Bab2 PDF
Bab2 PDF
A. Pernikahan
1. Pengertian Pernikahan
adalah fitrah, ia tetap akan menjadi madharat jika tidak disalurkan dengan
bernama perkawinan/pernikahan.
tahun 1974 pasal 1, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan wanita sebagai sepasang suami istri dengan tujuan membentuk
disebut zawaj diartikan pasangan atau jodoh, seperti firman Allah Swt
“wazawwajnᾱhum bihurin ‘ῑn” (ad Dukhan [44]: 54) Artinya dan kami
dengan Bidadari. Kata zawaj yang diartkan jodoh berlaku bagi laki-laki
17
dan perempuan. Sedangkan menurut syara’ akad zawaj diartikan pemilikan
sesuatu melalui jalan yang disyariatkan oleh agama (Azzam & Hawwas,
2009: 35-36)
sah. Ada juga kata wahabat yang berarti "memberi", akan tetapi kata
untuk dijadikan istri. Dan agaknya kata ini hanya berlaku bagi Nabi Saw
menyangkut hal ini bukan saja tercermin pada ketetapan-Nya tentang siapa
yang boleh dan tidak boleh dinikahi, atau rukun dan syarat-syarat yang
Nabi saw bersabda sebagai pesan kepada calon suami, “Saling wasiat-
dengan amanat dari Allah dan menjadi halal hubungan kalian dengan
18
hakikatnya mereka menjadi tidak dapat berfungsi kecuali bila bersama
pasangannya.
keberpasangan itu. Kesetaraan itu antara lain dalam agama dan pandangan
hidup, tingkat pendidikan dan budaya, bahkan status sosial dan usia. Di
keluarga besar – bangsa – (Q.S. Asy-Syûrâ [42]: 38), tetapi juga keluarga
kesetaraan?
seperangkat rukun dan syarat. Oleh karena itu bagi pasangan yang hendak
mesti ada dan menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan, dan sesuatu
syarat adalah sesuatu yang ada dalam perkawinan dan tidak menjadi
pernikahan yaitu: calon istri, wali, dua orang saksi, mahar serta terlaksanya
19
ijab dan qobul (Shihab, 2007: 201). Adapun rukun dan Syarat sebuah
pernikahan yaitu:
a. Calon istri
yang tidak terikat pernikahan dengan pria lain atau tidak dalam
kedaan ‘iddah baik karena ditinggal meninggal atau cerai dan bukan
nenek dan seterusnya ke atas, dan yang dimaksud anak adalah anak
20
Ada yang menegaskan bahwa perkawinan antara keluarga
dekat, dapat melahirkan anak cucu yang lemah jasmani dan rohani,
kajian kitab fikih klasik tidak ditemukan batasan umur secara pasti
balig adalah jika anak sudah keluar mani atau haid atau sudah berusia
b. Wali
21
Wali dari pihak perempuan dinilai mutlak keberadaan dan juga
izinnya, karena wali adalah orang yang berhak dan memiliki kuasa
halnya memaksa atau melarang dengan keras tanpa alasan yang nyata.
pernikahan tanpa wali diantarnya imam Abu Hanifah, Zufar dan Az-
22
( #Zô³tãuρ 9åκô−r& sπyèt/ö‘r& £ÎγÅ¡à Ρr'Î/ zóÁ−/utItƒ %[`≡uρø—r& tβρâ‘x‹tƒuρ öΝä3ΖÏΒ tβöθ©ùuθtFムtÏ%©!$#uρ
$yϑÎ/ ª!$#uρ 3 Å∃ρâ÷÷êyϑø9$$Î/ £ÎγÅ¡à Ρr& þ’Îû zù=yèsù $yϑŠÏù ö/ä3øŠn=tæ yy$oΨã_ Ÿξsù £ßγn=y_r& zøón=t/ #sŒÎ*sù
Perlu kita cermati ayat tersebut bebicara tentang wanita dalam arti
itu sebatas kepada para janda bukan gadis. Quraish Shihab (2007:
sehingga jika terjadi hal yang tidak diinginkan maka ada sandaran
mereka atas izin keluarga (tuan) mereka” (QS. al-Nisa’ [4]: 25).
