
lebih lebar dari kondisi normalnya maka jaringan ikat frenulum tertarik dan
meregang, peregangan ini terjadi karena perlekatannya ada di jaringan lunak
diantara gigi insisivus sentral – palatum.

b) Hilangnya gigi insisivus lateral secara kongenital


Keadaan dimana benih gigi tidak berkembang dan tidak eruosi . dapat
dialkukan treatment orthodontik dengan cara penutupan diastema dan
memposisikan gigi caninus pada posisi gigi insisivus lateral, dan implan gigi.
Pengubahan gigi caninus menjadi gigi insisivus lateral dapat di lakukan dengan
menggunaan resi komposit untuk menghasilkan estetikayang baik

c) Gigi caninus maxilla yang ectopic.


Tidak adanya gigi caninus di posisi yang seharusnya dapat
menyebabkann penyimpangan dan kemiringan pada gigi insisivus sehingga
adanya space opening.
d) Perbedaan ukuran dan bentuk gigi
Perbedaan yang sering muncul terjadi pada gigi insisivus lateral dan
bentuknya kecil. Perbedaan bentuknya terlihat terlau segitiga atu permukaan
mesia yang terlalu cekung/convex. Untuk memastikan maka dilakukan
pengukuran apaah keempat gigi insisivus lebih kecil dari normalnya atau hanya
gigi insisivus lateral saja. Apabila terjadi diastema dapat dilakukan perawatan
dengan restorasi resin komposit atau pembuatan mahkota.

e) Angulasi medio-distal gigi insissivus


Konvergensi Akar
Posisi gigi insisivus ke arah distal akan menghasilkan diastema,
spacenya ada di incisal egde dari gigi insisivus.
Divergensi akar
Gigi insisivus yang miring ke arah mesial akan menghasilkan titik
kontak dan diastema. Diastema ini muncul ditandai dengan adanya
segitiga hitam (krn kurangnay papilla infill) sehingga diastema nya terjadi
pada bagian insisial melalui kontak gigi yang berdekaran.

f) Tooth Anomalies and other Pathologic Lesions in the soft or Hard Tissues in the
midline
Anomali gigi juga berperan dalam pembentukan diastema yaitu
supernumerarry teeth (mesiodens), keratokista odontogenik yang muncul di RA
dan dapat menggeser gigi tsb sehingga ada jarak di daerah anterior. Odontoma
(tumor odontogenik yang terdiri dari enamel, dentin, sementum, jaringan pulpa)
dan berkaitan dengan erupsi gigi yang ada di antara erupsi akar gigi insisivus
maksila sehingga tidak terjadi kontak antar mahkota  diastema besar.
g) Diastema pada saat pertumbuhan normal
Apabila terjadi pada umur 8-11 tahun cukup dilakukan observasi saja
dikarenakan diastema dengan ukuran 2mm/kurang nanti akan tertutp sendiri
apabila gigi kaninus telah tumbuh.
h) Habits
Beberapa kebiasaan dapat menyebabkan diastema seperti, menghisap ibu
jari yang memungkinkan gigi incisisvus RA proklinasi ke arah labial sehingga
membentuk suatu diastema. Posisi lidah yang diam memliki dampak yg lebih
besar. Lidah mendorong gigi anterior ke arah depan kemudian bisa terjadi
diastema.

Sumber :

Abu, Hussein Muhammad, Watted Nezar.2016. Maxillary Midline Diastema – Aetiology And
Orthodontic Treatment- Clinical Review. Volume 15. Issue 6.

6. Seberapa besar pengaruh bad habbit terhadap maloklusi ?


Jawab :
Peran bad habbit terhadap maloklusi sangat besar karena dapat mengganggu
posisi gigi, pola normal pertumbuhan tulang dan juga perubahan pola pertumbuhan
kraniofasial, jaringan keras dan lunak di dalam mulut nah terjadinya terjadinya anomali
letak gigi dan hubungan rahang, dapat mempengaruhi pertumbuhan normal dari rahang,
mengganggu pertumbuhan kranial, fisiologi oklusi sampai interaksi sosial. Beberapa
faktor yang mempengaruhi adalah : usia dimana biasanya bad habbit ini bisa sementara
atau permanen tergantung usia tersebut , kemudian durasi yang sedikitnya 6 jam sehari
dari bad habbit tersebut, intensitas dan tipenya, frekuensi yang terlalu sering , kemudian
genetik. Maloklusi tersebut dapat mempengaruhi proses bicaara, pengunyahan dan
estetik. Nah, gangguan pengunyahan ini berupa rasa tidak nyaman, nyeri pada TMJ
yang bisa menjalar sampai ke kepala dan leher.

Sumber :

Grippaudo,C. Dkk. 2016. Association between oral habits, mouth breathing and malocclusion.
Acta Otorhinolaryngologica Italica. Vol. 36 : page 386-394.

7. Mengapa kondisi klinis/gambaran klinis pada skenario tersebut bisa muncul?


Jawab :
Pada gambaran klinis terdapat gigi yang proklinasi dan retroklinasi. Gerakan gigi
ini disebabkan oleh tekanan/gaya mekanik yang cukup lama  bone remodelling untuk
bergerak. Hal ini juga berkaitan dengan ligamen periodontal (tersusun atas serabut
kolagen , pembuluh darah, fibroblast, osteoklas, osteoblast)

Pada pergerakan gigi ini terdapat 2 kelompok yaitu:


a. Pressure Space antar gigi dan soket sedikit

Kompresi pada Lig.Periodontal

Pembuluh darah menyempit (stenosis)


Penyempitan pembuluh darah  aliran darah   menstimulasi monosi
untuk membentuk osteoklas  osteoklas terbentuk  merusak lamia duta 
resorbsi tulang dan gigi mulai bergerak.

b. Tension
Tension pada Lig Periodontal menyebabkan streching LPD menghasilkan 
space antara soket dan gigi lebar  vaskularisasi   mobilisasi fobroblast
dan osteoblast.
Fase pergerakan gigi :
1. Fase Initial
Adanya tekanan/mekanik, gigi mengalami displacement dari soket
yang ditandai adanya space dan inflamasi daerah tersebut.
2. Fase Lag
Gigi todak bergerak kemudian terjadi rekruitmen ( manggil )
progenitor osteoklas dan osteoblas  ekstravasai sel- sel inflamasi.
Apabila tekanannya tinggi  hialinisasi.
3. Fase Post-lag
Gigi mulai bergerak dengan perantara osteoklast dan osteoblast.
o Osteoblas diaktifkan oleh RANKL  berikatan dengan OPG.
Proses osteoblast ini ada 3 mekanisme pembentukan tulang :
Osteoid (kalsifikasi tipis)  Bundle Bone (kalsifikasi terus
menerus)  bundle bon akan menempel ke serabur
periodontal Lamellated bone
o Osteoklast diaktifkan oleh RANKL  berikatan dengan RANK.
Pengaktifan :
a. Pengaktifan osteoklast yang tidak aktif
b. Influx monosit
c. Pembentukan osteoklast dari makrofag LPD.

Sumber :
Singh, G. 2015. Textbook of Orthodontics. 3 ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P)
Ltd.New Delhi

Anda mungkin juga menyukai