c. Saksi
adalah hadirnya para saksi dalam akad nikah. Saksi sangat penting
23
tentang keabsahan hubungan antar suami istri, maka saksilah yang
sangat penting karena itu bisa dianggap sebagai bukti atau saksi yang
piutang. Jikalau transaksi jual beli atau utang piutang saja diharuskan
miṡaqon golido, maka kita sebagai umat beragama juga sebagai warga
d. Mahar
mahar:
akan tetapi Islam menganjurkan agar mas kawin itu berupa sesuatu
yang bersifat materi. Maka jika seorang laki-laki tidak atau belum
24
sampai ia memiliki kemampuan tersebut. Apabila sudah mendesak,
sebuah hadits “carilah walau cincin besi”, dan jika senilai cincin besi
tidak punya dan pernikahan tidak bisa ditangguhkan lagi, baru mas
nabi “telah saya kawinkan engkau padanya dengan apa yang engkau
Ijab dan qobul dalam pandang Imam Syafi’i tidak sah jika
25
b. Untuk memelihara keturunan; dengan perkawinan sebagai mana
perasaan antar suami dan istri, tatkala suami selesai bekerja pada
suami dan istri bahu membahu untuk mencapai hasil yang baik,
mendidik anak yang shaleh yang memiliki iman yang kuat dan ruh
islam yang kokoh lahirlah rumah tangga yang tentram dan bahagia.
yang penuh mawaddah, rahmah, dan amanah Allah. sehingga kalau cinta
pupus dan mawaddah putus, masih ada rahmat, dan kalaupun ini tidak
tersisa, masih ada amanah, dan selama pasangan itu beragama, amanahnya
26
Quraish Shihab menjelaskan kata mawaddah dengan kelapangan
dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Dalam kondisi hati yang
dicinta, disebabkan hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan lahir
dikenal dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) tetapi yang lebih
Umumnya pernikahan ini dilakukan oleh pemuda dan pemudi yang belum
27
Adapun dalam istilah Internasional pernikahan dini dikenal dengan
child marriage atau early marriage, adalah pernikahan yang terjadi pada
satu diatara kedua mempelainya belum balig dan secara psikis belum siap
Dalam kajian fiqh juga takaran balig bagi laki-laki yaitu mimpi basah,
batasan usia masih menjadi hal yang kerap kali diperdebatkan. Mengenai
28
a. Ekonomi: Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang
mampu.
c. Faktor orang tua: Orang tua khawatir terkena aib karena anak
e. Faktor adat: Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut
a. Dampak positif
pasangan (ESQ).
29
3. Kebebasan yang lebih: Dengan berada jauh dari rumah maka
b. Dampak negatif
melakukan pernikahan terutama pada usia yang masih muda, tentu akan
baru lulus SMP atau SMA, tentu keinginannya untuk melanjutkan sekolah
lagi atau menempuh pendidikan yang lebih tinggi tidak akan tercapai. Hal
mereka lakukan setelah menikah. Dengan kata lain, pernikahan dini dapat
hanya dapat bekerja sebagai buruh saja, dengan demikian dia tidak dapat
30
Dari segi kesehatan: Dokter spesialis kebidanan dan kandungan
haid. Dampak medis yang ditimbulkan oleh pernikahan usia dini ini, yakni
wanita yang menikah usia dini, antara lain infeksi pada kandungan dan
kanker mulut rahim. Hal ini terjadi karena terjadinya masa peralihan sel
pertumbuhan sel yang tumbuh pada anak-anak baru akan berakhir pada
usia 19 tahun.
penderita infeksi kandungan dan kanker mulut rahim adalah wanita yang
menikah di usia dini atau dibawah usia 19 atau 16 tahun. Untuk risiko
kebidanan, wanita yang hamil di bawah usia 19 tahun dapat berisiko pada
masak jika ingin menikahkan anaknya yang masih di bawah umur. Bahkan
31
pernikahan dini bisa dikategorikan sebagai bentuk kekerasan psikis dan
Dari segi psikologi: Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial,
disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara
pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya
turut memberi andil yang cukup signifikan dalam wacana pernikahan dini.
hina, disebut najis dan penuh dengan perbuatan setan. Dalam hal Undang-
32
Sementara dalam peradaban Romawi kuno, hak anak perempuan
berhak penuh menentukan apakah anak yang dilahirkan sang istri boleh
menjadi bagian dari keluarga, atau harus dibuang. Seorang anak, terutama
anak perempuan, sama sekali tidak memiliki hak atas dirinya sendiri. Jika
anak laki-laki sebagai wali seumur hidup. Ia hanya bisa lepas dari
Hal ini tidak berbeda jauh dari kalangan India kuno yang
33
pasangan hidupnya, perempuan sama sekali tidak memiliki kebebasan. Hal
ini berarti, mereka juga tidak memiliki hak untuk menentukan kapan
mereka ingin dan pantas menikah, karena hak dirinya sepenuhnya berada
pernikahan dini dalam tradisi arab pra-Islam dan arab ketika masa
Islam itu tumbuh. Oleh karena itu kita harus mengenal Jahiliyah agar
kata al-hilmi yang artinya sopan santun. Jadi esensi Jahiliah disini
adalah keadaan akal yang tidak mengetahui yang hak dan mengikuti
3)
34
pernikahan. Tidak ada hak yang harus dilakukan suami terhadap
Hanya kaum bangsawan arab saja yang mau berunding dengan anak
pada usia berapa seorang anak gadis menikah adalah kuasa penuh
beberapa pria sampai hamil. Ketika anaknya lahir, lalu wanita itu
35
tatanan masyarakat Arab pra- Islam lebih cenderung merendahkan
wanita.
Pada waktu itu menikahkan anak pada usia dini sudah menjadi
ketika usia Halah masih sangat muda. Halah adalah kakak sepupu
1974: 66)
pada masa itu bukan sesuatu yang menghebohkan bahkan kaum kafir
sebagai bahan ejekan dan cercaan atas diri Rasulullah Saw. Kritikan
yang belia, justru datang dari para orientalis kira-kira 13 abad setelah
Hal ini karena pada masa awal Islam, menikahkan anak gadis
pada saat usia mereka masih sangat belia, adalah suatu tradisi yang
bernama Ummu Kultsum dengan Urwah bin Zubair pada saat usia
36
Selain itu, juga ada seorang laki-laki yang menghibahkan anak
perempuannya yang masih kecil pada Abdullah bin Hasan bin Ali,
dan Ali r.a membolehkan hal tersebut. Istri Ibnu Mas’ud menikahkan
2007: 173). Demikian juga pernikahan Zaid Ibn Haritsah, bekas anak
mengawinkan anaknya pada usia yang sangat muda seperti dalam hari
upacara ini adalah mereka yang berada pada usia dibawah 10 tahun.
Bahkan diantara mereka ada yang baru berusia 2-3 tahun. (Swara
Rahima, 2012: 7)
37
Sementara di Nigeria, berdasarkan penelitian yang dilakukan
Nigeria yang berusia diantara 20-24 tahun menikah pada usia dibawah
si anak gadis. Di antara mereka ada yang menikah dengan lelaki yang
38
melihat kematian Assi sebagai pemaksaan ‘agenda Barat’. (Swara
Rahima, 2012:7)
tahun masih banyak terjadi. Bahkan pada tahun 2013, tersiar kabar
(Anonymous, 2013).
39
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Pamekasan Achmad Hidayat,
sebanyak 120 pasangan, sedangkan pada Januari hingga Juni tahun ini
pernikahan dini di Indonesia sedang tinggi, hampir 50% dari 2,5 juta
tahun, kelompok nikah dini ada yang dari 11, 12 sampai 19 namun
40
Lebih dari seperlima penduduk Indonesia yang berjumlah 206 juta
41
dibawah 18 tahun. Mayoritas dari mereka adalah perempuan yakni
1. Perspektif Fiqh
syarat sah nikah, yakni balig. Kriteria balig ini, menurut para fuqaha’,
42
madzhab Syafi’i dan Hanbali, usia balig bagi pria dan wanita adalah
telah mencapai usia 15 tahun. Menurut Abu Hanifah, usia balig untuk
Sedangkan menurut Imam Malik, usia balig bagi pria dan wanita
Thalaq ayat 4:
9ßγô©r& èπsW≈n=rO £åκèE£‰Ïèsù óΟçFö;s?ö‘$# ÈβÎ) ö/ä3Í←!$|¡ÎpΣ ÏΒ ÇÙŠÅsyϑø9$# zÏΒ zó¡Í≥tƒ ‘Ï↔¯≈©9$#uρ
batasan ‘iddah tiga bulan bagi perempuan yang belum atau tidak
43
b. Perintah al-Qur’an untuk menikah dengan perawan atau gadis,
c. Pernikahan ‘Aisyah r.a dengan Nabi Saw ketika usia ‘Aisyah r.a
masih kecil. Selain itu, Nabi Saw juga pernah menikahkan putra
kecil.
d. Aṡar Sahabat. Ali bin Abi Thalib menikahkan Ummu Kultsum dengan
Urwah bin Zubair ketika putrinya itu masih kecil, Urwah menikahkan
kedua keponakannya ketika masih kecil, dan kisah dari para sahabat
44
dan perempuan, yakni tidak boleh bagi anak laki-lakitapi boleh bagi
perempuan dengan berdasar pada hadis tentang usia ‘Aisyah r.a ketika
membawa faidah. Menikahkan anak kecil juga dianggap tidak sah dan
Syafi’I juga menegaskan bahwa hanya Ayah dan Kakek yang boleh
menikahkan anak usia dini, dan itu pun harus melalui izin sang anak.
Apabila seorang ayah menikahkan anak kecil tanpa seizin anak tersebut,
yang pantas
45
6. Tidak menikahkan dengan laki-laki yang menjadikannya
pendapat beliau yang menyatakan bahwa hak ijbar (paksa) wali hanya
pernikahan dini bagi anak laki-laki dan anak perempuan adalah Ibnu
memiliki dasar hukum yang merujuk pada al-Qur’an dan hadis, dan
tujuan yang sama yakni asas kemaslahatan yang menjadi “ruh” dari
syari’at Islam.
46
2. Perspektif Tafsir
seseorang menikah. Namun ada dua ayat yang kerap dikaitkan dengan
9ßγô©r& èπsW≈n=rO £åκèE£‰Ïèsù óΟçFö;s?ö‘$# ÈβÎ) ö/ä3Í←!$|¡ÎpΣ ÏΒ ÇÙŠÅsyϑø9$# zÏΒ zó¡Í≥tƒ ‘Ï↔¯≈©9$#uρ
È,−Gtƒ tΒuρ 4 £ßγn=÷Ηxq z÷èŸÒtƒ βr& £ßγè=y_r& ÉΑ$uΗ÷qF{$# àM≈s9'ρé&uρ 4 zôÒÏts† óΟs9 ‘Ï↔¯≈©9$#uρ
dini ini.
47
karena masih kecil (Muhammad bin jarir [23] tt: 452). Penjelasan
karena masih kecil dan perempuan yang tidak haid sama sekali
meskipun sudah dewasa (Abu Hayyam bin Yusuf [10], tt: 289).
namun sebaliknya dalam fiqh, pemaknaan atas kata kunci ini cukup
dengan alasan jika ‘iddahnya anak kecil yang belum haid saja diatur
dalam Al-Quran, maka hal ini berarti bahwa menikahkan anak kecil
dewasa yang tidak mengalami haid sama sekali (al bᾱligatu allᾱtii
lam ya’tihinna haiḍun bil kulliyyah), maka pemaknaan ini tidak dapat
48
dijadikan dasar pembolehan pernikahan anak perempuan di usia dini
atau usia sebelum haid. Sayangnya pendapat kedua ini kurang popular
öΝÍκös9Î) (#þθãèsù÷Š$$sù #Y‰ô©â‘ öΝåκ÷]ÏiΒ Λäó¡nΣ#u ÷βÎ*sù yy%s3ÏiΖ9$# (#θäón=t/ #sŒÎ) #¨Lym 4’yϑ≈tGuŠø9$# (#θè=tGö/$#uρ
( ô#Ï ÷ètGó¡uŠù=sù $|‹ÏΨxî tβ%x. tΒuρ 4 (#ρçy9õ3tƒ βr& #·‘#y‰Î/uρ $]ù#uó Î) !$yδθè=ä.ù's? Ÿωuρ ( öΝçλm;≡uθøΒr&
4 öΝÍκön=tæ (#ρ߉Íκô−r'sù öΝçλm;≡uθøΒr& öΝÍκös9Î) öΝçF÷èsùyŠ #sŒÎ*sù 4 Å∃ρá÷èyϑø9$$Î/ ö≅ä.ù'uŠù=sù #ZÉ)sù tβ%x. tΒuρ
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka sudah
cerdas (pandai memelihara harta) maka serahkanlah harta-harta
mereka dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari
batas kepatutan, (janganlah kamu) tergesa-gesa
(membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa
(diantara pemelihara itu) mampu maka hendaklah ia menahan
diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang
miskin, Maka bolehlah ia makan harta itu dengan cara yang
patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada
mereka hendaklah kamu menghadirkan saksi-saksi (tentang
penyerahan itu). Cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas
persaksian itu)”.
usia untuk menikah (hattā izā balagū an-nikāh). Para mufasir berbeda
sudah genap berusia 15 tahun’ hal itu sama seperti pendapat Imam
49
Syafi’i (al-Mahalli dan as-Sayuthi, tt: 498). Ibnu Katsir juga
(Al-Alusi [3], tt: 429). Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf dalam
tidak pada saat mereka telah sampai usia menikah (hattā izā balagū
an-nikāh) dan para mufassir menyebutkan usia 15, 17, 18, hingga 25
baik fisik, mental, dan spiritual agar mereka dapat merasakan sakinah,
tentunya jauh lebih penting dari pada sekedar mengelola harta warisan
50
3. Perspektif Hukum Perlindungan Anak
Sejak awal abad 20, para aktivis pembaharu sosial telah memiliki
51
dan kesepakatan yang menunjukkan perhatian besar terhadap problem
and articles
dissolution.
Covenant on Economic,
Rights
Political Rights.
52
Minimum Age for such consent to be expressed by
Registration of by law.
authority.
53
Discrimination against spouse and to enter into
marriage
eighteen years
full and free consent atau kebebasan dan hak persetujuan penuh oleh
54
yang harus dipatuhi seperti minimal 15 tahun dalam the 1964
55
Ayat kedua menyatakan bahwa “Dalam hal penyimpangan dalam
ayat (1) pasal ini dapat minta dispensasi kepada Pengadilan atau
pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak
tepatnya pada pasal 26 ayat 1 point (c) yang menegaskan bahwa orang
anak ini telah dijelaskan dalam pasal 1 yang berbunyi “Anak adalah
menikah adalah 18 tahun, baik bagi pria maupun bagi wanita. (Update
56
mencegah terjadinya pernikahan usia dini, yang membawa dampak
lanjutan pada terjadinya ibu hamil dan melahirkan pada usia muda,
umur 16 tahun, namun apabila ada izin restu dari orangtua maka
57
Pihak-pihak yang tidak setuju dengan usulan revisi ketetapan usia
58